592 1163 1 SM PDF
592 1163 1 SM PDF
2/September/2015
ABSTRAK
Hospitalisasi adalah suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus tinggal dirumah sakit untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan. Salah satu intervensi keperawatan anak untuk membantu
mengurangi kecemasan anak prasekolah selama menjalani hospitalisasi adalah terapi bermain seperti
clay. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain clay terhadap kecemasan
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani hospitalisasi di RSUD Banjarbaru. Penelitian
ini bersifat quasi eksperimental dengan rancangan penelitian pretest-posttest non equivalent control
group design. Pengambilan sampel sebanyak 26 anak usia prasekolah yang terbagi atas 13 anak
kelompok kontrol dan 13 anak kelompok eksperimen dengan menggunakan teknik accidental
sampling. Kecemasan anak diukur menggunakan Preschool Anxiety Scale-Revised (2010).
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur kecemasan sebelum dan kecemasan sesudah pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil analisis statistik menggunakan uji t independent
didapatkan nilai p-value 0,000<α 0,05 yang berarti terdapat pengaruh terapi bermain clay terhadap
penurunan kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani hospitalisasi di RSUD
Banjarbaru.
ABSTRACT
Hospitalization is a condition that causes a person should stay in the hospital for treatment and
medication. One of the possible nursing interventions for the children to reduce their anxiety during
hospitalization is through play therapy such as clay play. The purpose of this study was to find out the
effectiveness of clay therapy on the anxiety in preschool children (3-6 years) during hospitalization in
Banjarbaru Public Hospital. This study was quasi experimental with a pretest-posttest non equivalent
control group design. The accidental sampling technique was used in this study to select the samples
of 26 preschool children. The samples were divided into two groups, an experimental group and a
control group, each of which consisted of 13 children. Child’s anxiety was measured using the
Preschool Anxiety Scale Revised (2010). The data were collected through measuring pre and post
anxiety on both groups. The statistical results using t-independent test showed that p-value was
0.000<α 0.05, indicating that there were the effectiveness of clay therapy on reducing anxiety in
preschool children (3-6 years) during hospitalization in Banjarbaru Public Hospital.
1
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
2
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
Permainan yang cocok diterapkan tua pergi, anak memegang erat orang tua
untuk anak usia prasekolah salah satunya saat dilakukan tindakan pemasangan infus
adalah permainan membentuk (konstruksi) dan 4 anak mengalami kecemasan sedang
seperti clay (15). Clay adalah sejenis bahan ditandai dengan anak susah tidur selama
yang menyerupai lilin lembut dan mudah dirawat dirumah sakit, dan anak takut
dibentuk (16). Terapi bermain dengan kepada petugas kesehatan yang berpakaian
menggunakan jenis clay seperti playdough putih. Hasil wawancara peneliti dengan
cocok diberikan pada anak yang sedang kepala ruangan anak RSUD Banjarbaru
menjalani perawatan, karena tidak didapatkan bahwa belum ada program
membutuhkan energi yang besar untuk terapi bermain yang khusus dilakukan oleh
bermain. Permainan ini juga dapat petugas kesehatan di RSUD Banjarbaru
dilakukan di atas tempat tidur anak, dalam menangani kecemasan anak selama
sehingga tidak mengganggu dalam proses menjalani perawatan. Terapi bermain hanya
pemulihan kesehatan anak (17). Hasil dilakukan oleh mahasiswa keperawatan
penelitian terdahulu oleh Rahmani dan yang melakukan praktik atau dinas dirumah
Moheb (2010) tentang terapi clay dalam sakit dan belum pernah dilakukan
menangani kecemasan pada anak usia penelitian tentang terapi bermain
prasekolah menunjukkan bahwa ada menggunakan clay di RSUD Banjarbaru.
perbedaan kecemasan antara kelompok Tujuan dari penelitian ini adalah
kontrol dengan kelompok perlakuan setelah menganalisis pengaruh terapi bermain clay
diberikan terapi bermain Clay (18). terhadap kecemasan pada anak usia
Hasil survei UNICEF tahun 2012, prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani
prevalensi anak yang menjalani perawatan hospitalisasi di RSUD Banjarbaru.
di rumah sakit sekitar 84% (19). Hasil
survei Riset Kesehatan Dasar
METODE PENELITIAN
(RISKESDAS) tahun 2013 didapatkan data
rata-rata anak yang menjalani rawat inap di Penelitian ini adalah penelitian
rumah sakit di seluruh Indonesia adalah kuantitatif dengan desain penelitian Quasi
2,8% dari total jumlah anak 82.666 orang Eksperimental dengan rancangan Pretest-
(20). Berdasarkan data dari bagian rekam Posttest Non Equivalent Control Group
medik tahun 2013 di Rumah Sakit Umum Design dengan adanya kelompok kontrol.
Daerah (RSUD) Banjarbaru khususnya Penelitian ini dilakukan dengan cara
diruang rawat inap anak Merak didapatkan membandingkan hasil antara kelompok
data jumlah anak dirawat keseluruhan eksperimen dengan kelompok kontrol.
sebanyak 4548 anak, dengan rata-rata Kelompok eksperimen dilakukan
jumlah anak dirawat 379 orang tiap pengamatan awal (pretest) terlebih dahulu
bulannya. Jumlah anak usia prasekolah sebelum diberikan perlakuan, setelah
yang dirawat adalah 308 anak dengan rata- diberikan perlakuan lalu dilakukan
rata 25 anak perbulan. pengamatan akhir (posttest). Kelompok
Hasil studi pendahuluan yang kontrol diberikan pengamatan awal
dilakukan peneliti pada bulan Maret 2014, (pretest) dan akhir (posttest) tanpa
diruang rawat inap anak RSUD Banjarbaru diberikan perlakuan (21).
yaitu melakukan pengamatan dan penilaian Populasi dalam penelitian ini adalah
kecemasan anak dengan menggunakan seluruh pasien anak usia prasekolah (3-6
kuesioner Preschool Anxiety Scale (PAS) tahun) yang menjalani perawatan diruang
(Spence, Rapee, Mc Donald, et al 1999) rawat inap anak Merak RSUD Banjarbaru.
dari Meirany F (2011) kepada 7 anak usia Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
prasekolah (3-6 tahun) didapatkan hasil 3 26 responden yang terbagi dalam 2
anak mengalami kecemasan ringan ditandai kelompok yaitu 13 anak kelompok
dengan anak menangis saat ditinggal orang eksperimen dan 13 anak kelompok kontrol.
3
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
4
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
5
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
6
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
dirawat selama 3 hari. Myres (1980) dalam kedua, dan ketiga memasuki hari keempat
tesis Purwandari (2009) menyatakan bahwa atau hari kelima kecemasan yang dirasakan
kecemasan anak yang dirawat di rumah anak akan mulai berkurang (28).
sakit akan sangat terlihat pada hari pertama,
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Diagnosa Penyakit
Variabel Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N % N %
Diagnosa Penyakit :
Diare Akut 4 30,8 4 30,8
GEA 1 7,7 2 15,4
Faringitis Akut 2 15,4 1 7,7
ISPA 1 7,7 3 23,0
Vomitus 3 23,0 2 15,4
Febris 2 15,4 1 7,7
Jumlah 13 100 13 100
Tabel 5. Distribusi Kecemasan Sebelum dan Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Clay
pada Kelompok Eksperimen
Variabel Eksperimen Mean SD 95% CI P value
Kecemasan Sebelum 40,53 11,94
Sesudah 35,23 13,02 3,70-6,91 0,000
Penurunan 5,30 2,65
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat seperti jarum suntik atau jarum infus. Pada
diketahui bahwa skor rata-rata kecemasan penelitian ini menunjukkan bahwa
responden sebelum diberikan terapi hospitalisasi dapat menyebabkan
bermain clay pada kelompok eksperimen kecemasan. Hal ini sesuai dengan
adalah 40,53 dengan standar deviasi 11,94. pernyataan Wong (2009) dan Ambarwati
Berdasarkan kuesioner Preschool Anxiety (2012) bahwa hospitalisasi yang dialami
Scale-Revised (2010) sebagian besar anak oleh pasien anak dapat menimbulkan
takut apabila berpisah dengan orang tuanya, berbagai pengalaman yang traumatik,
minta ditemani orang tua saat dilakukan penuh dengan kecemasan dan stress (2,29).
tindakan, takut berbicara atau bertemu Kecemasan yang ditunjukkan anak
dengan orang asing (perawat maupun prasekolah selama menjalani hospitalisasi
dokter) selama dirawat dirumah sakit, pada penelitian ini sebagian besar
gugup selama berada dilingkungan rumah disebabkan karena perpisahan dengan
sakit, dan takut pada peralatan medis lingkungan dan terjadinya perlukaan pada
7
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
bagian tubuh. Hasil ini sesuai dengan adalah anak menangis dan marah ketika
pendapat Marlow (1990) dalam jurnal didekati oleh peneliti. Ekspresi wajah yang
Ardiningsih (2006) bahwa kecemasan ditunjukkan anak adalah tegang saat
terbesar pada anak prasekolah selama melihat peneliti. Hal ini disebabkan karena
menjalani hospitalisasi adalah kecemasan anak belum mengenal peneliti dan baru
akibat terjadinya perlukaan pada bagian pertama kali bertemu peneliti, sehingga
tubuh dan kecemasan akibat perpisahan diperlukan bantuan orang tua untuk
(5,11). membina hubungan saling percaya dengan
Supartini (2004) menyatakan bahwa anak. Awalnya sulit untuk membina
reaksi kecemasan akibat perpisahan yang hubungan saling percaya antara anak dan
ditunjukkan anak usia prasekolah ialah peneliti. Tetapi berkat bantuan orang tua
dengan menolak makan, sering bertanya anak hubungan saling percaya antara anak
tentang keadaan dirinya, menangis diam- dan peneliti dapat terwujud yang
diam karena kepergian orang tua mereka, ditunjukkan anak mau untuk diajak
mengalami sulit tidur, dan tidak kooperatif berbicara dan bermain bersama peneliti.
terhadap petugas kesehatan (1). Menurut Pelaksanaan terapi bermain clay
Wong (2009) bahwa reaksi yang secara umum berjalan dengan lancar.
ditunjukkan anak karena adanya luka pada Meskipun pada pelaksanaaan terapi
tubuh dan rasa nyeri seperti anak menangis bermain hari pertama ada sebagian anak
bahkan sampai menyerang, baik secara yang memerlukan pendekatan yang lebih
verbal maupun secara fisik, seperti lama agar mau untuk diajak bermain.
menggigit, memukul, mencubit, dan Peneliti memperkenalkan diri kepada anak
menendang perawat (2). dan menyapa anak dengan nama panggilan
Dampak dari kecemasan yang yang disenangi anak. Terapi bermain
dialami anak usia prasekolah selama dilakukan peneliti bersama anak dengan
menjalani hospitalisasi apabila tidak segera melibatkan partisipasi orang tua atau
diatasi akan membuat anak melakukan keluarga dan dilakukan ditempat tidur anak.
penolakan terhadap tindakan perawatan dan Terapi bermain tidak dilakukan diruang
pengobatan yang diberikan sehingga akan bermain khusus karena kondisi anak tidak
berpengaruh terhadap lamanya hari rawat, memungkinkan untuk diajak ke ruang
dan proses kesembuhan anak (2,10). Oleh bermain dan terapi pengobatan
sebab itu, diperlukan upaya dalam mengharuskan anak untuk banyak
mengatasi memburuknya kecemasan pada beristirahat. Hal ini sesuai dengan prinsip
anak selama menjalani hospitalisasi dengan bermain dirumah sakit yaitu tidak boleh
memberikan intervensi yang sesuai dengan bertentangan dengan terapi dan melibatkan
tumbuh kembang anak (15). partisipasi orang tua atau keluarga (15).
Salah satu intervensi keperawatan Saat anak mulai kooperatif, tidak
anak yang dapat dilakukan perawat untuk rewel barulah peneliti melaksanakan proses
mengurangi kecemasan anak selama terapi bermain clay bersama anak.
menjalani hospitalisasi adalah program Kemudian peneliti membagikan clay jenis
terapi bermain dengan memperhatikan playdough, buku tentang cara membuat
prinsip bermain dirumah sakit (15,30). bentuk dari playdough, dan alat-alat yang
Terapi bermain merupakan salah satu digunakan untuk membuat suatu bentuk
intervensi yang efektif yang berfungsi tertentu seperti cetakan kepada anak. Saat
untuk menangani atau mengurangi pelaksanaan terapi bermain clay pada hari
kecemasan anak selama menjalani pertama untuk membuat bentuk tertentu
hospitalisasi (31). misalnya hewan dibantu oleh peneliti,
Awal pelaksanaan proses terapi tetapi untuk pelaksanaan hari kedua anak
bermain clay hari pertama, respon yang sudah bisa membuat sendiri suatu bentuk
ditunjukkan oleh sebagian besar anak tertentu dari playdough sesuai yang
8
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
Tabel 6. Distribusi Kecemasan Sebelum dan Kecemasan Sesudah Tanpa Diberikan Terapi Bermain
Clay pada Kelompok Kontrol
Variabel Kontrol Mean SD 95% CI P value
9
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
Pengaruh Terapi Bermain Clay Terhadap Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) yang Menjalani Hospitalisasi di RSUD Banjarbaru
Tabel 7. Analisis Pengaruh Terapi Bermain Clay Terhadap Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) yang Menjalani Hospitalisasi di RSUD Banjarbaru
Variabel Kelompok Mean SD 95% Cl Pvalue
Difference
Kecemasan Eksperimen 5,30 2,65 2,75-6,77 0,000
Kontrol 0,53 2,29
Selisih 4,76
Berdasarkan hasil analisis data tabel 7 perawat (1). Permainan pada anak di rumah
di atas dapat diketahui bahwa penurunan sakit tidak hanya memberikan rasa senang
skor rata-rata kecemasan pada kelompok dan mengurangi rasa cemas pada anak,
eksperimen adalah 5,30 dengan standar tetapi juga akan membantu anak
deviasi 2,65. Sedangkan penurunan skor mengekspresikan perasaan dan pikiran
rata-rata kecemasan pada kelompok kontrol takut, sedih, tegang dan nyeri yang
adalah 0,53 dengan standar deviasi 2,29. dirasakan anak (1).
Perbedaan selisih skor rata-rata kecemasan Permainan yang bersifat terapeutik
antara kelompok eksperimen dengan (berfungsi sebagai penyembuh) dapat
kelompok kontrol adalah 4,76 dengan meningkatkan kemampuan anak untuk
derajat kepercayaan 95% berada dalam mempunyai tingkah laku yang positif (2).
rentang 2,75 sampai 6,77. Hasil analisis Peneliti beranggapan bahwa permainan
data menggunakan uji t independent yang memiliki nilai terapeutik didasari oleh
didapatkan nilai p-value 0,000 dan nilai pandangan bahwa bermain bagi anak
signifikansi (α) sebesar 0,05. Hasil ini merupakan aktifitas yang sehat dan
mendapatkan nilai p-value 0,000<α 0,05 diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
yang berarti Ho ditolak. Penelitian ini kembang anak (12). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan didukung oleh penelitian Baggerly (2004)
pengaruh terapi bermain clay terhadap bahwa terapi bermain bermanfaat dalam
kecemasan antara kelompok eksperimen menurunkan kecemasan anak (32). Hasil
dan kelompok kontrol pada anak usia penelitian ini sejalan dengan teori dari
prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani Rekawati Nursalam (2013) bahwa bermain
hospitalisasi di RSUD Banjarbaru. dapat mengurangi tekanan atau stres dari
Hasil penelitian ini menunjukkan lingkungan. Dengan bermain anak dapat
bahwa terapi bermain clay mempunyai mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan
pengaruh terhadap penurunan kecemasan akan sesuatu serta rasa takutnya yang tidak
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dapat diekspresikan di dunia nyata (15).
menjalani hospitalisasi di RSUD Beberapa referensi penelitian yang
Banjarbaru karena dengan dengan mendukung hasil penelitian ini adalah
melakukan permainan anak dapat penelitian yang dilakukan oleh Joseph dan
mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit Ambika (2011) tentang studi untuk menilai
yang dialami pada permainannya (distraksi) efektivitas terapi clay pada gejala
dan relaksasi melalui kesenangannya kecemasan anak prasekolah di sekolah
melakukan permainan selama menjalani khusus bahwa terdapat perbedaan gejala
hospitalisasi (2). kecemasan antara kelompok eksperimen
Menurut Supartini (2004) pengaruh dengan kelompok kontrol setelah diberikan
terapi bermain pada anak yang dirawat terapi clay, hasil ini menunjukkan bahwa
dirumah sakit bagi perkembangan anak terapi clay efektif dapat menurunkan gejala
adalah dapat meningkatkan hubungan kecemasan pada anak prasekolah (33).
antara klien (anak dan keluarga) dan Penelitian yang dilakukan oleh Zaynaliyan,
2
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
Javani dan Abedi (2014) yang meneliti orang tua selama pemberian terapi bermain
tentang pengaruh terapi cat dan terapi clay berpengaruh terhadap reaksi anak selama
terhadap gangguan kecemasan pemisahan dilakukan tindakan medis (5).
pada anak prasekolah bahwa terdapat Keberhasilan terapi bermain dalam
perbedaan kecemasan antara kelompok menurunkan kecemasan anak prasekolah
eksperimen dan kelompok kontrol setelah selama menjalani hospitalisasi selain
diberikan terapi cat dan terapi clay, hasil ini dipengaruhi oleh alat dan jenis permainan
menunjukkan bahwa terapi cat dan terapi yang cocok dan sesuai dengan tahap
clay efektif dapat mengurangi gangguan tumbuh kembang anak, mungkin juga
kecemasan pemisahan pada anak dipengaruhi oleh jenis warna dari
prasekolah (34). playdough itu sendiri. Hal ini terlihat dari
Menurut Tedjasaputra (2005) sebagian besar responden lebih memilih
bermain dapat dikatakan sebagai terapi bagi dan menyukai warna hijau dalam membuat
anak karena selama proses bermain suatu bentuk tertentu yang berbahan dasar
perilaku seorang anak akan tampil lebih dari playdough. Warna hijau dapat
bebas yaitu anak mengeluarkan segala memberikan efek psikologis dalam
bentuk ekspresi yang ada pada dirinya dan mengatasi masalah emosional yang dialami
melupakan masalah yang terjadi pada anak seperti saat anak stress, cemas, emosi,
dirinya (35). Menurut Carmichael (2006) dan rasa takut selama anak menjalani
Reddy, Files-Hall dan CE Schaefer (2005) perawatan dirumah sakit (37). Warna hijau
dalam Association For Play Theraphy dianggap memiliki kekuatan untuk
dimana bermain sebagai terapi dapat menyembuhkan dan kemampuan untuk
diterapkan sebagai pengobatan pilihan menenangkan (37).
dalam kesehatan mental, sekolah, lembaga, Bermain clay termasuk dalam jenis
perkembangan, dan rumah sakit. Pemberian bermain aktif. Jenis clay seperti playdough
terapi bermain membantu anak untuk dipilih selain berfungsi sebagai terapi bagi
menjadi lebih bertanggung jawab atas anak juga bermanfaat dalam meningkatkan
perilaku yang dilakukannya, kemampuan motorik halus anak,
mengembangkan solusi yang baru dan mengembangkan kemampuan imajinasi,
kreatif untuk masalah yang dihadapi, dan kreativitas anak (38), karena anak usia
belajar untuk mengekspresikan emosi (36). prasekolah mengalami perkembangan
Keberhasilan pemberian terapi motorik kasar dan halus dengan cepat serta
bermain dalam menurunkan kecemasan dapat mengenalkan anak tentang warna (2).
anak prasekolah selama menjalani Hal tersebut sesuai dengan yang
hospitalisasi dipengaruhi oleh alat dan jenis dikemukakan oleh Rekawati Nursalam
permainan yang cocok dan sesuai dengan (2013) salah satu permainan yang cocok
tahap tumbuh kembang anak, sehingga yang dapat diterapkan untuk anak
apabila sesuai dengan tumbuh kembang prasekolah adalah permainan yang dapat
anak maka akan membuat anak tertarik merangsang perkembangan motorik halus
terhadap permainan yang disediakan (12). anak dan permainan yang bersifat
Rasa tertarik anak terhadap permainan yang membangun sebuah konstruksi
diberikan akan menimbulkan rasa senang (construction play) seperti membuat suatu
selama dirawat di rumah sakit (12). Rasa bentuk tertentu dari adonan/tanah liat/lilin
senang inilah yang dapat mengalihkan mainan (15). Oleh karena itu, peneliti
perasaan takut, sedih, tegang dan nyeri memilih jenis terapi bermain clay seperti
yang dirasakan anak sehingga dapat playdough, karena cocok diberikan pada
menurunkan kecemasan anak (12). Hal ini anak prasekolah.
sesuai dengan pendapat Alfiyanti (2007) Penurunan skor kecemasan terbanyak
yang menyatakan metode bermain yang pada kelompok intervensi setelah diberikan
sesuai, pendekatan perawat dan dukungan terapi bermain clay berada pada rentang
11
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
usia 5-6 tahun. Hal ini berarti clay lebih laki-laki. Karakteristik responden
berpengaruh pada anak yang berusia 5-6 berdasarkan lama rawat pada
tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat kelompok eksperimen dan kelompok
yang dikemukakan Rekawati, Nursalam kontrol adalah sama yaitu antara 1-3
2013 permainan yang dapat merangsang hari. Karakteristik responden
perkembangan motorik halus anak seperti berdasarkan diagnosa penyakit pada
membuat berbagai bentuk dari kelompok eksperimen dan kelompok
adonan/tanah liat/lilin mainan lebih cocok kontrol terbanyak adalah diare akut.
diterapkan pada anak prasekolah usia 5-6 2. Terdapat perbedaan kecemasan
tahun (15). sebelum dan kecemasan sesudah
Keterbatasan penelitian ini adalah diberikan terapi bermain clay pada
anak yang dirawat tidak dapat secara kelompok eksperimen.
langsung dijadikan sampel penelitian 3. Tidak terdapat perbedaan kecemasan
karena beberapa anak memiliki kondisi sebelum dan kecemasan sesudah
yang kurang memungkinkan untuk tanpa diberikan terapi bermain clay
melakukan terapi bermain clay seperti anak pada kelompok kontrol.
terlihat lelah dan sangat lemah. Penelitian 4. Hasil analisis statistik menggunakan
ini awalnya direncanakan dilakukan uji t independent didapatkan nilai p-
diruang bermain khusus anak. Tetapi value 0,000<α 0,05 yang berarti Ho
karena kondisi anak sangat lemah dan tidak ditolak, sehingga dapat disimpulkan
memungkinkan untuk diajak ke ruang bahwa terdapat pengaruh terapi
bermain khusus dan terapi pengobatan bermain clay terhadap kecemasan
mengharuskan anak untuk banyak pada anak usia prasekolah (3-6 tahun)
beristirahat sehingga terapi bermain yang menjalani hospitalisasi di
dilakukan ditempat tidur anak. RSUD Banjarbaru.
Kelemahan desain penelitian quasi
eksperimental ini adalah tidak Saran dari penelitian ini bagi profesi
dilakukannya pengelompokkan anggota keperawatan khususnya bidang
sampel penelitian secara acak atau random keperawatan anak agar dapat menjadikan
sehingga tidak dapat sepenuhnya terapi bermain clay sebagai sumber materi
mengontrol variabel-variabel luar yang pembelajaran untuk membantu mengurangi
dapat mempengaruhi pelaksanaan kecemasan anak usia prasekolah selama
penelitian. Kelebihan desain quasi menjalani hospitalisasi Bagi rumah sakit
eksperimental ini adalah lebih baik atau khususnya kepala ruangan anak agar dapat
lebih kuat dibandingkan dengan desain menerapkan terapi bermain clay jenis
penelitian pre-experimental karena adanya playdough sebagai salah satu alternatif
kelompok kontrol sebagai pembanding permainan yang mudah dan aman
terhadap hasil dari efek perlakuan pada digunakan bagi anak untuk mengurangi
kelompok eksperimen. kecemasan anak selama menjalani
hospitalisasi. Bagi orang tua diharapkan
dapat memberikan informasi tentang
PENUTUP
gambaran kecemasan anak prasekolah
Simpulan pada penelitian ini, yaitu: selama menjalani hospitalisasi dan salah
1. Karakteristik responden berdasarkan satu alternatif permainan yang aman
usia pada kelompok eksperimen dan digunakan bagi anak prasekolah selama
kelompok kontrol terbanyak adalah menjalani hospitalisasi. Bagi peneliti
usia 3 tahun. Karakteristik responden selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan
berdasarkan jenis kelamin pada penelitian secara deskriptif tentang faktor-
kelompok eksperimen dan kelompok faktor yang dapat mempengaruhi
kontrol didominasi oleh jenis kelamin kecemasan anak selama menjalani
12
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
hospitalisasi dan menggunakan jenis terapi kecemasan pada anak usia 3-5 tahun
bermain lain untuk mengurangi kecemasan yang dirawat diruang Edelwis RSUD
anak usia prasekolah selama menjalani Dr. M Yunus Bengkulu. Jurnal
hospitalisasi misalnya terapi bermain Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
puzzle. Dehasen 2012; (online),
(http://stikesdehasen.ac.id/journal, di
akses 4 Maret 2014).
KEPUSTAKAAN
1. Supartini Y. Buku ajar konsep dasar 8. Fradianto I. Pengaruh terapi bermain
keperawatan anak. Jakarta: EGC, 2004. lilin terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah
2. Wong DL, Hockenberry-Eaton M, yang mengalami hospitalisasi di RSUD
Wilson D et all. Buku ajar keperawatan Dr. Soedarso Pontianak. Skripsi.
pediatrik edisi 6. Jakarta: EGC, 2009. Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjung Pura Pontianak, 2014.
3. Sukoati S, Astarani K. Aktivitas
bermain mewarnai dapat meningkatkan 9. Panitia SAK Komisi Keperawatan.
mekanisme koping adaptif saat Standar asuhan keperawatan pasien
menghadapi stress hospitalisasi pada jiwa : kecemasan. Jakarta : St. Carolus,
anak. Jurnal STIKES 2012; 5 (2) : 223- 1999.
235.
10. Widianti CR. Pengaruh senam otak
4. Rahmawati, Handayani D, Puspitasari terhadap kecemasan akibat
NPD. Pengaruh terapi bermain hospitalisasi pada anak usia prasekolah
terhadap tingkat kooperatif selama di Rumah Sakit Panti Rapih
menjalani perawatan pada anak usia Yogyakarta. Tesis. Depok: Universitas
prasekolah (3-5 tahun) di Rumah Sakit Indonesia, 2011.
Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Surya Medika Yogyakarta 11. Ardiningsih F, Yektiningtyastuti,
2009; (online), Purwandari H. Hubungan antara
(https://skripsistikes.files.wordpress.co dukungan informasional dengan
m, diakses 28 Februari 2014). kecemasan perpisahan akibat
hospitalisasi pada anak usia
5. Alfiyanti D, Hartiti T, Samiasih A. prasekolah. Jurnal Keperawatan
Pengaruh terapi bermain terhadap Soedirman 2006; 1(1): 20-26.
tingkat kecemasan anak usia
prasekolah selama tindakan 12. Sujatmiko. Pengaruh terapi bermain
keperawatan di ruang Lukman Rumah mewarnai gambar terhadap efek
Sakit Roemani Semarang. Jurnal hospitalisasi pada anak usia prasekolah
Keperawatan FIKKES 2007; 1(1): 35- di ruang Bougenvile RSUD Dr.
44. Soeroto Ngawi. Jurnal Kesehatan
AIPTINAKES Jatim 2013; 3(1): 6-15.
6. Apriany D. Hubungan antara
hospitalisasi anak dengan tingkat 13. Pratiwi YS. Penurunan tingkat
kecemasan orang tua. Jurnal kecemasan anak rawat inap dengan
Keperawatan Soedirman 2013; 8(2): permainan hospital story di RSUD
92-104. Kraton Pekalongan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan STIKES Muhammadiyah
7. Hermiati D, Marita Z. Pengaruh terapi Pekajangan Pekalongan 2012; 5 (2);
bermain terhadap penurunan
13
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
14
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015
15