PNEUMONIA
Dibuat Oleh :
Tahun Ajaran
2022/2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PNUMONIA
A. Topik Kegiatan
Pendidikan kesehatan Gangguan Sistem Respiras.
C. Latar Belakang
Usia lanjut mengalami berbagai perubahan fisiologis terkait proses penuaan.
Berbagai faktor menjadi penyebab meningkatknya kejadian pneumonia pada usia
lanjut, diantaranya perubahan sistem imun, baik sistem imun alami maupun adaptif.
Terjadi gangguan barrier mekanik, aktivitas fagostik, imunitas humoral dan sel T,
serta penurunan fungsi sel natural killer, makrofag, dan neutrophil. Di perberat juga
dengan kondisi multipatologi yang sering di alami seorang usia lanjut.(Mulyana,
2019)
Diprediksi pada tahun 2050 populasi usia lanjut mencapai 20% dari populasi dunia,
sehingga kemungkinan untuk kejadian pneumonia akan semakin banyak pada usia 65
tahun atau lebih. Tidak hanya menjadi masalah dunia, populasi usia lanjut di
Indonesia diperkirakan setelah tahun 2050 meningkat lebih tinggi dari pada usia lanjut
di wilayah Asia dan dunia(Yuliza et al., 2022).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan yaitu sekitar 2,0% sedangkan tahun 2013 adalah 1,8%,
prevalensi penyakit asma 4,8%, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif) 2,4%. Peningkatan
kasus pneumonia terutama pada usia lanjut dengan angka kematian pneumonia secara
umum sekitar 10%(Sutisna et al., 2021).
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukan bahwa tingkat prevalensi pneumonia
di Indonesia tertinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun dan umur 75+. Pada
kelompok umur 65-74 tingkat prevalensi sebesar 5,8% sedangkan pada kelompok
umur 75+ sebesar 5,7%.(Ayu Kartika M N, 2021).
Berdasarkan data Riskesdas di wilayah Kalimantan Timur Samarinda
prevalensi Pneumonia secara umum yang di diagnosis oleh tenaga kesehatan
sebanyak 1,78% sedangkan menurut diagnosis atau gejala yang pernah di alami oleh
responden sebanyak 3,19%. Berdasarkan karakteristik umur 65-74 tahun yang di
diagnosis oleh tenaga kesehatan sebanyak 3,10% sedangkan menurut diagnosis atau
gejala yang di alami oleh responden sebanyak 5,95%. Karakteristik umur 75+ yang di
diagnosis pneumonia oleh tenaga kesehatan sebanyak 2,03% lalu menurut diagnosis
atau gejala yang dialami oleh responden sebanyak 8,47% (Riskesdas, 2018).
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit diharapkan peserta dapat
mengerti dan menjelaskan kembali tentang pnumonia.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakaukan pendidikan kesehatan diharapkan peserta dapat:
a. Mengerti dan mampu menjelaskan kembali pengertian pnumonia.
b. Mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang penyebab
pnumonia.
c. Mengerti dan mampu menjelaskan kembali tanda dan gejala pnumonia.
d. Mengerti dan mampu menjelaskan kembali penatalaksanaan
pnumonia.
e. Mengerti dan mampu menjelaskan kembali pencegahan pnumonia.
E. Tempat
F. Waktu
Hari/Tanggal : -
Pukul : 09.00 s/d 9.40
G. Peserta Penyuluhan
Masyarakat dan Lansia
H. Penyelenggara Penyuluhan
Penyelenggara penyuluhan pnumonia adalah mahasiswa semester tujuh Program
Studi Sarjana Keperawatan Institut Teknologi Kesehatan Dan Sains Wiyata Husada
Samarida.
I. Metode Pelaksanaan
Ceramah
Tanya Jawab
J. Strategi Pelaksana
No Kegiatan Waktu
1. Tahap Persiapan : 5 menit
Menyiapkan materi penyuluhan
Menyiapkan media/alat penyuluhan
2. Pendahuluan : 5 menit
Memberi salam
Perkenalan
Kontrak waktu
Menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan
3. Pemberian Materi : 15 menit
Pengertian Pnumonia
Penyebab Pnumonia
Tanda dan Gejala Pnumonia
Penatalaksanaan Pnumonia
Pencegahan Pnumonia
4. Diskusi dan Tanya Jawab 10 menit
5. Penutup : 5 menit
Mengevaluasi peserta
Menyimpulkan seluruh materi
Memberi salam penutup
L. Setting Tempat
Penyuluh :
Fasilitator :
Media :
Peserta :
Observer :
M. Pengorganisasian
Penyuluh :
1. Hilda Afrilia
2. Mita Kumalasari
Fasilitator :
1. Duwi Heni Andriani
2. Siti Aisyah
Observer :
1. Arini Julfiani
N. Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur :
1. Rencana kegiatan disiapakan 7 hari sebelum kegiatan
2. Media dan alat sudah disiapkan 20 menit sebelum kegiatan
Evaluasi Proses :
Penyuluhan berjalan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Peserta penyuluhan dapat aktif dalam mengikuti penyuluhan dan peserta mengikuti
acara penyuluhan dari awal sampai dengan selesai.
Evaluasi Hasil :
1. Diharapkan peserta mampu menjelaskankembali pengertian dari pnumonia.
2. Diharapkan peserta mampu menjelaskan kembali penyebab pnumoni.
3. Diharapkan peserta mampu menjelaskan kembali tentang tanda dan gejala
pnumonia.
4. Diharapkan peserta mampu menjelaskan kembali penatalaksanaan pnumonia.
5. Diharapkan peserta mampu menjelaskan kembali tentang pencegahan
pnumonia.
O. Lampiran
Materi
Poster
Lampiran :
MATERI
Penyebab pneumonia pada orang dewasa atau usia lanjut umumnya adakag bakteri.
Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu bakteri Streptococus
Pneumonia, atau Pneumococcus. Sedangkan Pneumonia yang disebabkan karrena virus
umumnya adalah Respiratory Synctyal Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus, Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).
1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipnea
6. Retraksi dinding thorak : intercostal, substernal, diafragma, atau nafas cuping hidung
7. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi didekatnya)
8. Demam
9. Sakit kepala, sesak nafas
10. Menggigil
11. Berkeringat
Medis :
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak pada
rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan lobus (pneumonia lobaris).
Pada pemeriksaan fisik, temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas
bronkovesikular atau bronchial, krekles, peningkatan fremitus, egofani, dan pekak
pada perkusi. Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai
seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Selain itu untuk pengobatan
pneumonia yaitu eritromisin, derivat tetrasiklin, amantadine, rimantadine,
trimetoprim-sulfametoksazol, dapsone, pentamidin, ketokonazol.
Indikasi :
1. Terapi
Penisili
Makrolid
Kontraindikasi :
Kegagalan Terapi
a. Dosis kurang
Konsep lama yang menyatakan bahwa untuk setiap jenis infeksi perlu
diberikan antimikroba tertentu selama jangka waktu tertentu kini telah ditinggalkan.
Pada umunya para ahli cenderung melakukan individualisasi masa terapi, yang
sesuai dengan tercapai respon klinik yang memuaskan. Namun untuk penyakit
tertentu seperti tuberculosis paru tetap dipertahankan masa terapi yang cukup
walaupun perbaikan klinis cepat terlihat.
Demam tidak selalu disebabkan oleh kuman, virus, jamur, parasit, reaksi obat,
dan lain-lain dapat meningkatkan suhu badan. Pemberian antibiotika yang lazim
diberikan dalam keadaan ini tidak bermanfaat.
Suatu daftar antibiotika yang dinyatakan efektif dalam uji sensitivitas tidak
dengan sendirinya menyatakan bahwa setiap antibiotika akan memberikan aktivitas
klinik yang sama. Disini dokter harus dapat mengenali dan memilih antibiotika yang
secara klinis merupakan obat terpilih untuk suatu kuman tertentu. Sebagai contoh
obat terpilih untuk infeksi S. faecalis adalah ampisilin, walaupun secara in vitro
kuman tersebut juga dinyatakan sensitif terhadap sefamandol atau gentamisin.
e. Faktor pasien
Hindari Merokok :
Mendapatkan Vaksin :
Vaksin juga salah satu cara untuk mencegah pneumonia pada lansia atau mengurangi
tingkat keparahan dari gangguan tersebut. Cobalah untuk bertanya pada dokter tentang
cara mendapatkan vaksin tersebut. Seseorang yang terbiasa berinteraksi dengan orangtua
juga harus mendapatkan vaksin agar terhindar dari penyakit tersebut.
Cara lainnya yang dapat membuat lansia menjauhi penyakit pneumonia adalah dengan
selalu menjaga kebersihan. Beberapa kebiasaan yang dapat dilakukan adalah mencuci
tangan secara teratur, menutupi wajah dengan tisu saat batuk atau bersin, dan
membersihkan permukaan yang sering disentuh sehari-hari. Dengan begitu, kesehatan
lansia pun dapat lebih terjaga.