Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan dan kawasan yang memiliki nilai arti kesejarahan ataupun nilai seni
arsitektur, pada dasarnya harus dilihat sebagai obyek cagar budaya. Obyek cagar
budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman
dan pengembangan sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan itu sendiri.(Eko
Budihardjo,1997).
Keraton berasal dari bahasa Jawa. Dalam pengertian sehari-hari, keraton
sering disebut sebagai istana yang artinya suatu lambang kekuasaan dari seorang
penguasa daerah (Besta Besuki Kertawibawa, 2007). Keraton juga mempunyai arti
kediaman ratu/raja, negara atau kerajaan (Soeratman, 1989). Dalam bahasa Jawa, kata
“keraton” berasal dari kata dasar “ratu” yang berarti penguasa. Masyarakat Keraton
pada umumnya memiliki gelar Bangsawan.
Salah satu Keraton di Kota Ternate yakni Keraton Kesultanan Ternate sebagai
tempat peninggalan sejarah kawasan Ternate, telah menjadi lambang kelestarian
budaya dan adat-istiadat yang diwariskan turun temurun dan masih berlangsung
hingga saat ini, dianggap memiliki kekuatan magis dan segala kegiatannya
mengandung berbagai sistem dan aturan. Nilai budaya diwariskan turun temurun
dalam kehidupan menjadi sumber pandangan, orientasi kehidupan masyarakat yang
mempunyai kepercayaan dan mengakui adanya keselarasan hubungan dekat antara
alam semesta dan manusia (makro dan mikro kosmos).
Adanya berbagai aktifitas di Keraton Kesultanan Ternate tentunya akan
mempengaruhi lingkungan sekitarannya sehingga sanitasi di lingkungan keraton harus
terjaga. Masalah sanitasi termasuk masalah yang kompleks sehingga senantiasa
berubah dari waktu ke waktu. Mulia (2005) berpendapat “bahwa kesehatan manusia
hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan jika manusia tersebut terpapar
terhadap faktor lingkungan pada tingkat yang tidak dapat ditenggang keberadaannya.”
Maka perlu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan lingkungan fisik dan fasilitas
sanitasi Keraton Kesultanan Ternate.
2.1 Rumusan masalah
a. Apakah lingkungan di Keraton Kesultanan Ternate memenuhi syarat-syarat
sanitasi ?
b. Apakah fasilitas karaton memenuhi syarat – syarat sanitasi ?
3.1 Tujuan
Untuk mengetahui sanitasi lingkungan dan fasilitas di Keraton Kesultanan
Ternate memenuhi syarat atau tidak
4.1 Lokasi
Keraton yang kami lakukan inspeksi sanitasi yaitu Keraton Kesultanan
Ternate di Jln. Salero, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sanitasi Tempat-tempat Umum


Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian
semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia
terutama yang sifatnya merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik ,
kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum
(semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan
kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus, (Suparlan 1977).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
965/MENKES/SK/XI/1992, pengertian sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan
untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia.
Menurut Notoadmojo (2003), mengemukakan “sanitasi itu sendiri merupakan
perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya
dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia,
sedangkan untuk pengertian dari sanitasi lingkungan, sanitasi lingkungan adalah
status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyedian air bersih dan sebagainya”.Ruang lingkup kegiatan Pengawasan Sanitasi.
Pada kegiatan  ini dilakukan pencatatan, Kegiatan ini dilaksanakan melalui orientasi
keadaan sanitasi secara garis besar, untuk mencari permasalahan umum STTU yang
dilihat atau diperiksa yang menyangkut masalah umum sanitasi yang ada sehingga
tahap ini merupakan survei pendahuluan (preliminary survey).
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan
yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh
kegiatan tersebut dapat dicegah (Fahmi, 2009). Sanitasi tempat-tempat umum
menurut Mukono (2006), merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup
mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam
masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat.
Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau
mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit
tersebut. Terkait makanan, sanitasi didefinisikan sebagai penerapan atau pemeliharaan
kondisi yang mampu mencegah terjadinya pencemaran (kontaminasi) makanan atau
terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan (foodborne illness atau foodborne
disease).
Sanitasi juga merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
pasa pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia.

2.2 Pengertian Sanitasi


WHO dalam Sasimartoyo “2OO2”, yaitu pengawasan penyediaan air minum
masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah,pembuangan sampah, vector penyakit,
kondisi perumahan,penyediaan dan penanganan makanan, kondisi atmosfer dan
keselamatan lingkungan
Untuk  mencegah timbulnya penyakit dan keracunan serta mengganggu
kesehatan lain sebagai akibat adanya interaksi faktor-faktor lingkungan hidup.
Sanitasi lingkungan.
Upaya pengendalian terhadap faktor-faktorlingkungan fisik manusia yang
dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan atau upaya kesehatan untuk memelihara
dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya,seperti :
a. menyediakan air bersih untuk mencuci tangan
b. menyediakan tempat sampah untuk membuang sampah
c. membangun jamban untuk tempat membuang kotoran
d. menyediakan air yang memenuhi syarat kesehatan
2.3 Permasalahan Sanitasi
1. Air Limbah
Belum tersedianya sarana pengelolaan air limbah yang memadai. sarana yang sudah
terbangun belum dimanfaatkan secara maksimal. belum tersedianya renstra
pembangunan sistem pengelolaan air limbah di sebagian besar kab/kota. Belum
tersedianya SDM yang cukup untuk mengelola sistem pengelolaan air limbah di
kab/kota.
2. Persampahan
Semakin tingginya timbunan sampah seiring peningkatan jumlah penduduk.
sarana pengelolaan sampah yang telah ada kurang dipelihara dengan baik dan
prosedur. belum tersedianya dokumen rencana dan strategi pengelolaan sampah
termasuk kelembagaan dan pengaturan
3. Drainase
Belum adanya dokumen rencana dan strategi pembangunan system drainase
kota/permukiman. Kurangnya koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait sistem
drainase kota/permukiman. Pembangunan sistem drainase kota belum menjadi
prioritas daerah.

2.4  Ruang Lingkup Pariwisata


1. Objek dan Daya Tarik Wisata, (berkesan, menarik dan memiliki kenangan indah.
2. Sarana Wisata, (hotel, restoran yang aman, nyaman dan sehat)
3. Sarana Penunjang (pasar, cendera mata, rumah ibadah yang selalu bersih, tertib,
aman dan berkualitas)
4. Prasarana Dasar
Tersedia sarana air bersih. Tersedia WC yang bersih dan mencukupi untuk
pengunjung. Minimal setiap 20 orang tersedia satu wc.
Tempat Pembuangan Sampah Sementara, setiap jarak 100 m harus tersedia TPS yang
bersih dan tertutup. Saranan dan prasarana transport, harus aman, nyaman, bersih, dan
sehat. Sarana Pelayanan Kesehatan (memadai, tersedia pelayanan setiap Waktu, dan
petugas yang profesional dan ramah) Jaringan Informasi Pariwisata dan
Kesehatan Lengkap. perangkat pengamanan wisatawan

2.5    Kebijakan Sanitasi


1. Rencana strategik bidang pengelolaan air limbah
Dalam rangka penyehatan lingkungan permukiman yang berkelanjutan, dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sehingga masyarakat dapat
menjadi lebih produktif perlu dilakukan pengembangan sistem pengelolaan air limban
permukiman yang ramah lingkungan. Dalam upaya mewujudkan situasi dan kondisi
permukiman sehat yang diinginkan dan memenuhi target Millenium Development
Goals (MDGs) yang disepakati dalam KTT Millenium PBB bulan September 2000,
diperlukan rencana, program, dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu, efisien, dan
efektif diperlukan Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Permukiman.

2.6 Sejarah Keraton Kesultanan Ternate


Keraton Kesultanan Ternate diketahui sebagai satu-satunya bangunan
tradisional yang masih berdiri di Kota Ternate. Menurut para ahli, bangunan keraton
tersebut dibuat dengan melihat arsitekur Tiongkok yang sudah terakulturasi dengan
kebudayaan lokal.
Keraton Kesultanan Ternate berada di tengah Kota Ternate, dengan atap
bangunan Keraton yang terbuat dari seng yang dicat kuning. Keraton tersebut
menghadap ke arah timur dengan pemandangan laut. Pada halaman keraton terdapat
tiga buah tiang bendera untuk mengibarkan bendera sebagai tanda dari keraton itu.
Bendera pertama berwarna kuning, digunakan untuk memberitahu keberadaan sultan.
Bendera kedua, bendera merah putih, melambangkan negara Indonesia. Bendera
ketiga, berwarna hitam, digunakan sebagai lambang Keraton Kesultanan Ternate.
Menurut penjelasan dari Sultan Ternate, posisi tiang bendera merah putih
berada di antara bendera kuning dan bendera hitam, adalah sebagai tanda bahwa raja
dan Kesultanan Ternate selalu mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Secara umum, wilayah Keraton Kesultanan Ternate terbagi menjadi beberapa
bangunan, dengan fungsinya masing-masing. Bangunan terdepan dari keraton adalah
sebuah dermaga (dodoku), diberi nama Ali, sehingga masyarakat sekitar menyebutnya
Dodouku Ali. Setelah melewati dermaga tersebut, akan ditemukan sebuah alun-alun
besar yang diberi dua buah bangunan gerbang, disebut Ngara Lamo.
Di wilayah Ngara Lamo, setiap tahunnya di bulan April, akan diadakan pesat
rakya unuk memperingati hari kelahiran Sultan. Pesta rakyat tersebut menampilkan
berbagai jenis kesenian dan hasil bumi yang dibawa oleh masyarakat dari berbagai
daerah. Perayaan ini dahulunya dilakukan untuk mengabiskan stok pangan yang
berada di lumbung hasil pertanian tahun sebelumnya. Kemudian lumbung yang sudah
kosong akan digunakan kembali untuk menyimpan hasil panen di tahun tersebut.
Memasuki kawasan Sunye Ici, yang berada di utara keratpn, akan ditemukan
sebuah kolam besar, bernama Air Santosa. Air yang ada di kolam tersebut berasal dari
mata air, walaupun secara geografis wilayah tersebut berada dekat dengan pantai.
Mata air tersebut dapat memenuhi kebutuhan seluruh keluarga kerajaan. Setelah
melewati kolam, barulah dijumpai bagian utama Keraton Kesultanan Ternate yang
masih terjaga kondisinya hingga saat ini.
Keraton Kesultanan Ternate merupakan salah satu peninggalan kerajaan Islam
tertua di Nusantara. Menurut cerita, Kesultanan Ternate didirikan oleh Ba’ab Mashur
Malamo pada tahun 1257. Dibangun dengan gaya arsitektur Cina, dengan atap
bangunan keraton yang terbuat dari seng yang dicat kuning. Bangunan ini
mengahadap ke arah timur, dengan pemandangan hamparan laut dan latar belakang
Gunung Gamalama.
Dalam sejarahnya para sultan selalu memiliki ruang hidup (lebenschraum
habitus). Di Kesultanan Ternate, ruang hidup para sultan adalah Kadaton (keraton)
yang sejak kelahirannya ditata menurut filosofis kosmologi yang terkonstruksi dalam
adat se atorang. Istana (kadaton) sebagai landasan legitimasi politik menyebabkannya
bukan semata tempat tinggal raja dan kerabatnya tapi juga dipandang sebagai negara
(exemplary state). Dalam sejarah perkembangannya, keraton menjadi institusi
kekuasaan yang secara politik sama dengan institusi kebangsawanan.
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN

3.1 Format Inspeksi Sanitasi Keraton Kesultanan Ternate

NO KOMPONEN BOBOT NILAI SKOR


A. Lingkungan / halaman
1. Bersih 4
8
2. Tidak terdapat genangan air 3 32
3. Air limbah mengalir dengan lancar 3
B. Air bersih
1. Tersedia dengan jumlah yang cukup 4
2. Memenuhu persyaratan fisik 16 3 24
3. Tersedia kran yang cukup ( minumal 1 kran 3
untuk tiap radius 20m)
C. Toilet umum
1. Bersih dan terpelihara 3
2. Toilet dihubungkan dengan saluran air kotor 3
kota atau septic tank
3. Jumlah toilet sebagai berikut :
 Untuk setiap 80 pengunjung wanita 1 16
buah jamban 2
 Untuk setiap 100 pengunjung pria 1 buah
jamban
4. Toilet pria terpisah dengan toilet wanita 2 32

D. Pembuangan air limbah


1. Dilakukan pengolahan sendiri atau 2
pengolahan perkotaan
16
2. Disalurkan melalui saluran tertutu, kedap 6 96
air, dan lancar

E. Pembuangan sampah
1. Tersedia jumlah sampah yang cukup 3
minimal 1 buah untuk jarak 20m
2. Kuat, tahan karat, kedap air, permukaan 3
halus dan rata, berpenutup. 14
3. Tersedia TPS yang memenuhu syarat 2 28
4. Pengangkutan sampah dari TPA minimal 3
hari sekali 2
F. Sarana penyuluhan
1. Terdapat tanda-tanda sanitasi (sologan,
6
poster, dan lain-lain)
12
2. Tersedia alat pengeras suara untuk
4
memberikan penyuluhan / penerangan

Sarana / fasilitas kesehatan 12 6


G. 1. Tersedia poliklinik / balai pengobatan
2. Tersedia minumal 1 kotak P3K yang berisi
obat-obatan sederhana 4 48

Alat pemadam kebakaran


H. 1. Tersedia alat pemadam kebakaran yang 6
berfungsi dengan baik dan mudah dijangkau 8 48
2. Terdapat penjelasan tentang penggunaannya 4

TOTAL 100 308

KETERANGAN :

Dari hasil survey di karaton kesultanan ternate dinyatakan laik sehat apabila
memperoleh nilai sekurang-kurannya 65% dengan catatan untuk masing-masing
variabel laporan adalah seprti tabel berikut :

VARIABEL

I II III

100% 93% 57%

CATATAN :

Dari tabel yang kita dapatkan bahwa variabel I bisa di katakana laik sehat
karena memperoleh nilai 100% sedangkan variabel ke-II juga bisa di katakan laik
sehat karena memperoleh nilai 93% dan variabel ke-III bisa dikatakan kurang laik
sehat karena memperoleh nilai 57%.

3.2 PEMBAHASAN
A. Lokasi dan halaman
1) Halaman depan dan belakang

Halaman depan dan belakang Keraton Kesultanan Ternate terlihat bersih karena selalu
di jaga setiap saat sehingga tidak adanya sampah yang berserakan.

2) Bagian dalam
Bagian dalam keraton sangat bersih dan lantainya kedap terhadap air, langit-langit di
kedaton pun sangat bersih, terdapat begitu banyak peninggalan-peninggalan bersejarah dari
sultan (raja) Ternate dan juga banyak larangan yang tidak bisa pengunjung memasuki
larangan-larangan tersebut contohnya pengunjung tidak boleh melewati garis / batasan-
batasan yang sudah di buat oleh petugas di keraton tersebut.

B. Sarana sanitasi
1. Toilet dan wastafel untuk pengunjung

Jamban merupakan jamban duduk yang berada di luar ruangan (halaman samping
keraton), wastafel berada pas di depan pintu kamar mandi tersebut.
Air yang digunakan untuk keperluan di dalam Keraton Kesultanan Ternate yaitu
berasal dari ake santosa (air santosa) yang berlokasi tepat di bawah tebing sebelah kiri
Keraton Kesultanan Ternate.
2. Toilet untuk petugas keraton

Toilet untuk petugas ada 4 yang terdiri atas 2 kamar mandi dan 2 jamban, toilet
tersebut berdekatan antara toilet wanita dan toilet pria. Sedangkan jamban yang di pakai
petugas keraton adalah jamban yang berbentuk leher angsa.

3. Pembuangan air hujan dan air kotor (air limbah)

Terdapat banyak sampah dari pohon yang berada di sekitar selokan pembuangan air
limbah tersebut. Dinding dan dasar saluran pembungan air limbah terbuat dari semen
sehingga air limbah yang mengalir ke bak penampungan akhir tidak mencemari tanah.
Keraton Kesultanan Ternate juga memiliki tempat sampah di belakang keraton
sebelah kanan tempat parkir pengunjung. Sampah yang di hasilkan oleh pengunjung atau
penjaga Keraton Kesultanan Ternate langsung di tampung di dalam tempat sampah yang
sudah di sediakan masing-masing sebagai tempat penampungan sementara (TPS).
BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpul
Dari hasil praktek penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan ( inspeksi
sanitasi ) objek wisata peninggalan sejarah ( keraton kesultanan ternate ), dilihat dari
sanitasi lingkungan dapat memenuhi syarat dan fasilitas sanitasi yang mencakup air
bersih, toilet umum, pembungan air limbah, pembuangan sampah, sarana fasilitas
kesehatan dan alat pemadam kebakaran juga memenuhi syarat yang telah di tetapkan.
4.2 Saran
Saran dari kelompok 3 untuk Keraton Kesultanan Ternate, semoga petugs
keraton selalu menjaga kebersihan,dapat mempertahankan sanitasi di tempat
peninggalan sejarah dan memberikan kenyamanan bagi setiap pengunjung yang akan
berkunjung di Keraton Kesultanan Ternate.
DAFTAR PUSTAKA

(Eko Budihardjo,1997). pemahaman dan pengembangan sejarah ilmu pengetahuan


dan kebudayaan itu sendiri

Besta Besuki Kertawibawa, 2007: 188 keraton sering disebut sebagai istana yang
artinya suatu lambang kekuasaan dari seorang penguasa daerah

Soeratman, 1989: 1. Dalam bahasa Jawa, kata “keraton” berasal dari kata dasar
“ratu” yang berarti penguasa

Mulia (2005) kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
jika manusia tersebut terpapar terhadap faktor lingkungan pada tingkat yang tidak
dapat ditenggang keberadaannya

World Health Organization (WHO). 2008. Environmental Health.


http://www.WHO.int. [Diakses 20 November 2009].

Rusdiawan (2011) Sanitasi dan Kesejahteraan


Sumber:  http://green.kompasiana.com/polusi/2011/11/20/sanitasi-dan-kesejahteraan/ 
Diakses tanggal 5 November 2012 waktu 10.52. wib

Teuku (2009) Pentingnya Pengelolaan Sanitasi Di Tempat-Tempat Umum


 Sumber : http://tuloe.wordpress.com/2009/06/07/sanitasi-umum/
 Diakses tanggal 5 November 2012 waktu 10.25wib

ReimiE 2012: Pengertian atau Definisi Sanitasi


Reimie : http://www.reimie.com/2012/10/pengertian-atau-definisi-sanitasi.html
diakses pada 05/10/2012 jam 21.32 Wib.

Wardana (2012).  Sanitasi Tempat-tempat Umum


Diakses : cai-sl.blogspot.com/2012/06/makalah-sanitasi-tempat-tempat-umum.html
diakses : Diakses tanggal 5 November 2012 waktu 11.15wib
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit


sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas hasil laporan Sanitasi Transportasi Dan Matra.

Dalam penyusunannya, kelompok 3 mengucapkan terimakasih kepada  dosen


pembimbin mata kuliah Sanitasi Transportasi Dan Matra yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun kelompok 3 berharap isi dari laporan praktikum ini. bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran.

Akhir kata dari kelompok 3 mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan


praktikum ini bermanfaat.

Ternate, 30 september 2019


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
1.4 Lokasi............................................................................................................2

BAB II TUJUAN PUSTAKA..................................................................................3

2.1 Penertian sanitasi tempat tempat umum...................................................3


2.2 Pengertian sanitasi.......................................................................................4
2.3 Permasalahan sanitasi ……………………………………………………4
2.4 Ruang lingkup pariwisata…………………………………………………5
2.5 Kebijakan sanitasi………………………………………………………….5
2.6 Sejarah keraton kesultanan ternate………………………………………5

BAB III HASIL PEMERIKSAAN.........................................................................6


3.1 Format Inspeksi Sanitasi Keraton Kesultanan Ternate...........................6
3.2 Pembahasan..................................................................................................8
A. Lokasi dan halaman......................................................................................8
B. Saran Sanitasi................................................................................................9

BAB IV PENUTUP..................................................................................................11
4.1 Kesimpulan...................................................................................................11
4.2 Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12
LAPORAN

“SANITASI TRANSPORTASI PARWISATA DAN MATRA”


“KERATON KESULTANAN TERNATE”

OLEH

KELOMPOK : III

1. Asmawati
2. Aulia Pattisahusiwa
3. Ismawan Din
4. Muliati Kadirun
5. Laili S Tambrin
6. Rosmala Lauhin
7. Wa Hasiati
POLTEKKES KEMENKES TERNATE

PRODI D-III KESEHATAN LINGKUNGAN

2019 / 2020

Anda mungkin juga menyukai