Disusun Oleh :
JURUSAN KEBIDANAN
Tahun Ajaran 2019/2020
Poltekkes Kemenkes Makassar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infus adalah proses mengekstraksi unsur-unsur substansi terlarutkan (khususnya obat) atau
terapi dengan cara memasukkan cairan ke dalam tubuh.
Infus adalah tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan
pemberian makanan.
Infus adalah teknik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang kaku, seperti
angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit.
Infus adalah memasukkan cairan (cairan obat atau makanan) dalam jumlah yang banyak dan
waktu yang lama ke dalam vena dengan menggunakan perangkat infus (infus set) secara
tetesan.
Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam
pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh.
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit,
obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering
merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan
syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan
dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan
metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam kompartemen
intravaskuler.
Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat bertanggung jawab dalam
pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan pada
beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan
dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan
oleh dokter, maka perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur
yang dibutuhkan serta mengatur dan mempertahankan sistem.
Pengelompokan Cairan Infus
1. Cairan Hipotonik:
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka
cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan
tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl
45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik:
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal
jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik:
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit
dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif
dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%
+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
4. Kristaloid
bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke
dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
5. Koloid
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran
kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
Jenis-Jenis Cairan Infuse Dan Fungsinya
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
< 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam.
3. KA-EN 3A. KA-EN 3A merupakan cairan infus yang mengandung natrium, kalium,
klorida, laktat, glukosa. KA-EN 3A digunakan untuk membantu menyalurkan atau
memelihara keseimbangan air dan elektrolit pada keadaan dimana asupan makanan
tidak cukup atau tidak dapat diberikan secara per oral.
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3
4. KA-EN MG3 merupakan cairan infus yang mengandung natrium, kalium, klorida,
lactate, glucose. KA-EN MG3 digunakan untuk membantu pengobatan
ketidakseimbangan karbohidrat dan elektrolit pada keadaan insufisiensi asupan
makanan per oral, prosedur pembedahan, neonatologi, dan asidosis diabetikum.
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
5. KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
7. Otsu-NS merupakan larutan infus pengganti Natrium atau Cl yang hilang dari tubuh,
sebagai larutan injeksi. Namun larutan ini juga dapat digunakan sebagai larutan
campuran untuk nebulizer, sehingga larutan ini dapat digunakan untuk campuran
combivent atau obat nebul lainnya.
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
11. PAN-AMIN G memenuhi ketersediaan Asam Amino pada keadaan klinis seperti :
Hypoproteinemia, Malnutrisi, sebelum atau sesudah pembedahan.
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid
12. Ringer Laktat adalah larutan steril yang digunakan sebagai penambah cairan dan
elektrolit tubuh untuk mengembalikan keseimbangannya. Obat ini juga dapat
bertindak sebagai alkalisator yang mengurangi keasaman.
Indikasi :
Etani hipokalsemik.
Ketidakseimbangan elektrolit tubuh.
Diare.
Luka bakar.
Gagal ginjal akut.
Kadar natrium rendah.
Kekurangan kalium.
Kekurangan kalsium.
Kehilangan banyak darah dan cairan.
Hipertensi.
Aritmia (gangguan irama jantung).
Ringer laktat umumnya ditoleransi dengan baik. Namun demikian, ada efek samping yang
perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
Nyeri dada.
Detak jantung tidak normal.
Turunnya tekanan darah.
Kesulitan bernapas.
Batuk.
Bersin-bersin.
Ruam kulit.
Gatal pada kulit.
Sakit kepala.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9111241/JENIS-JENIS_CAIRAN_INFUS