PENDAHULUAN
1
BAB II
TUJUAN PEMBELAJARAN
2
BAB III
PEMBAHASAN
1
I Wayan Phartiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm.85.
2
Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, Bandung: PT Alumni, 2001, hlm. 49-50.
3
bahwa negara sebagai satu-satunya subjek Hukum Internasional harus sudah
ditinggalkan.3
Macam-macam subjek Hukum Internasional selain negara antara lain:
1. Organisasi Internasional
Malcolm Shaw mengatakan bahwa, “International organisations
have played a crucial role in the sphere of international personality” 4
yang dapat diartikan sebagai, “Organisasi-organisasi internasional
memiliki peran penting terhadap subjek Hukum Internasional”.
Munculnya gagasan untuk membentuk organisasi internasional adalah
dikarenakan adanya pendapat Hugo Grotius yang mengatakan, ketika
penyelesaian masalah dalam pengadilan gagal, maka perang akan terjadi.
Jika negara-negara ingin tetap bertahan dalam keadaan alami dunia yang
anarki/dibawah kekuasaan diktator, maka alternatifnya yaitu dengan
menciptakan suatu komunitas internasional. Ide ini yang kemudian
mengilhami munculnya organisasi-organisasi internasional.
Pasca Perang Dunia I yang banyak menghancurkan Dunia Eropa,
ide tentang organisasi dunia dirasakan semakin perlu diwujudkan demi
menjaga perdamaian dan kebaikan bersama masyarakat dunia. Pada
tahun 1899 hingga 1907 diadakan Konferensi Internasional untuk
Perdamaian dan 44 negara berdaulat mengirimkan wakilnya untuk
menghadiri konferensi tersebut, sehingga terbentuklah Liga Bangsa-
Bangsa (LBB). Namun, dikarenakan gagalnya LBB dalam menjaga
keamanan dan mencegah terjadinya Perang Dunia II, maka diperlukan
revisi ide organisasi internasional. Kemudian setelah terjadinya PD II,
dibentuklah organisasi internasional yang menggantikan LBB, yaitu
3
Ibid., hlm. 87.
4
Malcolm N. Shaw, International Law, New York: Cambridge University Press, 2008, hlm. 259.
4
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)5 yang bermaksud untuk
menyelamatkan manusia-manusia dari siksaan perang, serta6:
a. Memperkuat keyakinan hak-hak dasar manusia, kemuliaan dan
derajat tinggi manusia, hak-hak yang sama dari pria dan wanita
segala bangsa;
b. Menciptakan suasana keadilan dan penghargaan terhadap kewajiban-
kewajiban yang timbul dari perjanjian internasional dan lainnya,
sehingga sumber Hukum Internasional dapat dipelihara;
c. Memajukan masyarakat dan meningkatkan hidup yang baik dalam
suasana kemerdekaan yang lebih luas;
d. Mempersatukan kekuatan supaya perdamaian dan keamanan
internasional tetap terpelihara;
5
Wildan Al-Fringgi. “Sejarah Singkat Organisasi Internasional: Resume International
Organization and Democracy karya Thomas D. Zeifel”. <
https://www.academia.edu/8242470/Sejarah_Singkat_Organisasi_Internasional_Sebuah_Resume_
>. [26/03/2016].
6
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, hlm.
220-221.
7
Wildan Al-Fringgi, Loc.Cit.
5
kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang
merupakan semacam anggaran dasarnya.8
8
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: PT
Alumni, 2003, hlm. 101.
9
Ibid.
6
untuk dapat menjalankan tugasnya memiliki dasar hukum yang terdiri dari
dua jenis, yaitu10:
a. Perjanjian Internasional (Konvensi Jenewa 1949 dan protokolnya);
selama konflik bersenjata internasional, kegiatan ICRC diatur dalam
Konvensi Jenewa dan Protokol I yang mengakui hak ICRC untuk
melakukan kegiatan tertentu seperti membantu korban luka, sakit,
karam, mengunjungi tawanan perang, dan menolong penduduk sipil.
Sedangkan selama konflik intern, ICRC bekerja berdasarkan Pasal 3
Bagian Umum Konvensi Jenewa dan Protokol II dimana ICRC
berhak untuk menawarkan operasi bantuan dan kunjungan kepada
tahanan.
b. Statuta Gerakan Palang Merah Internasional; dalam situasi yang
bukan berupa konflik bersenjata, misalnya gangguan keamanan
dalam negeri, ICRC mendasarkan kegiatannya pada Statuta Gerakan
yang memberi hak ICRC untuk bertindak dalam masalah-masalah
kemanusiaan sebagai lembaga penengah yang netral dan mandiri.
7
Perjanjian Lateran dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas
eksistensi Takhta Suci sebagai subjek Hukum Internasional yang berdiri
sendiri. Tugas dan kewenangan Takhta Suci hanya terbatas dalam bidang
kerohanian dan kemanusiaan.12 Hal ini dipertegas oleh Malcolm Shaw
yang mengatakan bahwa, “The Holy See as a sovereign subject of
international law, it has a mission of an essentially religious and moral
order, universal in scope, which is based on minimal territorial
dimensions guaranteeing a basis of autonomy for the pastoral ministry of
the Sovereign Pontiff”.13
8
Slomansohn berpendapat bahwa kaum beligerensi memperoleh
hak-hak tertentu, antara lain hak memblokade, hak mengunjungi, hak
mencari, dan hak merampas barang-barang yang diduga milik musuh di
laut lepas. Terkait dengan pemberian pengakuan beligerensi, negara yang
hendak mengakuinya harus menyatakan sikap netral karena jika tidak,
negara tersebut dapat dianggap telah campur tangan terhadap urusan dalam
negeri suatu negara.15
Menurut Oppenheim-Lauterpacht, kelompok beligerensi dapat
digolongkan sebagai subjek Hukum Internasional apabila memenuhi
syarat sebagai berikut16:
a. Adanya perang saudara disertai dengan pernyataan hubungan
permusuhan antara negara yang bersangkutan dengan kaum
pemberontak;
b. Kaum pemberontakan itu harus menguasai/menduduki sebagian dari
wilayah negara yang bersangkutan;
c. Adanya penghormatan atas peraturan-peraturan hukum perang oleh
kedua pihak (negara yang bersangkutan dengan kaum pemberontak);
d. Adanya kebutuhan praktis bagi pihak/negara-negara ketiga untuk
menentukan sikapnya terhadap perang saudara tersebut.
5. Individu (Orang-perorangan)
Individu dalam arti yang terbatas sudah agak lama dapat dianggap
sebagai subjek Hukum Internasional. Dalam perjanjian Perdamaian
Versailles tahun 1919 yang mengakhiri PD I antara Jerman dengan Inggris
dan Perancis, dengan masing-masing sekutunya sudah terdapat pasal-pasal
yang memungkinkan individu dapat mengajukan perkara ke hadapan
Mahkamah Arbitrase Internasional. Dengan demikian, sudah ditinggalkan
dalil lama yang mengatakan bahwa hanya negara yang dapat menjadi
pihak di hadapan peradilan internasional. Satu hal yang pasti adalah
15
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Bandung: Keni Media, 2011,
hlm. 97-100.
16
I Wayan Phartiana, Op.Cit., hlm. 131.
9
seseorang dapat dianggap langsung bertanggung jawab sebagai individu
bagi kejahatan perang dan kejahatan terhadap perikemanusiaan.17
Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah Hukum
Internasional yang memberikan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab
langsung kepada individu semakin bertambah pesat setelah PD II.
Lahirnya Universal Declaration of Human Rights pada tanggal 10
Desember 1948 diikuti lahirnya beberapa konvensi Hak Asasi Manusia
(HAM) pada berbagai kawasan seperti di Eropa, Amerika, dan Afrika,
Hak-hak yang tercantum dalam Universal Declaration of Human
Rights antara lain, hak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai
individu, berhak untuk tidak diperbudak, hak untuk tidak disiksa, hak
untuk diakui di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana saja ia
berada18, serta hak-hak asasi lainnya wajib ditaati dan dihormati oleh para
subjek Hukum Internasional lainnya.
17
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Op.Cit., hlm. 103-106.
18
I Wayan Phartiana, Op.Cit., hlm. 141-142.
19
Maharta Yasa. “Subjek Hukum Internasional”. < fl.unud.ac.id/block-book/HI/.../Subyek
%20Hukum%20Internasional.ppt>. [29/03/2016].
10
2. Mampu melakukan tindakan tertentu yang bersifat internasional
(endowed with the capacity to take certain types of action on
international plane);
3. Mampu menjadi pihak dalam pembentukan perjanjian internasional
(they have related to capacity to treaties and agreements under
international law);
4. Mampu melakukan penuntutan terhadap pihak yang melanggar
kewajiban internasional (the capacity to make claims for breaches of
international law);
5. Memiliki kekebalan dari pengaruh/penerapan yurisdiksi nasional
suatu negara (the enjoyment of privileges and immunities from
national jurisdiction);
6. Dapat menjadi anggota dan berpartisipasi dalam keanggotaan suatu
organisasi internasional (the question of international legal
personality may also arise in regard to membership or participation
in international bodies).
11
penghormatan atas peraturan-peraturan hukum perang oleh kedua pihak
(negara yang bersangkutan dengan kaum pemberontak) dan belum adanya
kebutuhan praktis bagi pihak/negara-negara ketiga untuk menentukan
sikapnya terhadap kaum pemberontak yang ada di suatu negara yang
bersangkutan.
Sedangkan, kedudukan ICRC atau Palang Merah Internasional
sudah dapat terlihat jelas bahwa ICRC adalah salah satu subjek Hukum
Internasional. Hal ini dapat diketahui pula dalam course manual Hukum
Internasional bahwa ICRC terbang di atas wilayah Bandung menggunakan
helikopter untuk melakukan misi pemetaan, evaluasi jalur darat, dan
evaluasi areal pendaratan yang akan digunakan untuk mengirim bantuan
kemanusiaan, dimana pengiriman bantuan kemanusiaan tersebut
merupakan salah satu tugas dari ICRC itu sendiri.
UNSG (Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa) sudah
dapat kita ketahui dengan jelas bahwa kedudukannya pada kasus posisi
course manual adalah sebagai salah satu subjek Hukum Internasional yaitu
organisasi internasional. Perlu diketahui bahwa, PBB menyelenggarakan
kegiatannya melalui 6 (enam) alat perlengkapan utamanya, salah satu
diantaranya yaitu Sekretariat yang terdiri atas seorang Sekretaris Jenderal
dan stafnya.20sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Sekretaris Jenderal PBB merupakan subyek Hukum Internasional, yaitu
sebagai salah satu organisasi internasional. Pada course manual diuraikan
bahwa terjadi penandatanganan perjanjian internasional antara UNSG,
ICRC, dengan BLA tentang penyerahan kotak hitam helikopter milik
ICRC dimana dapat disimpulkan bahwa UNSG telah melaksanakan salah
satu hak yang dimiliki oleh organisasi internasional, yaitu mengadakan
hubungan dengan subjek Hukum Internasional lainnya melalui
penandatanganan perjanjian internasional.
Kemudian, mengenai Da Luiz Alvez yang merupakan seorang
penduduk Timor Leste dan salah satu korban yang tewas pada peristiwa
20
R. Abdoel Djamali, Op.Cit., hlm. 226.
12
jatuhnya helikopter akibat dari tindakan BLA, dapat digolongkan sebagai
salah satu subjek Hukum Internasional, khususnya yaitu individu (orang-
perorangan). Hal ini dikarenakan, pada course manual dijelaskan bahwa
Da Luiz Alvez pada saat itu tengah bekerja di bawah mandat UNSG
sebagai mediator dalam rangka bernegosiasi dengan BLA untuk
mengambil alih kotak hitam helikopter tersebut. Namun, dikarenakan
helikopter dengan nomor penerbangan 212 milik ICRC jatuh akibat
tindakan BLA yang menghujani helikopter tersebut dengan senjata mesin
21
anti-pesawat, maka Da Luiz Alves gagal menjadi mediator. Selain itu,
telah disebutkan sebelumnya mengenai syarat-syarat agar dapat
digolongkan sebagai subjek Hukum Internasional dan berdasarkan syarat-
syarat tersebut Da Luiz Alves telah memenuhinya sebagai salah satu
subjek Hukum Internasional, yaitu individu.
Kalimat pernyataan:
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas ini dibuat oleh saya sendiri
tanpa bekerja sama dengan pihak lain. Adapun sumber kutipan dan referensi yang
21
Course Manual Hukum Internasional. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. 2015. hlm. 9-
10.
13
digunakan dalam tugas ini telah saya cantumkan sesuai dengan pedoman
penulisan karya ilmiah di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Apabila
pernyataan ini terbukti sebaliknya, saya bersedia menerima sanksi akademik yang
berlaku di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
BAB IV
PENUTUP
14
Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat berbagai macam subjek Hukum Internasional selain negara (non-state
actor). Subjek Hukum Internasional selain negara yang dimaksud antara lain,
yaitu Organisasi Internasional, Palang Merah Internasional, Takhta Suci
(Vatikan), Individu, serta Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa. Munculnya
para subjek Hukum Internasional selain negara ini antara lain dikarenakan adanya
perubahan serta perkembangan zaman yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu perlu diketahui bahwa untuk menentukan dapat tidaknya digolongkan
sebagai subjek Hukum Internasional, tentunya harus memenuhi persyaratan agar
dapat digolongkan ke dalam subjek Hukum Internasional.
Adanya perubahan dan perkembangan zaman dalam kehidupan
masyarakat tersebut, sehingga menyebabkan munculnya berbagai organisasi dan
pribadi Hukum Internasional lain yang secara aktif terlibat dalam hubungan-
hubungan internasional, kemudian menjadikan hubungan internasional mengalami
pergeseran yang cukup fundamental sehingga secara otomatis membutuhkan
prinsip serta kaidah hukum Internasional baru untuk mengaturnya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan hukum internasional semakin lama
semakin luas dan kompleks sehingga pandangan yang mengatakan bahwa negara
sebagai satu-satunya subjek Hukum Internasional harus sudah ditinggalkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Boer Mauna. Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Globa., Bandung: PT Alumni. 2001.
Huala Adolf. Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional. Bandung: Keni
Media. 2011.
I Wayan Phartiana. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Mandar Maju.
2003.
Malcolm N. Shaw. International Law. New York: Cambridge University Press.
2008.
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung: PT Alumni,.2003.
R. Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2013.
Internet
Maharta Yasa. “Subjek Hukum Internasional”. < fl.unud.ac.id/block-
book/HI/.../Subyek%20Hukum%20Internasional.ppt>. [29/03/2016].
Status ICRC dalam Hukum Internasional.
<http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37049/5/Chapter%20III-
V.pdf>. [26/03/2016].
Wildan Al-Fringgi. “Sejarah Singkat Organisasi Internasional: Resume
International Organization and Democracy karya Thomas D. Zeifel”. <
https://www.academia.edu/8242470/Sejarah_Singkat_Organisasi_Internasio
nal_Sebuah_Resume_>. [26/03/2016].
Lainnya
Course Manual Hukum Internasional. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
2015.
16