Anda di halaman 1dari 5

Benyamin Prayogi

172214205 / E
Bab I
Pendahuluan
Saat mampir ke Walmart, kita menyaksikan salah satu kemenangan logistik dan
operasional terbesar dalam sejarah. Menurut Supply Chain Digest , raksasa ritel global ini
mengoperasikan lebih dari 11.700 toko di bawah 59 nama perusahaan, dengan 2,3 juta
karyawan di 28 negara di seluruh dunia sambil mengelola rata-rata $ 32 miliar dalam
persediaan.
Dengan jumlah sebanyak itu, memiliki strategi dan sistem manajemen rantai pasokan
yang efektif dan efisien sangatlah penting. Seluruh organisasi berkomitmen pada model
bisnis yang mendorong biaya keluar dari rantai pasokan untuk memungkinkan konsumen
menghemat uang dan hidup lebih baik.
Selama dua puluh tahun terakhir, Walmart telah menjadi pengecer terbesar dan paling
kuat di dunia dengan penjualan tertinggi, perputaran inventaris , dan laba operasi. Anda
hanya perlu melihat statistik riwayat saham Walmart untuk melihat kesuksesan dan
pengaruh yang dimilikinya di ruang ritel. Dalam peralihannya dari peritel regional ke
pembangkit tenaga listrik global, Walmart telah menjadi identik dengan konsep
manajemen rantai pasokan yang sukses.
Walmart dimulai dengan tujuan untuk menyediakan barang yang diinginkan pelanggan,
kapanpun dan dimanapun mereka menginginkannya. Perusahaan kemudian fokus pada
pengembangan struktur biaya yang memungkinkannya menawarkan harga rendah setiap
hari. Selanjutnya, Walmart berkonsentrasi pada pengembangan strategi manajemen rantai
pasokan yang lebih terstruktur dan canggih untuk mengeksploitasi dan meningkatkan
keunggulan kompetitif ini dan mengambil posisi kepemimpinan pasar.
Dalam beberapa tahun terakhir, Walmart telah menggunakan radio frequency
identification tags (RFID), yang menggunakan kode numerik yang dapat dipindai dari
jarak jauh untuk melacak palet barang dagangan yang bergerak di sepanjang rantai
pasokan. Karena inventaris harus ditangani oleh Walmart dan pemasoknya, Walmart
telah mendorong pemasoknya untuk menggunakan teknologi RFID juga.
Bahkan baru-baru ini, perusahaan mulai menggunakan tag pintar, yang dibaca oleh
pemindai genggam, yang memungkinkan karyawan dengan cepat mengetahui barang
mana yang perlu diganti sehingga rak secara konsisten diisi dan inventaris diawasi
dengan ketat.
Menurut para peneliti di University of Arkansas , telah terjadi pengurangan 16% stok
habis sejak Walmart memperkenalkan teknologi RFID ke dalam rantai pasokannya. Para
peneliti juga menunjukkan bahwa produk yang menggunakan kode produk elektronik
diisi ulang tiga kali lebih cepat dari barang yang hanya menggunakan teknologi barcode.
Selain itu, Walmart juga menghubungkan pemasoknya melalui komputer. Ini menjalin
kerja sama dengan P&G untuk memelihara inventaris di tokonya dan membangun sistem
pemesanan ulang otomatis , yang menghubungkan semua komputer antara pabrik P&G
melalui sistem komunikasi satelit. P&G kemudian mengirimkan barang tersebut ke pusat
distribusi Walmart atau langsung ke toko terkait.
Bab II
Landasan Teori
Melakukan information sharing, seperti yang kita ketahui bahwa Informasi yang tidak
transparan mengakibatkan banyak pihak pada supply chain melakukan kegiatan atas dasar
ramalan atau tebakan yang tidak akurat. Ritel atau toko sering kali tidak membagi
informasipenjualan dengan pusat distribusi dari pabrik. Akibatnya, pabrik hanya
mengetahui pola permintaanberdasarkan order yang diterima dari pusat distribusi dan
pusat distribusi memahami permintaanberdasarkan pola order dari para ritel. Oleh karena
itu cara untuk mengatasi bullwhip effect adalah dengan membagi informasipermintaan ke
seluruh bagian pada supply chain termasuk pusat distribusi, pabrik, dan pemasok
bahanbaku. Dengan cara Barcoding, electronic data interchange (EDI), transmisi data
penjualan (POS). ModelCPFR (collaborative planning, forecasting and replenishment)
Walamart juga melakukan pengurangan terhadap biaya-biaya tetap. Ukuran Batch yang
besar adalah salah satu sumber terjadinya bullwhip effect. Oleh karena itu pengurangan
ongkos-ongkos tetap sehingga produksi maupun pengiriman bisa dilakukan dengan
ukuran batch yang kecil. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memungkinkan
kegiatan produksi maupunkegiatan pengiriman dilakukan dengan ukuran batch yang lebih
kecil. Pertama adalah dengan mengurangi waktu setiap produksi masker. Atau dapat
melakukan pengurangan biaya penyimpanan inventaris.
Walmart menerapkan sistem manajemen logistik. Sistem tersebut diharapkan mampu
mengkoordinir kegiatan logistik secara terpadu dalam perusahaan sehingga memberikan
hasil yang terbaik. Bila terjadi kerancuan hak, wewenang dan tanggung jawab akan
mengakibatkan terjadinya pemborosan yang sering menghambat tercapainya tujuan
logistik. Unsur sistem manajemen logistik meliputi : struktur fasilitas, transporatsi,
persediaan, komunikasi, dan pengelolaan penyimpanan.
Bab III
Analisis Kasus
Pada tahun 1989, Walmart dinobatkan sebagai Retailer of the Decade, dengan biaya
distribusi diperkirakan hanya 1,7% dari biaya penjualannya - jauh lebih unggul dari
pesaing seperti Kmart (3,5%) dan Sears (5%). Sejak saat itu rantai pasokan Walmart
menjadi lebih efisien. Untuk mendapatkan harga serendah mungkin, Walmart menjalin
kerjasama strategis dengan para pemasoknya. Walmart menawarkan kerjasama dalam
jangka panjang dan pembelian produk dengan jumlah banyak. Tujuannya dilakukan
kerjasama seperti ini agar Walmart mendapatkan produk dengan harga terbaik dan para
pemasok yang mampu memastikan dalam pemenuhan permintaan Walmart. hal yang
dilakukan oleh perusahaan Walmart, tidak hanya menguntungkan bagi Walmart saja
tetapi juga menguntungkan bagi para pemasoknya. Para pemasok sudah mendapatkan
pelanggan tetap yaitu Walmart, sehingga pemasok tidak harus mencari para pelanggan
baru. Para pemasok dapat fokus dalam pemenuhan kebutuhan perusahaan Walmart.
Hal lain yang membuat harga barang di Walmart lebih rendah dibandingkan pesaing ialah
adanya pengurangan biaya-biaya tetap yang dilakukan oleh perusahaan Walmart. Seperti
diketahui pengurangan biaya-biaya tetap dapat dilakukan dengan cara pengurangan
ukuran batch, meniadakan kegiatan administrasi yang berlebihan pada kegiatan
pengadaan, dan inovasi pada manajemen transportasi atau distribusi. Dalam hal
pengurangan biaya-biaya tetap Wlamrat melakukan inovasi pada transportasi atau
distribusi penyimpanan barang. Walmart melakukan Cross-docking sebagai taktik
inventaris.
Cross-docking adalah praktik logistik yang merupakan inti dari strategi Walmart untuk
mengisi kembali inventaris secara efisien. Ini berarti transfer langsung produk dari trailer
truk masuk atau keluar tanpa perlu penyimpanan ekstra, dengan menurunkan barang dari
truk semi-trailer atau gerbong kereta api yang masuk dan memuat bahan-bahan ini
langsung ke truk, trailer, atau gerbong kereta keluar (dan sebaliknya sebaliknya), tanpa
adanya penyimpanan pada gudang.
Pemasok telah mengirimkan produk ke pusat distribusi Walmart tempat produk tersebut
dipasang ke dok dan kemudian dikirim ke toko Walmart. Cross-docking menjaga biaya
inventaris dan transportasi tetap rendah, mengurangi waktu transportasi. Strategi tersebut
telah mengurangi biaya Walmart secara signifikan, memungkinkan perusahaan untuk
meneruskan penghematan tersebut kepada pelanggan mereka dengan harga yang sangat
kompetitif.
Walmart juga berinvestasi dalam teknologi inventaris/persediaan. Dalam mengejar harga
konsumen yang rendah tanpa henti, Walmart merangkul dan berinvestasi dalam teknologi
untuk menjadi inovator dalam cara melacak inventaris/persediaan barang. Itulah mengapa
pada 2015, perusahaan menghabiskan $10,5 miliar untukberinvestasi pada teknologi
informasi dan juga telah berinvestasi secara signifikan dalam meningkatkan kemampuan
e-Commerce mereka .
Teknologi memainkan peran kunci dalam kesuksesan rantai pasokan pada Walmart, yang
berfungsi sebagai dasar strategi rantai pasokan mereka. Walmart memiliki infrastruktur
teknologi informasi terbesar di antara perusahaan swasta mana pun di dunia, dan
teknologi canggih serta jaringan yang memungkinkan Walmart secara akurat
memperkirakan permintaan, melacak, dan memprediksi tingkat inventaris , membuat rute
transportasi yang sangat efisien, mengelola hubungan pelanggan, dan logistik respons
layanan. Dengan kata lain Walmart melakukan yang namanya information sharing,
seperti yang kita ketahui bahwa informasi yang tidak transparan mengakibatkan banyak
pihak pada supply chain melakukan kegiatan atas dasar ramalan atau tebakan yang tidak
akurat.
Dengan melakukan information sharing Walmart mengetahui informasi mengenai
keterdiaan barang di toko mitra, barang apa saja yang laku dipasaran, Dsb. Misalnya,
Walmart menerapkan penggunaan Kode Produk Universal ( barcode ) pertama di seluruh
perusahaan pada tahun 1983, di mana informasi tingkat toko segera dikumpulkan dan
dianalisis. Saat ini, Walmart memanfaatkan teknologi yang sekarang bisa digunakan
sehari-hari, hal ini menjadi inovasi lebih lanjut: Savings Catcher , yang memungkinkan
konsumen memindai kode barang produk di ponsel cerdas mereka untuk membandingkan
harga terbaik.
Saving catcher yang dilaukan oleh Walmart sangatlah membantu para konsumennya.
Sehingga konsumen dapat mengetahui informasi harga lebih jelas terkait barang yang
akan dibeli. Pendekatan Walmart tersebut memungkinkan kerja sama informal yang
sering di antara toko, pusat distribusi dan pemasok, serta kontrol yang tidak terlalu
terpusat.
Jika dilihat dari kasus Walmart, perusahaan telah menerapkan sistem manajemen logistik.
Dimana sitem tersebut mampu mengkoordinir kegiatan logistik secara terpadu dalam
perusahaan sehingga memberikan hasil yang terbaik. Bila terjadi kerancuan hak,
wewenang dan tanggung jawab akan mengakibatkan terjadinya pemborosan yang sering
menghambat tercapainya tujuan logistik.
Walmart mengkoordinir seluruh aktivitasmya menggunakan satu sistem. Dimulai dari
struktur fasilitas yang dilakukan oleh Walmart, dimana perusahaan menginvestasikan
sebesar $10,5 miliar untuk berinvestasi dalam teknologi serta pengembangan E-
commerce. Lalu transportasi pada Walmart sudah berjalan dengan efisien, kita dapat
melihat Armada truk Walmart saat mengirimkan barang ke pusat distribusi, tempat
mereka disimpan, dikemas ulang, dan didistribusikan tanpa harus disimpan di
gudang. Barang akan menyeberang dari satu dok pemuatan ke yang lain, biasanya dalam
24 jam atau kurang, dan truk perusahaan yang balik akan mengembalikan barang
dagangan yang tidak terjual.
Persediaan Walmart sudah terkoordinir dalam satu sistem teknologi. Walmart
menggunakan teknik Cross-docking. Teknik ini memungkinkan produk dari trailer truk
masuk atau keluar tanpa perlu penyimpanan ekstra, sehingga perusahaan tidak perlu
melakukan penyimpanan di gudang.
Dalam sistem supply chain management Walmart kita bisa belajar bahwa dalam SCM ada
banyak faktor yang harus diperhatikan. SCM tidak hanya perihal distribusi barang, SCM
yang baik meliputi bayak faktor. Seperti pada Walamart, perusahaan harus terbuka terkait
informasi ketersediaan barang dengan para mitranya. SCM yang baik juga dapat dilihat
pada sistem manajemen logistiknya, dalam perusahaan Walmart kita dapat mengetahui
bahwa perusahaan telah mampu mengkoordinir kegiatan logistik secara terpadu dengan
menggunakan sistem teknologi.
Sumber : https://www.tradegecko.com/blog/supply-chain-management/incredibly-successful-
supply-chain-management-walmart , diunduh pada Senin 12 Oktober 2020 jam 13.06 WIB.

Anda mungkin juga menyukai