Anda di halaman 1dari 40

ASAM ABSISIK (ABA)

 Pertumbuhan & perkembangan tanaman yang seimbang


memerlukan adanya senyawa-senyawa yang mendorong
dan menghambat.

 ZPT yang banyak dijumpai pada tumbuhan ialah ABA


(asam absisik), disamping senyawa lain seperti fenol,
kumarin, alkaloid, dan senyawa tertentu yang hanya
dijumpai dari spesies2 tertentu.

 Senyawa fenolik dalam bentuk asam-asam fenolik


merupakan metabolit sekunder yang tidak mempunyai
peran spesifik dalam tumbuhan. Tidak terdapat secara
umum di dalam tanaman dan tidak aktif dalam jumlah
kecil.
1
SEJARAH PENEMUAN ABA
 Torsten Hemberg (1949), menemukan tunas kentang yang
dorman mengandung ZPT yang kuat, dan apabila keadaan
dormansi berakhir kadar ZPT tersebut berkurang.

 Frederick T. Addicot (1963), pertama sekali mengisolasi


serta mengetahui sifat-sifat kimia ABA sewaktu mengkaji
senyawa-senyawa yang bertanggungjawab dalam proses
gugur (peluruhan) buah kapas.
Mereka mengisolasi 2 senyawa (absisin I dan absisin 2)
dari kulit buah kapas. Senyawa absisin 2 tidak saja
mempercepat pengguguran daun tetapi juga menghambat
pertumbuhan koleoptil Avena.

2
 Wareing, dkk (1964), melihat fenomena dormannya
mata tunas Acer, Betula dan beberapa tanaman lain
pada musim gugur tetapi aktif kembali pada musim
semi.
 Diduga dormansi ini → disebabkan oleh senyawa-
senyawa penghambat
 Penelitian mereka menunjukkan bahwa senyawa2
tersebut dibuat di daun dan di dorong oleh
penyinaran hari pendek.
 Senyawa2 ini bergerak melalui xylem ke mata-
mata tunas & menyebabkan dormansi.
 Senyawa2 tersebut diisolasi dari daun Acer yang
diberi penyinaran hari pendek. Senyawa ini diberi
nama dormin.
3
 Van Steveninck (1964), mengkaji senyawa
yang mempercepat gugur bunga dan buah
pada tanaman Lupin kuning (Lupinus heteus).
Ternyata senyawa dari Lupin itu juga adalah
senyawa yang sama dengan dormin.

 Ternyata → sifat kimia dan fisik senyawa


dormin dan absisin 2 adalah sama. Tahun
1967, International Conference on Plant Growth
Substance memberi nama senyawa tersebut
Asam Absisik (ABA).
4
 ABA adalah suatu senyawa seskuiterpenoid (15-C) yang disintesa di
dalam kloroplas dan plastid-plastid lain melalui lintasan Asam
Mevalonat.
 Reaksi awal ABA ≈ reaksi sintesis isoprenoid pada sintesa senyawa
GA, sterol dan karotenoid
 ABA dapat juga (dlm jumlah sedikit) disintesa dari penghilangan
karotenoid Xantophil yang dinamai Violaxanthin melalui fotokimia
atau penghilangan enzim. Penghilangan ini mula-mula membentuk
Xanthoxin yang dapat ditukarkan kepada ABA secara metabolisme.
 Struktur kimia ABA (BM = 264,3 g/mol)
CH3
CH3 CH3
5 3

6’
4 2
5’ 1’
OH
4’ 2’ 1

O 3’ CH3 COOH

5
Ada 2 macam isomer ABA, yaitu:
1. Isomer optis: adanya isomer optis oleh adanya C-11 yang tidk
simetris. Isomer optis ABA terdiri dari:
- Dekstro (+) = (D) = (S)
- Levo (-) = (L) = (R).
2. Isomer geometrik: adanya isomer geometrik karena adanya
ikatan rangkap pada C-2.

Keterangan
- ABA alamiah dlm bentuk (S)-ABA atau (+)-ABA
- ABA sintesis tdd campuran (S)-ABA dan (R)-ABA.
- Keduanya memp. Aktivitas yg sama kecuali pd penutupan
stomata. S-ABA dpt menutup stomata sedangkan R-ABA tidak
dpt menutup stomata.
- Isomer geometrik 2-Cis-ABA adalah aktif secara biologis
sedangkan trans-ABA tidak.

6
Biosintesis dan Metabolisme
Ada dua jalur sintesis dari asam mevalonat (MVA) menjadi ABA, yaitu:
(1) MVA  Karotenoid Xanthofil Xanthoxin  ABA
(mis:Violaxanthin)
Fotokimia/enzim lipoksigenase

Beberapa kajian yang mendukung jalur (1) adalah:


- Struktur ABA adalah sama dengan struktur akhir dari karotenoid
- Adanya fotokonversi secara in vitro dari violaxanthin  xathin
- Enzim lipoksigenase dari tanaman kacang kedelai dapat merubah
Violaxanthin  Xanthoxin
- Pada tomat Xanthoxin dapat diubah dengan cepat menjadi ABA.
- Xanthoxin terdapat pada jaringan meristematik (pucuk muda) dari
beberapa tanaman.
- Xanthoxin adalah juga penghambat pertumbuhan yang kuat dan
mengambil peranan dalam fototropisme (cahaya biru).

(2) MVA  MVA -5P  MVA -5PP  Isopentenil - PP  3,3 dimetilalil-PP


3,3 dimetilalil –PP + Isopentenil –PP  Farnesil PP  ABA.
7
Beberapa kajian yang mendukung jalur 2 adalah:
 ABA dapat diisolasi dari jarinagn tanaman (Kloroplas
buah dan daun alpokat atau daun kacang buncis yg
diberi MVA radioaktif C14C, 3H).

 Inkubasi buah alpukat dengan 3HMVA dan 14C


phytoene (prasat karatenoid) memberikan hasil sebagi
berikut:
- Dari 3HMVA, 3H terdapat pada ABA dan karetenoid.
- Dari 14C phytoene, 14C terdapat pada karetenoid dan
tidak terdpt pada ABA.
- Kesimpulannya: ABA disintesa dari MVA dan bukan
melalui zat antara karetonoid.

8
REAKSI METABOLISME ABA PADA TUMBUHAN
1. Pembentukan Glikoester
Di dalam tumbuhan mudah terjadi reaksi esterifikasi dari ABA (reaksi
bola-balik), yaitu : ABA Absisil-β-D-glukopironosida
- Glukosa melekat pada kumpulan karboksil lalu membentuk ester
ABA-glukosa (cenderung tidak aktif).
- Absisil-β-D-glukopironosida pada tumbuhan juga mudah dihidrolisis
menjadi ABA-bebas.
- Fungsi ABA-gliko ester adalah sebagai cadangan ABA dan dalam
tumbuhan tidak lebih dari 1/3 ABA bebas.

2. Oksida dari ABA


ABA dapat dioksidasi melalui: 6-hidroksimetil-ABA  Asam Faseik
dan Asam Hidrofaseik (kedua asam ini adalah bentuk tidak aktif)

3.Konversi cis-ABA (yang aktif)  trans-ABA (tidak aktif)

9
Metabolisme dari S
S--ABA

10
Beberapa senyawa endogen dengan struktur yang serupa dengan ABA.
- Santoksin terbentuk sebagai hasil perombakan karotenoid.
- Asam faseik adalah hasil oksidasi dari ABA
11
PENGARUH FISIOLOGIS ABA
1. Pengaturan Stomata
- ABA endogen meningkat cepat dengan adanya cekaman
(stress). Cekaman ini dapat berupa kekeringan
kebanjiran, luka, kekurangan hara dan lainnya.
cth. Peningkatan kadar ABA pada daun terjadi dengan
cepat (dalam menit) sesudah tanaman itu mengalami
cekaman air, dan ini dapat mencapai konsentrasi 10x
lipat dibandingkan daun yg tidak stress. Sesudah
pemberian air maka ABA akan segera turun lagi.

- Dalam hal ini, ABA berperan dalam pengaturan stomata,


sehingga melindungi mekanisme terhadap stress air.
Pengaturan stomata ini melibatkan CO2 disamping ABA
dalam sel penjaga. Dan respon sel penjaga tergantung
kepada konsentrasi setiap senyawa tersebut.
12
- Dalam keadaan stress air, maka konsentrasi ABA di
dalam sel penjaga naik, sel penjaga kehilangan K+ dan
turgor, stomata menutup & selanjutnya melindungi
tanaman terhadap kekeringan diikuti dengan
meningkatnya CO2.

- Sebaliknya, jika tanaman disirami dan stress air


berkurang → maka konsentrasi ABA turun, dan K+ dan
turgor naik kembali dalam sel penjaga,
sedangkan konsentrasi CO2 turun dan
stomata terbuka sehingga menyebabkan
CO2 dapat masuk untuk fotosintesa.

13
Perubahan metabolik pada daun yang mengalami
stress air
1. Stress air memacu laju pertambahan ABA menjadi asam-
asam faseik dan dihidrofaseik.
2. Konsumsi ABA meningkat dan menjadi hampir konstan
karena laju pertambahan sintesis dan metabolisme kira-kira
sama.
3. Konsentrasi ABA turun, karena naiknya potensial air dan
turgor kembali seperti semula, menyebabkan terjadinya laju
sintesis ABA ke metabolisme

14
Tiga pola pengaturan kandungan ABA endogen pada organ yg
berbeda dari tanama alpokat
 Daun
Daun tdk layu → kandungan ABA adalah rendah (20 g/kg)
Daun yg layu → kenaikan biosintesis ABA (2600 g/kg)

 Buah Masak
Buah masak → kandungan ABA tinggi (4000-8000 g/kg)
Konsentrasi tinggi disebabkan oleh biosintesa yg tinggi dan sdh tidak
terpengaruh oleh kelayuan buah

 Akar
Akar → kandungan ABA rendah (27 g/kg)
Kandungan rendah tdk dipengaruhi oleh kekurangan air.
ABA terakumulasi pd akar2 yg kekurangan air & mengurangi resistensi
akar terhadap pengambilan air.
15
Zeavart (1979)  meneliti tempat sintesis dan metabolisme
ABA pada tanaman jarak (Ricinus comunis).
- Pada tanaman stress  Kandungan ABA, asam faleik, asam
hidrofaleik meningkat pada ujung
tunas, daun dan cairan floem
- Pada tanaman tidak stress  Kandungan ABA, asam faleik,
asam hidrofaleik adalah normal pada
ujung tunas, daun dan cairan floem

- Walaupun sintesis pembuatan ABA meningkat, ABA


tidak terakumulasi pada ujung tunas. Hal ini
menunjukkan bahwa:
* ABA sangat cepat dimetabolisme pada ujung tunas
* Ujung tunas menjadi sink yg efektif untuk ABA yang
ada pada cairan floem
- Daun tua & muda → kandungan ABA meningkat pd daun layu
Daun muda mempunyai kesanggupan mensintesa ABA yg tinggi16
2. Dormansi Biji
 Biji-bijian Angiospermae & Gymnospermae tdk segera
berkecambah stlh matang meskipun terpajan di bwh kondisi
kelembaban, suhu dan tekanan oksigen yg menguntungkan bg
pertumbuhan.

 Biji-biji memperlihatkan adanya dua atau lebih penyebab secara


bersamaan. Beberapa penyebab dormansi
- impermeabilitas kulit biji terhadap air dan gas
- embrio yang belum matang
- proses after ripening
- ketahanan kulit biji terhadap gaya mekanik
- keberadaan zat penghambat dlm biji & jaringan2 lainnya dari biji
- kebutuhan khusus terhadap penyinaran
- kebutuhan suhu dingin (drilling)

17
- Dormansi biji berasal dari keadaan tertentu yang menguasai faktor
internal biji, salah satunya adalah keberadaan zat penghambat
dalam biji dan jaringan sekitarnya.
- Sondheimer et al (1968) meneliti kadar ABA dan hubungannya pada
perkecambahan biji Fracinus americana (tan. temprate) dan Fracinus
ormus (tan. Mediterania) yang biji-bijinya tidak memerlukan stratifikasi.
Kandungan (S)-ABA pada biji dan perikarp F. americana dan F. ormus
Bahan Biolgi Perkecambahan Total (S)-ABA dalam contoh
sbg 10 mol/kg g/1000 biji atau perikarp
1. F. americana
- Biji dorman 0 – 30 1.7 11
- Biji didinginkan 700 – 950 0.6 3.3
- Perikarp dari
samara dorman - 2.8 24
- Perikarp dari
samara dingin - 1.8 15
2. F. ormus
- Biji 750 0.4 2.6
- Perikarp - 0.8 1.6
18
Dari tabel di atas dapat disimpulkan:
1. ABA terdapat pada semua jaringan, kandungan terbesar terdpt
pada biji dan kulit biji dorman F. americana.
2. Perlakuan pendinginan biji F. americana mengakibatkan
→ kadar ABA turun 37 % pada kulit biji dan 68 % pada biji.
→ konsentrasi ABA setelah pendinginan turun sampai
serendah kandungan yg biasa di dapat pada biji F.
Ornus.

3. Pada F. americana, ABA dalam biji berperan pada pengaturan


perkecambahan, dan konsentrasi hasil yang penting dari perlakuan
pendinginan adalah menyebabkan turunnya ABA endogen dalam
biji.
4. Kulit biji F. americana sangat tdk mungkin berfungsi secra nyata
dalam pengaturan dormansi

(NB. Pendinginan menyebabkan kadar ABA menurun yang


dapat meningkatkan perkecambahan).
19
Penelitian lebih lanjut memperlihatkan adanya
hormon-hormon lain yg terlibat dalam pengaturan
proses perkecambahan & pertumbuhan bibit F.
americana, misalnya:
- GA eksogen efektif dlm meniadakan pengaruh ABA
eksogen dalam perkecambahan
- Kinetin eksogen dan kombinasinya dgn GA merangsang
perkembangan normal daun dan sintesis khlorofil
Tetapi Kinetin itu sendiri tidak menghalangi pengaruh
ABA dalam perkecambahan
- ABA eksogen mencegah perkecambahan biji non
dorman (F. Americana dan F. ornus)

20
Penelitian mengenai ABA oleh Laibach (1929)
Isolasi embrio dari biji Iris yang dorman dan kemudian
menempatkannya pada medium agar yg mengandung nutrien,
ternyata embrio tdk dorman. Ini suatu bukti bahwa kulit biji
merupakan sumber inhibitor pada biji.

Penelitian mengenai ABA oleh Bradbeer (1929)


Spesies Corylus avellana membutuhkan stratifikasi untuk
pemecahan dormansinya (dan mungkin didukung dgn sintesis
GA), karena kandungan ABA dlm biji menunjukkan aktivitas
kurang dari 1 % terhadap penghambatan total.

21
3. Dormansi Tunas
 Tanaman tahunan pada umumnya mengalami dormansi tunas pada
beberapa stadia dalam siklus pertumbuhannya.
 Di daerah temperate mengenal dua type dormansi, yaitu
a. summer dormancy
b. winter dormancy

 Di daerah tropis hanya mengenal satu dormansi yang perilakunya sangat


berbeda dengan spesies temperate.
- Spesies tropis telah beradaptasi dengan habitat equator dimana periode
penyinaran (photoperiod) perubahannya sangat sedikit dan penyebaran
kondisi lingkungan merata (tidak ekstrim)
 Dormansi tunas dikendalikan secara endogen.
Perilaku ini menggambarkan suatu generalisasi "true dormancy", yaitu
bahwa ciri dormansi bukan merupakan respon melawan keadaan fisik
lingkungan yang keras tetapi lebih merupakan fenomena adaptasi yang
mendahului dan menyiapkan tanaman untuk bertahan hidup selama
tidak ada perlindungan.

 Tidak semua kuncup (shoot) pohon tropis memasuki dormansi pada waktu
yang sama, sehingga baik kuncup dorman maupun yang sedang tumbuh
terjadi pada pohon pada waktu yang sama.
22
 Hemberg (dalam Moore, 1979) → mengemukakan hipotesis
pertama bahwa penghambat pertumbuhan endogen yang
mungkin mengatur dormansi tunas.
Hemberg menemukan bahwa dormansi tunas pada tanaman ash
(Fraxinus) dan umbi kentang berkorelasi dengan konsentrasi
penghambat pertumbuhan yang relatif tinggi yang tidak diketahui
identitasnya.
 Kawase (dalam Moore,1979) → melaporkan hasil yang serupa pada
tanaman birch muda (Betula pubescens) dan meyakinkan lebih jauh
tentang pengaruh hari pendek (10 jam) dan malam panjang
merangsang dormansi tunas
 Wareing et al. dengan beberapa spesies terutama B. pubescens
dan Acer pseudoplatanus menunjukkan bahwa adanya senyawa
penghambat (dormin/ABA) sebagai penyebab dalam pengaturan
siklus pertumbuhan dan dormansi.
Wareing et al. menyatakan bahwa siklus tahunan dari
pertumbuhan tunas sampai dormansi diatur oleh keseimbangan
antara penghambat pertumbuhan endogen dengan GA.
 Perangsangan dormansi dalam beberapa hal sekurang-kurangnya
disebabkan oleh ABA yang tinggi dan rendahnya kadar GA, dimana
berlawanan dengan keadaan sebenarnya untuk pemecahan dari
dormansi. 23
 Berdasarkan analisis cairan xylem (contohnya pada peach
dan willow) dan tunas-tunas (contohnya aple, beach dan
birch) → adanya korelasi antara kadar ABA dan periode
dorman pada beberapa spesies tanaman berkayu.
Dalam beberapa hal kadar ABA dalam cairan xylem 10 kali
lebih tinggi selama dormansi daripada selama periode
pertumbuhan.
 Tunas-tunas daun tidak membuka hingga kadar ABA mulai
menurun.
 GA meningkat → pada kebanyakan bagian tanaman selama
pendinginan dan periode penyinaran yang panjang.
 Kesimpulannya: rangsangan dormansi tunas oleh hari
pendek terutama disebabkan oleh kadar ABA yang tinggi,
sedangkan pembebasan dormansi terutama ditentukan
oleh naiknya kadar GA.
24
 Selama pemecahan dormansi, kadar berbagai macam
perangsang seperti Giberellin dan Sitokinin meningkat
dan ini menghalangi pengaruh ABA.
 Oleh karena itu kedudukan tunas adalah hasil dari
keseimbangan antara hormon-hormon perangsang
dan ABA.
Dimana ABA bekerja bila kadar hormon perangsang
seperti Giberellin menurun selama hari pendek.
 Hormon-hormon yang memecahkan dormansi
kelihatannya disintesis dan ABA didegradasi secara
langsung didalam jaringan tunas itu sendiri.
 Tunas-tunas tertentu yang diberikan perlakuan dingin,
tunas-tunas ini mulai tumbuh bila dipindahkan ke dalam
keadaan hangat, sementara yang tidak diberi perlakuan
tunas-tunas masih tetap dorman.
25
Induksi Dormansi Tunas
a. Oleh kari pendek (10 jam) dan panjang (14 jam) pada Betula
pubescens, dan berkaitan dengan perubahan kandungan
penghambat pertumbuhan
b. Dari daun, batang dan tunas 26
Perubahan musim terhadap Kandungan "Free ABA" dan "Bound ABA"
pada TunasFagus sylvatica, di Inggris 27
4. Absisi
 Pengguguran baik organ vegetatif maupun generatif dari
jaringan tanaman merupakan kejadian alami bagi semua
tanaman.
 Kehilangan bagian tanaman dapat disebabkan oleh
kematian dan kelayuan ataupun oleh terbentuknya
lapisan absisi.
 Organ atau jaringan yang terletak di atas lapisan absisi
akan jatuh ke tanah karena beratnya atau oleh kekuatan
dari luar seperti angin.
 Proses absisi adalah yang bertanggung jawab atas
gugurnya jaringan-jaringan seperti kulit pohon dan
peridermis akar → terus menerus tetapi lambat.
 Absisi daun, bunga dan buah cenderung jauh lebih
cepat.
28
Addicot et al (1955) mengemukakan:
 Absisi akan terjadi apabila auksin yang ada di daerah
proximal (proximal region) sama atau lebih dari jumlah
auksin yang terdapat di daerah distal (distal region).
 Apabila jumlah auksin yg berada di daerah distal lebih
besar dari daerah proximal maka tidak akan terjadi absisi
(absisi terhambat).

Biggs dan Leopold (1957 & 1958):


 Pengaruh auksin terhadap absisi ditentukan oleh
konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yg tinggi
akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin yg
rendah akan mempercepat terjadinya absisi

29
30
Endogenous auxin Exogenous auxin

Abscission zone

Abscission zone

Abscission zone
Proximal
region

Distal Distal Proximal Distal


region Proximal region
region region
region

No Abscission Abscission Accelartaed Abscission

Hubungan antara gradien auksin yang ada dalam zona absisi


dengan terjadinya absisi
31
 Peranan ABA sebagai regulator alami terhadap absisi
organ tanaman tidak begitu jelas meskipun hormon ini
ditemukan karena sebagian kemampuannya menyebabkan
absisi.
 Peranan ABA dlm meyebabkan gugur daun, bunga dan
buah masih dipertentangkan.
 Davies dan Addicott (1983) → mengukur ABA endogen
dengan menggunakan alat Gas Liquid Chromatography.
- Mereka menemukan bahwa kandungan tinggi ABA
yg diperoleh berkorelasi langsung dengan
keguguran dan absisi buah muda, senescense buah
masak. Buah muda yg terabsisi terlambat
mengandung ABA dua kali lipat dibanding dengan
buah muda yg terabsisi pd awal musim berbuah.
- Oleh karena itu, ABA kelihatannya banyak terlibat
dalam pengendalian absisi pada buah kapas.
32
 Milborrow (1984) → menyimpulkan bahwa ABA
eksogen menyebabkan pengguguran, tapi kurang
efektif dibandingkan dengan etilen eksogen.
 Osborne (1989) → meneliti efek etilen dan ABA pada
proses pengguguran dan menyimpulkan bahwa ABA
mungkin tidak berperan langsung, sebaliknya ABA
bekerja secara tidak langsung dengan menyebabkan
penuaan prematur pada sel organ yang akan gugur,
dan itu mendorong naiknya produksi etilen.
 Osborne menyimpulkan bahwa Etilen yang
mengawali proses pengguguran yang
sebenarnya.

33
 Peranannya dalam pengendalian secara alami
terhadap absisi daun kurang jelas. Pada umumnya
kadar ABA eksogen yang relatif tinggi diperlukan
untuk terjadinya absisi daun. Dalam hal absisi daun
mungkin diatur terutama oleh hormon-hormon lain
(Moore, 1979).

 Bukti-bukti yang ada selama senessence sel daun


adalah dibebaskannya bahan-bahan "non-volatile"
yang mempercepat absisi.
Hal ini oleh Osborne disebut "senescence factor"
atau "SF".

 Diduga bahwa, ABA adalah "SF", karena pemakaian


ABA dapat menyebabkan senescence dan absisi
daun pada sejumlah spesies
34
5. Pelindung terhadap keadaan rawan garam dan
rawan dingin
 ABA meningkat mengalami tekanan pasokan air, tanah bergaram,
suhu dingin, suhu beku, dan suhu tinggi (pd beberapa spesies).
 Keadaan rawan mendorong sintesis ABA melalui efeknya pada
transkripsi
 Pada banyak kasus, pemberian ABA dpt juga mengurangi reaksi
tumbuhan terhadap faktor rawan.
Contoh, ABA memperkuat tumbuhan dalam menghadapi kerusakan
akibat suhu beku (Guy, 1990; Tanino et al, 1990), kelebihan garam
(Hasegawa et al 1987; Skriver & Mundy, 1990; Singh et al 1987).
 Rawan garam menyebabkan terbentuknya beberapa protein baru,
khususnya protein berbobot molekul rendah yaitu osmotin, yang
tertimbun banyak sekali dan diduga membantu melindungi diri dari
keadaan rawan.
 Pada tembakau, rawan garam dan ABA mendorong pembentukan
osmotin melalui efeknya pada transkripsi.
Garam dibutuhkan untuk mempertahakan sintesis osmotin, tapi
dengan adanya ABA eksogen dan tidak ada garam tingkat osmotin
tinggi itu hanya berlangsung sebentar.
35
6. Efek ABA pada perkembangan embrio dalam biji
 Perkembangan embrio dibagi menjadi 3 tahap:
- Mitosis dan diferensiasi sel
- Pembesaran sel dan penimbunan cadangan makanan
- Pematangan, yaitu masa biji mengering & memasuki dorman
 Embrio blm matang → dikultur in vitro → berkecambah
Kenapa embrio tdk berkecambah dlm buahnya yg lembab pd
tumbuhan induk sebelum embrio itu mulai mengering & matang??
 ABA yg banyak diteliti karena ABA dpt menghambat
perkecambahan berbagai macam biji matang.
 ABA endogen sangat berkaitan dengan pembentukan awal lintasan
pematangan normal dan dengan penghambatan perkecambahan
dini (vivipari).
 ABA eksogen dapat mempercepat pembentukan bbrp kelompok
protein cadangan biji yg khusus dlm embrio yg dibiakkan.
 Kesimpulannya : Peningkatan taraf ABA secara normal pd awal &
pertengahan tahap perkecambahan biji dpt
mengatur penimbunanan protein cadangan.
36
Cara kerja ABA
ABA mempunyai tiga efek utama yg ditentukan oleh jaringan
yang terlibat :
1. Memberikan efek pada membran plasma sel akar.
Membuat membran plasma lebih bermuatan positif,
sehingga meningkatkan kecenderungan potongan ujung
akar melekat di permukaan yang bermuatan negatif. Efek
ini mungkin berperan dalam proses hilangnya ion K+
secara cepat dari sel penjaga (yg melibatkan
penghambatan ATPase membran plasma) dan mungkin
berhubungan dgn kemampuan ABA untuk menghambat
dengan cepat pertumbuhan yg diinduksi auksin.
2. Menghambat sintesis protein
Adanya pengaruh jangka panjang terhadap pertumbuhan
dan perkembangan termasuk didalamnya peranannya
dala dormansi biji dan tunas, serta penghambatan aktifitas
hidrolase yg didorong oleh GA pd biji2 serelia. 37
3. Mengaktifkan serta menonaktifkan gen tertentu secara
khas (efek transkripsi)
ABA mampu secara selektif mengendalikan transkripsi
beberapa gen tertentu dan ini bergantung pada jenis sel
→ menunjukkan pengendalian yg kuat pd proses
perkembangan.

Penelitian yg banyak dilakukan → mengungkapkan


cara ABA dan hormon lain serta berbagai faktor
lingkungan dalam mengendalikan transkripsi gen.

38
Kesimpulan
 ABA sebagai regulator alami berperanan terhadap
pengaturan stomata, dormansi tunas, dormansi biji dan
absisi.
 Kandungan ABA cenderung meningkat pada daun
yang mengalami stress air, biji dorman, tunas dorman
dan pada bagian tanaman yang mengalami absisi.
 ABA berinteraksi dengan zat tumbuh lainnya, biasanya
sebagai Penghambat.
 Masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut untuk
menilai pengaruh ABA terhadap pertumbuhan
danperkembangan tanaman.

39
40

Anda mungkin juga menyukai