Anda di halaman 1dari 11

Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

SUB LABORATOIRUM ILMU Nama : Fransisco Laudate D


MAKANAN IKAN NIM : 17/409561/PN/14949
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN Asisten : Rayhan M
ISMU AZHAR
UNIVERSITAS GADJAH MADA
AHMAD
Tanggal : 17 Oktober 2019

LEMBAR KERJA MAHASISWA


A. ACARA
Budidaya Daphnia

B. TUJUAN
- Mengetahui cara budidaya Daphnia sp.
- Mengetahui pengaruh media budidaya yang berbeda terhadap biomassa
Daphnia sp.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : Bahan :
1. Akuarium 1. Starter Daphnia
2. Timbangan 2. Air Kolam
3. Seser 3. Jerami
4. Gelas Ukur 4. Air Keran
5. Ember 5. Yeast
6. Aerator

1
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

D. CARA KERJA
BERSIHKAN .WADAH (AKUARIUM)

AMBIL 5 LITER AIR KEMUDIAN RENDAM JERAMI (2,4 G/L) BERI AERASI DAN
BIARKAN SELAMA 3 HARI.

SARING AIR RENDAMAN YANG TELAH DIBUAT, AMBIL 2 LITER AIR TERSEBUT
SEBAGAI PERLAKUAN 1 , MASUKKAN DALAM AKUARIUM.

AMBIL 2 LITER AIR KOLAM (PERLAKUAN 2) DAN AIR KERAN / BIASA


(PERLAKUAN 3) DIMASUKKAN DALAM AKUARIUM.

TEBAR STARTER DAPHNIA SP. SEBANYAK 15 IND/L, PELIHARA SELAMA 7 HARI,


LAKUKAN PENGAMATAN POPULASI SETIAP HARI SEKALI.

DILAKUKAN PEMUPUKAN SUSULAN PADA HARI KE 3-6 SEBANYAK 40 MG/L


DENGAN YEAST.

MENGUKUR SUHU DAN PH UNTUK SEMUA PERLAKUAN KETIKA AWAL TEBAR


DAN SETIAP 3 HARI SEKALI.

2
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Biomassa Daphnia

Kelompo Hari
k 1 2 3 4 5 6 7
1 100 100 100 40 100 80 280
2 40 60 140 20 20 20 20
3 160 180 160 160 340 80 180
4 60 40 260 80 160 40 80
5 240 80 200 20 20 20 20
6 300 220 300 420 400 160 600

Table 2. Hasil Pengamatan pH Daphnia

Kelompo Hari
k 1 2 3 4 5 6 7
1 8,55 8,46 8,69 8,55 8,51 8,58 8,29
2 8,30 8,54 8,64 8,71 8,70 8,71 8,60
3 8,43 8,33 8,49 8,50 8,40 8,40 8,36
4 8,38 8,43 8,42 8,38 8,36 8,32 6,99
5 8,32 7,98 7,86 7,98 8,00 8,05 8,00
6 8,30 7,78 8,09 7,93 8,02 8,11 7,75

3
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

b. PEMBAHASAN
Daphnia sp. merupakan salah satu jenis zooplankton yang hidup diperairan
tawar didaerah tropis dan subtropis. Daphnia sp. adalah krustasea berukuran kecil yang
hidup di perairan tawar, sering juga disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena
cara bergerak yang unik dari organisme ini dalam air. Di alam ada banyak genus
Daphnia, berdasarkan pengamatan para ahli genus ini terdapat lebih dari 20 jenis,
sedangkan didaerah tropis ada 6 jenis. Menurut Pangkey (2009), dari semua spesies
yang ada, Daphnia sp. dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai
pakan untuk larva ikan (Pangkey, 2009).

Menurut Pennak (1989), klasifikasi Daphnia sp.adalah sebagai berikut :


Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Cladocera
Famili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia sp.
Daphnia sp. memiliki ukuran mikroskopis, yaitu berkisar 1 – 2 mm, bentuk
tubuhnya lonjong, pipih, segmen badan tidak terlihat dan terdapat ruas-ruas/segmen
(Chumaidi dan Djajadireja, 2006). Pada bagian ventral kepala terdapat paruh. Pada
bagian kepala terdapat lima pasang appendik atau alat tambahan, yang pertama disebut
antenna pertama (antennule), yang kedua disebut antenna kedua yang mempunyai
fungsi utama sebagai alat gerak. Sedangkan tiga pasang alat tambahan lainnya
merupakan alat tambahan yang merupakan bagianbagian dari mulut. Tubuh Daphnia
ditutupi oleh cangkang dari kutikula yang mengandung chitin yang transparan, dibagian
dorsal (punggung) bersatu tetapi dibagian ventral (perut) berongga/terbuka dan terdapat
lima pasang kaki yang tertutup oleh cangkang (Djarijah, 1995).

Pada dinding tubuh Daphnia sp. bagian punggung membentuk suatu lipatan
yang menutupi anggota tubuh lain sehingga terlihat seperti cangkang. Bagian ini
membentuk kantung sebagai tempat menampung telur. Pada bagian cangkang

4
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

tersebut terbentuk karena banyak menyerap air, kulit yang lunak kemudian
menjadi keras. Kerasnya cangkang terbentuk ketika mineral-mineral pembentuk
cangkang tersedia di perairan (Leung, 2009).

Perkembangbiakan Daphnia di dalam media kultur dapat dilakukan dengan dua


cara yaitu secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual (tidak kawin)
yang disebut dengan parthenogenesis dalam siklus hidupnya, yaitu fase reproduksi
aseksual (parthenogenesis) yang menghasilkan keturunan individu muda yang
semuanya berjenis kelamin betina dan fase seksual (perkawinan antara induk betina dan
induk jantan) yang menghasilkan ephipia (Schumann, 2002). Perbandingan jenis
kelamin atau sex ratio pada Daphnidae menunjukkan keragaman dan bergantung
kepada kondisi lingkungannya. Pada lingkungan yang baik, hanya terbentuk individu
betina tanpa individu jantan. Pada kondisi ini telur dierami didalam kantong
pengeraman sampai menetas dan anak Daphnia dikeluarkan pada waktu pergantian
kulit. Pada kondisi perairan yang mulai memburuk disamping individu betina
dihasilkan individu jantan yang dapat mendominasi populasi dengan perbandingan 1 :
27 (Davis, 1995). Dengan munculnya individu jantan, populasi yang bereproduksi
secara seksual akan membentuk efipia atau resting egg disebut juga kista yang akan
menetas jika kondisi perairan baik kembali. Terbentuknya telur-telur yang
menghasilkan individu jantan dirangsang oleh melimpahnya individu betina yang
mengakibatkan akumulasi hasil ekspresi, berkurangnya makanan yang tersedia dan
menurunnya suhu air dari 25-30oC menjadi 14-17oC. Winsor dan Innes (2002),
berpendapat bahwa induk jantan memerlukan waktu dan jarak yang optimal untuk
mengkopulasi induk betina dalam jumlah yang banyak (Aidia, 2014).

Daphnia sp. dapat menjadi dewasa dalam waktu empat hari, ukuran dewasa
adalah 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis.
Daphnia mempunyai umur hidup yang relatif singkat yaitu antara 28 – 33 hari. Pada
umur empat hari individu Daphnia sudah menjadi dewasa dan akan mulai menghasilkan
anak pertamanya pada umur 4 – 6 hari. Daphnia ini akan beranak dengan selang waktu
selama dua hari , jumlah anak yang dihasilkan dalam sekali reproduksi adalah 29 – 30
ekor (Hadadi, 2004).

5
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

Gambar 2. Siklus Hidup Daphnia sp. (Mokoginta, 2003)

Fase-fase pertumbuhan Daphnia sp. Sebagai berikut: Fase kelambatan/adaptasi


(Lag phase), fase ini kadang-kadang semu karena adanya penyesuaian sel pada media
yang baru, diikuti keterlambatan perkembangan sel dan adanya sel-sel yang cepat dan
konstan. Fase eksponensial (Exponensial Phase), fase ini ditandai dengan pesatnya
penambahan jumlah hingga kepadatan populasi meningkat beberapa kali lipat pada
kondisi kultur yang optimum. Laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal. Fase
penurunan pertumbuhan relatif (Declining Relative Growth Phase), ditandai dengan
penurunan laju pertumbuhan dibandingkan dengan fase eksponensial yang disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya semakin berkurangnya nutrisi tertentu. Fase stasioner
(Stationary Phase), yang ditandai dengan terjadinya pertambahan yang sama dengan
kematian, sehingga penambahan dan pengurangan jumlah relatif sama. Fase
kematian/collapse (Death Phase), ditandai dengan adanya kematian yang lebih cepat
daripada pertambahannya, sehingga kepadatan akan berkurang dalam jangka waktu
tertentu.

Prinsip kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah memelihara Daphnia
dengan media budi daya dan pakan yang berbeda untuk mendapatkan hasil
pertumbuhan biomassa. Dalam melakukan pengamatan Daphnia sp. Diawali dengan
membersihkan wadah yang akan digunakan dengan cara menyikat wadah tersebut
sampai bersih, kemudian dibilas dengan air bersih dan dikeringkan. Ambil 5 liter air
kemudian rendam jerami (24 g/l) beri aerasi dan biarkan selama 3 hari, ambil 2 liter dari

6
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

air tersebut sebagai perlakuan 1. Ambil 2 liter air kolam sebagai perlakuan 2 dan air
keras sebagai perlakuan 3. Tebar starter Daphnia sp. sebanyak 15 ind/L, dipelihara
selama 7 hari, diamati populasinya setiap hari sekali. Pemupukan susulan dilakukan
pada hari ke 3-6 sebanyak 40 mg/L dengan yeast. Fungsi pemupukan yaitu untuk
menjaga kondisi atau menambah nutrisi yang terdapat pada media tumbuh Daphnia sp.,
sedangkan fungsi pemberian yeast yaitu sebagai pakan daphnia. Suhu awal dan pH awal
diukur pada semua perlakuan, dan diukur setiap 3 hari sekali untuk mengontrol kondisi
air.

Perlakuan yang diberikan pada praktikum ini adalah dengan menggunakan


beberapa jenis air dan aerasi serta non aerasi. Pada kelompok 1 menggunakan air keran
+ aerasi. Pada kelompok 2 dengan menggunakan air rendaman jerami + aerasi. Pada
kelompok 3 menggunakan air kolam budidaya + aerasi. Pada kelompok 4 menggunakan
air keran saja non aerasi. Pada kelompok 5 menggunakan air rendaman jerami saja.
Sedangkan pada kelompok 6 menggunakan air kolam budidaya.

Grafik Biomassa vs Hari


700
600
Kelompok 1
500
Kelompok 2
Biomassa

400
Kelompok 3
300 Kelompok 4
200 Kelompok 5
100 Kelompok 6
0
1 2 3 4 5 6 7

Hari

Grafik 1. Grafik Biomassa Daphnia sp.


Biomassa pada kelompok 1 mengalami penaikan dan penurunan pada rentang
H0 hingga H7. Pada kelompok 2 mengalami kenaikan pada H0 menuju H3,sedangkan
pada H4 hingga H7 mengalami penurunan konstan. Pada kelompok 3 di H0 hingga H3

7
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

mengalami peningkatan biomassa dari 100 ind/L menjadi 160 ind/L, sedangkan pada
H3 dan H4 memiliki nilai konstan. Kemudian mengalami penurunan pada H5 hingga
H6 dan kenaikan dari H6 ke H7. Pada kelompok 4 mengalami mengalami penaikan dan
penurunan pada rentang H0 hingga H7. Pada kelompok 5 nilai biomassa mengalami
penurunan menjadi 20 ind/L pada saat H4 menuju H7. Pada kelompok 6 nilai biomassa
mengalami peningkatan pada H1yaitu 300 ind/L menjadi 600 ind/L pada hari ke 7.

Tingginya kepadatan populasi Daphnia sp. pada perlakuan yang diberikan untuk
kelompok 6 yaitu penggunaan media kolam budidaya, hal ini dapat dikarenakan
didalam kolam budidaya sudah mengandung nutrisi yang mencukupi untuk nutrisi
pakan Daphnia itu sendiri, seperti halnya banyaknya fitoplankton abikat pemupukan
pada kolam yang membuat fitoplankton tersebut merupakan pakan yang tepat untuk
pertumbuhan Daphnia sp.

Populasi Daphnia pada awal kultur belum mengalami penambahan karena masih
dalam tahap adaptasi terhadap media kultur (Mubarak, 2009). Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Zahidah (2012), bahwa waktu lag phase menunjukan lamanya
adaptasi Daphnia sp. karena terjadinya penyesuaian terhadap media kultur dan
kepekatan dalam media kultur mempengaruhi cepat atau lambat nya pertumbuhan
Daphnia sp. (Firdaus, 2004). Setelah waktu lag phase, Daphnia sp. akan mengalami
pertumbuhan secara cepat, atau yang disebut fase pertunbuhan exponensial. Percepatan
pertumbuhan pada fase ini dapat dilihat dalam nilai tingkat pertumbuhan spesifik.

Selanjutnya fase terakhir adalah fase kematian yang ditandai dengan terjadinya
penurunan jumlah populasi Daphnia sp. secara drastis dalam waktu singkat yang
menggambarkan adanya kematian masal Daphnia sp. dalam media budidaya. Hal ini
terbukti dengan adanya penurunan nilai biomassa pada kelompok 1 hingga 6. Kematian
ini terjadi sebagai dampak tingginya densitas Daphnia sp. pada media budidaya yang
mengakibatkan terjadinya persaingan untuk terus bertahan hidup. Sarida (2007),
menerangkan bahwa apabila kepadatan Daphnia sp. terlalu tinggi maka aktivitas
metabolisme akan meningkat, kandungan amoniak juga akan meningkat, sehingga
kebutuhan akan oksigen juga akan meningkat. Pada kompetisi tersebut beberapa
Daphnia sp. yang mampu beradaptasi akan tetap bertahan hidup, sedangkan yang lemah
akan mengalami kematian.

8
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

Grafik pH vs hari
10
9
8 Kelompok 1
7
6
Kelompok 2
5 Kelompok 3
pH
4 Kelompok 4
3 Kelompok 5
2
1 Kelompok 5
0
1 2 3 4 5 6 7

Hari

Grafik 2. pH budidaya Daphnia


Diketahui nilai pH tertinggi ada pada kelompok 2 di H4 sebesar 8,71. Nilai pH
terendah ada pada kelompok 4 di H7 sebesar 6,99. Menurut Pennak (1989), Daphnia sp
membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6.5 sampai 8,5. Leung (2009),
menambahkan bahwa pH optimum untuk pertumbuhan Daphnia adalah pH 7,0 - 8,2.
Vijverberg et al (1996), menjelaskan bahwa nilai pH tinggi secara substansial dapat
mengurangi kelangsungan hidup telur dan kebugaran zooplankton microcrustacean.

F. KESIMPULAN
1. Daphnia sp. dapat dibudidayakan menggunakan bak akuarium yang diberi
aerasi serta diberi makan yeast.
2. Selama pemeliharaan Daphnia sp. terdapat fase pertumbuhan yang terjadi
yaitu fase adaptasi, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian
3. Perbedaan media budidaya yang digunakan berpengaruh terhadap jumlah
biomassa Daphnia sp. karena perbedaan perlakuan media mempengaruhi
kandungan bahan organik dan pakan alami yang ada di media serta
mempengaruhi kecocokan kualitas air untuk Daphnia sp.

G. SARAN

9
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

Sebaiknya kegiatan praktikum juga melakukan perhitungan dan pengukuran


kandungan DO pada media kultur untuk mengetahui kadar O 2 yang baik bagi
pertumbuhan Daphnia sp

H. DAFTAR PUSTAKA
Casmuji. 2002. Penggunaan Supernatan Kotoran Ayam dan Terigu dalam Budidaya
Daphnia sp. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Chumaidi dan Djajadireja. 2006. Kultur Massal Daphnia sp. di Kolam dengan
Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Buletin Perikanan. Penelitian
Perikanan Darat, 3 (2) : 17 – 20
Davis, C.C. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan state University
Press. Chicago.
Djarijah, S.A. 1995. Pakan Alami. Kanisius. Yogyakarta.
Firdaus, M. 2004. Pengaruh Beberapa Cara Budidaya Terhadap Pertumbuhan
Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 47 hlm.
Hadadi, A. 2004. Budidaya Massal Daphnia sp. Balai Budidaya Air Tawar.
Sukabumi.
Kusumaryanto, H. 2001. Pengaruh Jumlah Inokulasi Awal Terhadap Pertumbuhan
Populasi, Biomassa dan Pembentukkan Epipium Daphnia sp. Skripsi.
Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Leung YFJ. 2009. Reproduction of the zooplankton, Daphnia carinata and Moina
australiensis: implication as live food for aquaculture and utilization of
nutrient loads in effluent, 189. School of Agriculture, Food, Wine – The
University of Adelaide, Adelaide
Leung. S. A. (2003). “Ethical Counseling Practice: A Survey of Counseling Teachers
in Hongkong Secondary Schools”. Journal. Hongkong: The Chinese
University of Hongkong.
Mokoginta, Ing. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional.
Mubarak, A.S. 2009. Pemberian dolomit pada kultur Daphnia sp. sistem daily feeding
pada populasi daphnia sp. dan kestabilan kualitas air. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 1(1): 67-72
Pangkey, H., 2009. Daphnia dan Penggunaanya. Jurnal Perikanan dan Kelautan. V
(3): 33-36
Pennak RW. 1989. Coelenterata. Fresh-water Invertebrates of the United States:
Protozoa to Mollusca, 110-127, 3rd edition,. New York: John Wiley
and Sons, Inc.
Radini. D, 2006. Optimasi Suhu, pH Serta Jenis Pakan Pada Kultur Daphnia sp.
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayat. Bandung.
Rakhman, E. 2012. Pengaruh Urine Kelinci Hamil dalam Media Kultur Terhadap
Kontribusi Anak Setiap Kelompok Umur Daphnia Sp. Jurnal Perikanan dan
Kelautan.Vol 3(3): 23-40.

10
Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

Sarida M. 2007. Pengaruh konsentrasi ragi yang berbeda terhadap pertumbuhan


populasi Daphnia sp, 269-272. Makalah dalam Seminar Hasil Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.
Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh Konsentrasi Ragi yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor, 41 hlm.
Suryaningsih, H. 2006. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Rendaman dedak terhadap
Populasi Daphnia sp. Skripsi. Program Studi S-1 Budidaya Perairan.
Universitas Airlangga. Surabaya.
Vijverberg J, DF Kalf and M Boersma. 1996. Decrease in daphnia egg viability at
elevated pH. Limnol. Oceanogr 4 l(4), 789-794.
Winsor, L. G. and J. D. Innes. 2002. Sexual Reproduction In Daphnia Pulex
(Crustacea Cladocera): Observation on Male mating Behavior And
Avoidance of Inbreeding. Department of Biology. Memorial University of
Newfoundland, St. John’s. Canada. 14 hal.
Zahidah, 2012. Pertumbuhan Populasi Daphnia Sp. Yang Diberi Pupuk Limbah
Budidaya Karamba Jaraing Apung (KJA) Di Waduk Cirata Yang Telah
Difermentasi EM4. JurnalAkuatika. III(1): 84-94.

NILAI

11

Anda mungkin juga menyukai