Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR DELATASI PADA BANGUNAN TINGGI

A. Pengertian Delatasi
Celah pemisah/delatasi adalah pemisahan atau pemotongan sistem struktur
pada bagian-bagian tertentu pada arah memanjang bangunan untuk menghindari
kerusakan-kerusakan yang lebih parah pada bangunan akibat beban atau gaya-gaya
luar yang bekerja pada bangunan, misalnya :gempa bumi , angin, temperatur,
pergerakan lapisan tanah, proses pemadatan tanah yang tidak stabil, beban dinamis
kendaraan atau mesin.
Pemisahan itu sendiri dimaksudkan untuk mengantisipasi pergerakan massa
bangunan pada arah horizontal maupun vertikal. Delatasi umumnya pemisahan
elemen struktur yang bekerja pada arah horizontal seperti pada bagian balok, plat
lantai, sistem pondasi, sloof, lantai basemen, dinding basemen. Delatasi tidak saja
memisahkan elemen struktur bangunan, tetapi memisahkan pula elemen finishing
non-struktural pada bangunan, seperti dinding dan kulit bangunan (facade). Hal ini
karena pergerakan massa bangunan juga terjadi pada elemen non-struktural seperti
dinding dan kulit bangunan.
Pemilihan untuk menentukan tempat garis batas dimana delatasi itu akan
ditentukan sangat bergantung kepada bentuk gubahan massa atau konfigurasi massa
bangunan yang dirancang dan aspek lain seperti kondisi lahan, topografi dan
geografisnya. Umumnya celah pemisah diberikan pada massa bangunan yang terlalu
besar, panjang, bentuk-bentuk patahan atau tinggi rendahnya bangunan. Pemakain
sistem delatasi tidak saja pada bangunan gedung akan tetapi juga pada bendungan,
jalan layang, jembatan-jembatan, talut/retaining wall, dsb.

B. Jenis-jenis Delatasi
1. Dilatasi dengan 2 kolom
a. Dilatasi dengan dua kolom bisanya digunakan untuk bangunan yang
bentuknya memanjang (linier)
b. Dengan adanya dilatasi maka jarak kolom akan menjadi pendek
2. Dilatasi dengan balok kantilever
a. Dilatasi juga bisa dilakukan dengan struktur balok kantilever
b. Bentang balok kantilever maksimal 1/3 dari bentang balok induk
c. Pada lokasi dilatasi bentang kolom dirubah (diperkecil) menjadi 2/3
bentang kolom yang lain

3. Dilatasi dengan balok gerber


a. Sistem ini dipergunakan apabila diinginkan jarak kolom tetap sama
b. Sistem ini memiliki kelemahan apabila ada beban horizontal yang cukup
besar (akibat gempa bumi) akan beraibat fatal (lepas dan jatuh)

4. Dilatasi dengan konsol


a. Dengan sistem ini jarak kolom dapat dipertahankan sama
b. Umumnya dipergunakan pada bangunan yang menggunakan material
prefabrikasi
C. Kasus Delatasi

1. Massa Bangunan Terlalu Panjang.


Konfigurasi atau bentuk massa bangunan terlalu panjang sangat beresiko tinggi
mengalami kerusakan akibat beban-beban luar baik gaya arah vertikal ataupun
horizontal.
1.1. Beban Termis
Pada hakekatnya setiap benda (massa) akan mengalami pemuaian akibat
panas yang diterimanya. Hal ini juga dialami massa bangunan terlebih
bangunan dengan menggunakan material yang mudah memuai atau memiliki
angka indeks pemuaian yang besar, seperti logam baja, alumunium, kaca.
Proses pemuaian dapat menimbulkan retak-retak rambut, pecah-pecah pada
beton atau material lainnya. Pemuaian dapat terjadi dengan merata atau tidak
merata pada seluruh bagian bangunan, dapat disebabkan letak bangunan
terhadap sumber panas matahari, sebagai contoh dampak akibat panas
matahari pagi dan sore hari berpengaruh pada bagian-bagiann tertentu dari
bangunan yang memuai. Idealnya panjang bangunan kurang lebih 60 – 70 M ,
lebih dari ini bangunan perlu diberi delatasi.
Gambar Sketsa :

1.2. Pengaruh Terhadap Gaya Gempa (Horizontal).


Pada massa bangunan terlalu panjang beban yang bekerja pada kedua ujung
yang berbeda dapat menyebabkan pergerakan yang berbeda. Faktor
keseimbangan/simetri massa bangunan, kekakuan, perletakan dinding kaku
yang tidak simetri dapat menambah perilaku struktur lebih tidak beraturan
sehingga dapat menimbulkan kerusakan karena gaya-gaya gempa yang
direspons struktur tidak merata dikedua ujung-ujungnya. Bagian yang
mengalami kerusakan pada bagian tengah massa atau bagian yang lemah dari
bangunan.

Gambar Sketsa :

2. Massa Bangunan Terlalu Besar.


Bentuk massa bangunan terlalu besar perlu diberikan delatasi dengan cara
memilah bangunan menjadi beberapa bagian yang relatif lebih kecil. Hal ini untuk
menghindarkan patahan atau penurunan yang di akibatkan tanah tidak stabil yang
mengganggu sistem pondasi. Untuk bangunan dengan massa besar bisa terjadi
kekuatan sisi satu dengan lainnya berbeda beda. Sebagai contoh bangunan dengan
ukuran besar adalah, stadion sepak bola, mal, mesjid, gedung pertemuan,
konferensi, dsb.
Gambar sketsa :
3. Perbedaan Ketinggian Massa Bangunan.

Delatasi dalam kasus ini adalah untuk menghindari beban akibat gesekan atau
benturan akibat perbedaan besar atau ketinggian massa bangunan yang
berdekatan. Semakin tinggi bangunan semakin besar simpangan deviasi masa
bangunan terutama bagian puncaknya. Sementara bangunan dengan massa pendek
akan tetapi cukup panjang akan memuai lebih besar sehingga pergerakan ayunan
massa tinggi dan pemuaian massa panjang ini dapat menyebabkan dua massa
bangunan berbenturan/bergesekan atau saling tertarik.Untuk itu perlu diberi jarak
yang cukup. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat perilaku struktur dalam ilustrasi
sketsa dibawah ini.
Gambar Sketsa :

Dalam ilustrasi gambar-gambar sketsa di bawah ini adalah menggambarkan


perilaku sistem struktur dua buah bangunan dengan perbedaan ketinggian yang
cukup besar. Ketika terjadi beban dari luar seperti gempa yang menyebabkan
”ground motion”, beban angin yang sangat besar atau penurunan tanah maka
struktur akan merespons seperti gambar berikut.
4. Untuk Mengatasi “Differential Settlement”

“Different Settlement” adalah proses penurunan tanah akibat proses alam


ataupun akibat pembebanan massa bangunan diatasnya. Penurunan dapat terjadi
akibat getaran gempa, aliran air tanah, getaran dinamis alat-alat mesin, dsb.
Penurunan tersebut adalah kasus dimana lapisan tanah mengalami pergerakan
turun yang menyebakan bangunan turut mengalami penurunan secara relatif
terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini mungkin terjadi karena adanya berat
massa/bangunan yang membebankan tanah tersebut sehingga dapat menimbulkan
proses pemadatan atau perubahan kepadatan struktur lapisan tanah.
Fenomena ini harus diantisipasi dalam mendisain konfigurasi bentuk
ataupun gubahan massa bangunan sehingga kalaupun penurunan tanah tidak
dapat dihindarkan akibat sampingan yang akan terjadi sudah diantisipasi untuk
mengurangi kerusakan yang lebih besar. Tinggi rendah massa, besar kecil, ragam
bentuk, ringan dan berat, panjang dan pendeknya suatu massa bangunan serta
kondisi lahan adalah hal-hal yang perlu dipertimbangnan pada proses awal
merancang konsep bentuk bangunan. Sebagai ilustrasi dapat diperhatikan
gambar-gambar berikut.

Gambar Sketsa :
Pemecahan disain yang diperlukan dalam kasus ini adalah dengan memberikan
celah pemisah. Jika massa bangunan podium sangat besar dan mengelilingi
bangunan menara “tower” delatasi diberikan dengan mengelilingi massa
bangunan tinggi tersebut hingga sistem pondasi dan basemen.
Penurunan ini tidak terlalu berpengaruh pada kerusakan bangunan diatasnya jika
penurunan yang terjadi merata atau sudah diperkirakan akan turun karena berat
massa diatasnya. Akan tetapi jika penurunan lapisan tanah tidak merata dapat
menyebabkan posisi bangunan miring, atau adanya pondasi, sloof patah atau
tergantung sehingga beban harus dipikul komponen struktur yang lain.

Gambar Sketsa :

Kasus penurunan tanah dapat tejadi pula pada sistem struktur dengan portal
bentangan sangat lebar seperti hanggar, pabrik, dsb. Hal ini mungkin terjadi
karena struktur atau kekuatan tumpuan kolom-kolom portal yang berjauhan dapat
berbeda sehingga dapat menimbulkan kemiringan pada portal. Akibat lebih lanjut
adalah elemen-elemen finishing atau non-struktural dapat mengalami kerusakan
karena pergerakan yang terjadi, seperti dinding retak, kaca pecah, sloof patah,
atap pecah (fiber glass), sambungan-sambungan struktur lepas atau patah.
Pemecahan secara struktur adalah memantapkan tanah tempat dudukan pondasi
agar kuat dan stabil, diperlukan sistem sloof yang kuat, diberikan ikatan-ikatan
silang antara balok, kolom, atap, sehingga sistem struktur bekerja secara tiga
dimensi (boxes). Akibat
Contoh bahasan; sebuah portal sederhana dengan bentangan diatas 80 meter dapat
terjadi perilaku struktur seperti dibawah ini, pondasi sebelah kanan mengalami
penurunan pada pondasi dan kolom.

5. Pemisahan untuk Massa Bangunan dengan Bentuk Bervariasi.


Konfigurasi massa bangunan yang berbeda bentuk (“Irregulair Shape”) akan
menghasilkan respons terhadapa pembebanan sesusai dengan karakteristik dan
perilaku strukturnya, sehingga perlu dipertimbangan penempatan delatasi pada
susunan massa bangunan yang kompleks. Sebaiknya hubungan struktur demikian
dihindarkan. Usahakan garis-garis modul struktur, pembalokan, hubungan plat
dan lainnya dalam hubungan yang saling menguatkan dan bukan sebaliknya.
Gambar Sketsa :
6. Delatasi untuk Bentuk-Bentuk T,U dan O

Bentuk-bentuk U, T, O umum dijumpai dalam konfigurasi massa bangunan.


Bentuk-bentuk ini tersusun lebih disebabkan karena fungsi arsitektural,
penyesusian terhadap site , monumentalitas, lingkungan, dsb. Susunan massa
seperti ini memungkinkan terkonsentrasinya kekakuan-kekakuan pada bagian
bangunan berbeda-beda, misalnya karena adanya core, dinding kaku, sudut ikatan
siku dua buah massa. Untuk menghindari pergerakan massa bangunan dengan
arah yang berbeda-beda memisahan struktur bangunan perlu diberikan.

Sketsa Gambar :
7. Delatasi karena Proses Tahapan Pembangunan/Konstruksi.

Pemecahan ini diperlukan karena adanya pentahapan dalam proses


pembangunan, dana/anggaran yang terbatas atau adanya proses penambahan
bagian bangunan, karena terpotong sewaktu proses konstruksi. Oleh sebab itu
pengakhiran ujung-ujung balok, plat, dinding dan kolom strukturaldiberikan stek-
stek penulangan untuk sambungan dan delatasi.

Gambar Sketsa :

Sebagai saran, untuk tahapan pembangunan sebaiknya sambungan massa


bangunan diselesaikan dengan delatasi sehingga detail dan kesulitan mengatasi
kebocoran, sambungan tulangan, finishing akan dapat teratasi dengan baik. Jika
sambungan dilakuan dengan pengecoran stek tulangan besi tidak menjamin
kualitas homogenitas beton cor sehingga dapat menimbulkan problem kebocoran
pada sambungan.

D. Jarak Sela Pemisah Dilatasi


Menurut Schodek (1998:534), Gedung yang dibuat saling berdekatan harus
mempunyai jarak pemisah yang cukup, sedemikian rupa sehingga masingmasing
bangunan dapat dengan bebas bergetar pada ragam alaminya, tanpa saling
bertumbukan. Apabila jarak ini tidak diperhatikan dapat terjadi kerusakan yang serius.
Menurut Anonim (2002a:32), kinerja batas layan struktur gedung ditentukan
oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk
membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping
untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan
antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan (drift) struktur gedung tersebut akibat
pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi Faktor Skala.
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana
dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi
kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban
jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian
struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela dilatasi). Simpangan antar
tingkat akibat pengaruh gempa nominal dibedakan dua macam;
Kinerja batas layan dihitung menggunakan persamaan berikut :
Δs = 0,03/R x hi
Kinerja batas ultimit dihitung menggunakan persamaan berikut :
Δm = ξ x R x Δs
Dengan ξ adalah 0,7. Δs antar tingkat tidak boleh melebihi 30 mm. Δm antar
tingkat tidak boleh melebihi 0,02 x hi.
Jarak pemisah antar gedung harus ditentukan paling sedikit sama dengan
jumlah simpangan maksimum masing-masing struktur gedung dan tidak boleh kurang
dari 0,025 kali ketinggian taraf itu diukur dari taraf penjepitan lateral, sela pemisah
tidak boleh ditetapkan kurang dari 75 mm.

E. Bahan material penutup delatasi ( pemisahan )


Karet Lembaran (Rubber Sheet,Rubber Strip,Karet untuk Dilatasi/pemisahan struktur
bangunan)digunakan untuk bangunan beton,pondasi maupun sebagai siar muai
(Expantion Joint). mempunyai fungsi mengatasi dampak turun naiknya tanah pada
bangunan (aspek vertikal pada bangunan). Jika material dalam penutup/penyambung
delatasinya bisa digunakan semen, batu bata dan material lainnya yang sesuai dengan
jenis delatasi yang digunakan, yang bisa dilihat pada gambar diatas.
PERTANYAAN:
1. Bagaimana struktur penyambung delatasi pada bangunan tersebut?
2. Bagaimana cara mengatasi supaya tidak terjadi kebocoran pada sambungan
delatasi? Apa material yang tepat untuk digunakan?
3.

Anda mungkin juga menyukai