Anda di halaman 1dari 6

MATERI KELOMPOK:

1. ASUMSI EKONOMI MIKRO


2. INDIKATOR PRESTASI EKONOMI
MAKRO

TUGAS
EKONOMI

NAMA :
1. GRACELLA SILVI BAAN
2. HANNY LARCEL NANLOHY
3. INRI KARITA PALUNGAN
4. MARINA
5. M. AQIL
6. RENSIA PATA
7. SARA TAMARISKA MASOLLO
KELAS :
X MIPA 1
KELOMPOK :
2
A. Asumsi Ekonomi Mikro
1. Asumsi Umum
Asumsi-asumsi di bawah ini dipakai baik oleh teori ekonomi mikro maupun kebanyakan
teori ekonomi lainnya :
A) Asumsi Rasionalitas
Asumsi ini berlaku untuk semua teori ekonomi.Pelaku ekonomi yang diasumsikan
bersikap rasional biasa disebut juga homo ekonomikus atau economic man.Penggunaan
asumsi mi pada teori konsumen terwujud dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga
keluarga senantiasa berusaha memaksimumkan kepuasan; yaitu yang dalam literatur
terbiasa dengan sebutan utility maximization assump tion. Sebaliknya dalam teori rumah
tangga perusahaan, asumsi yang sama terjelma dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga
perusahaan senantiasa berusaha inemperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Asumsi ini
dalani literatur dikenal sebagai profit maximization assumption.

B) Asumsi Ceteris Paribus


Sebutan lain untuk asumsi ini ialah asumsi other things being equal atau lain-lain hal
tetap sama atau lain-lain hal tidak berubah. Yang dikehendaki oleh asumsi mi ialah bahwa
yang mengalami perubahan hanyalah variabel yang secara eksplisit dinyatakan berubah,
sedangkan variabel-variabel lain yang tidak disebutkan berubah, sepanjang dalam model
analisa tidak diasumsikan sebagai variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain harus
dianggap tidak berubah.

C) Asumsi Penyederhanaan
Meskipun abstraksi sudah banyak sekali mengurangi kompleksnya permasalahan,
agar supaya permasalahan nya lebih mudah dianalisa dan difahami, sering-sering kita perlu
menyederhanakan persoalan lebih lanjut.Misalnya saja menurut kenyataan jumlah macam
barang dan jasa yang clihadapi rumah tangga keluarga tidak terhitung banyaknya. Akan
tetapi, nanti akan kita saksikan misalnya pada Bab X, penggunaan analisa indiferen un tuk
menerangkan teori permintaan, jumlah macam barang yang bisa termuat dalam grafik
paling banyak hanya dua. mi memaksa kita menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya
menghadapi dua macam barang atau jasa.

2. Asumsi Khusus Ekonomi Mikro


a) Asumsi Ekuilibrium Parisal
Untuk sebagian besar model-model analisa ekonomi mikro, seperti juga halnya
dengan seluruh isi buku ini, didasarkan kepada asumsi berlakunya ekuilibrium parsial, yang
mengasumsikan tidak adanya hubungan timbal-balik antara perbuatan-perbuatan ekonomi
yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi dengan perekonomian di mana pelaku-pelaku
ekonomi tersebut berada. Misalnya saja, sebagai akibat berubahnya cita rasa, para
konsumen tiba-tiba mengurangi pengeluaran konsumsinya. Kalau tidak dipergunakan
asumsi ekuilibrium parsial, maka dalam kita membuat analisa kita harus memperhitungkan
pengaruh penurunan pengeluaran konsumsi tersebut terhadap pendapatan nasional, yang
seterusnya juga terhadap pendapatan mereka, dan yang selanjutnya akan berpengaruh juga
terhadap pola pengeluaran para konsumen tersebut. Dengan menggunakan asumsi
ekuilibrium parsial unsur pemantulan semacam itu tidak kita perhatikan.

b) Asumsi Tidak Adanya Hambatan atas Proses Penyesuain


Kelak kita akan menyaksikan misalnya, apabila harga suatu barang mengalami
perubahan, maka berapapun kecilnya perubahan tersebut, selalu diasumsikan bahwa
konsumen melaksanakan penyesuaian atau adjustment. Menurut kenyataan banyak
hambatan-hambatan yang menyulitkan pelaksanaan penyesuaian tersebut. Faktor-faktor,
seperti misalnya faktor psikologi, sosiologi, politik dan sebagainya, dapat merupakan
penghambat terhadap penyesuaian tersebut. Misalnya, meskipun kita tahu bahwa dengan
menurunnya harga barang Z, tingkat kepuasan akan meningkat dengan cara mengurangi
kortsumsi barang Y dan meningkatkan konsumsi barang Z, namun tidak dapat dijamin
bahwa kita akan melaksanakan penyesuaian tersebut. Misalnya saja dikarenakan toko
langganan kita tidak menjual barang Z, mungkin kita enggan untuk mengadakan
penyesuaian tersebut. Dalam teori ekonomi mikro kita mengasumsikan bahwa hambatan
hambatan terhadap penyesuaian tersebut tidak ada ilmu ekonomi.

B. Indikator Prestasi Ekonomi Makro


Indicator prestasi ekonomi antara lain.

1. Pendapatan Nasional

Data Pendapatan Nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai dalam
satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Pendapatan Nasional mempunyai
peranan penting dalam menggambarkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai dan perubahan
pertumbuhannya dari tahun ke tahun.
a) Pendapatan Nasional

Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerangkan


tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan suatu negara dalam suatu
tahun tertentu, atau ukuran mengenai besarnya kemampuan suatu negara untuk
menghasilkan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Produk nasional atau
pendapatan nasional dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)  Produk Nasional Bruto (PNB)
Produk Nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik
warga negara suatu negara dinamakan Produk Nasional Bruto.
2) Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi dalam
negeri (milik warga negara dan orang asing) dalam suatu negara.

b) Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi juga menggunakan data pendapatan


nasional. Tingkat (persentase pertambahan) pertumbuhan ekonomi dihitung dari
pertambahan PNB atau PDB riil yang berlaku dari tahun ke tahun.
Contoh: dalam suatu negara dalam tahun 2010 PNB riil bernilai 120 triliun
rupiah dan meningkat 126 triliun rupiah pada tahun 2011. Berapa tingkat pertumbuhan
ekonomi 2011? Berdasarkan data tersebut maka tingkat pertumbuhannya adalah.

c) Tingkat Pertambahan Kemakmuran (Pendapatan Perkapita)

Untuk menentukan tingkat dan pertambahan kemakmuran penduduk perlu


dihitung pendapatan perkapita di berbagai tahun. Dalam negara yang dicontohkan
diatas misalnya pada tahun 2010 penduduknya 12 juta dan meningkat menjadi 12,2 juta
dalam tahun 2011. Berapa pendapatan perkapita tahun 2010 dan 2011 dan peraba
kelajuan pertambahan kemakmurannya.

2.  Penggunaan tenaga kerja dan pengangguran


Pengangguran atau tuna karya menurut Wikipedia adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif
mencari kerja tetapi belum memperolehnya. Tingkat pengangguran adalah perbandingan
(dinyatakan dalam persen) diantara jumlah tenaga kerja yang menganggur dengan jumlah
tenaga kerja pada suatu waktu tertentu. Pengangguran sukarela adalah orang yang berada
dalam lingkungan umur tenaga kerja (15-64 tahun) yang secara tidak aktif mencari kerja .
Untuk menentukan angkatan kerja diperlukan informasi:
a. Jumlah penduduk yang berusia 15-64 tahun atau penduduk usia kerja
b. Jumlah penduduk yang berusia diantara 15-64 tahun yang tidak ingin berkerja (contoh:
pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga dll) yang disebut bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja dalam suatu periode tertentu dapat dihitung dengan mengurangi poin a
dengan poin b. Perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (dinayatakan
dalam persen) dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja.
Contoh soal dalam buku Sukirno (2016, 18). Dalam suatu perekonomian, yang tergolong
sebagai penduduk usia kerja berjumlah 14.891.761 orang, tetapi hanya sebanyak 9.124.458
orang yang tergolong sebagai angkatan kerja. Diantara angkatan tersebut sebanyak 8.528.571
orang mempunyai pekerjaan. Berdasarkan data diatas, tingkat partisipasi angkatan kerja dan
pengangguran adalah:

Dalam prakteknya
suatu negara dianggap
sudah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja
penuh apabila dalam
perekonomian tingkat
penganggurannya kurang
dari 4%. Tidak banyak
negara yang tingkat
penganggurannya dibawah
4%. Di negara-negara eropa tingkat pengangguran pada waktu ini mencapai sekitar 8-10%.,
sedangkan Amerika Serikat dan Jepang tingkatnya adalah sekitar 5% .

3. Tingkat perubahan harga-harga atau inflasi

Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang selalu digunakan adalah indeks harga
konsumen/consumer price index  (CPI) yaitu indeks harga dari barang-barang yang selalu
digunakan para konsumen (Sukirno, 2016:19).
Cara membentuk indeks harga antara lain:
1) Memilih tahun dasar, yaitu tahun yang menjadi titik tolak dalam membandingkan
perubahan harga.
2) Menentukan jenis-jenis barang yang perubahan harga-harganya akan diamati untuk
membentuk indeks harga.
3) Menghitung indeks harga.
Contoh:
Dalam tabel 1 ditunjukkan suatu contoh sederhana untuk meghitung
indeks harga. Dalam perhitungan dimisalkan 4 jenis barang yang digunakan
untuk membentuk indeks harga dalam konsumen. Selain itu
ditentukan weightage atau kepentingan relative setiap kelompok barang dalam
konsumsi masyarakat. Sebagai contoh barang A sangat penting bagi masyarakat
sehingga A diberi weightage  sebanyak 50. Kemudian dihitung nilai harga x
weightage. Tabel 1 menunjukkan nilai tersebut 250.000 untuk 1997, sedangkan
untuk 2003 nilainya adalah 600.000. Berdasarkan kepada dua-duanya, indeks
harga 2003 dapat dihitung, yaitu:

Tabel 1. Contoh Sederhana Menghitung Indeks Harga Konsumen


Tahun dasar (1997) Tahun 2003
Kelompok
Weightage Harga (Rp) Harga Harga Harga
Barang
x weightage (Rp) x weightage
A 50 1.000 50.000 2.000 100.000
B 20 5.000 100.000 11.000 220.000
C 5 5.000 25.000 16.000 80.000
D 25 3.000 75.0000 8.000 200.000
100 250.000 600.000
Indeks harga pada tahun
dasar 1997 adalah 100, maka
diantara tahun 1997 dan 2003 harga telah meningkat menjadi 240 persen atau 2,4 kali lipat dari harga
dasar. Meneruskan contoh diatas, misalkan pada akhir tahun 2002 indeks harga konsumen adalah 231
dan pada akhir 2003 indeks harga adalah 240, maka tingkat inflasi tahun 2003 adalah sebagai berikut: 

4. Kedudukan neraca perdagangan dan neraca pembayaran

Neraca pembayaran adalah merupakan data yang memberi gambaran tentang lalu lintas
perdagangan dan dana dari satu negara ke berbagai negara lain dalam satu tahun tertentu. Dua
komponen neraca pembayaran adalah neraca perdagangan dan neraca keseluruhan (overall
balance).
Neraca pembayaran memberikan informasi mengenai ekspor dan impor.  Defisit dalam
neraca perdagangan yang disebabkan impor lebih besar dari pada ekspor, mengurangi tingkat
kegiatan ekonomi dalam negeri dan masalah pengangguran yang lebih serius akan dihadapi.
Masalah lain mengalirnya modal dalam negeri ke luar negeri.  Aliran modal ini menggambarkan
aliran neto (aliran masuk dikurangi aliran keluar). Neraca pembayaran menunjukkan
perimbangan mutasi-mutasi keuangan dari negara ke negara-negara lain. Perimbangan
dinamakan neraca keseluruhan.

5. Kestabilan nilai mata uang domestik

Alat untuk mengukur keteguhan suatu ekonomi adalah perbandingan nilai sesuatu mata
uang asing (misalnya US) dengan nilai domestic (misalnya Rupiah). Perbandingan itu dinamakan
kurs valuta asing. Kurs ini akan menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan
untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Salah satu faktor yang mempengaruhi kurs
adalah neraca keseluruhan. Neraca keseluruhan defisit akan cenderung menaikkan nilai valuta
asing.

Anda mungkin juga menyukai