Anda di halaman 1dari 15

PREPARASI SALURAN AKAR

DAN
OBTURASI SALURAN AKAR

A. PREPARASI SALURAN AKAR

DEFINISI
Merupakan pembukaan akses ke saluran akar dengan membuang seluruh jaringan karies,
membuka atap pulpa, dan membentuk akses garis lurus, dengan prinsip Cleaning and
Shaping.
Yang dimaksud dengan Cleaning, membersihkan saluran akar dengan melakukan
debridemen. Debridemen adalah mengeluarkan iritan (berupa bakteri, produk bakteri, jaringan
nektorik, debris organik, jaringan vital, produk dari saliva, darah, dll) yang ada maupun yang
mampu menjadi iritan dari seluruh sistem saluran akar.
Shaping yaitu membentuk saluran akar agar bisa diisi secara optimal dan saat pengisian kedap
dari zat apapun (hermetic).
Preparasi saluran akar dilakukan setelah dilakukan membuka atap pulpa dan mengambil
jaringan pulpa dan mendapatkan saluran akar di dasar pulpa (orifice) kemudian dilakukan
pengukuran panjang kerja.
TEHNIK PREPARASI SALURAN AKAR
1. Tehnik Standar (Standardized technique)
Tehnik ini tehnik sederhana dengan tetap mengacu prinsip Cleaning dan Shaping,
dengan menggunakan jarum ekstirpasi diawal, dilanjutkan dengan jarum reamer, dan
kemudian dilakukan dengan jarum file.
Inti dari tehnik ini, mengeluarkan jaringan di saluran akar, debridement, melebarkan
saluran akar, dan menghaluskan dinding, bentuk saluran yg didapat lebih membulat.
2. Tehnik Step back (Step back technique = serial technique)
Mulai di bagian apikal dengan instrumen yang halus dan bekerja dengan cara dibantu
dengan instrument semakin besar. Diperkenalkan oleh Mullaney. Dirancang untuk
menghindari penyempitan apikal dan saluran melengkung.
a. Tahap 1 . Preparasi di bagian apikal dengan jarum maksimal sampai no.25 dengan
jarum awal jarum terkecil (no.10 atau 15) dengan pengulangan sampai dirasa
halus.
b. Tahap 2. Kurangi 1mm, gunakan jarum mulai dari jarum terakhir (no.25) sampai
jarum paling besar dengan tetap mengacu ke panjang kerja. Irigasi debridement
dengan NaOCl 2,5%
c. Tahap 3. Gunakan Gates Glidden-drill untuk membentuk preparasi dinding saluran
akar dibagian tengah hingga bagian orifice. Biasanya digunakan no.2,3,4.
d. Tahap 4. Haluskan kembali saluran akar dengan jarum File no.25 sesuai panjang
kerja. Irigasi debridement dengan NaOCl 2,5%
e. Hasil akhir – preparasi yang berkesinambungan membuat bentuk saluran akar
melebar dari persimpangan cementodentinoenamel ke mahkota.

1
Tahap 1 Tahap 2

Tahap 3 Tahap 4 Hasil Akhir Preparasi

3. Tehnik Step down (Step down technique = crown down)


Diperkenalkan oleh Marshall dan Pappin, yang disebut preparasi Crown-down tanpa
tekanan. Menggunakan Glidden-Gate dan file yang lebih besar di sepertiga koronal
dari saluran akar (dari orifice) dan file semakin kecil yang digunakan dari 'mahkota-
kebawah' sampai panjang yang diinginkan tercapai.
Tujuan utama: untuk meminimalkan atau menghilangkan sejumlah jaringan nekrotik
yang terekstrusi ke arah foramen apikal selama instrumentasi.
Akan mencegah ketidaknyamanan karena kurang bersihnya saat instrumentasi dan
debridement karena adanya debris di arah foramen apikal dan menyebabkan
penyempitan secara biokompatibel.
Keuntungan: bebasnya dari kendala atau masalah dari melebarnya apikal karena
instrumentasi.

PERBEDAAN METODE STEP-BACK DENGAN CROWN DOWN


STEP-BACK CROWN DOWN
a. Sudah lama digunakan Popularitas sedang menanjak
b. Banyak diajarkan di Kedokteran Banyak diajarkan di Kedokteran gigi
gigi Asia Amerika
c. Diawali dengan instrument Diawali dengan instrument terbesar

2
terkecil Pada 1/3 koronal
d. Preparasi dimulai pada 1/3 apikal Menggunakan rotary instrument
e. Menggunakan hand instrument

KEKURANGAN TEKNIK STEP BACK


 Pada akar yang sempit, instrument tersendat dan mudah patah
 Kebersihan daerah apical dengan irigasi sulit dicapai
 Resiko terdorongnya debris kea rah periapikal
 Prosedur perawatan membutuhkan waktu lama
 Membutuhkan banyak peralatan

KEUNTUNGAN TEKNIK CROWN-DOWN


 Membuang penyempitan servikal
 Akses ke apikal lurus
 Instrumentasi apikal efisien
 Irigasi mudah
 Pengeluaran debris mudah
 Mencegah debris terdorong kearah apeks
 Instrumentasi yang digunakan lebih sedikit
 Waktu lebih cepat
 Preparasi menghasilkan taper lebih besar

KEUNTUNGAN TEKNIK CROWN-DOWN DENGAN ALAT PUTAR


(ROTARY INSTRUMENTS)
1. Rotary Instrument
- Menggunakan sedikit peralatan/instrument
- Waktu perawatan lebih cepat
- Tidak menggunakan jari sehingga kelelahan berkurang
- Reparasi bentuk taper lebih lebar sehingga : bentuk saluran lebih baik, obturasi
lebih mudah, keberhasilan perawatan lebih mudah dicapai.
2. ProTaper File For Hand Use

4. Kombinasi (Combination or hybrid technique = step down–step back technique,


modified double-flared technique)

3
Tehnik ini sebenarnya menggunakan tehnik dasar step down-step back, dengan
dimodifikasi menggunakan beberapa tambahan instrumentasi antara lain; Ruddle
technique, profile GT taper technique, Quantec instrument technique.
Dengan banyaknya instrumentasi yang digunakan, maka setiap hasil bentuk shaping
saluran akar akan berbeda. Pembuangan dentin yang didapat juga sama dengan prinsip
pada penggunaan Gliden-Gates Drill.

B. OBTURASI SALURAN AKAR

DEFINISI
Tahapan yang dilakukan setelah preparasi saluran akar untuk menutup seluruh sistem saluran
akar secara hermetis hingga kedap cairan (tight fluid seal).
Syarat untuk melakukan pengisian saluran akar, antara lain;
- Tidak ada keluhan penderita
- Tidak ada gejala klinik
- Tidak ada eksudat yang berlebihan (saluran akar kering)
- Tumpatan sementara baik
- Hasil perbenihan negatif
Tujuan pengisian saluran akar yaitu untuk mencegah masuknya cairan maupun kuman dari
jaringan periapikal kedalam saluran akar agar tidak terjadi infeksi ulang.
Bahan pengisi yang sering digunakan pada pengisian saluran akar dibagi menjadi
 Bahan Padat ; Gutta percha, Silver-point
 Bahan Semi padat atau pasta
Contohnya ; Semen Grossman, semen kalsium hidroksida, resin epoksi, resin
polivinil
 Amalgam

TEHNIK PENGISIAN SALURAN AKAR


1. Teknik Pengisian Gutta Point / Gutta Percha
- Single cone ; Teknik ini dilakukan dengan memasuk kan gutta point tunggal ke dalam
saluran akar dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya. Untuk menambah
adaptasi gutta point dan kerapatannya terhadap dinding saluran akar ditambahkan semen
saluran akar (sealer).

- Kondensasi; Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point ke dalam saluran
akar,
kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan kearah lateral maupun kearah vertikal.
Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya oval atau tidak teratur.
Lateral : Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama (#25) dimasukkan sesuai
dengan panjang preparasi, kemudian ditekan dengan spreader ke arah lateral. Dengan cara
yang sama dimasukkan guttap point tambahan (lebih kecil dari spreader) hingga seluruh
saluran akar terisi sempurna.
Vertikal : Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama dimasukkan sesuai dengan
panjang preparasi, kemudian guttap point dipanaskan ditekan dengan plugger ke arah
vertikal ke bawah. Dengan cara yang sama Gutt ap percha tambahan (dibuat seperti bola)
dimasukkan dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.

4
- Kloropercha / eucapercha ; Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung guttap point
utama dengan kloroform atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam saluran akar hingga
guttap point akan berubah bentuk sesuai dengan saluran akarnya terutama daerah apikal.
Kon dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan pelarutnya. Setelah saluran akar diulasi
semen guttap point dimasukkan ke dalam saluran akar dan ditekan hingga seluruh saluran
akar terisi sempurna.

- Termokompaksi; Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat McSpadden


Compactor atau Engine Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H (Hedstrom). Akibat
putaran dan gesekan dengan dinding saluran akar mampu melunakkan guttap point dan
mendorong ke arah apikal

- Termoplastis; Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau Obtura, yaitu
alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap point serta mendorong ke
dalam sakuran akar ke arah apikal

Kondensasi Lateral

Single Cone Obturation

Obtura engine untuk tehnik termoplastis

2. Teknik Pengisian Ag-Point


a. Grossman, langkah-langkahnya;
- Asepsis
- Memilih Ag-point
- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
- Ag-point dipotong sebatas orifice

5
-Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
-Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar
dengan tang “Stieglietz forcep”.
- Basis dengan semen
- Foto pengisian
b. Sommer, langkah-langkahnya;
- Asepsis
- Memilih Ag-point
- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
- Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar.
- Sekitar orifice diberi gutta-percha
- Basis dengan semen
- Ag-point dipotong pada bidang oklusal
- Foto pengisian

Contoh bentuk Silver point

c. Nichols / sectional, langkah-langkahnya;


- Asepsis
- Memilih Ag-point
- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
- Ag-point pada 1/3 apikal digurat yang dalam dengan carborundum
- Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta
- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar.
- Luksasi Ag-point agar terpotong pada daerah guratan.
- Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara
- Foto pengisian

d. Ag-tip, langkah-langkahnya;
- Asepsis
- Memilih Ag-point
- Trial foto : sesuai dengan panjang kerja
- Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta

6
- Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar
dengan aplikator.
- Aplikator diputar
- Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara
- Foto pengisian

3. Teknik Pengisian Amalgam


Pengisian amalgam dari servikal (orthograde)
Indikasi : saluran akar pada 1/ 3 apikal sempit / buntu
Teknik pengisian : Amalgam dimasukkan ke dalam saluran akar dengan menggunakan
plugger / orthowire ukuran 1.0 dan dilakukan kondensasi
Pengisian amalgam dari apikal (retrograde)
Indikasi :
- Saluran akar bengkok
- Saluran akar melebar ke apikal
- Terjadi kalsifikasi / terdapat pulp stone

Teknik pengisian dilakukan pada perawatan reseksi apeks. Setelah pemotongan apeks,
dibuat preparasi kavitas pada daerah apeks dan ditumpat dengan amalgam melalui apikal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Harty, F.J. 1995. (penerjemah. L. Yuwono) Endodonti Klinis. Cetakan ke 3. Penerbit


Hipokrates. 184-194. Ingle, J.I. & Bakland, L.K. 1994. Endodontics. 4th ed. Philadelphia.
Lea and Febiger. 228-251
2. Walton, R.E. & Torabinejad, M.1998. (penerjemah. N. Sumawinata) Prinsip dan
Praktek Ilmu Endodonsi. Cetakan ke 1. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 305.hal
315 – 337
3. Rasinta, Tarigan. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan ke.1. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC

PSA (sealer dan obturasi)


Tujuannya pengisian saluran akar untuk menutup jalan masuk antara jaringan
periodonsium dan saluran akar agar tidak terjadi infeksi ulang terutama dari daerah apikal.
Selain itu agar saluran akar tidak menjadi :
- Tempat kuman berkembang biak
- Sumber infeksi
- Penyebab sakit hiperbarik yang disebut barodontolgia/ aerodontalgia.

7
Dengan saluran akar yang tertutup rapat/ hermetik akan menyebabkan :
- Mikroflora tidak dapat tumbuh
- Mencegah terjadinya penyakit hiperbarik
- Merangsang penyembuhan jaringan sekitar akar gigi

Bahan pengisi saluran akar yang digunakan harus menutup seluruh sistem saluran akar
terutama di daerah apikal yang banyak terdapat saluran akar tambahan. Bahan pengisi saluran
akar utama biasanya bahan padat atau semi padat (pasta atau bentuk yang dilunakkan). Bahan
ini terdiri dari atas inti yang dapat mengisi saluran akar dan dapat disertai dengan semen
saluran akar. Akan tetapi semen saluran akar mutlak digunakan untuk sebagian besar bahan
pengisi. Bahan pengisi dimasukkan ke dalam saluran akar dalam berbagai bentuk dan teknik
pengisian untuk mendapatkan pengisian saluran akar yang kedap cairan.

Syarat bahan pengisi saluran akar :


 Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
 Dapat menutup saluran akar dengan rapat ke arah lateral dan apikal
 Tidak mengerut setelah dimasukkan ke dalam saluran akar
 Tahan kelembaban/ tidak larut dalam cairan tubuh
 Bersifat barterisid/ menghambat pertumbuhan bakteri
 Bersifat radiografik
 Tidak menyebabkan perubahan warna pada gigi
 Tidak mengiritasi jaringan periapikal
 Mudah dikeluarkan dari dalam saluran akar bila diperlukan

A. Siller atau pasta saluran akar, sebagai bahan perekat guttap point pada dinding saluran
akar, agar kedap terhadap cairan maupun udara. Siller ini harus dapat menyatu dengan
jaringan gigi dan tidak merangsang jaringan apeks. Siller yang mnengandung resin
dapat mengeras sehingga kebocoran periapeks dapat dicegah. Konsistensi bentuk cair
seperti dempul. Dua metode yang populer untuk memasukkan ke dalam saluran akar
adalah dengan metode penyuntikan dan penggunaan jarum lentulo. Metode
penyuntikan dilakukan dengan semprit dan jarum khusus. Pasta dicampur dan
dimasukkan ke dalam tabung, tangkai yang disekrup dipasang dan diputar sehingga
pasta keluar melalui jarum khusus. Jarum dimasukkan sejauh mungkin ke dalam
saluran akar. Pasta disuntikkan sambil jarum ditarik perlahan-lahan.

8
Metode dapat dilakukan dengan cara menggunakan lentulo. Jenis bahan yang
dipakai misalnya egenol yang dicampur membentuk campuran murni (tanpa aditif)
yang kental. Jenis lain adalah formula campuran dengan aditif. Misalnya : AD seal,
endomethason, AH plus.
Konsep pemakaian pasta saluran akar bersama-sama bahan utama adalah
untuk mendapatkan pengisian yang hermetis dan apeksifikasiannya dapat setipis
mungkin.
1. Kandungan endomethasone: Zinc Oxide yang dicampur dengan
Paraformaldehyde dan corticosteroids
2. Indikasi : Untuk prosedur pengisian saluran akar permanen
3. Cara peletakkan pasta saluran akar :
- Teknik sederhana yang efektif adalah mengoleskan pasta saluran akar pada cone
gutta-percha
- Dapat juga dikombinasikan dengan pengulasan pasta pada dinding saluran akar
dengan menggunakan jarum lentulo yang digeserkan sepanjang panjang kerjanya.
Pasta saluran akar
Pasta saluran akar yang ideal harus :
- memberikan penutupan yang sangat baik bila mengeras
- menghasilkan cukup adhesi diantara dinding-dinding saluran akar dan bahan
pengisi
- bersifat radiopak dan tidak menodai
- secara dimensional stabil dan mudah dicampurkan dan dimasukkan ke dalam
saluran akar
- mudah dikeluarkan jika perlu
- tidak dapat dilarutkan dalam cairan jaringan
- bersifat bakterisidal dan tidak mengiritasi jaringan periapikal
- lambat mengeras waktu kerja cukup lama

Macam-macam pasta saluran akar


 Seng-oksida-resin
Sebagian besar pasta ini mengandung resin seng-oksida sebagai unsur dasar serbuk,
misal: tubil seal kem, endomethasone, kloroperkan N-O+N2 normal. Cairannya
biasanya terdiri dari eugenol atau kombinasi dengan cairan canada, eukaliptol,
creosote.

9
 Kalsium-hidroksida
Merupakan pasta saluran akar polimetrik kalsium-hidroksida, non eugenol, mis:
CRCS.

B. Gutta-percha berbentuk Kon (conus) sebagai bahan pengisi utama. Ukuran gutta
percha pengisi yang sama dengan ukuran jarum endodontik, dari besaran 15 sampai 140,
sesuai dengan standard ADA dan ISO, guttap percha ini dapat disterilkan dengan alkohol
70%, chlorhexidine 2%, atau sodium hipoklorit (5%). Guttap point ISO dengan penambahan
diameter keruncingan 2% per mm. Guttap point protaper dengan penambahan keruncingan
4%, 6%, 12% per mm. Namun demikian masih banyak sistem keruncingan yang berbeda
karena tergantung pada merek misalnya: core filler guttap percha, guttap percha point, yang
menggunakan inti dari resin.
- Sifat dan komposisi gutta-percha
Mulai diperkenalkan tahun 1867, gutta percha merupakan bahan pengisi yang
sangat diperlukan karena tidak mengerut setelah insersi kecuali kalau dibuat plastis
dengan suatu pelarut atau pemanasan. Mudah disterilkan sebelum dimasukkan dan
tidak mendorong pertumbuhan bakteri. Gutta-percha adalah radiopak, tidak menodai
struktur gigi dan tahan terhadap uap lembab, serta mudah dikeluarkan dari saluran
akar bila perlu. Mungkin merupakan bahan yang paling kurang toksik dan paling
sedikit mengiritasi jaringan periapikal dari semua bahan pengisi saluran akar.
Sebaliknya gutta-percha sukar dimasukkan ke dalam saluran akar yang sempit,
dan tidak menutup saluran di bagian lateral dan apikal kecuali jika dikombinasi
dengan sealer (pasta saluran akar). Untuk meremajakan gutta-percha yang telah
menua dan rapuh dapat dilakukan tindakan dengan mencelupkannya sebentar ke
dalam air leding panas (550 C) diikuti pendinginan seketika dalam air leding dingin.
Pengisian saluran akar dengan guttap point sampai daerah orifis. Untuk
memotongnya diperlukan alat yang panas. Hal ini dapat ditempuh dengan
menggunakan eksavator yang dipanaskan atau trimer khusus pemotong guttap point.

Tujuan pengisian saluran akar


Tujuan pengisian saluran akar untuk menutup jalan masuk saluran akar agar tidak
terjadi infeksi ulang. Bahan pengisi saluran akar harus dapat menutup seluruh sistem saluran
akar terutama daerah apikal. Pada pengisian saluran akar harus disertai pasta saluran akar.

10
Teknik pengisian saluran akar
Banyak cara digunakan untuk pengisian saluran akar dengan gutta-percha dan sealer. Ada
beberapa cara teknik pengisian antara lain:
a. Single cone
b. Kondensasi lateral
c. Kondensasi vertikal (gutta-percha panas)
d. Thermoplasticized gutta percha

Pada dasarnya, semua cara menggunakan ciri fisisgutta-percha yang disebut sebagai
sifat plastisitas atau aliran. Plastisitas berhubungan terbalik dengan viskositas dan dapat di
definisikan sebagai kemampuan untuk berubah bentuk dan mengalir menjauhi kekuatan yang
diarahkan pada masanya.
Tiap teknik didesain untuk memaksa bahan pengisi gutta-percha mengalir ke dalam
saluran akar, menekan dindingnya mengisi saluran berluku-liku halus, menutup berbagai
fenomena yang menuju ke periodonsium dan akhirnya ditekan menjadi suatu bahan pengisi
yang padat.

a. Teknik single cone


adalah teknik pengisian saluran akar dengan cara satu gutta point (cone) yang dimasukkan
ke dalam satu saluran akar.

b. Teknik kondensasi lateral


Menggunakan kerucut utama (master cone) yang dipaskan pada saluran yang telah
dipreparasi. Master cone dimasukkan ke dalam saluran akar pada panjang kerja yang telah
ditetapkan. Harus pas sekali dan terasa sulit jika ditarik (Tug-back). X-ray foto dibuat untuk
menentukan penyesuaian (fit) diapikal dan lateral master cone.
Kerucut gutta-percha disesuaikan, jika menonjol keluar melalui foramen apikal,
ujungnya dapat dipotong sehingga kerucut yang dimasukkan kembali pas (Tug-back) dan
dapat menutup saluran apikal ± 1 mm kurang dari pertemuan pulpo periapikal saluran akar
jika master cone telah terletak tepat dalam saluran akar, maka master cone dikeluarkan
terlebih dahulu (sebaga trial). Kemudian saluran akar di keringkan dan dinding-dinding
saluran akar dilapisi dengan selapis tipis pasta saluran akar. Separuh apikal master cone
dilapisi dengan sealer dengan hati-hati ditempatkan kembali ke dalam saluran. Sebuah

11
spreader dimasukkan disisi master cone dan ditekan ke arah apikal pada gutta percha
tambahkan, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan gutta percha tambahan (sekunder
lateral) sejajar dengan spreader dan segera memasukkannya ke dalam lubang yang tercipta
setelah spreader dikeluarkan. Pelapisan sealer tidak diperlukan untuk kerucut-kerucut
sekunder. Proses ini diulangi sampai seluruh saluran terisi dan padat. Setelah ketepatan
pengisian diperiksa dengan x-ray foto, kelebihan gutta percha dipotong dengan instrument
panas, kemudian ditumpat sementara.

c. Teknik kondensasi vertikal (gutta percha panas)


Teknik ini diperkenalkan dengan tujuan untuk mengisi saluran akar baik lateral
maupun saluran aksesori yang tentunya tidak ketinggalan saluran akar utama. Metode ini
digunakan pada teknik preparasi step-back, menggunakan pluger yang dipanaskan, dilakukan
penekanan pada gutta percha yang telah dilunakkan dengan panas ke arah vertikal sehingga
gutta percha mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar.
Dasar teknik kondensasi vertikal adalah: 1) bentuk saluran akar harus meruncing
seperti corong secara kontinyu dari orifis hingga apeks. 2) Hasil preparasi yang dicapai harus
sesuai dengan bentuk asli saluran akar. 3) Bentuk foramen apikal tidak boleh diubah
(mengalami transformasi). 4) Foramen apikal harus kecil agar kelebihan gutta percha tidak
terdorong melalui foramen saat kondensasi vertikal.
Adapun langkah-langkah kondensasi vertikal sebagai berikut:
- Master cone dipaskan terlebih dahulu sesuai dengan instrumentasi terakhir
- Dinding saluran akar dilapisi dengan sealer
- Gutta percha diberi sealer
- Ujung koronal master cone dipotong dengan instrument panas
- Pluger dipanasi hingga merah dan segera didorong ke dalam sepertiga koronal
gutta percha. Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh pluger bila diambil dari
saluran
- Sebuah kondensasi vertikal dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan tekanan
vertikal dikenakan pada gutta-percha yang telah dipanasi untuk mendorongnya ke
arah apikal
- Aplikasi panas berganti-ganti oleh pluger dan kondensasi diulangi sampai gutta
percha plastis menutup saluran aksesoris dan saluran akar besar hingga ke apek

12
Menurut Goodman dkk., bahwa temperatur regional maksimum yang mengenai
gutta percha selama metode kondensasi vertikal adalah 800C dan temperatur pada
daerah apikal 40-420C. Keuntungan teknik ini adalah penutupan saluran akar bagus
sekali, ke arah apikal dan lateral. Kerugian teknik ini adalah memerlukan waktu yang
lama, ada resiko fraktur vertikal akar akibat kekuatan yang tidak semestinya, dan kadang
pengisian yang berlebih dengan gutta percha dan sealer tidak dapat dikeluarkan kembali
dari jaringan apikal.

d. Teknik thermoplasticized gutta percha


Peralatan penekan terdiri dari barel alat semprit yang dipanaskan dengan listrik yang
disekat dan seleksi jarum berkisar dalam ukuran dari 18-25 gange derajat panas diatur untuk
menetapkan gutta percha yang tepat menurut ukuran jarum.
Menurut Torabinejad dkk. mengatakan bahwa injeksi gutta percha yang diplastiskan
dari alat semprit tekanan menghasilkan pengisian yang sama baiknya dengan kondensasi
lateral atau vertikal.
Menurut Schilder dkk. mengatakan bahwa metode pengisian thermoplastis dengan
gutta percha di atas 450C memberi kecenderungan bahan pengisi mengalami pengerutan bila
gutta percha menjadi dingin kecuali bila dimampatkan dengan instrumentasi ke arah apeks.
Metode termoplastik mempunyai satu cacat yang sama dengan semua teknik injeksi,
yaitu kurang dapat membawa gutta percha dengan tepat ke dekat foramen apikal dan tidak
melebihinya, sekalipun metode ini dapat mengisi saluran lateral pada semua celah-celahnya.
Teknik injeksi mengandalkan gutta percha yang dipanasi dan diplastiskan untuk mengalir ke
apikal dengan tekanan apikal yang minimal, bila dibandingkan dengan kekuatan dan tekanan
yang digunakan pada kondensasi lateral dan vertikal. Kecuali bila tekanan vertikal
dikombinasi dengan metode injeksi pengisian.

Indikasi teknik pengisian saluran akar


Indikasi untuk teknik single cone adalah: saluran akar bulat sedangkan untuk teknik
kondensasi adalah untuk saluran akar lonjong dan sesuai dengan teknik yang digunakan pada
waktu melakukan preparasi saluran akar misalnya: preparasi step back, crown down, step
down, balance force.
Teknik kondensasi lateral

13
Indikasi teknik pengisian kondensasi vertikal adalah untuk saluran akar tumbuh lengkap dan
sesuai dengan pemilihan teknik preparasi yang digunakan misalnya preparasi step back,
crown down, step down, balance force.

Selama melakukan teknik kondensasi kemungkinan dapat terjadi keretakan akar, penyebab :
 Tekanan kondensasi berlebihan atau pemakaian alat kondensasi terlalu besar
 Keratkan pada septum karena lokasi saluran akar ganda berdekatan

Kegagalan pengisian saluran akar


Kegagalan menempatkan master gutta percha sesuai panjang kerja :
Penyebab:
 Serpihan dentin pada 1/3 apikal, irigasi kurang
 Kesalahan pemilihan teknik preparasi
 Penggunaan alat preparasi yang kurang tepat → ledging
 Hasil preparasi S.A. kurang halus
 Ukuran bahan pengisi (master cone) terlalu besar

Cara mengatasi :
- Pemilihan teknik preparasi yang tepat
- Pemilihan alat preparasi yang tepat
- Selama preparasi dilakukan rekapitulasi dan irigasi saluran akar

Mastercone patah pada waktu trial gutta point, untuk itu dapat dilakukan pencegahan :
Penyimpanan gutta point di lemari es
Dilakukan test dengan ditarik/ direnggangkan

14
Gutta percha yang rapuh dilenturkan kembali (proses rejuvenation)
Suhu 600 celcius selama 60 detik dan direndam dalam air es
Daftar Pustaka
1. Grossman LI, Oliet S, & Del Rio CE. 1995. Endodontic practice. 11th ed Lea and
Febiger. 263-285.
2. Harty FJ. 1995. (Penerjemah. L. Yuwono). Endodonti klinis. Cetakan ke-3. Penerbit
Hipokrates. 184-194.
3. Ingle JJ & Bakland LK. 1994. Endodontics. 4th ed. Philadelphia. Lea and Febiger.
228-251.
4. Walton RE, & Torabinejad M. 1998. (Penerjemah. N. Sumawinata). Prinsip dan
praktek ilmu endodonsi. Cetakan ke-1. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 305.
Hal. 315-337.
5. Siti Mardewi KSA. Perawatan endodontik konvensional. Seri I, 2009
6. Kim Rndoff Beer, Michael A, Bau mann, and Syngcuk. Color atlas of dental medicine
endodontology. 1999.

15

Anda mungkin juga menyukai