Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat, kebanyakan
orang hanya akan menunjukan keadaannya yang bak-baik saja dan maka
itulah di pakainya topeng, atau persona itu sendiri. Dengan topeng itu
kadang-kadang orang akan mendapat kedudukan, penghasilan atau pretise
yang lebih daripada tanpa topeng tersebut sekalipun ia terpaksa harus
bertindak, bebicara atau berbuat yang bukan saja tidak sesuai dengan
dirinya sendiri, melainkan kadang-kadang sama sekali bertentangan
denganhekikat kepribadianya sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kepribadian ?
2. Apa saja tipologi kepribadian ?
3. Apa saja struktur pada kepribadian ?
4. Apa saja factor yang mempengaruhi kepribadian ?
5. Bagaimana perkembangan Kerpribadian ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kepribadia
2. Untuk mengetahui apa saja tipologi kepribadian itu
3. Untuk mengetahui struktur kepribadian
4. Untuk mengetahui apa saja factor yang mempengaruhi kepribadian
5. Agar memahai bagaimana pemkembangan kepribadian

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian
Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa inggris) yang
berasal dari kata persona (bhs latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu
tutup muka yang sering dipakai oleh pemain panggung, yang maksudnya
untuk menggambarkan perilaku, watak atau peribadi seseorang. Hal itu
dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh
seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, atau yang
kurang baik. Misalnya membawakan kepribadian yang pemarah, seraah
dan sebagainya, sering di topengka oleh gambaran raksasa, sedangkan
untuk perilaku yang baik, berbudiluhur, suka menolong, berani berkorban
dan sebagainya di topengkan oleh seeorang ksatria, dan sebagainya.
Didalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat, kebanyakan
orang hanya akan menunjukan keadaannya yang bak-baik saja dan maka
itulah di pakainya topeng, atau persona itu sendiri. Dengan topeng itu
kadang-kadang orang akan mendapat kedudukan, penghasilan atau pretise
yang lebih daripada tanpa topeng tersebut sekalipun ia terpaksa harus
bertindak, bebicara atau berbuat yang bukan saja tidak sesuai dengan
dirinya sendiri, melainkan kadang-kadang sama sekali bertentangan
denganhekikat kepribadianya sendiri.
Jadi dapat di simpulkan kepribadian itu adalah suatu totalitas
psikhophisis yang kompleks dan individu, sehingga Nampak didalam
tingkah lakunya yang unik. 1
B. Tipologi Kepribadian
Tipologi berarti suatu cara menggolongkan sejumlah orang yang
dipandang memiliki tipe yang hamper bersamaan. Tipologi dbagi menjadi
beberapa jenis yaitu :
1. Tipologi Konstitusi
2. Tipologi Temperament
1
Drs. Agus Sujanto dkk, Psikologi Kepribadian, 2009, Jakarta, PT.Bumi Aksara, hlm10-12

2
3. Tipologi Ketidak sadaran
4. Tipologi masyarakat
5. Tipologi Kebudayaan
1. Tipologi Konstitusi
Beberapa pendapat tentang tipologi :
- Topologi Hypocrates – Galenus
- Tipologi Sigaud
a. Tipologi Hypocrates
Didalam tipologinya, Galenus menggunakan 4 macam cairan yang
terdapat didalam tubuh manusia, yaitu :
1. Darah (sangui)
2. Limpa (flegma)
3. Empedu kuning (choleri)
4. Empedu hitam (melanchole)
Dengan 4 macam cairan in galenus menggolongkan manusia atas
4 tipe pula yaitu :
a) Orang ang terlalu banyak sangui didalam tubuhnya, disebut
sanguinisi, sifatnya disebut sanguinis, dengan ciri-cirinya, yaitu
ekspansif, lincah, selalu riang, optimis, mudah tersenyum, tidak
mudah putus asa.
b) Orang yang terlalu anyak flegma di dalam tubuhnya, disebut
orang flegmatisi, sifatnya flegmatis, dengan ciri-cirinya yaitu,
plastis, tenang, dingin, sabra, tidak mudah terpengaruh.
c) Orang yang terlalu banyak chole didalam tubunya, disebut orang
cholerisi, sifatnya disebut choleris, dengan ciri-cirinya yaitu,
garang, lekas marah, mudah tersinggung, serius.
d) Orang yang terlalu banyak melanchole didalam tubunya, disebut
orang melancholerisi, sifatnya melancholeris, dengan ciri-cirinya
yaitu, kaku, muram, penakut, pesimis.
Sebenarnya tipologi ini lebih dikenal dengan nama tipologi
Hypocrates-Galenus, oleh karena sebenarnya Galenus meneruskan
pendapat filsuf dizaman yunani kuno, yang bernama Hypocrates,

3
yang berpendapat bahwa didalam tubuh manusia terdapat 4 zat cair
dengan sifat yang berlainan, yaitu :
1) Darah, yang bersifat panas
2) Lendir, yang besifat dingin
3) Empedu kuning, yang bersifat kering
4) Empedu hitam, yang bersifat basah
Berpuluh-puluh tahun lamanya tipologi yunani yang bersifat
filosofis ini berpengaruh luas sekali. Makin lama unsur-unsur
filosofinya makin dihilangkan sehingga tinggal adanya cairan-
cairan dalam tubuh yang masih diakui.
b. Tipologi Sigaud
Sigaud menyusun tipologinya atas dasar 4 macam fungsi tubuh,
yaitu :
1) Motoric
2) Pernafasan
3) Pencernaan
4) Susunan syaraf sentral
Fungsi fisiologis yang manakah yang terkuat pada seseorang,
disitulah orang itu digolongkan, karena itu sigaud menggolongkan
manusia atas 4 golongan, yaitu :
a. Orang yang kuat fungsi motoriknya, termasuk tipe muskuler,
dengan ciri-cirinya, anggota badannya serba panjang, berspir
dan serba bersudut
b. Orang yang kuat pernafasannya yermasuk tipe respiatoris,
dengan ciri-cirinya, bentuk dadanya membusung, wajahnya
lebar.
c. Orang yang kuat percernaannya, termasuk tipe digestif.

4
2. Tipologi Temperament/Psikhis
a) Tipologi Heymans
Tipologi heymans adalah salah satu tokoh yang mengungkapkan
teorinya tentang tipologi temperament, yang tipologi-tipologinya
yang sebelumnya sebenarnya sudah jarang di perhatikan oleh orang-
orang, maka ia membuktikan lagi dengan tipologinya yang ini dan
menarik perhatian terutama di perancis.
Heymans menyusun teorinya atas 3 prinsip dasar yaitu :
1) Emosionalitas, artinya banyak sedikitnya seseorang dipengaruhi
oleh kehidupan perasaannya. Dengan ciri-cirinya : lekas
memihak, fantasinya kuat, tulisan dan bicaranya aneh, kurang
mencintai kebenaran, mudah marah, senang sensai.
2) Aktivitas, yaitu banyak sedikit seseorang menyatakan isi
jiwanya dalam bentuk perbuatan. Dengan ciri-cirinya : suka
bekerja, mudah bertindak, berhobby banyak, suka mengatasi
kesulitan, tidak musah putus asa.
3) Fungsi sekunder, kuat atau tidaknya seseorang menyimpan
kesan-kesan didalam jiwanya. Dengan ciri-cirinya : betah
dirumah, taat pada adat, setia dalam persahabatan, besar rasa
terimakasihnya, sukar menyesuikan diri, konsekwen.
Sebagai lawan fungsi sekunder, adalah fungsi primer, yaitu bila
seseorang hanya sebentar saja menyimpan kesan itu didalam
jiwanya.
3. Tipologi Berdasarkan Budaya
Menurut Spranger, kehidupan manusia dipengaruhi oleh dua macam
kehidupan jiwanya, yaitu jiwa obyektif dan jiwa subyektif. Jiwa subyektif
sendiri adalah jiwa tiap-tiap orang, sedangkan jiwa obyektif ialah nilai-
nilai kebudayaan yang besar sekali pengaruhnya pada jiwa subyektif.
Menurut spranger, manusi dapat dibedakan atas 6 nilai kebudanyaan
yaitu :
a. Ekonomi, dengan sifat-sifatnya : senang bekerja, senang
mengumpulkan harta, agak kikir, bangga dengan hartanya.

5
b. Politik, dengan sifat-sifatnya : ingin berkuasa, tidak ingin kaya,
berusaha menguasai oranglain, kurang cinta kebenaran.
c. Sosial, dengan sifat-sifatnya : senang berkorban, senang mengabdi
kepada tuhan, mencintai masyarakat, pandai bergaul.
d. Ilmu pengetahuan, dengan sifat-sifatnya : senang membaca, gemar
berfikir dan belajar, tidak ingin kaya, ingin serba tahu.
e. Kesenian, dengan sifat-sifatnya : hidup bersahaja, senang menikmati
keindahan, gemar menciptakan, mudah bergaul dengan siapa saja.
f. Agama, dengan sifat-sifatnya : hidupnya hanya untuk tuhan dan
ikhirat, senang memuja, kurang senang harta, senang menolong orang
lain.
4. Tipologi berdasarkan kedudukan anak dalam keluarga
tipologi Anak-anak dapat di bagi menjad beberapa jenis yaitu ialah:
a. Anak tiri
Namun bagaimanapun kalau yang kalau yang menduduki tempat
tiri itu adalah anak,lebih-lebih bila anak itu pernah hidup dengan
orang tuanya endiri, maka kehadiran si tiri akan selalu dicurigai, tidak
dipercaya dan selalu akan dijauhi olehnya. Kecurigaan selalu
mengikuti perlakuan ayah atau ibu tirinya. Apalagi bila ia hidup
bersama dengan saudara-saudara tirinya.
Mengapa demikian? Sebab, semula anak itu sudah terbiasa dengan
sesuatu cara hidup tertentu, dan sianak mendapatkan kasih saayang
secara wajar dari kedua orang tuanya, betapapun keadaannya. Tetapi
dengan kedatangan orang baru (tiri) tentu akan membawa perubahan
didalam tata kehidupan keluarga, merubah tata kehidupan dirasakan
anak sebagai sesuatu yang sukar, yang kadag-kadang memerlukan
penyesuaian diri yang lamasekali bagi anak.
Di samping itu guru perlu memberikan saran-saran antara lain,
misalnya sebagai berikut:
1) Hendaknya suasana rumah tanga tetap tenang dengan tidak
banyak perubahan.

6
2) Kepada anak jangan terlalu ditekan baik dengan ucapan,
perlakuan maupun kewajiban, kecuali belajar.
3) Kepada anak perlu mendapat tempat tersendiri untuk belajar,
4) Keperluan belajarnya supaya doperhatikan benar-benra.
5) Berkan kesempatan seluas-luasnya bia anak ingin mendapatkan
fasilitas guna eperluan belajarnya.
6) Berikan dorongan seperlunya dengan cara orang tua (yag bukan
tiri) bersikap biasa saja sepeti sebelum kedatangan orang baru.
b. Anak tunggal
Anak tunggal adalah merupakan tumpuan harapan kedua orang
tuanya. Harapan kedua orang tua itu berpadu, bertumpuk menjadi
satu padanya. Harapan tentang apa saja. Harapan akan kehidupan
yang lebih baik, harapan yang akan meneruskan keturunan, harapan
akan tercapainya cita-citanya dan harapan tentang segala-galanya.
Dalam keadaan seacam ini, bila si orang tua tidak menyadari
keadaan anaknya semacam itu sianak akan jatuh dalam bencana,
karena ia akan selalu berada dalam dua dunia yang tidak
berseimbangan satu sama lain sehingga sering keadaan semcam itu
membawa kerusakan urat syarafnya, bahkan kalau si anak
berpembawaan serba lemah, ia mungkin harus mendapat perawatan
khusus yang lebih berat lagi.
Jika si anak berpembawaan kuat, ketika baru merasakan adanya
kekurangan pada dirinya dari teman-temannya, ia mungkin segera
berkopensansi sehingga ia tetap berada dalam keseimbangan
sekalipun tidak sewajarnya.
c. Anak sulung
Kalau sianak sulung menghayati sendiri bahwa orang tua lebih
bersedia bekorban bagi anak-anakya, orang tua lebih berani
mengalah, lebih berani menderita, lebih berani bekerja berat, dan
sebagainya, si anak sulung akan lebih mudah untuk dapat berkorban,
mengalah, ataupun bertindak bijak sana terhadap adik-adiknya.

7
Hal-hal inilah yang sering terjadi pada anak sulung dan apabila hal
ini dilakukan sebagaimana dan tanpa mempercepat waktu dan
memperberat beban, melainkan berlaku dalam keserba wajaran, tentu
tidak akan menimbulkan anggapan-anggapan yang kurang benar
didalam masyarakat.
d. Anak bungsu
Sebenarnya seatus bungsu dari orang tua pada seorang anak, sukar
diramalkan kecuali apabila orangtua itu bersama-bersama
mengusahakan untuk tidak mempunyai anak lagi.
Karena terlalu disayang ole orang tua dan kakak-kakak nya, terlalu
banyaknya mendapatkan perhatian, perawatan, pertolongan, hiburan,
maka sianak bungsu berada didalam kehidupan yang serba
berkecukupan, serba menyenangkan, serba tersedia dan serba
mengenakkan. Semuanya ini memberi kesempatan kepada anak
untuk berlaku manja.
Sikap manja, akan selalu merugikan diri sendiri. Karena ia tidak
akan mempunyai pengalaman untuk melakukan sesuatu. Karena tidak
dapat melakukan sesuatu, ia merasa malu terhadap teman-temannya.
Untuk menutupi rasa malu itu ia mengasingkan diri dari teman-
temannya. Karena mengasingkan diri, dank arena itu ia makin jauh
mengasingkan dirinya, akhirnya ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Bila hal ini benar- benra terjadi berlarut-larut, akhirnya anak itu
akan jatuh kekeputus asaan .
e. Anak pungut
Sipemungut dalam hal ini perlu bermula dari awal, misalnya
dengan lebih dahulu membiarkan anak itu berbuat dengan pola-pola
perbuatannya yang lama, sambil meneliti dari celah-celah pola
perbuatan yang lemah, yang dari situ ia dapat memanfaatkan sebaik-
baiknya.
Dalam hal ini diperlukan dengan adanya ketentuan sikap baik dari
pikah anak maupun dari pihak orang tua, dengan pengertian dan
keinsyapan bahwa segala sesuatu itu adalah demi kepentingan suatu

8
hari anak tersebut. Apabila selama dalam perkembangan itu ia tidak
dapat menemukan pedoman hidup tertentu itu dari satu pedoman
(betapapun bentuknya) melainkan hanya terombang ambing antara
dua pedoman hidup, yang tentu saja kan mengalami kesukaran-
kesukaran.2
C. Struktur kepribadian berdasarkan psikologi dalam
a. Setruktur kepribadian menurut S. Frued,
b. Setruktur kepribadian menurut C.G Yung
1) Setruktur Kepribadian Frued
Meurut frued kepribadian terdiri atas tiga system atau aspek, yaitu:
a) Das Es (the id), yaiut aspek biologis
Das Es atau dalam bahasa inggris the id disebut juga oleh
FRUED Syistem der Unbewusten. Aspek ini adalah aspek biologis
dan merupakan system yang di orsinil didalam kepribadian; dari
aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh.
b) Das ich (the ego), yaiut aspek psychologis
Das ich atau atau dalam bahasa inggrisnya the ego disebut juga
system derbewussten verbewussten. Aspek ini adalah aspek
psichologis dari pada kepribadian dan timbul karena kebetulan
organisme untuk berhubungan secar baik dengan dunia kenyataan
(realitas). Orang yang lapar mesti perlu makan utnuk
mengilangkan tegangan yang ada di dalam dirinya; ini berarti
bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan
tentang makanan. Disinilah letak pebedaan yang pokok antara das
Es dan das ich, yaitu kalau das Es hanya mengenal dunia subyektif
(dunia batin) maka das ich dapat membedakan sesuatu yang hanya
ada didalam batin dan sesuatu yang ada didunia luar batin (dunia
obyektif, dunia realita).

2
Drs. Agus Sujanto dkk, Psikologi Kepribadian, 2009, Jakarta, PT.Bumi Aksara, hlm19-54

9
c) Das ueber ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.
Das Ueber ich adalah aspek sosiologi daripada kepribadian,
merupakan wakil dari nila-nilai tradisional serta cita-cita
masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-
anaknya, yang dimasukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah
dan larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan.3
2) Sturktur Psyche Atau Kepribadian Dari Jung
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang
psyche. Adapun yang dimaksud dengan psyche ialah totalitas segala
peristiwa psikis baik yang disadari maupn yang tidak disadari. Jadi
jiwa manuia teridir dari dua alam, yaitu:
a) alam sadar (kesadaran), dan
b) Alam tak sadar (ketidak-sadaran).
Kedua alam itu tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan
secara koompensatoris. Adapun fungsinya kedua-duanya adalah
penyesuaian , yaitu:
a) Alam sadar: penyesuaian terhadap dunia luar
b) Alam tak sadar: penyesuaian terhdap dunia dalam.
3) Struktur kepribadian dari Kurt Lewin
Kenyataan psikologis yang selalu dipegang ialah bahwa pribadi itu
selalu ada alam lingkunganya, pribadi tak dapat dipikirkan lepas dari
lingkungannya
a. Pribadi
Selaras dengan prinsip ilmu jiwa gestalt, cara menggambarkan
pribadi itu secara struktual ialah dengan cara melukiskan pribadi
itu sebagai kesatuan yang terpisah dari hal-hal lainnya di dunia ini.
Penggambaran ini dapat dilakukan dengna bermacam-macam cara.
Misalnya dapat dengan kata-kata, dan secara seperti ysng terdapat
pada ruang (typology). Lewin memilih cara yang kedua itu karena :

3
Daniel Cervone and Lawrence A.Pervin, Kepribadian:Teori dan Penelitian, 2011, Jakarta,
Penerbit Salemba Humanika, hlm104

10
1) Penggambaran secara ruang itu memungkinkan pendekatan
secara mathematis,sedangkan penggambaran dengan kata-kata
tidak.
2) Penggambaran dengan kata-kata banyak mengandung
keraguan-keraguan dank arena banyak menimbulkan salah
mengerti sedangkan penggambaran secara ruang tidak.
b. Lingkungan Psykologis
c. Ruang hidup
d. Differensiasi Ruang Hidup4
D. Perkembangan Kepribadian
Meskipun organisme dan diri mempunyai tendensi yang sama untuk
mengaktualisasi diri, namun keduanya sangat mudah dipengaruhi oleh
linngkungan, khususnya lingkungan sosial. Tidak seperti teori kus klinis
lainnya, seperti Freud, Sulifan dan Ericsan, Rogers tidak memberikan jadwal
waktu tahap-tahap penting yang dilalui orang pada masa bayi hingga pada
masa dewasa. Sebaliknya ia memusatkan perhatian pada cara-cara
bagaimana penilaian orang-orang terhadap individu, khususnya pada masa
kanak-kanak cenderung memisakan pengalamanan-pengalaman organisme
dan pengalaman diri.
Adanya penilaian yang bersifat negative terhadap anak menjadikan
pengalaman yang tidak berharga(tidak di setujui). Pengalaman tidak
berharga ini cenderung di keluarkan anak dari konsep diri sehingga
menghasilkan konsep diri yang tidak selaras dengan organisme. Anak
berusaha menjadi apa yang dinginkan oleh orang lain dan tidak berusaha
menjadi apa yang sebenarnya yang dinginkan.
Keretakan antara diri dan organisme dapat di atasi apabila individu
bersedia mengungkapkan perasaaanya dalam suasana yang bebas dan
berstruktur antara klien dan terapis sehingga segenap perasaan klien sudah
mencapai keadaan mampu menyadari pengalamanan-pengalamannya5.

4
Drs. Agus Sujanto dkk, Psikologi Kepribadian, 2009, Jakarta, PT.Bumi Aksara, hlm 67-82
5
Drs.H.Muh.Farozin,M.Pd dan Kartika Nur Fthiyah, S.Psi, Pemahaman Tingkah Laku:Buku
Pegangan Kuliah,2004, Jakarta, PT.Reneka Cipta, hlm 96

11
E. Faktor Penentu Kepribadian Manusia
Factor pribadi manusia menurut sujanto dkk. (1999:3-4) tumbuh dari 2
kekuatan, yaitu : 1) kekuatan dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir,
berwujud benih, bibit, atau sering juga di sebut kemampuan-kemampuan dasar
atau oleh ki hajar dewantara disebut factor dasar, dan 2) kekuatan dari luar,
factor lingkang yang oleh ki hajar dewantara disebut factor ajar.
Kekuatan dari dalam dapat berwujud fisik maupun psikis. Secara fisik
kepribadian dapata ditentukan berupa panjang pendek leher, besar kecil
tengkorak, susunan syaraf, otot-otot, susunan dan keadaan tulang-tulang.
Sedangakan secra psikis, kepribadian ditentuan oleh pikiran perasaaan,
kemauan, fantasi, ingatan, dan sebagainya. Kekuatan dari luar adalah segala
sesuatu yang ada diluar manusia, baik benda hidup atau benda mati. Semua
kekuatan dari luar ini ikut serta mementuk kepribadian seseorang yang berada
di lingkungan sekitarnya. Dengan demkian individu terpengarus lingkungan.
Dan sebaliknya lingkungan dipengaruhi atau di ubah juga oleh individu.
Hurlck (1990:237) mengemukakan beberapa penentu
kepribadian(determinan of personality) yang mempunya pengaruh terbesar
pada inti pola kepribadian. Adapun komponen dari inti pola kepribadian
meliputi yaitu
1. Konsep Diri
Meruapak penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, konsep diri ini
di bagi 2 yaitu : 1) konsep diri sebenarnya da 2) konsep diri ideal. Konsep
diri sebenarnya merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang
sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain
serta persepsinya tentang penilaian orang lan terhadap dirinya. Sedangkan
konsep diri ideal merupaka gambaran seseorang mengenai penampilan dan
kepribadan yang didambakannya.
Setiap macam konsep diri mempunyai aspe fisik dan psikologis.
Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang
penampilannya, kesesuaian dengan seks nya, arti penting tubuhnya dalam
hubungannya dengan perilakunya, dan gensi yang diberikan tubuhnya
dimata orang lan. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang

12
kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungan
dengan hbungan dengan orang lain.
2. Sifat
Sifat-sifat adalah kualitas perilaku atau pola penyesuaian spesifik,
misalnya reaksi terhadap frustasi, cara menghadapi masalah, perilaku
agresif dan defensive dan perilaku terbuka atau tertutup di hadapan orang
lain. Ciri tersebut terintergrasi dengan dan dipengaruhi oleh konsep diri.
Beberapa diantaranya terpisah dan berdiri sendiri, sementaranya yang lan
begabung dalam sindroma atau pola perilaku yang berhubungan.
Hurlck (1990:248-257) mengemukakan penentu-penentu kepribadian
yang berpengarus terhadap inti pola kepribadian, beberapa diantara adalah:
a) Pengalaman Awal
Pentingnya pengalaman awal untuk perkembangan kepribadian
pertama-pertama di tekankan oleh frued yang menemukan bahwa
di antara pasien dewa
sa banyak yang memiliki pengalaman yang tidak
membahagiakan pada masa kanak-kanak. Rank(dalam Hurlck,
1991:248) juga menyatakan trauma kelahiran atau kejutan
psikologi yang terjadi bila bayi di pisahkan dari ibunya mempunyai
pengaruh yang lama pada kepribadian dengan jalan mempunyai
individu merasa tidak aman.
b) Pengaruh budaya
Sesungguhnya, pada setiap budaya seseorang mengalami untuk
mengembangkan suatu pola kepribadian yang sesuai dengan
setandar yang di tentuan budayanya. Kelompok budaya
menetapkan model untuk pola kepribadian yang disetujui dan
menekan individu-individu yang tergabung didalamnya untuk
berperilaku sesuai dengan norma-norma budaya yang
bersangkutkan. Karena tekanan tersebut, individu akhirnya
menyesuaikan diri mengikuti pola perilaku yang telah ditetapkan
kelompok budaya dan pada akhirnya perilaku tersebut menetap
menjadi kecenderungan pola perilaku individu. Misalnya dalam

13
budaya timur seseorang dilatih untuk mengembangkan pola
kepribadian yang bercirikan loyalitas, kerjasama, pengorbanan diri
dan peran seseorang dalam hidup yang sering tidak realistis.
Sedangkan dalam budaya barat yang lebih beroriantasi keindividu
seseorang akan menjadi lebih egosentris lebih memperhatikan
kemandirian dan hak mereka serta lebih mengutamakan
kepentingan sendiri dari pada orang lain.
c) Ciri-Ciri Fisik
Ciri-ciri fisik atau bentuk tubuh memepengaruhi kepribadian
secara langsung. Secara langsung menentukan apa yang dapat dan
tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung ciri-ciri
fisik menentuka bagaimana seseorang merasa tentang tubuhnya
semakin banyak aktivitas dilakukan seseorang sesuai dengan ciri
fisiknya akan semakin meningkatkan konsep diri positifnya dan
pada akhirnya akan semakin mengembangkan kepribadian positif
individu. Disamping itu, semakin positif menilaian seseorang
terhadap ciri-ciri fisiknya yang salah satunya di tentukan oleh
adanya penilaian positif dari orang lain juga akan semakin
meningkatkan kosep diri positif dan pada akhirnya memberi
sumbangan yang berharga pada perkembangan kepribadian yang
sehat.
d) Kondiri Fisik
Terdapat 2 aspek kondisi fisik yang mempengaruhi
kepribadian, yaitu kesehatan umum dan cacat jasmani. Kesehatan
yang baik memungkinkan seseorang ikut serta dalam kegiatan
kelompoknya sehingga lebih diterima oleh kelompok dan pada
akhirnya menentukan konsep diri positif yaitu sebagai individu
yang diterima dengan baik oleh lingkungannya.
e) Keberhasilan dan Kegagalan
Konsep diri sebagai inti kepribadian di tentukan pula oleh
anggapan seseorang mengenai dirinya, yaitu sebagai seseorang
yang sukses atau sebagai seseorang yang gagal. Keberhasilan

14
menunjang konsep diri yang menguntungkan dan selanjutnya
menumbuhkan penyesuaian dan evaluasi sosial yang baik dan pada
akhirnya dapat menjadi dasar berkembangnya kepribadian yang
baik. Sedangkan kegagalan tidak saja merusak konsep diri
seseorang akan tetapi juga mendorong pekembangan pola perilaku
yang membahayakan pernyusaian pribadi dan sosial.
f) Penerimaan Sosial
Penerima sosial mempengaruhi setiap keinginan individu
untuk mengembangkan sifat-sifat yang disetujui secara sosial dan
selanjutnya mempengaruhi konsep diri individu. Penerimaan sosial
yang tinggi menimbulkan rasa percaya diri tinggi yang
berpengaruh pada pengikatan konsep diri positif. Edangkan
penerimaan sosial yang rendah menjadikan seseorang merasa
inferior (redah diri), menarik diri dari kontak sosial, dan
mengembangkan sifat mandiri yang pada akhirnya nerpengaruh
pada peningkatan konsep diri negative.
g) Pengaruh Keluarga
Keluarga merupakan factor yang sangat penting dalam
perkembangan kepribadian seseorang karena, 1) keluarga
merupakan kelompok sosial pertama dengan siapa seseorang
mengidentifikasikan diri (bermula sejak kanak-kanak), 2) keluarga
merupakan tempat seseorang menghabiskan waktunya paling
banyak dibandingkan kelompok sosial lain.
Keluarga yang pengembangkan pola asuh yang menerima dan
mengharga individu akan meningkatkan konsep diri positif
individu dan selanjutnya berpengaruh terhadap kepribadian,
sedangkan keluarga yang mengembangkan pola asuh yang
merendahkan harga diri seseorang akan mengembangkan konsep
diri negative dan selanjutnya berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian negative.
h) Tingkat Penyesuaian

15
Istilah penyesuaian mengancu pada sejauh mana kepribadian
seseorang berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Seseorang
yang berpenyesuaian baik memiliki hubungan yang harmonis
dengan lingkungan sosial di sekelilingnya. Dan memiliki semacam
harmoni dalam yang berarti mengalami kekecewaan dan kegagalan
mereka berusaha terus untuk mencapai kemajuan. Jika tujuan
tersebut mereka anggap terlalu tinggi mereka bersedia
memodifikasikan tujuan sehingga cocok dengan kemampuan
mereka. Tingkat penyesuai diri yang tinggi memudahkan
penerimaan lingkungan sosial terhadap kepribadian. Sedangakn
tingkat penyesuaian sosial yang rendah menyulitkan penerimaan
sosial terhadap individu yang bersangkutan dan selanjutnya
berpengaruh negative terhadapan kepribadian.6

BAB III
6
Drs.H.Muh.Farozin,M.Pd dan Kartika Nur Fthiyah, S.Psi, Pemahaman Tingkah Laku:Buku
Pegangan Kuliah,2004, Jakarta, PT.Reneka Cipta, hlm 16-21

16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa inggris) yang
berasal dari kata persona (bhs latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu
tutup muka yang sering dipakai oleh pemain panggung, yang maksudnya
untuk menggambarkan perilaku, watak atau peribadi seseorang. Hal itu
dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh
seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, atau yang
kurang baik.
kepribadian itu adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks
dan individu, sehingga Nampak didalam tingkah lakunya yang unik.
Dan tipologi kepribadian juga dibagi menjadi 5 jenis berdasarkan
pangkal penijaunya yaitu: tipologi konstitusi, temperament,
ketidaksadaran, masyarakat, kebudayaan.
Lalu struktur kepribadian berdasarkan psikologi dalam di
kemukakan oleh Freud dan C.G. Jung.
Faktor penentu kepribadian juga terdiri dari sifat, dan konsep diri.

17

Anda mungkin juga menyukai