Diktat Pembelajaran Ipa SD 1 PDF
Diktat Pembelajaran Ipa SD 1 PDF
PEMBAHASAN II
PEMBAHASAN III
A. Penegertian IPA
IPA merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam” yang merupakan
terjemahan dari Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural berarti alamiah atau
berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu pengetahuan.
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan
segala isi (Hendro Darmodjo, 1992: 3). Menurut Nash 1963 (dalam Hendro Darmodjo,
1992: 3) IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat
analisi,lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena alam yang satu dengan
fenomena alam yang lainnya. Sedangkan menurut Powler (dalam Winaputra, 1992: 122)
IPA merupaka ilmu yang berhubungan dengan geala-gejala alam dan kebendaan yang
sistematis yang tersusun secara taratur dan berlaku umum berupa kumpulan hasil
observasi dan eksperimen.
Berdasarkan pengertian IPA di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA
terdiri atas 3 unsur utama. Ketiga unsur tersebut yaitu produk, proses ilmiah, dan
pemupukan sikap. IPA bukan hanya pengetahuan tentang alam yang disajikan dalam
bentuk fakta, konsep, prinsip atau hukum (IPA sebagai produk), tetapi sekaligus cara
atau metode untuk mengetahui dan memahami gejala-gejala alam (IPA sebagai proses
ilmiah) serta uapaya pemupukan sikap ilmiah (IPA sebagai sikap).
C. Pembelajaran IPA di SD
Sesuai dengan tujuan pembelajaran dan hakikat IPA, bahwa IPA dapat dipandang
sebgai produk, proses dan sikap, maka dalam pembelajaran IPA di SD harus memuat 3
dimensi IPA tersebur. Pembelajaran IPA tidak hanya mengajarkan penguasaan fakta,
konsep, dan prinsip tentang alam tetapi juga mengajarkan metode memecahkan masalah,
melatih kemampuan berpikir kritis dan mengambil kesimpulan melatih bersikap
objektif, bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain. Model pembelajaran IPA
yang sesuai untuk anak usia sekolah dasar adalah model pembelajaran yang
menyesuaikan situasi belajar siswa dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat.
4. Pengertian Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau pengajaran”. Pengajaran
mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan (Purwadinata, 1967, hal 22).
Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa)
dan mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua
kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar
adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secaara optimal.
Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru
untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkat laku pada diri
siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan pendidik
kepada peserta didik untuk memunculkan keinginan belajar dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan melalui media, lingkungan, dan lainnya.
c) Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah bertukar informasi, berpndapat, dan unsur-unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama
yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang
dibahas.
Metode Diskusi adalah metode pembelajaran berbentuk tukar menukar
pengalaman secra teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian yang sama,
lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan
merampungkan keputusan bersama.
a. Kelebihan metode diskusi
1. Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa
dan terobosan baru dalam pemecahan maslah.
2. Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.
3. Memperluas wawasan.
4. Membina untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu
masalah.
b. Kelemahan metode diskusi
1. Membutuhkan metode diskusi.
2. Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar.
3. Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4. Dikuasai ornag-orang yang suka bebrbicara atau ingin menonjolkan diri.
d) Metode Demokrasi
Metode Demokrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang
sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha
sendiri berdasarkan fakta yang benar. Demokrasi yang dimaksud ialah suatu
metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
Metode demokrasi adalah metode mengajar yang cukup efektif sebab
membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu
proses atau peristiwa tertentu.
a. Kelebihan metode demokrasi
1. Menghindari verbalisme.
2. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3. Proses pengajaran lebih menarik.
4. Siswa dirangsang untuk efektif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
b. Kelemahan metode demokrasi
1. Memerukan keterampilan guru secara khusus.
2. Kurangnya fasilitas.
3. Membutuhkan waktu yang lama.
e) Metode Eksperimen
Metode Eksperimen, metode ini bukan sekedar metode mengajar tetapi
juga merupakan satu metode berfikir, sebab dalam ekspermen dapat
menggunakan metode lainnya dimulai dari menarik data sampai menarik
kesimpulan.
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari (Djamarah, 2002: 95).
Metode demokrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang
sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha
sendiri berdasarkan fakta yang benar.
a. Kelebihan metode eksperimen
1. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaan.
2. Membina siswa membuat terobosan baru.
3. Hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran
umat manusia.
b. Kelemahan metode eksperimen
1. Cenderung sesuai bidang sains dan teknologi.
2. Kesulitan dalam fasilitas.
3. Menuntut ketelitian, kesabaran, dan ketabahan.
4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.
h) Metode Simulasi
Metode simulasi. Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-
pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulasition artinya tiruan atau perbuatan
yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi delam metode mangajar dimaksud
sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui proses tingkah
laku imitasi atau bermaian peran mengenai suatu tinkah laku yang dilakukan
seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.
a. Kelebihan metode simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunkan simulasi sebagai metode
mengajar, diantaranya adalah:
1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya kelak; baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2. Semulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui
simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peran sesuai dengan
topik yang disimulasikan.
3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan
dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
b. Kelebihan metode simulasi
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan,
diantaranya:
1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebgai alat
hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi
siswa dalam melakukan simulasi.
PEMBAHASAN VI
A. Teori Piaget
1. Piaget
Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak
membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan.
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak anak aktif memanipulasi dan
aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai
fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi. Kecenderungan anak anak SD
beranjak dari hal-hal yang konkrit, memandang sesuatu kebutuhan secara terpadu.
Berdasarkan kecenderungan diatas maka, belajar adalah suatu proses yang aktif,
konstruktif, berorientasi pada tujuan, semuannya bergantung pada aktifitas mental
peserta didik.
2. Teori Piaget
Teori piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa.
Dalam pandangan Piaget, struktur kognitif merupakan kelompok ingatan yang
tersusun dan saling berhubungan, aksi dan strategi yang dipakai oleh anak-anak
untuk memahami dunia sekitarnya. Pada bayi, struktuf kognitif yang dimiliki adalah
refleks. Contoh: bayi secara otomatis mengisap benda – benda yang menyentuh
bibirnya. Selain mengisap , menjangkau, menyepak, melihat dan memukul
merupakan kegiatan sensorimotor yang terorganisir. Struktur kognitif ini cepat
dimodifikasi ketika bayi tumbuh dan berinteraksi dengan dunia. Pada masa anak-
anak sudah mulai ada pemahaman dan kegiatan mental. Proses kognitif pada bayi
dimulai dengan mempunyai respon mengisap, respon melihat, respon menggapai,
respon memegang yang berfungsi secara terpisah. Lama-lama respon ini
diorganisasikan ke dalam sistem yang lebih tinggi, yang merupakan koordinasi dari
respon-respon tersebut. Contoh: bayi yang menjangkau botol susu memasukkannya
kedalam mulutnya untuk diisap.
Teori Piaget ini banyak dipakai dalam penentuan proses pembelajaran di kelas
SD terutama pembelajaran IPA. Berdasarkan teori di atas, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan pembelajaran di kelas antara lain: bahwa Piaget
beranggapan anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siapun untuk diisi,
melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Suatu hal lagi,
teori Piaget mengajarkan kita pada suatu kenyataan bahwa seluruh anak mengikuti
pola perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan
kemampuan anak secara umum. Hanya umur anak di mana konservasi muncul sering
berbeda. Poin yang penting ini menjelaskan kita mengapa pembelajaran IPA di SD
banyak menggunakan percobaan-percobaan nyata dan berhasil pada anak yang lemah
dan anak yang secara kebudayaan terhalangi.
Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu ingat bahwa anak menangkap dan
menerjemahkan sesuatu secara berbeda. Sehingga walaupun anak mempunyai umur
yang sama tetapi ada kemungkinan mereka mempunyai pengertian yang berbeda
terhadap suatu benda atau kejadian yang sama. Jadi setiap individu anak adalah unik
(khas). Implikasilainnya yang perlu diperhatikan, apabila hanya kegiatan fisik yang
diterima anak, tidak cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak yang
bersangkutan. Ide- ide anak harus selalu dipakai.
Piaget memberikan contoh sementara beliau menerima seluruh ide anak, beliau
juga mempersiapkan pilihan-pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh anak.
Sehingga apabila ada seorang anak yang mengatakan bahwa air yang ada di luar
gelas berisi es berasal dari lubang-lubang kecil yang ada pada gelas maka guru harus
menjawab pernyataan itu dengan “bagus”. Tetapi setelah beberapa saat guru harus
mengarahkan sesuai dengan apa yang seharusnya bahwa sebenarnya air yang ada di
permukaan luar gelas bukan berasal dari lubang-lubang kecil pada gelas, melainkan
berasal dari uap air di udara yang mengembun pada permukaan gelas yang dingin.
Jadi guru harus selalu secara tidak langsung memberikan idenya tetapi tidak
memaksakan kehendaknya. Dengan demikian anak akan menyadari bagaimana anak
tersebut bisa mendapatkan idenya.
Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai sumber ide-idenya
akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menilai proses pemecahan
masalah. Hal ini juga perlu dilakukan di dalam kelas. Sebagai contoh, apabila kelas
telah menyelesaikan suatu masalah, sebaiknya guru menanyakan kembali kepada
siswa tentang cara mendapatkan jawaban tersebut. Misalnya dengan “Bagaimana kita
bisa samapai pada jawaban ini?” dan membantu kelas untuk mengulas kembali
tahapan-tahapan yang dilalui hingga menemukan jawaban atau kesimpulan itu.
Dengan demikian guru lebih membantu anak dalam proses perkembangan
intelektualnya. Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa proses pembelajaran di kelas
menurut Piaget harus meletakkan anak sebagai faktor yang utama. Hal ini sering
disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak (child center).
Seperti telah dikatakan di atas bahwa pembelajaran berlandaskan teori Piaget
harus mempertimbangkan keadaan tiap siswa (dikatakan sebagai terpusat pada siswa)
dan siswa diberikan banyak kesempatan untuk mendpatkan pengalaman dari
penggunaan inderanya. Berikut akan disampaikan rancangan pembelajaran secara
garis besar.
1. Tahap Sensori Motor
Salah satu ciri khusus anak pada usia ini adalah penguasaan, yang Piaget
sebut sebagai konsep objek , suatu pengertian bahwa benda atau objek itu ada
dan merupakan kekhasan dari benda tersebut, dan akan tetap ada walaupun
benda tersebut tidak tampak atau tidak dapat di pegang/ diraba ole anak. Selain
ciri di atas, tidak ada bahasa pada awal tahapan ini tetapi ada permulaan
simbolisasi. Piaget beranggapan bahwa representasi internal dari benda atau
kejadian dihasilkan melalui imitasi.
Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor ini
yaitu:
a. Kemampuan mengontrol secara internal,yaitu terbentuknya kontrol dari
dalam pikirannya terhadap dunia nyata. Dengan kata lain, sampai dengan
usia dua tahun anak mengalami pergantian persepsi dari motor murni ke arah
gambaran yang berupa simbol (lambang).
b. Perkembangan konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari
bahwa dunia ini ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa
benda itu ada.
c. Perkembangan pengertian beberapa sebab dan akibat.
B. Teori Ausuble
1. Teori Ausubel
David Ausubel terkenal dengan teori belajar yang dibawanya yaitu teori belajar
bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel belajar bermakna terjadi jika suatu
proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang, selanjutnya bila tidak ada usaha yang dilakukan
untuk mengasimilasikan pengertian baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah
ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi belajar hafalan. Ia juga menyebutkan
bahwa proses belajar tersebut terdiri dari dua proses yaitu proses penerimaan dan
proses penerimaan dan proses penemuan. (Ratna Wilis Dahar, 2006). Tahap-Tahap
Penerapan Teori Ausebel, yaitu :
b. Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah pokok
menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses penyusunan pelajaran
yang mengenalkan pada siswa dari konsep yang umum atau inklusif kemudian
menuju ke konsep yang khusus. Sehingga pelajaran dimulai dari yang umum
menuju ke yang khusus. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru
memberikan materi mengenai jenis hewan berkaki empat, kemudian guru dapat
mengajukan pertanyaan yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan
berkaki empat, hewan apa sajakah yang pemakan rumput dan pemakan daging?.
Dari pertanyaan guru tersebut maka siswa dapat mengetahui bahwa hewan berkaki
empat itu ada yang pemakan rumput dan ada juga yang pemakan daging. Sehingga
pelajaran dari umum-khusus.
d. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-konsep perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa
bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling berkaitan. Guru menjelaskan dan
menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan
materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan
demikian siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan
tersebut. Contoh dalam pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian
tumbuhan yaitu daun. Siswa pada kelas sebelumnya telah mempelajari tentang
daun, tetapi hanya sebatas mengetahui tentang apa itu fungsi daun. Dan pada kelas
berikutnya siswa kembali mempelajari tentang daun, akan tetapi dalam materi ini
siswa akan lebih mendalami tidak hanya sebatas pada fungsi daun saja melainkan
macam-macam tulang daun.
2. Penerepan teori Ausuble dalam pembelajaran IPA SD
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu
dalam otak. Banyak sel otak tang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut.
David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien
dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan bahwa
pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.
C. Teori Gagne
1. Teori Gagne
Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan
lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu
seseorang. Lingkungan indiviu seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis,
sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan
menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan
menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu
bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan
mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut
bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi
stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi.
Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar,
sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta
aplikasi dalam pembelajaran.
Bruner beranggapan bahwa interaksi kita dengan lingkungan sekeliling kita selalu
menggunakan kategori-kategori. Aktivitas-aktivitas seperti persepsi, konseptualisasi,
dan pengambilan keputusan, semuanya dapat dijelaskan dari sudut pandang
pembentukan dan penggunaan kategori. Pembentukan dan penggunaan kategori ini
bukan hanya bermanfaat tetapi juga penting untuk mempelajari dan berinteraksi
dengan sekeliling kita. Sebagai contoh : apabila seseorang menemukan makhluk yang
bergerak, orang itu akan berpikir bahwa benda yang dia lihat itu bukanlah tumbuhan
melainkan hewan karena atribut bergerak tidak dimiliki oleh tumbuhan tetapi oleh
hewan. Kemudian lebih meningkat lagi, dilihat bahwa hewan tersebut mempunyai
kaki empat. Dari kenyataan ini orang tersebut bahwa hewan ini tentu bukan ikan dan
bukan burung karena baik ikan maupun burung tidak mempunyai empat kaki; yang
mempunyai empat kaki adalah hewan reptil atau mamalia; demikian dan seterusnya.
Cara seperti ini berlaku untuk semua objek dan kejadian yang dijumpai.
Lebih lanjut bruner mengatakan bahwa pengkategorisasian mempunyai beberapa
keuntungan, anata lain mengurangi kompleksitas dari benda atau kejadian di sekitar
kita. Dengan kategorisasi memungkinkan kita untuk mengenali objek dengan benar.
Kategorisasi mengurangi keharusan untuk selalu belajar. Pengkategorisasian juga
memberikan arahan dan tujuan terhadap aktivitas kita, dan memberikan kesempatan
pada kita untuk menghubungkan objek dengan kelas dari kejadian alam. Kategori-
kategori yang ada memungkinkan berhubungan satu dengan yang lain membentuk
kelas yang lebih besar. Hal ini akan menurunkan jumlah ciri-ciri khusus dan
meningkatnya ciri-ciri yang lebih umum (general). Dalam hal ini bruner
menyebutnya sebagai koding. Penemuan lebih banyak kategori umum dalam sistem
koding ini merupakan hal yang penting dala belajar, mengingat, dan untuk
menemukan dan menghasilkan informasi atau pengetahuan baru. Kalau
diumpamakan mental kita merupakan suatu filing system ( sistem pengarsipan ) di
dalam suatu almari yang didalamnya terdapat banyak map. Satu map diumpamakan
sebagai suatu kategori, sedangkan mapnya berisi atribut dan nilai dari kategori
tersebut, dan ada kemungkinan beberapa map mempunyai hubungan yang dinamakan
koding. Apabila ada informasi baru maka kita tinggal menentukan termasuk kategori
yang mana informasi baru ini, dan akhirnya setelah ditemukan map yang sesuai
informasi ini akan masuk ke dalam map tersebut.
Menurut Eisler (1993) bruner merupakan salah satu ahli psikologi yang paling
berhasil dalam menerapkan prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh piaget. Teori
bruner tentang cara seorang anak memperoleh dan memproses informasi baru sejajar
dengan teori piaget. Anak tumbuh melalui tahap-tahap yang berbeda-beda. Penentuan
tahap ini didasarkan pada penampilan mentalnya.
Ada tiga tahap penampilan mental yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap
simbolik. Tahap penampilan enaktif sejajar dengan tahap sensori motor pada piaget,
dimana anak pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran
dirinya dengan lingkungannya. Pada tahap ikonik, penampilan mental anak sangat
dipengaruhi oleh presepsinya; dimana presepsi itu bersifat egosentris dan tidak stabil.
Mereka belum mengembangkan kontrol pada presepsinya yang memungkinkan
mereka melihat dirinya sendiri dengan suatu pola yang tetap. Kalau disejajarkan
dengan teori piaget maka tahapan ini sejajar dengan tahapan pre-operasional. Ketika
mekanisme kontrol dari dirinya berkembang, anak tersebut telah masuk ketahap
penampilan simbolik. Inti dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan
keterampilan berbahasa dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-
kata dan idenya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi,
mereka masuk ke dalam tahap operasi logis (formal) yang dismpaikan oleh piaget.
Tidak seperti piaget, pembagian tahapan oleh bruner bukanlah merupakan suatu hal
yang kaku melainkan bersifat fleksibel tidak dimaksudkan untuk menentukan
kesiapan anak untuk belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak kecil secara
intuitif, manusia sudah dapat menangkap konsep-konsep IPA.
Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas, bruner menyusun suatu model
belajar yang disebut sebagai model belajar penemuan (discovery learning). Bruner
beranggapan bahwa model belajar penemuan sesuai dengan hakiki manusia yang
mempunyai sifat untuk selalu ingin mencari ilmu pengetahuan secara aktif,
memecahkan masalah dan informasi yang diperolehnya, serta akhirnya akan
mendapatkan pengetahuan yang bermakna.
Model belajar penemuan dapat dipandang sebagai suatu belajar yang terjadi
apabila seseorang (siswa) tidak diberikan dengan konsep atau teori, melainkan siswa
sendiri yang harus mengelola dan melakukan penemuan sehingga dapat menemukan
konsep atau teori itu. Hal ini mensyaratkan siswa untuk menemukan hubungan-
hubungan diantara informasi yang ada. Di dalam teori kategorisasi bruner diatas,
penemuan merupakan suatu pembentukan kategorisasi atau lebih seringnya disebut
dengan pembentukan sistem koding. Sistem koding ini didasarkan atas perbedaan dan
persamaan yang ada pada benda atau kejadian-kejadian.
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan mempunyai kelebihan-
kelebihan. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain : pengetahuan yang diperoleh
akan bertahan lama atau dengan kata lain akan lama untuk diingatnya dan akan lebih
mudah untuk diingat dibandingkan dengan cara-cara belajar yang lainnya. Sebagai
contoh apabila seseorang anak diberi tahu bahwa api itu panas, ada kemungkinan
besar sekali dia akan segera lupa apa yang baru saja diberi tahu. Tetapi apabila suatu
ketika anak memegang api dan dia merasakan panasnya, maka kemungkinan besar
anak tersebut akan mengingatnya. Hasil belajar melalui penemuan akan lebih mudah
dipindahkan. Jadi prinsip-prinsip atau konsep yang telah dimiliki akan lebih mudah
untuk disesuaikan dengan kondisi baru. Selain itu, malalui belajar penemuan akan
meningkatkan penalaran siswa dan mengembangkan kemampuan untuk berpikir
secara bebas. Model belajar ini akan menumbuhkan siswa untuk belajar bagaimana
belajar secara mandiri.
Model penemuan ini juga dapat mengubah motivasi belajar pencarian pujian dari
luar (motivasi luar), ke puasan batin (motivasi dari dalam diri). Model penemuan juga
membekali siswa atau pembelajar dengan prosuder yang praktis untuk memecahkan
masalah. Prosedur atau langkah yang telah dimiliki itu akan dapat membantu
memecahkan masalah yang dihadapi. Apabila mendapatkan masalah, orang tersebut
akan secara otomatis menggunakannya.
4. Konsep Scaffolding
Scaffolding merupakan istilah yang ditemukan oleh seorang ahli psikologi
perkembangan kognitif masa kini , Jerome Bruner, yakni suatu proses yang
digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan
proksimalnya. Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran
dijabarkan oleh Smith et al. (1998) yaitu: walaupun Vygotsky dan Bruner telah
mengusulkan peranan yang lebih penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran
anak-anak daripada peran yang diusulkan piaget, keduanya tidak mendukung
pengajaran didaktis diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan
walupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif guru harus secara aktif
mendampingi setiap kegiatan anak-anak.
Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya
juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan
pembelajaran lewat penemuan individu, kerja kelompok secara kooperatif
tampaknya mempercepat perkembangan anak.
Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran
pribadi oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak
tertinggal dalam pelajaran.
Meminta siswa untuk melakukan tugas tersebut dan guru memimbing masing-
masing kelompok untuk melakukan tugasnya.
Fase 5 : evaluasi
A. Guided Discovery
a. Metode Pembelajaran Guided Discovery
Hamdani ( 2010 : 184) berpendapat bahwa discovery (penemuan) adalah
proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip.
Adapun proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan,
membuat kesimpulan. Guru melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar
pendapat yang berwujud diskusi, seminar, dan sebagainya.
Suprijono (2009 : 69) mengemukakan proses belajar discovery meliputi proses
informasi, transformasi, dan evaluasi. Proses informasi, pada tahap ini peserta didik
memperoleh informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Tahap transformasi,
pada tahap ini peserta didik melakukan identifikasi, analisis, mengubah,
mentransformasikan informasi yang telah diperolehnya menjadi bentuk yang abstrak
atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang
lebih luas. Tahap evaluasi, pada tahap ini peserta didik menilai sendiri informasi
yang telah ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
memecahkan masalah yang dihadapai.
c. Kelebihan Metode Guided Discovery Menurut Hanafiah dan Suhana ( 2009: 79)
1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan serta penguasaan
ketrampilan dalam proses kognitif
2. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
3. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar pesertadidik untuk belajar
lebih giat.
4. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan
dan minat masing-masing.
5. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri.
B. Guided Inquiry
a. Metode Guided Inquiry
Inquiry termasuk dalam bahasa Inggris yang secara harfiah memiliki arti
penyelidikan. Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan (Yuniyanti, Sunarno & Haryono, 2012).
Inquiry merupakan suatu metode yang menggunakan hasil penelitian untuk
mempelajari dan menjelaskan suatu fakta yang ada (Colburn, 2000). Siswa dapat
menganalisis seluruh data yang mereka kumpulkan dan dapat menarik suatu
kesimpulan. Hasil dari penyelidikan atau penelitian yang berupa informasi juga
dapat meningkatkan pemahaman konsep dan teori dari siswa (Kitot, Ahmad &
Seman, 2010).
b. Langkah-langkah Guided Inquiry
Menurut Kuhlthau, et al. (2007) proses dalam Inquiry mempunyai beberapa
tingkatan meliputi:
a. Initiation, pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memulai proses
penyelidikan dengan memperhatikan beberapa sumber serta menyiapkan
keputusan untuk memilih suatu topik.
b. Selection, (Seleksi) dimana siswa memilih topik umum mengenai proyek yang
mereka angkat di kelas.
c. Exploration, pada proses ini siswa mencari atau mengeksplor informasi
mengenai topik yang dipilih. proses ini adalah tahap yang sulit untuk sebagian
besar siswa karena akan menimbulkan kebingungan dan frustasi yang
diakibatkan banyak keraguan dari informasi yang telah meraka dapatkan.
d. Formulation, dimana siswa mulai membuat suatu kerangka penelitian
berdasarkan informasi yang telah mereka peroleh; collection,proses ini
mengikuti setelah proses sebelumnya, yaitu formulation. Siswa mengumpulkan
semua informasi yang mendukung terhadap topik yang dipilih;
e. Presentation, proses ini merupakan puncak dari proses inquiry karena siswa siap
untuk membagi pengetahuan yang mereka dapatkan selama pembelajaran;
assessment, proses ini melibatkan guru dan siswa untuk menilai semua yang
telah dipelajari mengenai konten, proses dan semua yang dibutuhkan saat
pembelajaran.
Selain ciri-ciri yang telah dikemukakan oleh Slavin, Nurmahanani dalam jurnal
pendidikannya (2013, hlm.15) memaparkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran
menggunakan pendekatan lingkungan sebagai berikut :
a. Kelayakan waktu yang tersedia. Artinya pemanfaatan lingkungan harus
memperhatikan ciri ragam lingkungan, peranannya, serta waktu yang tersedia.
b. Kesesuaian lingkungan sasaran dalam interaksi belajar mengajar.
Artinya pemanfaatan lingkungan harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran.
c. Kelayakannya untuk dimanfaatkan, baik ditinjau dari kemampuan intelektual
siswa, keterjangkauan dana dan tenaga siswa itu sendiri serta kemungkinan
kontrol maupun monitor yang ahrus dilaksanakan guru.
d. Kesesuaiannya dengan strategi belajar mengajar yang telah ditetapkan. Artinya
jika pembelajaran cukup dilakukan hanya dengan pendekatan ekspositori, maka
pemanfaatan lingkungan tidak lagi perlu dilaksanakan.
e. Keselarasan lingkungan dengan hasil yang diharapkan serta kemungkinannya
untuk dievaluasi.
Untuk itu, dapat digaris bawahi bahwa ciri-ciri terpenting dari pendekatan
lingkungan adalah lingkungan yang tersedia dialam dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan seperti pendidikan tanpa harus mengeksploitasi alam tersebut,
karena diharapkan dengan memenfaatkan alam, siswa dapat lebih mencintai
lingkungan alam yang berada disekitar kita.
Kelebihan Mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar yaitu:
1. Lebih menarik dan tidak membosankan
2. Hakikat belajar akan lebih bermakna
3. Bahan-bahan yang adapat dipelajari lebih karya serta lebih factual sehingga
kebenaranya lebih akurat.
4. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif
5. Sumber belajar menjadi lebih kaya
6. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungan
Kekurangan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar yaitu:
1. Volume dan kekuatan suara harus lebih besar agar dapat ditangkap oleh
audiens
2. Guru/dosen harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memusatkan perhatian
audiens.
3. Model pembelajaran harus dibuat menarik, variatif
4. Sangat tergantung cuaca
5. Konsentrasi audiens kurang
a. Praktik lapangan
b. Berkebun
c. Bertenak
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok
bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang optimal, lima
unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut
adalah:
e. Make a Match
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match
sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya:
pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia
akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak
dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman,
yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang
kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
f. Listening Team
Pembelajaran diawali dengan pemaparan materi pembelajaran oleh guru.
Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok –kelompok, setiap kelompok
mempunyai peran masing-masing. Kelompok pertama merupakan kelompok
penanya, kelompok kedua merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan
perspektif tertentu, kelompok ketiga kumpulan orang yang menjawab dengan
perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua dan kelompok keempat adalah
kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian kata kunci atau konsep yang telah
dikembangkan oleh peserta didik dalam berdiskusi.
g. Inside-Outside Circle
Pembelajaran inside-outside circle diawali dengan pembentukan kelompok.
Satu kelas dibagi menjadi dua kelompok besar yang terdiri dari dua kelompok
lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. Anggota kelompok lingkaran dalam
berdiri melingkar menghadap keluar dan anggota kelompok lingkaran luar berdiri
menghadap kedalam sehingga saling berpasangan dan berhadap-hadapan.
Kelompok ini disebut sebagai kelompok pasangan asal. Kemudian berikan tugas.
1. Berilah peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi
dan pikiran.
2. Mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
3. Setelah semua melengkapi jawabannya bentuklah kedalam pasangan dan
mintalah mereka untuk berbagi jawaban dengan yang lain.
4. Mintalah pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk masing-masing
pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
5. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru bandingkan jawaban dari
masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.
1. Kelompok membaca
2. Tim
3. Kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan membaca.
Tahap – tahap kegiatannya adalah :
a. Membaca berpasangan
b. Mengucapkan kata – kata dengan keras.
c. Makna kata
d. Menceritakan kembali cerita.
e. Ejaan
f. Pemeriksaan oleh pasangan.
g. Tes.
h. Pengajaran langsung dan memahami bacaan.
i. Seni berbahasa dan menulis terintegrasi.
j. Membaca independen dan buku laporan.
m. Co-op Co-op
Co-op co-op adalah sebuah bentuk group investigation yang menempatkan tim
dalam kooperasi antara satu dengan yang lainnya (seperti namanya) untuk
mempelajari sebuah topik di kelas. Langkah – langkah :
n. Jigsaw II
Kunci metode jigsaw ini adalah interdependensi adalah tiap siswa bergantung
kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan
supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian. Beberapa modifikasi adalah
sebagai berikut :
1. membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target
kurikulum,
2. membutuhkan waktu yamg lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak
mau menggunakan strategi kooperatif,
3. membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan atau menggunakan strategi belajar kooperatif, dan
4. menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
b. Rencana Kooperatif
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang
mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan
mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
c. Peran Guru
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-
kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa
mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam
interaksi kelompok. Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi
kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswadengan
karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga
didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian
menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
a. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah umum
yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswaselanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang . Komposisi kelompok
heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik
yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-
menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok
terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup
tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
A. Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA di SD bertujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu peserta
didik tentang gejala alam di sekitar mereka, memberikan berbagai pengalaman untuk
mengobservasi dan menyelidiki lingkungan mereka, melatihkan dan mengembangkan
keterampilan teknis dan intelektual yang diperlukan untuk mempelajari IPA lebih jauh,
membangun pengalaman dasar dalam rangka memahami konsep-konsep penting dalam
IPA, serta menghubungkan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan kehidupan
seharihari (Howe & Jones, 1993: 17).
Tujuan-tujuan IPA seperti yang diuraikan di atas dapat tercapai apabila guru sebagai
pembelajar IPA dapat menguasai strategi mengajar dengan baik. Menurut Driver dalam
Howe & Jones (1993: 13) , ada beberapa strategi yang sebaiknya dilakukan oleh guru IPA
yaitu mengidentifikasi dan membangun pengetahuan yang dimiliki peserta didik ke dalam
pembelajaran, memberi kesempatan mereka mengembangkan dan mengorganisasi
pengetahuan melalui diskusi, pengalaman, dan bantuan guru, membantu peserta didik
memahami pengetahuan ilmiah termasuk menyelidiki kebenaran konsep serta sifat
tentatifnya IPA.
Berdasarkan strategi-strategi yang diuraikan tersebut di atas, pada intinya
pembelajaran IPA lebih mengarahkan para peserta didik untuk mengetahui bagaimana
konsep diperoleh daripada hanya sekedar mengajarkan produk atau konsep-konsep.
Membelajarkan IPA di SD berarti melatih para peserta didik berperan seperti ilmuwan
untuk menemukan konsep yang seharusnya mereka kuasai. Guru berperan sebagai
fasilitator, mediator, dan motivator, sedangkan peserta didik sebagai pelaku yang lebih
aktif dalam mencari ilmu. Pembelajaran IPA di SD harus sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik. Menurut Piaget (Mohamad Nur, 2004: 12) anak usia
SD berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, anak mampu berpikir secara
logis, mampu menggunakan operasi-operasi yang reversibel, pemikiran tidak sentrasi
tetapi desentrasi. Pemecahan msalah tidak begitu dibatasi pada keegosentrisan. Dengan
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik yang diajar, dan menggunakan
strategi yang sesuai dengan materi dalam membuat perencanaan mengajar, guru dapat
lebih mudah mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Merencanakan pengalaman belajar IPA untuk anak harus memperhatikan beberapa
hal. Aktivitas dan pengajaran yang baik sulit dicapai apabila tidak direncanakan secara
hati-hati. Neuman (1978: 47) menyarankan beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam
merencanakan suatu pengalaman belajar bagi anak. Berikut jabarannya:
1. Awalnya, tentukan sasaran apa yang ingin dicapai dari aktivitas yang akan dilakukan
menggunakan petunjuk pertanyaan-pertanyaan: Apa saja yang harusnya dicapai
anakanak? Keterampilan-keterampilan apasaja yang akan anak-anak peroleh?
Informasi apa saja? Jenis sikap apasaja?
2. Pikirkan cara-cara yang bisa dilakukan agar anak-anak dapat terlibat dalam sebuah
aktivitas sederhana. Mengacu pada usia dan kemampuan anak, apa yang dapat mereka
lakukan? Minat apa yang dapat dibangun dan dipelihara dari anak-anak?
3. Kumpulkan dan siapkan bahan-bahan yang dapat membantu belajar anak-anak. Apa
yang tersedia? (what is available?) Dimana bahan-bahan dapat ditemukan? Berapa
biayanya? Apakah bahan-bahan yang digunakan aman bagi anak-anak?
4. Ciptakan suasana belajar yang wajar bagi anak. Apakah semua bahan-bahan yang
diperlukan sudah tersedia? Apakah mereka dalam suasana bekerja (working order) ?
Apakah petunjuknya jelas? Apakah anak-anak terdorong (bukan didorong) untuk
berpartisipasi?
5. Pelajari hasil yang diperoleh setelah pembelajaran berakhir. Apa saja yang telah
dipelajari anak-anak? Apakah pembelajarannya menyenangkan?
Berdasarkan panduan pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru dapat mengevaluasi
dirinya mengenai kesiapan mengajar. Dalam pembelajaran, guru diwajibkan menguasai
berbagai keterampilan mengajar. Salah satu keterampilan penting dalam mengajar IPA
adalah bertanya. Melalui keterampilan ini, guru dapat mengembangkan rasa ingin tahu
peserta didik, dan lain-lain tujuan pembelajaran IPA seperti yang telah diuraikan di atas.
a. Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.
b. Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan
setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran
dan sebagainya.
Contoh alat peraga yang sederhana yang dapat dipergunakan diberbagai tempat,
misalnya:
a. Di rumah tangga seperti model buku bergambar, benda-benda yang nyata seperti
buah-buahan, sayur-sayuran dan sebagainya.
b. Di sekolah seperti papan tulis, flipchart, poster, buku cerita bergambar, kotak
gambar gulung, boneka dan sebagainya.
Selain itu alat peraga berdasarkan dilihat dari sumbernya dapat digolongkan menjadi
dua yaitu:
a. Alat peraga alamiah (Natural), yaitu alat peraga yang sesuai dengan benda
aslinya di alam.
Contohnya : hewan, tumbuhan, danau, gunung dan lain-lain.
b. Alat peraga buatan (Artificial), yaitu alat peraga hasil modifikasi atau meniru
benda aslinya.
Contohnya : alat pernafsan, model jantung manusia, torso dan lain-lain.
Sementara Menurut Sumad, 1972 alat peraga adalah alat untuk memberikan
pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah
satu dari media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar
proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan alat peraga merupakan media atau alat bantu yang digunakan untuk
membantu proses belajar mengajar menjadi lebih efektif, menyenangkan dan hasil
lebih optimal.
Dari penjelasan diatas, maka dapat kita simpulkan perbedaan media dengan
alat peraga . Alat peraga merupakan objek bantu dalam kegiatan belajar mengajar agar
tercapai hasil yang lebih maksimal sekaligus menjadikan suasana belajar menjadi
lebih menyenangkan. Sementara media pembelajaran merupakan objek utama yang
harus ada dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Misalnya kita bisa menggunakan ilustrasi sebuah kelas dimana siswa sebagai
peserta didik yang akan menerima informasi atau transfer ilmu dari guru, sementara
guru sendiri disebut sebagai media. Adapun alat peraga adalah alat yang digunakan
dalam proses penyampaian informasi atau materi kepada siswa. Jenis alat peraga
sendiri sangat bervariasi dan harus disesuai dengan kebutuhan. Pemilihan alat peraga
harus relevan dengan materi yang akan dipelajari, sebagai contoh saat materi yang
akan dipeajari adalah tentang anatomi tubuh manusia, maka alat peraga bisa
menggunakan antagomi, atau jika materi geografi bisa menggunakan alat bantu berupa
globe atau tiruan bumi dan sebagainya.
PEMBAHASAN XIII
Selain manfaat bagi guru ada juga manfaat bagi siswa yaitu:
Setiap makhluk hidup memerlukan tempat hidup yang sesuai. Tempat hidup
berguna untuk melangsungkan kehidupannya. Makhluk hidup mempunyai tempat
hidup masing-masing dan berbeda-beda. Hewan dan tumbuhan juga termasuk makhluk
hidup yang tempat hidupnya di darat dan di air. Seperti halnya hewan dan tumbuhan,
manusia juga mempunyai tempat hidup tersendiri yaitu rumah. Rumah sebagai tempat
tinggal sangat berguna bagi manusia, selain untuk beristirahat juga untuk berteduhnya
manusia. Manusia hanya hidup di darat karena manusia tidak dapat hidup di air.
Meskipun bisa itu hanya sebentar dan menggunakan alat bantu pernapasan.
(Foto : Rumah)
A. Tempat Hidup Hewan
Ayo perhatikan hewan yang hidup di sekitar rumahmu hewan apa sajakah itu
di manakah tempat hidup hewan-hewan itu? Banyak sekali jenis-jenis hewan yang
ada didunia ini. Kita telah mengenal berbagai jenis hewan tersebut. Tahukah
kamu, setiap jenis hewan berkelompok memiliki tempat hidup yang beraneka
ragam. Adapun pengelompokan hewan berdasarkan tempat hidupnya, marilah kita
pelajari bersama.
1. Hewan Darat
Hewan darat adalah hewan yang hidup dan bertempat tinggal didarat.
Banyak sekali jenis hewan yang hidup didarat. Mereka hidup secara
berkelompok. Adapun jenis hewan tersebut.
a. Hewan yang hidup dilingkungan kita sedari kecil orang tua kamu pasti
sudah mengenalkan jenis-jenis hewan yang ada disekitarmu. Seperti, kuda,
kucing, kupu-kupu, anjing, ayam, dan burung. Hewan-hewan tersebut ada
yang dipelihara dan ada juga yang tidak dipelihara. Hewan yang dipelihara
biasanya untuk suatu keperluan. Selain itu ada juga jenis hewan yang liar
jenis hewan yang liar yang ada disekitar kita. Seperti tikus, kecoa, semut,
nyamuk dan sebagainya.
(Gambar b.5)
c. Hewan yang hidup didalam tanah Selain di permukaan tanah, ada pula
hewan yang hidup didalam tanah. Mereka hanya sesekali saja keluar tanah
untuk mencari makan. Adapun jenis hewan yang hidup didalam tanah yaitu
cacing, rayap, semut, dan berbagai jenis serangga lainnya.
(Gambar c.1) (Gambar c.2)
(Gambar c.3)
2. Hewan Air
Hewan yang hidup didalam air umumnya hewan yang sering kita makan.
Seperti ikan, belut, udang. Hewan Air dikelompokkan dari hewan air tawar,
hewan air laut dan hewan air payau.
a. Hewan air tawar
Air tawar adalah jenis air yang terletak di wilayah darat seperti sungai,
danau dan kolam. Hewan yang tinggal di air tawar bisa dijadikan sebagai
hiasan dan untuk dimakan. Misalnya ikan gurame, ikan mas, ikan mujair
dan ikan gabus.
(Gambar b.7)
c. Hewan air payau
Air payau adalah perairan campuran antara air tawar dan air laut. Manusia
biasanya membuat tambak-tambak didekat pantai untuk memelihara jenis
hewan yang hidup di air payau. Jenis hewan yang hidup di air payau adalah
kepiting, kerang, udang dan bandeng.
Hari/Tanggal :
Nama Siswa :
Tujuan Praktikum : Mengetahui tempat hidup hewan yang hidup di darat, di air
dan di darat & air serta mengetahui tempat hidup tumbuhan
yang hidup di darat dan di air.
2. Pensil
3. Penghapus
4. Penggaris
Langkah Kerja : 1. Sediakanlah berbagai alat dan bahan seperti buku, pensil,
penghapus dan penggaris.
2. Kemudian amatilah gambar hewan dan tumbuhan yang
ada di bawah ini.
3. Setelah mengamati gambar tersebut, lalu tuliskanlah hasil
pengamatan tabel dan berilah tanda ceklis (√) pada kolom
yang tersedia.
Tabel Pengamatan Tempat Hidup Hewan
Tempat Hidup
NO Nama Hewan
Air Darat Air dan Darat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanyaan :
Jawaban :
1. ...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. ...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
3. ...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Tempat Hidup
NO Nama Tumbuhan
Darat Air
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanyaan :
1. ...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. ...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
3. ...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Uji Kompetensi
Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, dan D di bawah dengan jawaban yang
benar!
A. Pengertian Penilaian
Penilaian berarti pengukuran keberhasilan seseorang dalam proses maupun
keberhasilan pembelajaran. Yang diukur tidak hanya materi yang dikuasai tetapi juga
dampak materi itu terhadap jenjang proses berpikir, jenjang pengembangan kepribadian,
dan jenjang kemampuan keterampilan. Jenjang setiap ranah dapat dilukiskan sebagai
berikut:
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada
waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu
yang jelas.
Dalam konteks pembelajaran, evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa
diabaikan oleh seorang guru. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi
evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan
kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengukur
efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan
sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam
hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur
tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-
mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual),
afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (keterampilan, gerak, dan tindakan).
Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, maupun perbuatan. Dengan
demikian mengevaluasi dalam konteks ini adalah menentukan apakah tampilan siswa
telah sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan atau belum. Apabila lebih
lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh pengertian
yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian evaluasi
pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan,
dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang
dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran
dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif,
sedangkan penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai
keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.
B. Pembelajaran Berkualitas
Pembelajaran yang berkualitas selalu dimulai dengan perencanaan yang matang,
yang mencakup silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan rancangan evaluasi
yang terdiri atas prosedur dan instrumen penilaian. Penyiapan rancangan evaluasi
merupakan satu nilai plus dalam pembelajaran yang berkualitas. Prosedur dan jenis
evaluasi yang disiapkan harus sesuai dengan kompetensi yang akan diases. Oleh karena
itu, alat evaluasi yang disiapkan dapat berupa: tugas, lembar observasi, dan/atau tes.
Pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas ditandai oleh berbagai hal, antara lain
sebagai berikut.
1. Penyajian dilakukan secara sistematis, mulai dari pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
2. Kegiatan pembelajaran bervariasi.
3. Siswa terlibat aktif, baik dalam diskusi, maupun kegiatan lain yang dirancang
dalam pembelajaran.
4. Guru berperan sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berperan aktif
dalam mengkonstruksi konsep-konsep.
5. Iklim kelas kondusif, yang ditandai oleh adanya pemberian balikan dan penguatan,
keceriaan dan keantusiasan guru dan siswa, kesediaan guru untuk membantu siswa
secara individual, atau adanya hal-hal yang menantang siswa untuk menemukan
solusi suatu masalah. Secara alami, nuansa pembelajaran yang berkualitas akan
dirasakan oleh guru dan siswa.
Penilaian proses dan hasil belajar dilakukan untuk memantau kemajuan siswa dan
menilai penguasaan kompetensi yang diharapkan. Hasil penilaian ini mencerminkan
tingkat efektivitas pembelajaran. Penilaian proses dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti tanya jawab, observasi partisipasi siswa dalam diskusi, atau observasi kinerja
dalam berlatih menguasai keterampilan tertentu, yang disertai dengan balikan. Oleh
karena fungsinya untuk memantau dan memperbaiki, maka penilaian proses harus
dilakukan secara berkesinambungan.
Penilaian hasil belajar dilakukan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai
untuk menilai terkuasainya kompetensi yang diharapkan. Alat penilaian yang digunakan
dapat bervariasi seperti tes tertulis, tes penampilan (kinerja), atau tugas-tugas. Penilaian
dalam bentuk tes dilakukan minimal dua kali dalam satu semester, yaitu pada tengah
semester, berupa ujian tengah semester dan pada akhir semester berupa ujian akhir
semester.
1. Datang di kelas/sekolah
2. Membayar uang sekolah
3. Mengikuti upacara bendera
4. Mengerjakan pekerjaan rumah
5. Mengerjakan tugas praktikum
6. Menepati janji
7. Mengembalikan pinjaman pada waktu yang dijanjikan.
Lembar Observasi
Menentukan Volume Oksigen di Udara
Kualitas kegiaatn (beri tanda
check)
No Kegiatan yang Dilatihkan Sangat
Baik Kurang
Baik kurang
Sekali Baik
baik
1 Memilih alat dan bahan yang sesuai
2 Cara menyalakan lilin
3 Cara meletakkan batang penyangga
4 Cara menuangkan air di bejana
5 Cara menelungkupkan gelas kosong di
atas lilin
6 Cara memberi tanda permukaan air
sebelum percobaan
7 Cara memberi tanda permukaan air
sesudah percobaan
8 Membersihkan alat yang sudah
digunakan
9 Menyimpan alat dan bahan yang sudah
digunakan
3. Ranah Afektif
Adanya kerja kelompok dalam percobaan telah membuahkan sifat tenggang
rasa yang makin tinggi dapat dicatat melalui pengamatan. Indikator tenggang rasa
misalnya:
a. Tidak memaksakan kehendak sendiri
b. Mau menerima pendapat orag lain
c. Tidak mudah tersinggung
d. Kesediaan menjalin persahabatan tanpa pamrih
Contoh Format Observasi:
Lembar Observasi
Kualitas kegiaatn
(beri tanda check)
No Kegiatan yang Dilatihkan Baik Kurang Sangat
Baik
Sekali Baik kurang baik
(3)
(4) (2) (1)
1 Cara memegang kedua bejana
2 Ketelitian menuangkan
4 Hasil akhir
Nilai Keterampilan IPA sebagai berikut:
NA = x 100
Nlai Akhir IPA (Teori dan Praktek)
a. Bobot Praktek Sama dengan Bobot Teori
NA =
b. Bobot Praktek berbanding teori 1 : 3
NA = (¼ x Nilai Praktek) + (¾ xNilai Teori)
Pilihan Jawaban
Sangat Setuju Tidak Sangat
Pernyataan
Setuju Setuju Tidak
Setuju
Saya lebih senang berteman dengan
siswa yang pandai