Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PNEUMONIA

OLEH
KELOMPOK 5 :

Ni Putu Indah Sari (15C11436)


Ni Nyoman Pebrina Anderyani (15C11450)
Ni Komang Rahayu Astini (15C11453)
Ni Made Ratri Dwiandari (15C11456)
I Gede Wirawan Rangga Putra (15C11533)
Ni Gusti Ayu Mas Ariani (15C11441)
Putu Ayu Winda Trisnayanti (15C11531)
I Dewa Ayu Purnami Dewi (15C11515)
Kadek Awan Mertha Nugraha (15C11541)
Cok Istri Arisa Puspa Dewi (15C11538)
Ni Kadek Citra Inggriani (15C11546)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BALI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PNEUMONIA

A. TOPIK KEGIATAN
Pendidikan Kesehatan Gangguan Sistem Respiratotik

B. SUB TOPIK KEGIATAN


Pneumonia

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan
keluarga dapat mengerti dan memahami tentang Pneumonia.
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, peserta dapat :
a. Mengerti dan mampu mengungkapkan kembali pengertian Pneumonia.
b. Mengerti dan mampu menyebutkan kembali tentang penyebab
Pneumonia.
c. Mengerti dan mampu menyebutkan kembali tentang tanda dan gejala
Pneumonia.
d. Mengerti dan mampu menyebutkan kembali penatalaksanaan Pneumonia.
e. Mengerti dan mampu menyebutkan kembali pencegahan Pneumonia.

D. TEMPAT
Ruang diskusi ICU RSUD Wangaya Denpasar

E. WAKTU
Hari/Tanggal : Selasa, 9 Januari 2019
Pukul : 10.00-10.30 Wita
F. PESERTA PENYULUHAN
Keluarga Pasien di Ruang diskusi ICU RSUD Wangaya Denpasar.

G. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara penyuluhan pneumonia adalah mahasiswa semester 7
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Bali.

H. METODE PELAKSANAAN
- Ceramah
- Tanya Jawab

I. STRATEGI PELAKSANAAN
No. Kegiatan Waktu
1. Tahap Persiapan : 3 menit
1) Menyiapkan materi penyuluhan
2) Menyiapkan alat/media penyuluhan
2. Pendahuluan : 2 menit
1) Memberi Salam
2) Perkenalan
3) Mengingatkan kontrak
4) Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Pemberian materi: 15 menit
1) Pengertian Pneumonia
2) Penyebab Pneumonia
3) Tanda dan Gejala Pneumonia
4) Penatalaksanaan Pneumonia
5) Pencegahan Pneumonia
4. Diskusi dan Tanya jawab 5 menit
5. Penutup : 5 menit
1) Menyimpulkan seluruh materi
2) Mengevaluasi peserta
3) Mengakhiri kontrak
4) Memberi salam penutup
Total 30 menit

J. MEDIA DAN ALAT


- Leaflet
- LCD
- Power Point

K. SETTING TEMPAT

Keterangan gambar:
2 1
1. Penyaji
2. Media
4 3 3 4 3. Peserta
4. Fasilitator
3 3
5. Observer
3 3

4 4
5

L. PENGORGANISASIAN
Moderator : I Dewa Ayu Purnami Dewi
Penyaji : Ni Gusti Mas Ariani
Notulen : I Gede Wirawan Rangga Putra
Fasilitator : Ni Made Ratri Dwiandari
Ni Nyoman Pebrina Anderyani
Ni Komang Rahayu Astini
Kadek Awan Mertha Nugraha
Ni Kadek Citra Inggriani
Putu Ayu Winda Trisnayanti
Cok Istri Arisa Puspa Dewi
Observer : Ni Putu Indah Sari

M. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur :
a. Rencana kegiatan dipersiapkan 1 minggu hari sebelum kegiatan
b. Media dan alat sudah dipersiapkan 15 menit sebelum kegiatan
2. Evaluasi Proses :
Penyuluhan berjalan lancar sesuai dengan waktu yang telah disusun.
Peserta penyuluhan dapat aktif dalam mengikuti penyuluhan dan peserta
mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Hasil :
a. Sebanyak 90% peserta mengerti dan mampu mengungkapkan
pengertian Pneumonia.
b. Sebanyak 90% peserta mengerti dan mampu menyebutkan kembali
tentang penyebab Pneumonia.
c. Sebanyak 90% peserta mengerti dan mampu menyebutkan kembali
tentang tanda dan gejala Pneumonia.
d. Sebanyak 90% peserta mengerti dan mampu menyebutkan kembali
penatalaksanaan Pneumonia.
e. Sebanyak 90% peserta mengerti dan mampu menyebutkan kembali
pencegahan Pneumonia.

N. LAMPIRAN
a. Materi
b. Soal evaluasi
c. Leaflet
Lampiran 1: Materi

MATERI PENYULUHAN PNEUMONIA


A. Definisi
Pneumonia adalah Peradangan paru yang ditandai dengan gejala awal sesak
nafas dan batuk dimana kantong udara (dalam paru) terisi cairan / sel-sel
radang yang membuat kesulitan bernafas karena peredaran oksigen dalam
paru tidak lancar.

B. Penyebab
Penyebab pneumonia antara lain:
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa)
a. Staphylococcus aureus
b. Legionella
c. Hemophillus influenza
2. Virus
a. Virus influenza
b. Chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri
Mycoplasma pneumoniae (terutama pada orang dewasa muda dan anak-
anak)
4. Jamur tertentu
a. Aspergilus
b. Histoplasma
c. Koksidioidomikosis

C. Tanda dan Gejala


1. Panas
2. Batuk (sering pada malam hari)
3. Nyeri tenggorokan
4. Takipnea/ sesak nafas (nafas >20x/menit untuk orang Dewasa)
5. Retraksi dinding dada/ pergerakan dinding dada yang berat
6. Sakit kepala
7. Nafsu makan berkurang
8. Nyeri perut
9. Muntah
10. Pilek

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Rontgen dada
b. Pemeriksaan dahak
c. Pemeriksaan darah lengkap
d. Gas darah arteri

E. Komplikasi
1. Pneumothorak
Udara dari alveolus yang pecah disebabkan karena sumbatan atau
peradangan disaluran bronkioli yang membuat udara bisa masuk namun
tidak bisa keluar. Lambat laun alveolus menjadi penuh sehingga tak
kuat menampung udara dan pecah.
2. Empiyema (Paradangan di paru)
Peradangan terjadi karena kuman atau bakteri berhasil dilokalisasi oleh
pertahanan tubuh namun tidak dapat dibasmi akhirnya muncul nanah
dan mengumpul diantara paru-paru dan dinding dada.

F. Penatalaksanaan
Adapun penanganan pada pasien pneumonia meliputi:
1. Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
2. Pemberian oksigen tambahan
3. Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
4. Antibiotik sesuai dengan program
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
6. Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah
larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
7. Obat-obatan :
- Antibiotika berdasarkan etiologi.
- Kortikosteroid bila banyak lender.
8. Therapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500
mg sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan
dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat
penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan
interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik
seperti :
a. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di
rumah.
b. Simptomatik terhadap batuk.
c. Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
d. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
e. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus
berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan
penyebab yang mempunyai spektrum sempit.
9. Nutrisi Pada Pneumonia
Pasien yang mengalami pneumonia maka diperlukan asupan nutrisi yang
adekuat. Yang dimaksud dengan asupan makanan adekuat adalah makanan
gizi masing-masing pasien disesuaikan dengan kebutuhannya dan dapat
berbeda-beda. Sedangkan penatalaksanaan asuhan gizi meliputi berbagai
aspek dan aspek tesebut adalah diet yang harus dijalani yaitu diet Tinggi
Kalori Tinggi Protein (TKTP).
Tujuan diet yang dilakukan pasien pneumonia adalah untuk memberikan
makanan yang memenuhi gizi seimbang. Selain itu, diet juga berfungsi
meningkatkan berat badan sehingga status gizi pasien meningkat menjadi
status gizi baik, dan meningkatkan intake makan serta meningkatkan daya
tahan tubuh. Dengan kata lain penerapan diet pasien pneumonia memegang
peranan penting dalam mendukung proses penyembuhannya.
Terapi diet pada pasien pneumonia yang harus dijalani adalah pemenuhan
energy yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 100 mg/kkBBI. Selain itu,
ditambah dengan faktor stress 20%. Kemudian syarat lain adalah pemenuhan
kebutuhan protein sebesar 15% dari kebutuhan energy total. Sedangkan untuk
kebutuhan lemak pasien pneumonia diberikan cukup yaitu sekitar 20% dari
kebutuhan energy total. Kebutuhan karbohidrat 65% dari kebutuhan energy
total. Di samping pemenuhan kebutuhan nutrisi pokok seperti energy, protein,
lemak dan karbohidrat, pasien pneumonia juga harus memenuhi kebutuhan
vitamin serta mineral.
Protein diperlukan untuk membantu tubuh dalam menyembuhkan dan
tumbuh kuat. Pneumonia menyebabkan kerusakan jaringan, protein akan
membantu tubuh dalam membangun kembali jaringan baru dan menyediakan
energi. Makanan kaya protein harus menjadi bagian integral dari diet
pneumonia. Pilih dari susu, daging, unggas, ayam, ikan, produk kedelai,
kacang-kacangan dan biji-bijian (American Dietetic Association, 2007).
Lemak, pemberian omega 3 dengan bentuk diet tinggi minyak ikan, dan
atioksidan dapat menurunkan inflamasi saluran pernapasan. Tambahan omega
3 pada minyak ikan dengan asam linoleat dapat menjadi modulator respon
imun dan menurunkan reaksi berlebihan otot pulmoner terrhadap rangsangan
stimulasi.
Beberapa vitamin yang perlu dikonsumsi dalam jumlah cukup untuk
pasien pneumonia meliputi vitamin C, B, A, serta E. Masing-masing vitamin
tersebut memiliki fungsi vital dalam membantu penyembuhan pneumonia.
Tidak kalah penting juga pada pasien pneumonia adalah memenuhi kebutuhan
mineralnya. Dari sekian macam jenis mineral yang banyak dibutuhkan tubuh,
beberapa jenis mineral yang perlu dikonsumsi lebih banyak oleh pasien
pneumonia adalah mineral seng dan mineral magnesium.
Pada dasarnya, semua kebutuhan makanan untuk membantu proses
penyembuhan pneumonia dapat diperoleh dari bahan makanan segar seperti
sayuran dan buah-buahan, terutama untuk pemenuhan kebutuhan vitamin dan
mineral.

G. Pencegahan
Pencegahan Pneumonia dapat dilakukan dengan cara hidup bersih dan sehat
dan memberikan nutrisi yang baik pada balita. Perilaku hidup bersih dan
sehat dapat dilakukan dengan cara:
1. Menjaga lingkungan agar tetap bersih
Salah satu faktor penyebab pneumonia adalah lingkungan dan udara yang
tidak sehat. Tinggal di lingkungan yang padat, sirkulasi udara yang buruk,
serta keluarga yang merokok berpotensi lebih besar terkena penyakit ini.
Sehingga dalam pencegahannya, menjaga lingkungan dan udara tetap
bersih sangat penting untuk dilakukan. Upaya yang bisa dilakukan
adalah:
a. Menjaga kelembaban udara dan suhu ruangan dengan rajin
membuka jendela. Kebiasaan membuka jendela akan memudahkan
masuknya sinar matahari ke dalam rumah, dimana cahaya sinar
matahari tersebut dapat membunuh kuman atau bakteri.
b. Adanya ventilasi pada rumah tinggal.
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran
udara kotor dari ruangan yang tertutup. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi
merupakan media untuk berkembangnya bakteri
c. Kebiasaan membersihkan rumah minimal 2 kali sehari (DEPKES
RI, 2007).
Lantai yang berdebu merupakan salah satu bentuk polusi udara dalam
rumah. Debu dalam udara bila terhirup akan menempel pada saluran
napas bagian bawah. Akumulasi tersebut akan menyebabkan elastisitas
paru menurun, sehingga menyebabkan anak balita sulit bernapas
(Juwono, 2008)
d. Mencuci tangan
Manfaat mencuci tangan yaitu membunuh kuman penyakit yang ada di
tangan, mencegah penularan penyakit (diare, kolera, disentri, tipews,
kecacingan, pnyekit kulit,Infeksi Saluran Pernafasan, Flu Burung atau
SARS) sehingga tangan menjadi bersih dan bebas kuman. Sebelum
melakukan kontak dengan pasien, keluarga maupun petugas kesehatan,
harus selalu mencuci tangan.
e. Kurangi kebiasaan merokok, atau hindari merokok di area tertutup
Efek asap rokok dapat meningkatkan kefatalan bagi penderita
pneumonia, bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya
mengakibatkan gangguan kesehatan kepada perokok juga kepada
orang-orang disekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar
adalah bayi, anak-anak, dan ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif
oleh karena ada anggota mereka yang merokok didalam rumah.
Padahal perokok pasif mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker paru-paru dan penyakit jantung. Sedangkan pada
janin, bayi dan anak balita mempunyai resiko yang lebih besar untuk
menderita kejadian berat badan lahir rendah, bronkitis, dan pneumonia,
infeksi rongga telinga dan asma (Widyaningtyas, 2008)
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya infeksi pneumonia.
Seperti berhenti merokok sangat penting tidak hanya membantu
membatasi kerusakan paru tetapi juga karena asap rokok mengganggu
sistem pertahanan tubuh alami terhadap pneumonia. Penelitian
menunjukan bahwa banyak cara untuk mencegah pneumonia pada bayi
baru lahir. Tes untuk wanita hamil dengan grup B streptoccocus,
chlamydia trachomatis dengan pemberian antibiotik yang dibutuhkan
untuk pengobatan,mengurangi pneumonia pada bayi. Penghisapan melalui
mulut dan tenggorokan pada bayi dengan cairan amnion berwarna
meconium mengurangi jumlah dari pneumonia karena aspirasi.
Vaksin penting untuk pencegahan pneumonia pada anak anak dan
dewasa.Vaksin terhadap haemophillus influenza dan streptoccocus
pneumonia dalam tahun pertama kehidupan berperan dengan baik pada
masa anak- anak.Vaksin terhadap streptoccocus pneumonia juga dapat
diberikan pada orang dewasa.
Di Amerika Serikat, sekarang dianjurkan untuk semua orang yang
sampi usia 65 tahun, dewasa dengan emphysema, gagal jantung kongestif
atau yang tidak mempunyai limpa diwajibkan mendapat vaksinasi ulang
setelah 5-10 tahun. Vaksin influensa akan diberikan sekali setahun pada
orang yang sama yang menerima vaksinasi terhadap streptoccocus
pneumonia. Disamping pekerja kesehatan, perawat tetap, dan wanita hamil
yang dapat menerima vaksin. Bilamana terjadi penularan influenza dapat
diberikan obat- obatan amantadine, rimantadine dan oseltamivir untuk
membantu pencegahan terhadap influenza.

Lampiran 2 : Soal Evaluasi

1. Apa itu Pneumonia?


2. Sebutkan Penyebab Pneumonia?
3. Sebutkan Tanda dan Gejala Pneumonia?
4. Sebutkan Penatalaksanaan Pneumonia?
5. Sebutkan Pencegahan Pneumonia?
DAFTAR PUSTAKA

American Dietetic Association: High-Calorie, High Protein Nutrition Therapy


"Krause's Food Nutrition and Diet Therapy"; L. Kathleen Mahan, M.S.,
R.D.,CDE and Sylvia Escott-Stump, M.A., R.D., LDN; 2007. 'Nutrition
and Diagnosis-Related Care"; Sylvia Escott-Stump, M.A., R.D., LDN;
2007.

DEPKES RI. (2007). Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.

Dr. Fransisca S. K., (2000). Pneumonia. Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma :


Surabaya

Juwono, T.A. (2008). Faktor-faktor Lingkungan Fisik Rumah yang Berhubungan


dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap. Jawa Tengah

Widyaningtyas R. (2008). Analisis Faktor Risiko Kondisi Lingkungan Fisik


Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita : Semarang.

Anda mungkin juga menyukai