Tahap Domestik
Pada tahap ini Perusahaan lebih mengkonsentrasikan aktivitasnya hanya untuk memenuhi dan melayani
Pasar, berhubungan dengan pemasok dan pesaing yang berada dalam Negeri . Orientasi mereka adalah
bersifat “ETHNO CENTRIC”, yaitu bahwa sifat pasar atau Konsumen dimanapun akan sama , sehingga
manajemen memandang pasar Domestik padat dengan peluang yang jauh lebih aman. Hal ini dapat
dimungkinkan karena pasar Domestik belum dimasuki oleh Perusahaan Asing.
Tahap Internasional
Dengan makin ketatnya persaingan dan pasar dalam negri mulai jenuh, maka Perusahaan sudah mulai
melebarkan aktivitas produksi, Pemasaran dan lainnya keluar negara Induknya. Orientasi Perusahaan
Internasional masih bersifat “ETHNO CENTRIC” , dimana motivasi terjun ke pasar Internasional masih
semata-mata melemparkan kelebihan produk atau memperpanjang Daur kehidupan produk
perusahaan.
Tahap Multinasional
Perusahaan mulai berinvestasi dan memproduksi barangnya di luar negeri dengan penerapan strategi
yang berbeda terhadap negara yang satu dengan Negara yang lain , karena perusahaan berasumsi
bahwa setiap negara mempunyai Konsumen dan Lingkungan yang berbeda.
Tahap Global
Pada tahap ini perusahaan mulai melakukan Strategi pemasaran Global yaitu dengan memfokuskan
pada pasar Global dan memproduksi dengan sumber daya dari dalam Negara atau salah satu Negara.
Dengan strategi ini Perusahaan akan mendapatkan keuntungan dalam hal biaya lebih murah.
Tahap Transnasional
Pada tahap ini perusahaan mulai mendominasi pasar dan industri diseluruh penjuru dunia (Global)
dengan memadukan antara biaya Global dengan tujuan mencari keuntungan. Orientasinya : Geo
centric. Misalnya : Electrolux , melakukan Desain mesin cuci di Itali, diproduksi dan di test di Swedia dan
akhirnya diproduksi besar-2 an di Amerika Serikat.
NAFTA (North American Free Trade Agreement) tahun 1992. Negara-2 Amerika Utara dan Kanada.
QUOTA (Batasan-2 Impor)
EMBARGO, yaitu melarang masuknya semua Komoditi yang datang dari suatu negara tertentu
Perbedaan dalam hal bahasa seringkali merupakan hambatan bagi kelancaran Bisnis Internasional, hal
ini disebabkan karena bahasa adalah merupakan alat komunikasi yang vital baik bahasa Lisan maupun
Tulis. Contoh : Pabrik Mobil Chevrolet yang memberikan nama suatu jenis mobilnya dengan nama
“Chevrolet’s Nova” padahal di negara Spanyol kata “No Va” berarti “tidak dapat berjalan”. Oleh
karena itu maka sangat sulit untuk memasarkan produk tersebut di negara Spanyol. Contoh lain : Orang
Jepang memiliki kebiasaan untuk tidak mau mendekati Wanita bila membeli di Supermarket, sehingga
hal ini membawa konsekwensi bahwa barang-2 Kosmetik Pria jangan dicampur berdekatan dengan
Kosmetik Wanita , sebab tidak akan didekati oleh pembeli Pria.
3. Hambatan Operasional
Mis. Masalah Transportasi , hal ini seringkali sukar untuk dilakukan karena antara kedua negara itu
belum memiliki Jalur pelayaran Kapal Laut yang Reguler. Hal ini akan dapat mengakibatkan bahwa biaya
pengangkutan atau Ekspedisi Kapal Laut untuk Jalur tersebut akan menjadi sangat mahal, karena
kembalinya Kapal tersebut dari Negara tujuan itu akan menjadi Kosong.
Sebagai contoh : Amerika melakukan Embargo terhadap Komoditi perdagangan dengan negara-2
Komunis. Contoh lain : Indonesia melarang Ekspor Kulit mentah ataupun Rotan mentah ke luar Negara
lain.
4. Subsidi Silang
Di kutip dari Hollensen (2008: 215-216), ada banyak strategi cara masuk pasar asing yang kemudian
dibagi menjadi tiga kelompok besar;
Keputusan perusahaan dalam memilih entry mode tergantung pada beberapa faktor. Kaffash et al.
(2012) membagi faktor-faktor ini menjadi dua kategori yaitu:
1. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi entry mode selection ini tidak dapat dikendalikan atau
dipengaruhi oleh perusahaan. Yang termasuk faktor
eksternal adalah:
Faktor negara target pasar (target country market factors), Jika target pasar besar dan memiliki
pertumbuhan potensial yang bagus,perusahaan cenderung ingin menggunakan banyak sumber daya
untuk pasar tersebut dan akan memilih strategi entry mode FDI atau berpartisipasi dalam joint venture.
Sebaliknya, jika ukuran target pasar kecil atau di lokasi geografis terpencil, perusahaan dapat memilih
untuk menggunakan strategi entry mode ekspor atau perjanjian kontrak seperti lisensi atau waralaba
(Hollensen, 2012: 225).
Ketika biaya produksi dalam negeri tinggi dan kurang/buruknya infrastruktur seperti transportasi,
pelabuhan dan komunikasi di dalam negeri, produksi lokal lebih di negara target lebih disukai. Di sini
perusahaan mungkin akan mempertimbangkan entry mode hirarkis dan mendirikan anak perusahaan di
dalam target pasar asing yang mana biaya produksi lebih rendah (Hollensen, 2012: 225).
Yang termasuk faktor lingkungan adalah faktor politik, ekonomi, hambatan masuk negara target dan
sosial-budaya (Kaffash et al., 2012). Kestabilan ekonomi menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
memutuskan entry mode. Ketidakstabilan ekonomi seperti neraca pembayaran yang lemahberdampak
pada pengetatan impor atau devaluasi nilai tukar. Perang, resesi dan masalah politik seperti kebijakan
dan regulasi tarif, kuota dan batasan lainnya juga akan memberikan dampak. Jika terjadi hal demikian
maka entry modes hirarkis atau entry modes menengah dapat digunakan.
Hal lain yang mungkin akan dihadapi perusahaan ketika memasuki pasar baru adalah resiko negara dan
ketidakpastian permintaan. Resiko bisa saja berupa resiko ekonomi, politik atau sosial budaya. Jadi
diperlukan analisis metode dan resiko pasar sebelum masuk ke dalam pasar baru. Bila resiko negara
tinggi, perusahaan lebih memilih entry mode yang melibatkan komitmen sumber daya yang rendah
seperti ekspor (Hollensen, 2012: 224).
Persaingan pasar yang ketat biasanya tidak terlalu memberikan keuntungan dan investasi dan komitmen
yang besar tidak terlihat begitu berharga. Maka dari itu perusahaan lebih memilih ekspor di mana tidak
membutuhkan banyak sumber daya. Jika pasar terkonsentrasi di mana hanya ada beberapa pemain
besar, jenis pasar ini memberikan sedikit kemungkinan untuk memberikan perusahaan daya tawar dan
membawa kepada situasi monopolistik. Pada situasi tersebut, biasanya pasar berada di bawah beberapa
perantara ekspor. Untuk menghindari perilaku tersebut, perusahaan menggunakan entry mode hirarkis
seperti akusisi atau greenfield investment (Hollensen, 2012: 225).
2. Faktor internal
Faktor internal menekankan kepada apa yang terjadi di dalam perusahaan. Faktor ini terdiri dari
besarnya perusahaan, jumlah pengalaman internasional dan karakteristik produk atau jasa.
Besar perusahaan (size of firm), Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pemilihan entry mode
adalah ukuran perusahaan.
Karakteristik produk atau jasa seperti nilai, berat, ukuran dan bahan pembuatan. Sifat produk berbeda-
beda dan menjadi faktor penentu pemilihan entry mode. Contohnya, produk yang membutuhkan
layanan purna jual seperti instalasi, pelatihan dan sebagainya, bagian pemasaran dan penjual perantara
di dalam pasar asing mungkin tidak bisa menanganinya. Jadi lebih baik perusahaan menggunakan entry
mode hirarki dan mendirikan anak perusahaan sendiri (wholly owned subsidiary) di mana
memungkinkan untuk menawarkan layanan purna jual tersebut dengan leluasa. (Hollensen, 2012: 223)
Selain itu pengalaman internasional perusahaan dan karakteristik produk atau jasa merupakan faktor
penting di mana akan menentukan proses internasionalisasi suatu perusahaan.
Setiap pengambil keputusan mempunyai karakteristik sendiri dalam memilih entry mode. Tergantung
dari jenis dan umur perusahaan, produk atau jasa yang mereka mau jual dan manajemennya, suatu
perusahaan mungkin menginginkan kontrol yang lebih banyak atas operasi internasional