Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

WEANING VENTILATOR

Oleh

Kelompok 8 :
1. Ari Cendani Prabawati (17.321.2658)

2. Ni Ketut Yuliana (17.321.2686)

3. Ni Made Ayu Priyastini (17.321.2695)

4. Ni Wayan Yuna Pratiwi (17.321.2705)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya
makalah ini dengan judul Weaning Ventilator sebagai penugasan mata kuliah Keperawatan
Kritis.
Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kiranya dapat berguna bagi pendidikan kesehatan khususnya bagi
perawat dan pembaca.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Kami mengharapkan kritik
serta saran yang membangun dari seluruh pembaca sehingga makalah ini menjadi lebih
sempurna.

Denpasar, 4 Oktober 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 4
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
Definisi
Weaning Ventilator................................................................ 6
Indikasi Weaning Ventilator…...…………………………………..... 6
Prosedur Weaning Ventilator............................................................... 7

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ..................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyapihan adalah usaha untuk melepaskan penderita dari ketergantungan
ventilator mekanik. Tindakan ini biasanya mengandung dua hal yan terpisah tetapi
memiliki hubungan erat yaitu pemutusan ventilator dan pelepasan jalan nafas buatan
(Saryono, 2010). Menurut Rokhaeni et al. (2001) weaning ventilator adalah usaha untuk
melepaskan penderita dari ketergantungan ventilasi mekanik yang dilakukan secara
bertahap. Weaning ventilator adalah pengurangan bantuan hingga penghentian pemberian
terapi oksigen ventilasi mekanik karena kebutuhan ventilasi pasien terpenuhi. Antisipasi
penyulit penyapihan sebaiknya sudah dianalisa sebelum ventilasi mekanik diaplikasika,
begitu juga dengan jenis penyapihan dan indikasi dari masing-masing jenis penyapihan
ventilasi mekanik itu sendiri untuk mengindari pengaplikasian yangberkepanjangan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari weaning ventilator ?
2. Bagaimana indikasi dari weaning ventilator ?
3. Bagaimana prosedur weaning ventilator ?

Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari weaning ventilator.
2. Untuk mengetahui bagaimana indikasi dari weaning ventilator.
3. Untuk mengetahui prosedur weaning ventilator.

Manfaat
Bagi Mahasiswa Keperawatan
Makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang efek kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga.
Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini dapat bermanfaat sebagai refrensi di Institusi Pendidikan dan sebagai
bahan bacaan tentang keperawatan kritis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Weaning Ventilator


Weaning atau penyapihan adalah proses pelepasan bantuan ventilator dan
menetapkan kembali rspirasi spontan dan mandiri. Penyapihan dimulai jika proses yang
menyertai penyebab gagal nafas telah dikoreksi atau stabil. Proses dan waktu yang
diperlukan untuk penyapihan bergantung pada faktor seperti kondisi paru sebelumnya, durasi
ventilasi mekanis, dan kondisi umum pasien baik fisik dan psikologis. Pada semua kasus
tanda-tanda vital, kecepatan respirasi, derajat dipsnea, gas darah, dan status klinis digunakan
dalam mengevaluasi penyapihan dan perkembangannya.
Tujuan weaning ventilator adalah mempersingkat kebutuhan ventilasi mekanik
sehingga resiko untuk terjadinya infeksi nosokomial dapat diminimalisir dan lama
perawatan diruang intensif dapat dipersingkat.

2.2 Indikasi Weaning Ventilator


Menurut Hudak dan Gallo (1994) dan Boles et al. (2007) terdapat beberapa kriteria
mengenai keputusan penyapihan ventilasi mekanik pada pasien. Namun demikian tidak
semua pasien yang memenuhi kriteria tersebut mampu bertoleransi terhadap latihan nafas
spontan. Indikasi Penyapihan Ventilasi Mekanik tersebut antara lain :
1. Proses penyakit yang menyebabkan pasien membutuhkan ventilator mekanik sudah
tertangani.
2. Pasien sadar, afebris (suhu tubuh normal), nafas dan batuk adekuat.
3. Fungsi jantung stabil

HR < 140x/menit
Tekanan darah dalam batas normal
Preload baik : CVP 8 – 14 mmHg
Tidak ada aritmia
Tidak terdapat iskemi otot jantung (myokardialIschemia)
Bebas dari obat-obatan vasopresor atau hanya menggunakan obat-obatan inotropik
dosisrendah.
4. Fungsi paru stabil:
Minut volume < 10L/min
Tidal volume adekuat ( 5 – 10 cc / kgBB)
Rontgent thorak dalam batas normal
Hasil pemeriksaan BGAbaik
5. Fungsi GIT baik
Asam basa dan elektrilot baik
Status nutrisi baik, tidak ada hematemesis.
6. Tidak anemia ( Hb > 8 gr%)
7. Obat –obatan
Agen sedatif dihentikan lebih dari 24jam.
Agen paralisis dihentikan lebih dari 24 jam.
8. Psikologis pasien
Mempersiapkan psikologi pasien untuk tindakan penyapihan.
Jika beberapa kriteria dalam parameter tersebut di temukan, maka hal tersebut
merupakan indikasi bantuan ventilasi mekanik dihentikan.

2.3 Prosedur Weaning Ventilator


Langkah-langkah standar dalam proses penyapihan adalah sebagai berikut:
1. Tinggikan kepala tempat tidur45º
2. Hentikan pemakaian sedatif atau narkotik beberapa jam sebelum penyapihan
pasien sadar dan kooperatif
3. Menjelaskan prosedur penyapihan kepada pasien
4. Lakukan penghisapan
5. Mendapatkan parameter spontan
6. Berikan bronkodilator jika perlu
7. Istirahatkan pasien selama 15-20 menit

Menurut Valverdu et al. (1998) metode yang digunakan dalam proses penyapihan jangka
pendek adalah metode T-Piece dan Intermitten Mandatory Ventilation.
1. MetodeT-Piece
Metode penyapihan dengan T-Piece mungkin berguna bagi pasien dengan status
kardiopulmoner yang normal yang hanya memerlukan mesin ventilasi yang ringkas.
Penghentian mendadak dukungan ventilator biasanya disediakan bagi pasien yang sudah
menggunakan ventilator untuk waktu yang relatif pendek (biasanya selama tak lebih dari dua
atau tiga hari) dan yang terlihat sudah lepas dari kebutuhan terhadap mesin ventilasi. Secara
umum semakin lama pasien menggunakan ventilator semakin lama pula proses
penyapihannya.
Prosedur yang dilakukan melalui metode ini antara lain:
a. Mengumpulkan data fisiologis yang mendukung pelaksanaan penyapihan
b. Menghubungkan set T-Piece dengan FiO2 yang dibutuhkan pasien (tunggu selama 20-30
menit untuk evaluasi potensial ektubasi. Lakukan pengawasan data fisiologis tiap 5-10
menit jika perlu)
c. Pada akhir menit ke-30, periksa AGD pasien dan evaluasi pasien dari tanda kelemahan.
d. Tingkatkan periode istirahat sampai 1 jam setelah periode penyapihan 30 menit tercapai
e. Turunkan volume tidal pada repirator dengan 50cc/hari
f. Setelah 8 jam periode penyapihan dilakukan, tingkatkan penyapihan pada malam hari dan
dini hari.
h. Lanjutkan 1 jam istirahat diantara periode penyapihan
i. Lakukan penyapihan pada malam hari dengan perlahan, ini merupakan periode kritis
j. Penyapihan selesai dan bila kriteria penyapihan terpenuhi, maka ektubasi dapat dilakukan
Selama proses penyapihan yang panjang ini, pencatatan harus dilakukan terus, salah satunya
adalah total jam yang dibutuhkan selama penyapihan ini. Nilai AGD dan peningkatan
pernapasan spontan juga harus ditambahkan untuk meyakinkan pasien secara actual mengalami
perkembangan yang signifikan.
2. Metode Intermitten Mandatory Ventilation (IMV)
Meskipun metode ini sama efektifnya dengan metode T-Piece, namun membutuhkan waktu
yang lebih panjang karena tiap tambahan frekuensi pernapasan harus disertai dengan AGD.
Sedangkan langkah-langkahnya sama dengan prosedur pada metode T-Piece. Kecepatan
pernafasan pada IMV diturunkan dua pernafasan hingga mencapai 2 atau 0. Pada titik ini,
pasien dapat dievaluasi dengan kriteria penyapihan untuk menentukan potensial ekstubasi.

Selain itu, metode penyapihan juga dapat menggunakan SIMV, CPAP, dan Pressure
Support Ventilation (PSV)
1. Continues Positive Air Ways Pressure(CPAP)
Meskipun masih kontroversial, namun penggunaan CPAP pada 5 cm H2O dianggap
menguntungkan bagi pasien dengan pernafasan tidak stabil dan memiliki gradien besar PO2
alveolar-arteri yang menimbulkan kolaps alveolar dini.
2. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
Persiapan penyapihan melalui mode SIMV sama dengan pada mode lain. Kecepatan SIMV
diturunkan perlahan. Hal ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk melatih otot
pernafasan. Evaluasi yang cepat terhadap kemungkinan hipoventilasi dan hiperkapnia
merupakan hal yang sangat penting. Kemudian volume tidal juga secara perlahan diturunkan
sesuai dengan kemajuan pasien. Pengawasan dilakukan dengan pemeriksaan AGD dan
ventilasi pasien.
3. Pressure Support Ventilation(PSV)
4. Penggunaan Pressure Support dalam penyapihan bertujuan untuk meningkatkan tahanan
dan kekuatan otot pernapasan. Penyapihan dimulai dengan tingkat tekanan yang bisa
menghasilkan volume tidal yang diharapkan. Kemudian tekanan dikurangi secara perlahan
tapi tetap memperhatikan pemenuhan volume tidal yang diharapkan.
Extubasi
Extubasi adalah pengangkatan pipa napas buatan atau Endo Tracheal Tube (ETT) dari
trakea. Menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) ekstubasi dari RSUP Dr. Kariadi tahun
2010 adalah sebagai berikut:
1. Mendorong emergency trolly mendekat kesisi tempat tidur untuk persiapan agar dapat
mengantisipasi segera apabila ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan
2. Beritahu pasien akan rencana pengangkatan pipa pernapasan (ETT).
3. Injeksi Kalmetason biasanya sesuai dengan instruksi dokter (10 mg IV  ½ jam sebelum
extubasi).
4. Pasien dianjurkan nafas dalam dan batuk.
5. Lakukan penghisapan sekresi sampai bersih.
6. Plester tube dilepas dan berikan oksigen 100% melalui ETT menggunakan ambu bag.
Suction Kateter dimasukkan kedalam tube, ditarik bersama dengan suction kateter sambil
memutar pengangkatan tube, penarikan ETT dilakukan pada saat inspirasi.
7. Selesai pengangkatan ETT beri O2 dengan konsentrasi 5-8 liter dengan menggunakan
masker nonrebreathing.
8. Observasi ketat tanda-tanda sesak napas, suara pernapasan, tanda-tanda vital dan analisa gas
darah, 30 menit setelah extubasi dan selanjutnya bila dianggap perlu.
9. Bersihkan alat-alat untuk siap digunakan segera dan cuci tangan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Penyapihan adalah usaha untuk melepaskan penderita dari ketergantungan ventilator
mekanik. Dalam proses penyapihan pasien kritis dari ventilator pasti akan menemui berbagai
penyulit. Berbagai penyulit itu harus segera diantisipasi sejak dini selama pasien tersebut
masih menggunakan ventilator. Penyapihan ventilator ini dapat melalui berbagai metode yaitu
dengan T-Piece, IMV, SIMV, CPAP dan Pressure Suport. Dalam proses penyapihan harus
tetap memperhatikan nilai hasil Analisa Gas Darah Arterinya.

3.2 Saran
Dengan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti tentang
sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan

DAFTAR PUSTAKA

Boles JM, et. al. (2007). Weaning from mechanical ventilation. European Respiratory Journal;
29: 1033-1056.
Hudak, C.M & B.M, Gallo. (1994) Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company
Iwan & Saryono. (2010). Mengelola pasien dengan ventilator mekanik. Jakarta: Rekatama
Rokhaeni, H, dkk. (2001). Buku ajar keperawatan kardiovascular. Jakarta: Harapan Kita
TIM RSUP Dr. Kariadi. (2010). Standar operasional prosedur RSUP dr. Kariadi Semarang.
Valverdu, I. et al. (1998). Clinical characteristics, respiratory functional parameters, and otrial
in patients weaning from mechanical ventilation. Am J Respir Crit CareMed.

Anda mungkin juga menyukai