Anda di halaman 1dari 12

RECORDING

(Materi Manajemen Usaha Ternak Unggas)

Dosen Pembimbing:

Dr. Ir. Rr Riyanti, M.P.

Nama anggota ;

Fani Saparinda Susandi-1814141041


Reynaldi Pratama-1814141023
Mayla Sari Putri- 1814141008
Reni Rahmawati- 1814141009

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Recording

Membuat laporan(Recording):Pencatatan laporan pada masa brooding yang bertujuan untuk


mengetahui perkembangan ayam dari segi pertambahan bobot badan , tingkat keseragamaan ,
perkembangan kesehatan , jumlah ayam yang mati/ afkir, tingkat konsumsi (Feed intake). Dan
juga jumlah pemberian pakan dan obat obatan serta vaksin yang diberikan.

Pentingnya Recording yaitu:

1. Menjadikan penerapan biosekuriti lebih terkontrol,

Alasan ini karena bila Tanpa melihat data recording, pemeriksaan yang dilakukan akan asal-
asalan. Bila terjadi sebaliknya, petugas lapangan masuk ke kandang sehat setelah sebelumnya
kontak dengan ayam sakit. Alhasil bisa berakibat fatal terhadap penularan penyakit.

2. Menentukan kenyamanan ayam selama proses pemeliharaan

Jika di waktu-waktu tertentu suhu dalam kandang terdeteksi sangat tinggi, maka peternak bisa
membuka tirai kandang lebih lebar dan mulai menyalakan kipas angin (fan) suhu cepat turun.
Dengan kondisi suhu yang nyaman tersebut, maka performa produksi ayam pun bisa optimal.

3. Membantu mengambil keputusan dalam penanganan penyakit

Terkadang beberapa peternak di lapangan kesulitan menerapkan pengobatan, padahal sudah


pernah mengalami kasus penyakit serupa pada siklus sebelumnya. Hal ini tentu tidak akan terjadi
apabila pencatatan di kandang tersebut berjalan dengan baik. Karena runtutan penggunaan obat
yang digunakan bisa dibaca dengan jelas.

4. Sebagai alat bantu dalam mendiagnosa dan menangani kasus penyakit:

Data recording dibutuhkan untuk melakukan diagnosa terhadap suatu penyakit. Misalnya data
bibit yang digunakan, obat apa saja yang digunakan, seperti apa program penggunaan obat, pola
pemberian ransum dan jumlah yang dikonsumsi, sumber air minum, bagaimana pemeriksaan uji
titer atau antibodinya, pola kematian, produktivitas ayam, keseragaman, dan lain sebagainya.
Melihat data anamnesa ini merupakan tahap pertama dalam mendiagnosa, sebelum dilakukannya
tindakan bedah ayam.
Prosedur Recording

 Recording biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum pemberian pakan,

 Recording dilakukan dengan cara pengambilan sample dengan jumlah 10% dari jumlah
populasi ayam yang berada di petak yang berbeda-beda.

 Peralatan yang digunakan pada saat recording yaitu antara lain timbangan di digital yang
sama di setiap recording, buku recording, dan alat tulis.

Berikut ini merupakan contoh dari menghitung tingkat keseragaman broiler breeder pada
periode grower;

Terdapat 10.000 ekor ayam breeder berumur 6 minggu dalam satu kandang, hitunglah berapa
keseragaman dan cv. Dengan standar berat badan yang harus di capai pada usia tersebut adalah
1100 g.

Setelah di recording diperoleh hasil berikut;

Berat (g) Jumlah Total Berat

750 50 37500

800 10 8000

850 60 51000

900 150 135000

950 160 152000

1000 120 120000 Rata-rata =


1012000/1000 = 1012 g,
1050 60 63000 dihitung kisaran 10%
sehingga (1012-101,2=
1100 150 165000 910 sampai
1012+101,2= 1113,2)
1150 150 172500
Hasil penimbangan
1200 90 108000 yang masuk pada
kisaran tersebut adalah
1000 1012000 120
Sehingga keseragaman/uniformity, yaitu 120/1000x100% = 12 %

Sedangkan standar dari tingkat keseragaman minimal yaitu 94% untuk usia 6-8 minggu

 Kesimpulannya adalah tingkat keseragaman dari hadil recording sangatlah buruk

Cara memperbaiki keseragaman agar ideal (80%)

 Pengelompokan menjadi beberapa pen berdasarkan berat, di ikuti dengan jatah


pakan/point feed

 Grading dilakukan 2-3 kali tergantung tingkat keseragaman

 Bibit berasal dari induk yang sama

 Jumlah tempat pakan dan minum ideal

 Mengatur pola pemberian pakan (point feed)

Feeding Program

Unggas harus diberi makan setiap hari. Namun, mungkin ada situasi di mana lebih baik
mengadopsi program pemberian pakan alternatif, terutama jika distribusi pakan yang baik sulit
dicapai dengan pemberian pakan harian dan dengan waktu pembersihan pakan yang cepat. Ada
4 program pemberian pakan alternatif yang biasanya digunakan:

1. 6/1 berarti 6 hari dengan pakan dan 1 tanpa pakan.

2. 5/2 berarti 5 hari pakan dan 2 hari tanpa pakan. Selama 3 hari unggas diberi makan dan
selanjutnya 1 hari tanpa pakan; kemudian Anda memiliki 2 hari pemberian makan diikuti oleh 1
hari tidak makan untuk menyelesaikan 7 hari minggu.

3. 4/3 berarti 4 hari seminggu dengan pakan dan 3 hari tanpa pakan.

4. Melewatkan sehari berarti burung diberi makan dua hari sekali (di bawah lebih lanjut tentang
ini).

Pemberian Makan Lewati Sehari Program ini menggunakan jumlah pakan mingguan yang sama
dengan rekomendasi harian. Namun, dari 21 atau 28 hari hingga unggas berumur 140 hari,
pakan setara dengan 2 hari pakan dalam satu hari, hanya memberikan pakan awal pada hari
berikutnya. Pemberian makan lewati sehari mungkin menguntungkan saat memberi makan
dalam jumlah rendah dengan pakan kepadatan tinggi, atau saat ruang makan terbatas. Ini
memberi makan dalam jangka waktu yang lebih lama dan memungkinkan burung pemalu di
ujung bawah urutan kekuasaan untuk memberi makan dengan benar.

Pemberian Makan Lima Hari / Minggu (Pemberian 5-2) Program ini merupakan kompromi
antara program harian dan program skip-a-day sehingga unggas diberi makan pada hari yang
sama setiap minggu selama masa pemeliharaan. Program ini secara signifikan mengurangi
jumlah pakan maksimum yang diberikan kepada unggas dalam satu hari dibandingkan dengan
melewatkan satu hari. Biasanya program ini digunakan selama bagian akhir dari periode
pertumbuhan, terutama jika "impaksi pakan" telah menjadi masalah pada hari pemberian pakan.

Pengamatan pada program pemberian pakan: Banyak perusahaan di seluruh dunia menggunakan
pemberian pakan harian sampai waktu pembersihan pakan di bawah 4 jam (usia 21 hari), ketika
6/1 diperkenalkan untuk periode 1 minggu dan setelah usia 4 minggu program 5/2 sampai
sekitar usia 18-19 minggu. Setelah 19 minggu burung pergi makan setiap hari. Dimungkinkan
untuk melanjutkan program pemberian pakan 5/2 atau 6/1 sampai minggu stimulasi cahaya saat
jumlah pakan sangat rendah atau pemberian pakan dalam pelet mengurangi waktu pembersihan
pakan di bawah 30 menit. Waktu konsumsi yang rendah ini akan merusak keseragaman dan
membuat burung lebih gugup. Pemeriksaan tanaman segera setelah waktu pembersihan pakan
dapat memberikan indikasi yang jelas apakah asupan pakan seragam yang baik. Maksimal 2%
unggas dapat menunjukkan jumlah pakan yang rendah di panen. Ketika 5/2, 4/3 atau
melewatkan program pemberian makan sehari digunakan, ganti dari program jumlah pakan yang
lebih tinggi ke jumlah volume pakan yang lebih rendah pada hari pemberian pakan jika terjadi
impaksi pakan atau gangguan pakan (unggas makan berlebihan dan menunjukkan dan tanaman
yang sangat keras dan bermasalah dengan pernapasan). Pemberian air 15 sampai 30 menit
sebelum distribusi pakan dapat membantu mengurangi masalah ini; namun program cahaya
perlu disesuaikan agar unggas dapat minum dengan benar. Seringkali yang terbaik adalah
dengan berpindah dari program lewati satu hari ke program 4/3 atau 5/2 saat terjadi gangguan
umpan dan periksa apakah proses distribusi umpan.
Unggas betina diberi makan ad libitum untuk minggu pertama dan kemudian asupan mereka
dikontrol untuk memastikan mereka tidak melebihi target berat badan pada usia 4 minggu.
Induk betina dan jantan perlu mencapai standar berat badan setiap minggu selama 4 minggu
pertama untuk mendapatkan keseragaman dan perkembangan kerangka yang tepat. Pakan
disajikan ad libitum (biasanya 22 sampai 25 g asupan harian rata-rata (5,5 pon / 100)) untuk
minggu pertama dan kemudian dikontrol sehingga betina dan jantan tidak melebihi target pada
usia 4 minggu. Jika pejantan tidak mencapai berat badan target selama 4 minggu pertama,
direkomendasikan stimulasi pakan yang lebih kuat. Jantan harus dibesarkan terpisah dari betina
hingga usia 20 hingga 21 minggu untuk hasil terbaik.

• Sediakan satu baki pengumpan untuk 75 anak ayam pada umur satu hari. Pastikan pakan
tambahan tetap segar. Jangan biarkan burung mengkonsumsi pakan basi.

• Untuk jantan dan betina, selama minggu pertama periode pemberian makan berikan jarak bak
4,0 cm (1,5 in) atau 45 ekor per panci. Penambahan ruang pakan harus dilakukan secara
bertahap selama pemeliharaan dan didasarkan pada umur unggas dan jumlah pakan yang
didistribusikan, sehingga pakan dapat menutupi seluruh jalur pakan. Di rumah dengan 4 putaran
pengumpan rantai, 2 putaran akan digunakan sampai usia 5 minggu, 3 putaran sampai usia 11
minggu dan yang ke-4 dari usia 12 sampai 20 minggu. Setelah usia 12 minggu, jarak paling
minimum adalah 15,0 cm (6 inci) per betina dan 20 hingga 22 cm (7,9 hingga 8,7 inci) per
jantan. Jika menggunakan panci, berikan jarak 11,5 cm (4,5 inci) per ayam atau hitung jumlah
titik masuk ke pengumpan panci dan kemudian kurangi 2 pintu masuk. Contoh: 16 pintu masuk
pada pengumpan panci oval biasanya dihitung untuk 14 ayam.

• Pakan harus didistribusikan ke semua unggas di seluruh kandang dalam waktu kurang dari 3
menit. Metode yang tidak mahal untuk memperbaiki pengiriman pakan harus dipertimbangkan.
Misalnya, hopper slave atau dummy dapat ditambahkan ke sistem untuk meningkatkan titik
distribusi pakan. Pilihan lainnya adalah penggunaan jalur feeder tambahan (loop rantai atau
baris panci lainnya), yang akan menambah lebih banyak ruang sehingga semua burung dapat
makan pada saat yang bersamaan. Metode pemberian makan lainnya juga dapat
dipertimbangkan; baik menyediakan distribusi umpan pertama dalam gelap, atau menggunakan
pengumpanan "cahaya sinyal". Salah satu dari metode ini akan membuat flok lebih tenang,
memberikan distribusi pakan yang lebih baik, menjaga distribusi unggas di seluruh kandang,
sehingga mengurangi tumpukan dan keseragaman flok yang lebih baik. Mematikan lampu
sebelum dan selama distribusi pakan juga akan melatih ayam untuk mengharapkan makan
setelah sinyal ini. Akibatnya, masuk ke dalam rumah dengan lampu menyala tidak akan memicu
banyak pergerakan ayam dan akan membuat kawanan ayam tetap tenang, serta mengurangi stres.
• Peningkatan pakan mingguan harus didasarkan pada target berat badan, dan pada tahap
pemeliharaan selanjutnya, kondisi ayam juga harus mempengaruhi jumlah pakan.

Point Feed

Berikut merupakan berat badan ayam breeder dengan bobot badan standar yang harus dicapai
serta grafik pemberian point feed. Bobot ayam yang kurang diberikan penambahan point feed
sedangkan bobot badan yang lebih point feed tetap. Contohnya pada minggu ke-6 bobot ayam
hanya 630 sedangkan bobot standar 666, maka pada minggu ke-7 point feed 41 kg.

Umur BB Feed
(minggu Standa BB Standa Point
) r Ayam r Feed
1 115 100 21 21
2 214 210 28 30
3 328 310 30 30
4 454 450 32 32
5 566 563 35 35
6 666 630 37 27
7 766 740 39 41
8 866 800 41 42
9 966 960 43 43
10 1066 1050 46 46
11 1166 1160 49 46
12 1266 1200 52 52
13 1366 1290 56 58
14 1466 1400 60 62
15 1567 1550 64 67
16 1668 1665 69 69
17 1778 1775 74 75
18 1906 1900 79 80
19 2053 2050 85 85
20 2204 2200 91 92
21 2357 2350 97 99
22 2516 2510 103 105
23 2675 2670 108 110
24 2830 2825 113 115
25 2970 2969 118 119

3500

3000

2500

2000
BB Standar
1500 BB

1000

500

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
140

120

100

80
Feed Standar
60 Point Feed

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Pengumpulan Telur yang baik

Pengambilan telur dalam satu hari dapat dilakukan 2-3 kali pengambilan untuk menghindari
telur dipatuk ayam itu sendiri dan menghindari telur terinjak oleh ayam (Sudaryani, 1999).
Frekuensi pengambilan telur didalam kandang dapat dilakukan 4 kali pengambilan dengan waktu
pengambilan telur 09.30, 11.00, 01.30, 03.00, biasanya ayam banyak bertelur dipagi hari
(Mulyantini, 2010). Kebersihan kandang dan lantai kandang perlu diperhatikan karena kandang
dan lantai kandang yang kotor akibat ekskreta akan memberikan pengaruh pada telur tetas yang
dihasilkan karena mikroorganisme perusak telur masuk maka untuk mencegah kerusakan ayam
pengambilan telur harus dipercepat. Frekuensi pengambilan telur juga harus memperhatikan
waktu terbanyak ayam bertelur. Ayam sering bertelur pada waktu 07.30 – 11.30 sehingga waktu
pengambilan telur dapat dilakukan dua- tiga kali sebelum setengah hari dan dapat melakukan
pengambilan telur satu kali pada saat lewat setengah hari. Pengambilan telur lebih mudah
dilakukan dengan menggunakan egg tray dan mempermudah saat seleksi telur dan perhitungan
telur (Rasyaf, 1991).

Jumlah induk ayam mempengaruhi frekuensi pengambilan telur semakin banyak jumlah induk
yang dipelihara maka pengambilan telur minimum tiga kali sehari, selain itu perlu
memperhatikan suhu kandang jika suhu lebih dari 29,4 ºC pengumpulan telur dilakukan lima kali
dalam satu hari 3 kali pada pagi hari dan 2 kali pada sore hari ini dilakukan untuk menghindari
telur terpapar sinar matahari terlalu lama dan menjaga kebersihan dan terhindar dari infeksi
bakteri ini dilakukan untuk menjaga daya tetas telur agar tetap dalam kualitas baik (Hartono dan
Isman, 2010).

Selama menjalankan manajeman penetasan diperlukan penyeleksian telur tetas, karena jika telur
tetas yang tidak sesuai dengan kriteria telur yang dapat ditetaskan/ memiliki daya tetas yang
tinggi tetap ditetaskan akan merugikan dan lebih bahayanya akan berdampak ke telur lain yang
sesuai kriteria. Telur tetas yang sesuai kriteria dapat ditetaskan / memiliki daya tetas tinggi yaitu:
Bentuknya oval, tekstur halus, berukuran sedang, dan cangkang tebal. Bentuk dari telur juga
perlu diperhatikan karena juga dapat mempengaruhi bobot tetas, penyerapan suhu pada telur
dengan bentuk lancip lebih baik bila dibandingkan dengan telur berbentuk tumpul maupun bulat,
hal ini menyebabkan proses metabolisme embrio

Bentukdaritelur juga akan mempengaruhi bobottubuhDOC, ukuran besar telur berpengaruh pada
ukuran besar anak ayam yang baru menetas (Gillespie, 1992).

Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan produktifitasnya tinggi dengan sex
ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi untuk strainatau jenis ayam, umur telur tidak boleh
lebih dari satu minggu, bentuk telur harus normal, sempurna lonjong dan simetris, seragam, berat
35 –50 gram (Suprijatna, 2005)

pengumpulan telur dilakukan minimal 3 kali sehari. dan jika suhu melebihi 30 derajat celcius,
maka pengumpulan dilakukan hingga 5 kali sehari, yaitu 3 kali dilakukan pada pagi hari dan 1-2
kali pada sore hari
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Telur Tetas

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan telur tetas. Menurut
Ensminger et al (2004), Pembentukan embrio yang optimal terjadi saat suhu 37,2 - 39,4°C.
Menurut Ricklefs (1987) dalam Elsayed (2009) embrio sangat sensitif terhadap suhu penetasan
yang lebih rendah atau lebih tinggi, suhu penetasan yang lebih rendah akan memperlambat dan
semakin tinggi suhu inkubasi akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa Suhu dan kelembaban relatif harus diatur
selama inkubasi agar kehidupan embrio di dalam telur dapat dipertahankan pada tingkat optimal.

Menurut Wiharto (1988) apabila suhu terlalu rendah umumnya menyebabkan kesulitan menetas
dan pertumbuhan embrio tidak normal karena sumber pemanas yang dibutuhkan tidak
mencukupi. Sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan telur mengalami dehidrasi
atau kekeringan, sehingga DOD yang dihasilkan akan lemah.

2. Keutuhan dan Kualitas Kulit Telur

Kualitas kerabang telur sangat terkait dengan daya tetas. Menurut Muharlien, et al (2017), kulit
telur tebal memberikan daya tetas lebih tinggi dari pada kulit telur tipis. Kulit telur yang diambil
kembali karena tidak ditetaskan karena akan menurunkan daya tetas. Jadi telur tetas yang bisa
menghasilkan daya tetas tinggi, maka kulit telurnya harus utuh, tidak retak, dan tidak pecah.

3. Kebersihan Kerabang Telur

Telur dengan kandungan gizinya yang tinggi sangat disukai oleh mikroba untuk berkembang
biak. Menurut Setioko (1992), kontaminasi bakteri disebabkan karena kondisi kerabang telur
yang kotor sehingga berpeluang masuknya bakteri ke dalam telur melalui pori-pori telur.
Bakteri yang masuk ke dalam telur dapat mempengaruhi kualitas telur tetas bahkan dapat
menyebabkan embrio tidak berkembang atau mati. hal ini sesuai dengan pendapat Rohaeni et al
(2005) yaitu kondisi telur yang kotor memungkinkan peluang masuknya mikroorganisme ke
dalam telur melalui pori-pori kerabang yang menyebabkan kematian embrio. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Setiadi et al. (1992) yang menyatakan tingginya tingkat kematian embrio salah
satu diantaranya adalah faktor kebersihan telur. Kebersihan telur dapat dipengaruhi oleh
manajemen pemeliharaan unggas serta manajemen penetasan.

4. Lama Penyimpanan

Lama penyimpanan telur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tetas telur.
Menurut Astriana dan Hamdan (2017), semakin lama telur disimpan sebelum penetasan,
kemungkinan terjadinya infeksi mikroorganisme melalui pori-pori kerabang telur juga semakin
besar. Telur segar memiliki kerabang dengan pori-pori kecil, tetapi bila disimpan dalam waktu
lama maka pori kerabang akan semakin lebar sehingga memungkinkan penetrasi bakteri ke
dalam telur.
Analisis statistik yang dilakukan Astriana dan Hamdan (2017) menunjukkan bahwa lama
penyimpanan telur 1 dan 3 hari memiliki mortalitas yang nyata lebih rendah dibanding lama
penyimpanan telur selama 5 dan 7 hari. Semakin tinggi daya tetas telur, maka mortalitas semakin
rendah, demikian sebaliknya.

5. Pakan Induk

Embrio telur dalam perkembangannya memerlukan zat nutrisi. pada unggas, zat nutrisi tersebut
didapat dari kandungan gizi telur tempat embrio berkembang. Speake et al (1998) menyatakan
bahwa selama periode penetasan, embrio mulai menyerap kuning telur dan menggunakan lipid
sebagai sumber energi utama, protein dan asam amino sebagai sumber untuk pertumbuhan dan
perkembangan jaringan. Kandungan gizi telur dipengaruhi oleh pakan induk dan induk itu
sendiri. Oleh karena itu pemberian pakan induk harus sesuai standar dan mencukupi kebutuhan
telur.

Anda mungkin juga menyukai