Anda di halaman 1dari 21

03

Modul ke:

Tujuan Pembatikan

Fakultas
Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn.
Fakultas Desain
dan Seni Kreatif Waridah Muthi’ah, M.Ds
Program Studi
Desain Produk
Fungsi
pertahanan Utama Cuaca,
iklim

Alat Pelindung
Alam
mengasuh kotoran (hewan,lingkungan)
bayi, dll

Fungsi Adat
Nilai/norma gender
Kedudukan
Tradisi,
makna
Adat
Kesempatan
Falsafah
nilai religius
Fungsi Konsep

Turunan /
Status sosial/ekonomi sosial

Identitas/penanda

Inisiasi/pencapaian
Estetika
Pembeda
Individu

Kelompok/suku
• Fungsi kelengkapan busana dalam masyarakat
tradisional Indonesia:
– Menunjukkan identitas, yaitu status sosial dan keturunan
(Sumarsono)
– Menunjukkan cara pandang manusia thdp alam dalam
kelengkapan yang bertalian dg upacara inisiasi, yang
ditunjukkan oleh nilai sakral pada busana
– Representasi simbolik tata nilai adat
– Norma & nilai budaya
– Pengatur tingkah laku
– Sumber informasi
• Berbusana bukan hanya untuk menutupi tubuh
• mengandung tata susila dan kepribadian yang
meliputi lahir dan batin manusia
“Berbusana itu menjadi syarat membangun manusia luar dan dalam
(lahir adan batin), maka sesuaikanlah pakaianmu yang cocok dengan
penggunaannya, yang serasi dengan tubuhmu, kedudukan, dan
kepangkatanmu.” (SISKS Pakoe Boewono X dalam Hanggopuro, 2002:
62)
•  menggunakan motif batik sesuai dengan
pangkat/status sosial, usia, dan situasi.
Motif Batik sebagai Tanda
Kepangkatan
• Era Kerajaan Mataram: motif batik  tanda
golongan keprajuritan
• Surakarta dan Yogyakarta pasca-Giyanti (1755):
– Atribut kepangkatan
– sarana untuk mengukuhkan kekuasaan
–  peraturan penggunaan batik yang berhubungan
dengan strata/kelas sosial dan kesempatan

• sistem penggunaan
motif menurut strata
sosial.
• Motif-motif tertentu
hanya boleh dipakai
oleh raja dan atau
keluarganya, dan
dilarang dipakai oleh
orang kebanyakan.
• Pengaturan penggunaan
motif batik di keraton
Yogyakarta & Surakarta
–  mekanisme untuk
mempertahankan nilai
kebangsawanan (Geertz,
1987)

– berkaitan dengan aktivitas


seremonial dan ritual
tertentu
•  orientasi : tata cara
kerajaan/kraton
– upacara jumenengan
(penobatan raja)
– pisowanan (upacara
menghadap raja)
– upacara gerebeg
Batik klasik parang

Hitchcock, Indonesian Textiles


Motif Batik sebagai Pelengkap
Busana Keraton
• Busana untuk menghadiri
acara-acara tertentu atau
aktivitas seremonial
(jumengan, pisowanan
agung, dll)
• Surakarta
– aturan pemakaian kain
batik gagrak Surakarta,
khususnya untuk para
sentana dan abdi dalem
yang berada di bawah
reh pepatih dalem
Tingalan Dalem
& Kirab
Jumenengan Agung
Makna dan Nilai Filosofis Batik

• Nian S Jumena: ragam hias yang bersifat


simbolis erat hubungannya dengan falsafah
Hindu – Jawa.
– Sawat melambangkan mahkota atau penguasa
tinggi
– Meru melambangkan gunung atau tanah (bumi)
– Naga melambangkan air
– Burung melambangkan angin atau dunia atas
– Lidah api melambangkan nyala atau geni.
Penggunaan Motif Batik dalam
Upacara dan Tradisi
• Tradisi dalam masyarakat Jawa tak terlepas
dari dua hal, yakni tata cara dan upacara
– Tatacara : proses jalannya upacara, yang sudah
memiliki susunan/urutan yang jelas
– Upacara:
• tanda-tanda kebesaran
• peralatan dan rangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan adat istiadat
• kegiatan atau perayaan yang dilakukan sehubungan
dengan suatu peristiwa penting.
• Dalam masyarakat Jawa,
dikenal dua jenis upacara:
– upacara yang
berhubungan dengan
kehidupan bermasyarakat
secara umum
– upacara yang
berhubungan dengan
Satriya Manah dan Semen Rante setiap proses hidup
motif yang digunakan pada acara lamaran, manusia secara personal
mengandung harapan sekaligus sarana
untuk mengomunikasikan maksud •  selametan atau
wilujengan.
• doa dan
permohonan yang
berhubungan
dengan kehidupan
– Disimbolkan dalam
benda yang
berhubungan
dengan kelengkapan
dan atribut upacara
 ubarampe.
• tradisi ritual wilujengan
yang berhubungan
dengan daur kehidupan
manusia:
– upacara tingkeban/mitoni
– kopohan dan gendhingan Labuhan
– Ruwatan
– Labuhan
– manton, dan lain-lain.
Heringa, Rens & Herman C. Veldhuisen. 1996. Fabric of Enchantement: Batik from
The North Coast of Java. Los Angeles: Los Angeles County Museum of Art in
association with Weatherhill Inc., New York.
Hitchcock, Michael. 1991. Indonesian Textiles. Singapore: Periplus Edition, Ltd.
Hamzuri, Drs. 1981. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan.
Hasanudin. 2001. Batik Pesisiran: Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri pada
Ragam Hias Batik. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
_________. 2004. Disertasi Kajian Media (Bahan dan Proses) pada Batik Praklasik
di Pesisiran Pulau Jawa (Studi Kasus: Batik Pekalongan). Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Gavin, Traude. 1951. The Women’s Warpath: Iban Ritual Fabrics from Borneo. Los
Angeles: UCLA Fowler Museum of Cultural History.
Groeneveldt, W.P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Jakarta: Komunitas
Bambu.
Waridah Muthi’ah, M.Ds.
Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn.

Anda mungkin juga menyukai