Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TREND DAN ISU

KEPERAWATAN MATERNITAS
“PENGGUNAAN PIL KB PADA IBU USIA SUBUR”

Oleh
KELOMPOK 6
Riza Fahmi Kurniawan (1810913310010)

Robiatul Adawiyah (1810913120001)


Nurahmasari (1810913220001)
Ketut Sunartiasih (1810913320027)
Noorlita Widyastuti (1810913320002)
Nuriyah Suastika (1810913220002)
Nur Maghfirah (1810913220016)
Tio Yulia Margaretha (1810913320012)
Nur Haliza Maharani (1810913220026)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Namun, terlepas dari itu semua kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat ataupun inspirasi untuk para
pembaca.

Banjarbaru, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………...…………...
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Profil Pil KB………………………..……..............................................
2.2 Cara Kerja Pil KB …………….............................................................
2.3 Efek Samping Pil KB …………………….………………….... …………
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………..…..............
Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita
dengan cara diminum (pil) Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah,
menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan yang memang tidak diinginkan.
Untuk itu kepatuhan mengkonsumsi pil KB secara teratur sesuai dengan dengan petunjuk
tenaga kesehatan harus dilakukan. Kepatuhan mengkonsumsi pil KB bertujuan agar
manfaat konsumsi pil KB yaitu mencegah menghambat dan menjarangkan terjadinya
kehamilan bisa dirasakan.
Pil KB berisi kombinasi hormon estrogen dan progesteron untuk mencegah
ovulasi (pelepasan telur selama siklus bulanan). Seorang wanita tidak bisa hamil jika dia
tidak berovulasi karena tidak ada telur untuk dibuahi. Pil KB juga bekerja dengan
menebalkan lendir di sekitar leher rahim, yang membuatnya sulit bagi sperma untuk
memasuki rahim dan mencapai setiap telur yang telah muncul. Hormon-hormon dalam
pil KB terkadang juga dapat mempengaruhi lapisan rahim, sehingga sulit bagi telur untuk
menempel ke dinding rahim.Pada jenis pil yang lain dapat mengubah periode menstruasi
adalah pil progesteron berdosis rendah, atau kadang-kadang disebut juga pil mini. Jenis
pil KB ini berbeda dari pil lain yang hanya berisi satu jenis hormon progesterone. Pil
mini bekerja dengan mengubah lendir serviks dan dinding rahim, dan terkadang juga
mempengaruhi ovulasi juga.(Arum, D dan Sujiyatini, 2009)

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu pil KB?
b. Bagaimana cara kerja pil KB?
c. Apa saja efek samping dari penggunaan pil KB?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui mengenai profil pil KB
b. Untuk mengetahui cara kerja dari pil KB
c. Untuk Mengetahui efek samping penggunaan pil KB
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Profil Pil KB


Pil KB merupakani alat kontrasepsi, kontrasepsi berasal dari kata kontra “melawan” atau
“mencegah” dan konsepsi adalah pertemuan antar sel yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antar sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk
itu, maka yang membutuhkan konsepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan
intim/seks dan kedua- duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki
kehamilan.
Saat ini tersedia banyak sekali metode atau alat kontrasepsi meliputi: IUD, suntik, pil,
implant, kontap, kondom. Alat kontrasepsi suntik dan pil merupakan alat kontrasepsi yang
banyak dipilih oleh ibu-ibu di Indonesia dikarenakan cara kerjanya yang efektif dan cara
pemakaiannya yang praktis, selain itu harganya juga lebih murah.
Profil dari kontrasepsi pil KB yaitu:
a. Efektif dan reversible.
b. Harus diminum setiap hari.
c. Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak
berbahaya dan segera akan hilang.
d. Efek samping sangat serius sangat jarang terjadi.
e. Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak
maupun belum.
f. Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui.
g. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

Jenis Pil KB :
a. Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 20 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
b. Bifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
c. Trifasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 1 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progesterone (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.

Manfaat Pil KB :
a. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai efektifitas tubektomi), bila
digunakan tiap hari.
b. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
c. Tidak mengganggu hubungan seksual.
d. Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin menggunakannya untuk mencegah
kehamilan
e. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
f. Mudah dihentikan setiap saat.
g. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
h. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
i. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium, kista
ovarium, penyakit radang panggul

1.2 Cara Kerja Pil KB

Kontrasepsi Pil KB kombinasi mempunyai mekanisme kerja menekan ovulasi,


mencegah implantasi, transfor gamet, fungsi corpus luteum dan mengentalkan lendir serviks.
Kandungan dan mekanisme kerja pil kontrasepsi menurut Hartanto (1994) adalah sebagai
berikut:

1) Mekanisme kerja Esterogen

a) Ovulasi

Esterogen menghambat ovulasi melalui efek pada hipotalamus, yang kemudian


mengakibatkan supresi pada FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luthenizing hormone)
kelenjar hipofise. Penghambatan tersebut tampak dari tidak adanya esterogen pada pertengahan
siklus, tidak adanya puncak-puncak FSH dan LH pada pertengahan siklus dan supresi post
ovulasi, peninggian progesteron dalam serum dan pegnadiol dalam urin yang terjadi pada
keadaan normal. Ovulasipun tidak selalu dihambat oleh esterogen dalam pil kontrasepsi
kombinasi (yang berisi esterogen 50 mg atau kurang).

b) Implantasi

Implantasi dari blastocyist yang sedang berkembang terjadi 6 hari setelah fertilisasi, dan
ini dapat dihambat apabila lingkungan endometrium tidak berada dalam keadaan optimal. Kadar
esterogen dan progesteron yang berlebihan atau kurang/inadekuat atau keseimbangan esterogen
progesteron yang tidak tepat menyebabkan pola endometrium yang abnormal sehingga menjadi
tempat yang tidak baik untuk implantasi. Implantasi dari yang telah dibuahi juga dapat
dihambat oleh estradiol dosis tinggi yang diberikan sekitar pertengahan siklus pada senggama
yang tidak dilindungi, ini disebabkan karena terganggunya perkembangan endometrium yang
normal.

c) Transfor gamet/ovum

Pada percobaan binatang, transfor gamet/ovum dipercepat oleh esterogen, ini disebabkan
karena efek hormonal pada sekresi dan peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus.

d) Luteolysis

Luteolysis yaitu degenerasi dari corpus luteum yang menyebabkan penurunan yang cepat
dari produksi esterogen dan progesteron oleh ovarium yang selanjutnya menyebabkan
dilepaskannya jaringan endometrium. Degenerasi corpus luteum menyebabkan kadar penurunan
kadar progesteron serum dan selanjutnya mencegah implantasi yang normal. Ini merupakan efek
yang mungkin disebabkan oleh pemberian esterogen dosis tinggi pasca senggama.

2) Mekanisme kerja progesteron

a) Ovulasi
Ovulasi sendiri dapat dihambat karena terganggunya fungsi poros hipotalamus – hipofise
– ovarium dan karena modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus yang disebabkan
oleh progesterone.

b) Implantasi

Implantasi mungkin dapat dicegah bila diberikan progesteron pra ovulasi. Pemberian
progesteron eksogenus yang dapat mengganggu puncak FSH dan LH sehingga meskipun terjadi
ovulasi, produksi progesteron yang berkurang dari corpus luteum menyebabkan penghambatan
dari implantasi. Pemberian esterogen secara sistemik dan untuk jangka waktu yang lama
menyebabkan endometrium mengalami keadaan istirahat dan atropi.

c) Transfor gamet/ovum

Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan progesteron sebelum terjadi


fertilisasi. Pengangkutan ovum yang lambat dapat menyebabkan peninggian insiden implantasi
ektopik pada wanita yang memakai kontrasepsi yang hanya mengandung progesterone.

d) Luteolysis

Pemberian jangka lama progesteron saja mungkin menyebabkan fungsi corpus luteum
yang inadekuat pada siklus haid yang mempunyai ovulasi.

e) Lendir serviks yang kental

Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron sudah tampak lendir serviks yang kental,
sehingga mortilitas dan daya penetrasi dari spermatozoa sangat terhambat. Lendir serviks yang
tidak ramah untuk spermatozoa adalah lendir yang jumlahnya sedikit, kental dan seluler serta
kurang menunjukkan ferning dan spinderbarkeit.

1.3 Efek Samping Penggunaan Pil KB bagi Ibu Usia Subur


Masalah kependudukan adalah masalah yang dihadapi oleh semua negara baik negara
maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Saat ini program KB merupakan suatu
keharusan dalam upaya menanggulangi pertumbuhan penduduk dunia. Upaya langsung untuk
menurunkan tingkat kelahiran dilakukan melalui program Keluarga Berencana yaitu
mengajak pasangan usia subur yang berusia 20-45 tahun agar menggunakan alat kontrasepsi.
Menurut WHO pada tahun 2006, perubahan berat badan selama pemakian
kontrasepsi suntik biasanya penigkatan berat badan sekitar rata-rata 5.4 pon atau 2,7 kg,
dan untuk tahun pertama 8.1 pon ata 4 kg setelah dua tahun dan 13.8 pon atau 7 kg
setelah 4 tahun pernikahan
Berdasarkan teori menjelaskan bahwa menggunakan alat kontraspesi suntuk
mengalami peningkatan berat badan rata-rata sebesar 5 kg ditahun pertama pemakaian
alat kontrasepsi, hal tersebut disebabkan karena kadungnan progesteron pada kontraspesi
suntik, penggunaan aat kontrasepsi yang pemakaiannya selama 2 sampai 3 tahun yang
mengalami peningkstan berat badan sebesar 3. 20 kg dengan lama penggunaan pling
banyak selama 2 tahun dimana hal tersebut berkaitan dengan bahwa hormon progesteron
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor
makan lebih banyak dari pada biasnya sehingga nafsu makan akan terhambat dan
brakibat pada nasfsu makan yang cenderung lebih banyak.
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat
badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berat badan
harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi
yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau
penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi
dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan
yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.
Kenaikan berat badan merupakan salah satu efek samping yang sering dikeluhkan
para akseptor KB suntik. Gejala dan keluhan yang dialami yaitu berat badan bertambah,
kenaikan berat badan ratarata 3 kg tiap tahun. Peningkatan berat badan dapat disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya adalah kelebihan makanan, kekurangan aktifitas fisik dan
kemudahan hidup, faktor psikologis dan genetik, pola konsumsi makan, fisiologis,
kebudayaan, lingkungan, hormon.
Umumnya kontrasepsi suntik menggunakan hormon esterogen dan progesteron
dalam terapinya, sehingga terjadi peningkatan jumlah hormon progesteron dan esterogen
didalam tubuh dengan efek androgeniknya, hormon progesteron tersebut merangsang
pusat pengedali nafsu makan di hypothalamus (guyton, 2006), yang menyebabkan
akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya, sehingga nafsu makan akan bertambah
dan berakibat makan lebih banyak.
Dampak atau masalah kontrasepsi hormonal lainnya yang dapat timbul seperti
perdarahan/ gangguan haid (amenorea, menoragia, metroragia, spotting), keputihan
vaginal, tekanan darah tinggi, jerawat, ASI berkurang, gangguan fungsi hati, varises,
rambut rontok, nyeri waktu haid, nyeri waktu melakukan hubungan seksual, mual,
muntah, sakit kepala, pusing, perubahan libido (Sulistiyawati, 2011, hlm.156-157).
Pada beberapa wanita yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal terdapat
kemungkinan untuk mengalami peningkatan tekanan darah setelah lama penggunaan.
Metode kontrasepsi hormonal mempengaruhi mekanisme system kardiovaskuler berupa
pengaruh terhadap proses pembekuan darah, pengaruh terhadap bermacam-macam lemak
dalam darah dan pengaruh terhadap tekanan darah atau cardiac output. Kedua komponen
dalam metode kontrasepsi hormonal baik esterogen maupun progesteron memiliki peran
untuk terjadinya efek yang tidak menguntungkan seperti, sakit kepala, hipertensi, infark
miokard, dan lainnya (Hartanto, 2010, hlm 116).
Kontrasepsi yang menggunakan hormonal baik esterogen maupun progesterone
dapat mempengaruhi tekanan darah. Esterogen merupakan salah satu hormon yang dapat
meningkatkan retensi elektrolit dalam ginjal, sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi
natrium dan air yang menyebabkan hipervolemi kemudian curah jantung menjadi
meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Hartanto, 2010, hlm. 116).
BAB III

PENUTUTP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. Farida. Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntuk dan Pil Terhadap Peningkatan Berat Badan
pada Ibu Pasangan Usia Subur. Vol 6. No 2 . 2017
2. Ambarwati, Fitri. 2014. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan dengan
Kepatuhan Penggunaan Pil KB di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. 2013. Skripsi
Thesis, Universtas Muhammadiyah Surakarta.
3. Asian Journal of Environment, History and Heritage September 2017, Vol. 1, Issue. 1, p.
131-140 ISSN 2590-4213 (Print) 2590-4310 (Online) Published by Malay Arts, Culture
and Civilization Research Centre, Institute of the Malay World and Civilization
4. PENGGUNAAN KONTRASEPSI DAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR
KB ( USE OF CONTRACEPTION AND CHANGE IN WEIGHT ON FAMILY
PLANNING ACCEPTOR ). Rosmala Nur, Abd. Rahman & Nurhalimah

Anda mungkin juga menyukai