Anda di halaman 1dari 10

RESENSI

.
1. Resensi
Secara etimologis resensi berarti mengulas kembali. Menurut KBBI, resensi adalah
pertimbangan atau pembicaraan tentang buku. Resensi ini berisi tulisan yang mengulas atau
menilai sebuah karya tulis atau buku. Oleh sebab itulah resensi juga dapat disebut sebagai
teks ulasan.
Berdasarkan isi paparannya, resensi merupakan salah satu bentuk dari teks deskripsi
yang menggambarkan sebuah objek, yaitu buku. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan
tujuan paparannya, maka resensi dapat digolongkan dalam teks eksposisi karena penulis
resensi ingin menonjolkan kelebihan atau kelemahan yang ada dalam buku agar pembaca
menjadi tertarik membaca buku atau membeli buku. Resensi bertujuan untuk (1) membantu
pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya
lainnya secara ringkas, (2) membantu pembaca mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam
buku, (3) mengetahui kualitas buku, (4) mengetahui latar belakang, alasan, serta tujuan
penulisan buku, dan (5) sebagai sarana pemberian kritik dan saran terhadap buku.
Berikut ini akan dijabarkan struktur dan ciri bahasa dari resensi dengan penambahan
contoh resensi yang diambil dari buku Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel Opini,
Kolom & Resensi Buku halaman 36-38.
1) Struktur Resensi
 Data fisik buku
Bagian ini berisi karakteristik fisik sebuah buku yang diresensi. Pada bagian
ini akan diinformasikan secara objektif tentang identitas buku. Informasi yang harus
disampaikan meliputi: judul, penulis, penyunting, penerbit, tahun terbit, cetakan
keberapa, dan tebal buku.
Contoh:
Judul Buku : Indonesia Unggul
Penulis : Dr. Susilo Bambang Yudhoyono
Editor : Dino Patti Djalal
Penerbit : PT Buana Ilmu Populer
Hak Cipta : Kantor Staf Khusus Presiden Hubungan Internasional
Tebal : 335 halamn
Harga : Rp 65.000,00

 Gambaran singkat isi buku


Bagian ini berupa ulasan tentang judul buku, paparan singkat isi buku,
gambaran secara keseluruhan isi buku, informasi tentang latar belakang, serta tujuan
penulisan buku. Selain itu, pada gambaran singkat isi buku ini, penulis juga dapat
memberikan sinopsis dari buku yang dibaca.
Contoh:
Kemenangan Partai Demokrat pada pemilu legislatif 2009 ini
tidak terlepas dari sosok incumbent Dr. Susilo Bambang Yudhoyono atau
kita menyebutnya SBY pascapilpres 2004. Kemenangan tersebut
merupakan sebuah kemenangan yang tentunya tidak datang tiba-tiba,
tanpa perhitungan dan skenario politik yang matang yang disertai
komunikasi visual maupun audiovisual yang lengkap dan paripurna.
Oleh juru bicaranya, Dr. Andi Mallarangeng, kemenangan tersebut
dikatakan “kemenangan yang bukan segalanya” sehingga harus dianggap
sebagai amanah yang dipegang teguh sebab kemenangan juga bisa
berubah menjadi kekalahan, dan itu bisa kita lihat dari pemilu ke pemilu.
Menjadi pemenang juga ada etikanya agar terus bisa menjadi pemenang.
Menjadi pemenang bagi semua, pemenang yang rendah hati, pemenang
yang amanah, niscaya akan membawa pada kemenangan berikutnya”
(kilometer 0,0).
..........................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................

 Kekhasan buku
Pada bagian ini juga perlu diulas tentang gaya penulisan buku,
membandingkan antara buku yang diresensi dengan buku lain yang memiliki tema
yang sama. Dapat juga membangdingkan dengan buku lain yang ditulis oleh penulis
yang sama deangan buku yang diresensi. Selain itu, dapat pula berisi paparan tentang
kekhasan pengarang atau memperkenalkan penerbit.
Contoh:
Indonesia Unggul adalah buku ketiga karya SBY yang merupakan
versi Bahasa Indonesia dari buku keduanya, Indonesia On The MoveI.
Buku setebal 335 halaman ini berisi kumpulan pidato dan artikel SBY
yang pernah dibacakan dalam berbagai forum atau dimuat di media
internasional. Dalam keterangannya SBY dengan jelas mengatakan
bahwa buku ini dibantu oleh Dr. Dino Patti Djalal: “Buku ini merupakan
kumpulan pidato saya. Dalam penulisannya saya dibantu saudara Dino
Patti Djalal dan juga mendapat masukan dari banyak pihak” (Jakarta,
Desember 2008).
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................

 Evaluasi buku
Bagian isi berisi ulasan, pertimbangan, dan penilaian terhadap buku.
Bagaimana kualitas isi buku, kelebihan dan kekurangannya dapat dituangkan dalam
bagian isi.
Contoh:
Terlepas dari hal tersebut, secara substansial buku ini sangat
menarik baik bagi para akdemisi, mahasiswa maupun praktisi
sehingga dapat dipakai sebagai pegangan untuk para birokrat dan
politisi. Kenapa kandungan isi buku ini mencakup dan
membahasakan Indonesia kontemporer di mana Indonesia dibaca dari
“kacamata Istana Negara”. Beberapa hal menarik yang membuat
bangsa ini dibangunkan dan tersadarkan seperti kutipan SBY dari
“Tujuh Dosa Sosial” (Seven Sosial Sins) yang tertulis di dinding
makam Mahatma Gandhi yang berbunyi politik tanpa prinsip, harta
tanpa usaha, kenikmatan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa
karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu pengetahuan tanpa
kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan. Saya membayangkan kalau
saja ini menjadi perilaku kita, baik berbangsa maupun bernegara,
akan berjayalah kemanusiaan Indonesia.
...................................................................................................................
...................................................................................................................

 Simpulan
Simpulan berisi tujuan penulis dalam menulis resensi, seperti mempromosikan buku.
Pada bagian simpulan ini, penulis juga dapat memberikan kritik dan saran.
Contoh:
Saya berkeyakinan penunjukan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menjadi orang yang paling berpengaruh di dunia oleh
majalah TIME adalah berkat usaha SBY dalam mencitrakan
Indonesia di dunia internasional, dan buku ini adalah salah satunya.
SBY disejajarkan dengan Presiden AS Barack Obama, Kanselir
Jerman Angela Merkel, PM Inggris Gordon Brown, dalam kategori
Leaders and Revolutionaries. Dr. Andi Malarangeng menulis bahwa
“Anwar Ibrahim, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia yang
sekarang menjadi pemimpin oposisi utama Malaysia, dalam tulisan
pengantarnya tentang SBY di majalah TIME, tentang pemilihan SBY
sebagai TIME 100 menganggap Indonesia mengalami kemajuan
besar selama pemerintahan Presiden SBY. Indonesia sekarang
adalah salah satu negara demokrasi paling maju di Asia, dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Indonesia dianggapnya bisa
menjadi model bagi negara-negara berpenduduk Musim di dunia
yang sukses menjalankan demokrasi dan pembangunan ekonomi
bersama-sama. Dan kepemimpinan Presiden SBY tidak terpisahkan
dari kemajuan tersebut”. Dengan pernghargaan dan prestasi
pemerintahan SBY memang diakui masih banyak pekerjaan bangsa
yang harus diselesaikan segera dan SBY meyakini itu di buku yang
diseling beberapa foto seputar kegiatan presiden ini. Di akhir SBY
tahu falsafah lirih yang berkata ngluruk tanpa bala, menang tanpa
ngesirake, sakti tanpa aji-aji. Setapak perjalanan presiden telah
terdokumentasikan dan bangsa Negara Indonesia menunggu langkah
bijak sleanjutnya!.

2) Ciri Bahasa
 Pengungkapan opini dengan menggunakan kalimat argumen.
Kalimat argumen dapat ditandai dengan penggunaan kata
- seharusnya...
- sebaiknya...
- semestinya...
- menurut saya..
- saya pikir...
- mungkin
- akan lebih baik jika ...
Contoh:
Saya tetap melihat buku ini mempunyai gaung internasional.
 Penjelasan karakteristik buku menggunakan kata sifat.
Kata sifat ini dapat ditandai dengan penggunaan kata
- sangat bagus...
- sangat baik...
- sangat menarik...
- masih kurang ...
- cukup...
Contoh:
Terlepas dari hal tersebut, secara substansial buku ini sangat menarik baik bagi
para akdemisi, mahasiswa maupun praktisi sehingga dapat dipakai sebagai
pegangan untuk para birokrat dan politisi.
 Pengungkapan maksud persuasi penulis dengan menggunakan kalimat ajakan.
Kalimat ajakan ditandai dengan penggunaan kata berikut.
- Buku ini adalah buku yang layak.
- Buku ini memang seharusnya dibaca.
- Buku ini adalah sebuah karya masterpiece.
Contoh:
Saya berkeyakinan penunjukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi orang
yang paling berpengaruh di dunia oleh majalah TIME adalah berkat usaha SBY
dalam mencitrakan Indonesia di dunia Internasional, dan buku ini adalah salah
satunya.
 Pengungkapan evaluasi menggunakan kalimat penilaian.
Kalimat penilaian yang digunakan dalam resensi dapat mencakup kata berikut.
- saya rasa...
- saya pikir...
- sebaiknya...
- akan lebih baik bila...
Contoh:
Karena kandungan isi buku ini mencakup dan membahasakan Indonesia kontemporer
di mana Indonesia dibaca dari “kacamaya Istana Negara”.

Konstruk Langkah-Langkah Menulis Resensi


Langkah-langkah menulis meru pakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh
penulis untuk menciptakan sebuah resensi. Seorang peresensi harus memahami terlebih
dahulu dasar-dasar menulis resensi. Kuncoro (2009:35) menyatakan bahwa ada lima dasar
yang harus dipahami sebelum menulis resensi, yaitu memahami atau menangkap tujuan
pengarang yang dibuatnya, memiliki tujuan dalam membuat resensi buku, harus mengenal
atau mengetahui selera dan tingkat pemahaman pembaca media massa yang dituju,
mempunyai pengetahuan dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan sebagai tolak
ukur mengemukakakn keunggulan dan kelemahan buku, serta menjadi pengamat buku
sekaligus kolektor buku. Berdasarkan dasar-dasar dalam menulis resensi, maka seorang
penulis harus mengikuti langkah-langkah dalam menulis resensi. Langkah-langkah untuk
menulis resensi, yaitu (1) memahami buku yang akan diresensi secara menyeluruh, (2)
mengidentifikasi data fisik buku, (3) gambaran singkat isi buku, (4) kekhasan buku, (5)
evaluasi buku, dan (6) simpulan.

2. Konstruk Menyusun
Kegiatan menyusun merupakan bagian dari dimensi ranah kognitif menciptakan.
Menurut Anderson dan Kratwohl mencipta merupakan proses memadukan bagian-bagian
untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang
orisinal, Bloom menyatakan bahwha mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen
menjadi sebuah kesatuan yang koheren dan fungsional yang akhirnya dapat menghasilkan
sebuah produk baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-
sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan
suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar
siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir
kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya
yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir
kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan
menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan
pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
Bacalah dua resensi berikut dengan seksama untuk menjawab pertanyaan nomor 1-15!

SISI POSITIF DI BALIK PAHIT GETIR KEHIDUPAN

Resensi 1
Judul Buku : Pesantren Impian
Penulis : Asma Nadia
Tahun terbut : 2014
Tebal : 314 halaman
Penerbit : Asma Nadua Publishing House
Peresensi : Nurul Fauziah A.

Orang tua mana yang tidak terpukul ketika masa depan anaknya yang amat
dibanggakan tiba-tiba tercoreng hanya karena ulah satu orang kepercayaan? Seorang gadis
bernama Rini yang sama sekali tak pernah melakukan bahkan mendekati hal tidak pantas
semacam itu. Ini dilihat dari keluarga ningrat dan golongan yang berpendidikan. Kisah awal
itulah yang menjadi pokok masalah yang berkelanjutan dalam novel Pesantren Impian karya
penulis bernama lengkap Asmarani Rosalba atau yang tidak asing lagi dikenal dengan Asma
Nadia.
Diisyaratkan dengan sebuah sub judul di sampul cover novel “Cinta, Teka-teki, dan
Kematian”, penulis berhasil membangkitkan rasa keingintahuan pembaca tentang teka-teki
apa yang sebenarnya disimpan oleh penulis. Sekilas saat membaca kalimat tersebut, muncul
pemikiran jika novel Pesantren Impian ini berisi kisah cinta seseorang hingga mengantarkan
pada kematiannya, atau kisah cinta yang berakhir dengan kematian. Akan tetapi, apa
hubungannya dengan pemberian judul Pesantren Impian? Asma Nadia dengan uniknya
menciptakan suatu ide imajinatif yang tidak mustahil terjadi di kehidupan nyata.
Dilihat dari segi ilustrasi gambar di bagian sampul, yaitu sesosok wanita berkerudung
hitam yang sedang menutup separuh mukanya dengan topeng. Gambar tersebut menjadi
simbol seorang wanita yang sedang bermain dalam sandiwara kehidupan. Seorang wanita
yang kadang menunjukkan sosok sebenarnya di waktu tertentu bersembunyi di balik
topengnya. Mimik wajah yang digambarkan dengan sorotan mata yang amat tajam seperti
menyimpan banyak misteri di dalam kehidupannya.
Dalam perjalanan ceritanya, Asma Nadia mengungkap berbagai tokoh dengan
karakter-karakternya yang tidak cukup mudah dipahami hanya dengan sekali membaca.
Permainan watak yang pada awalnya dianggap baik ternyata berkebalikan. Alur cerita dengan
pergantian tokoh yang semula hanya menyorot pada Rini sebagai tokoh yang menyeret sekian
masalah menjadi berkembang pada tokoh-tokoh lain yang memperkuat suasana kalut Rini
yang tiada bisa diatasi.
Empat belas gadis dimunculkan sbeagai santriwati di sebuah tempat penyucian diri
yang disebut Pesantren Impian. Masing-masing dari mereka hadir dengan membawa maslaah
yang berbeda-beda pula dan dengan tingkat keberatan masalah yang bervariatif. Masalah Rini
yang secara psikologis terganttu atas kehamilannya di luar nikah, Butet yang pernah menjadi
pengedar narkoba sekaligus kaki tangan mafia obat-obatan terlarang dan menjadi tersangka
pembunuhan, Ipung yang pernah melakukan aborsi hingga empat kali, Ita, Iin, Sissy, Inong,
Ina, Evi, dan enam gadis bermasalah lainnya.
Tidak sekedar itu, ternyata pesantren yang dikenal sebagai tempat pembersihan diri
untuk menebus dosa itu juga dibangun atas dasar dan alasan yang sama, yakni sebagai satu-
satunya cara Umar yang dianggap sebagai anak emas Teungku Budiman untuk menebus
dosa-dosanya yang telah mencari rezeki dari uang haram hingga keluarganya meninggal
dalam sebuah kebakaran.
Sekian banyak lelaki terdekat Rini yang dicurigai dikumpulkan oleh sahabat-
sahabatnya meskipun mereka sendiri memiliki masalah yang sama beratnya. Dari ayah tiri,
paklik Kusno, hingga mas Bagus yang ia kagumipun tidak menutup kemungkinan yang
menjadi pelakunya.
Permasalahan Rini yang berkepanjangan dipecahkan bersama sahabat-sahabat
barunya hingga Umar yang merupakan pemilik sebenarnya dari Pesantren Impian. Akhirnya,
konflik tersebut berakhir oleh terungkapnya pelaku perbuatan keji itu yang sama sekali tidak
diduga, yaitu paklik Kusno yang memiliki perawakan seperti wanita.
Novel ini berisi banyak inspirasi yang dapat memotivasi pembaca untuk tidak putus
asa dalam menghadapi ujian-ujian kehidupan yang datang secara bertubi-tubi. Dari novel
Pesantren Impia, dapat ditemukan beberapa sisi positif yang daapt dijadikan teladan bagi
pembaca sebagai manusia yang menganut ideologi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Masalah
yang hadir tidak akan diujikan tidak akan keluar dari batas kemampuan dan cara untuk
memecahkan masalah itu adalah mengembalikannya kepada Sang Pencipta. Namun, sebelum
itu harus ada usaha (ikhtiar) terlebih dahulu. Salah satu usaha yang ditunjukkan dalam novel
ini adalah meninggalkan hal-hal yang dekat dengan kemungkinan untuk mengulangi
kesalahan yang sama. Lima belas gadis itu datang ke Pesantren Impian dalam rangka
pembenahan diri dan berusaha untuk meninggalkan masa lalu yang kelam dalam jurang dosa.
Tingkatan yang lebih tinggi lagi, yaitu memberikan lapangan berbuat kebaikan bagi orang
lain sebagai investasi ibadah sebagai pengakuan dosa.
Cara penulis menyembunyikan identitas tokohnya yang ia tuliskan dengan sebutan si
Gadis yang tidak lain juga merupakan santriwati Pesantren Impian belum juga terkuak hingga
akhir bab. Pembaca harus benar-benar jeli dalam membaca novel ini. Penulis sepertinya
membebaskan pembaca untuk memberi anam tersendiri kepada si Gadis yang dimaksud. Hal
itu sekaligus menjadi kelemahan nobel ini yang membuat pembaca harus mengulang lagi
lembar-lembar sebelumnya untuk memecahkan siapakah gadis yang dimaksud. Hal itu
sekaligus menjadi kelemahan novel ini yang membuat pembaca harus mengulang lagi
lembar-lembar sebelumnya untuk memecahkan siapakah gadis yang dimaksud. Akan tetapi,
isi dari novel ini layak mendapat predikat A dari nilai-nilai pendidikannya yang dapat
dijadikan teladan bagi pembaca.
Sumber: majalah komunikasi halaman 26 edisi 298 bulan Mei-Juni 2015
Resensi 2

KATA MENINGGALKAN KOTA DAN KITA

Judul Buku : Kata Kota Kita


Penulis : 17 Penulis GWP (Gramedia Writing Project) Batch 1
Tahun Terbit : 2015
Tebal : 272 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Peresensi : Zahro Syaquilla

Apakah kalian pernah mempunyai sebuah cerita yang mengesankan di sebuah kota?
Jika pernah, kalian bisa ungkapkan kisahnya seperti dalam kumpulan cerpen Kata Kota Kita
ini. Kata Kota Kita memuat tujuh belas cerpen yang berasal dari coretan tinta tujuh belas
cerpen yang berasal dari coretan tinta tujuh belas penulis Gramedia Writing Project (GWP)
Batch 1. GWP merupakan seleksi pencarian penulis oleh penerbit Gramedia. Penulis yang
terpilih dapat menerbitkan bukunya. Beberapa karya hasil dari GWP sudah diterbitkan, dan
Kata Kota Kita adalah salah satunya.
Dalam sinopsis awal di sampul belakang Kata Kota Kita menunjukkan bahwa
kumpulan cerpen (kumcer) ini tidak disatukan dalam satu tema cerpen yang sama. Namun,
kumcer ini disatukan oleh “kota” yang menjadi tema utama dalam kumcer ini. Selain itu, kita
akan dibuat tertarik dengan cover yang cantik dan dengan gambar jalan-jalan yang diisi nama
penulis lengkap dengan ilustrasi gedung beserta pohonnya. Dari sini terlihat bahwa Kata Kota
Kita bertujuan mengedepankan latar kota dalam tiap cerpennya. Jangan salah, kota-kota yang
dihadirkan dalam kumcer ini tidak hanya kota-kota dalam negeri saja, tapi ada juga kota di
luar negeri yang tak kalah memesona.
Pada cerita pertama, kita akan diajak ke kota Ambon dengan cerita berjudul Ora. Ora
merupakan sebuah pantai indah yang jauh dari kepadatan dan keramaian Ambon. Bercerita
tentang perjalanan Dirga menemui Shanna di Pantai Ora. Di sana Dirga sadar bahwa Shanna
tidak bahagia dengan pernikahannya. Shanna yang dia kenal adalah perempuan cantik yang
berkilau di tengah gemerlap metropolitan. Sayang, Dirga tidak punya hal untuk menculik
Shanna dari pedalaman Pantai Ora.
Kota Newyork tak ketinggalan dalam kumcer ini. Dengan cerita berjudul Sparks,
pembaca akan dibuat terenyuh dan pasti menyayangkan kepurusan Ayuna yang menyedihkan
dan mengecewakan. Ayuna yang berkarir sebagai associate lawyer itu menjalani LDR dengan
kekasihnya yang apda akhirnya ia gamang untuk menjawab ajakan pernikahan kekasihnya,
Eren. Meski telah menjalani hubungan selama tiga tahun, Ayuma bleum juga mantap untuk
menerima lamaran Eren yang telah berulang kali melamarnya. Hanya karena ia tidak
merasakan apa yang akan terjadi ke depannya.
Kota Malang turut hadir dalam Kata Kota Kita ini yang diceritakan dengan sangat
apik oleh Dwi Ratih Rahmadhani dengan judul Cinta dan Secangkir Coklat Hangat. Ratih
yang merupakan mahasiswa jurusan sastra inggris UM ini telah berhasil membuat pembaca
penasaran dengan tokoh “Aku” dalam cerita ini. Tokoh aku yang digunakan dalam cerita ini
adalah kedai yang juga sekaligus latar tempat dalam cerita.
Mengisahkan tentang Larisa dan Ragil yang bertemu kembali di sudut Malang setelah
resmi tidak menjadi sepasang kekasih lagi. Dua tahun hubungan jarak jauh tidak bisa
mengalahkan perasaan yang diagungkan keduanya. Namun, mereka masih harus bertemu
karena memegang mimpi yang sama, mengabdikan kisah cinta mereka dalam buku dan
membaginya pada dunia. Impian indah itu tidaklah terlihat seindah ketika sudah berpisah.
Bagi mahasiswa UM yang sering melewati jalan Surabaya dan jalan Jombang, tentu
tidak asing lagi dengan kafe Nyit Nyot serta angkot LG dan JDM yang dihadirkan dalam
cerita ini. Dengan gaya penulisan yang berbeda dari segi sudut pandang penulisnya, membuat
cerpen ini berbeda dengan cerpen yang lain dalam kumcer ini.
Dari ketiga cerpen tersebut sudah merangkum hal seragam dalam kumcer ini, yakni
kisah cinta yang terlepas dari latar tempat sebagai tema utama. Nyaris semua kisah cinta yang
ada berakhir dengan sad ending. Hal ini terlihat pada ketiga judul cerpen di atas dan
beberapa judul yang lain. Namun, ada beberapa cerita beerbeda yang membacwa cerita lain,
yakni Ditelan Kerumunan, yang mengisahkan kejemuan pengguna bus umum. Kemudian,
yang mengisahkan kejemuan pengguna busa umum. Kemudian, ada Let the Times Roll! yang
menjadikan family sebagai genre utama. Lalu, ada Mamon, Cintaku Padamu, berisi cerita
kehidupan yang lebih gelap. Atau Frau Traffea satu-satunya dengan sentuhan horor. Juga
Bulungan yang berisi kehangatan dari sebuah kisah persahabatan. Dan Amerta, kisah
menegangkan yang sangat sempurna.
Dari tujuh belas cerpen dalam buku ini ternyata tidak terdapat tujuh belas kota yang
berbeda. Kota Yogyakarta untuk kedua kalinya digunakan sebagai latar tempat bahkan
Jakarta menjadi latar sebanyak tiga cerpen. Selain itu, “kota” yang benar-benar dihidupkan
sebagai latar belakang hanya ada dalam beberapa cerpen saja. Ora, Let The Good Times Roll,
Spark, Bukan Sebuah Penyesalan, dan Ankara di Bawah Purnama adalah beberapa judul
yang berhasil menonjolkan latar tempat dalam cerpennya. Meskipun memang tidak secara
sempurna, tapi masih bisa meleburkan dalam cerita. Sementara itu, untuk cerpen yang lain
masih kurang tampak latar kotanya.
Secara keseluruhan, kumcer Kata Kota Kita ini cukup menyenangkan. Kita akan
menikmati sajian cerita setiap penulis dengan ciri khas tersendiri dalam menyajikan
ceritanya. Kumcer ini sangat cocok untuk menghabiskan waktu libur di rumah! Selamat
membaca!
Sumber: majalah komunikasi halaman 27 edisi 298 bulan Mei-Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai