2. Tarif Khusus
a. Tarif khusus berikut diterapkan atas penghasilan yang bersumber dari APBN yang
diterima oleh Pejabat PNS,anggota TNI/Polri ,dan pensiunannya.
- Tarif 0% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan bagi PNS Golongan I dan
Golongan II, anggota TNI/Polri,dan pensiunannya.
- Tarif 5% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan bagi PNS Golongan III, anggota
TNI/Polri,dan pensiunannya.
- Tarif 15% dari jumlah bruto honorarium atau imbalan bagi PNS Golongan IV, anggota
TNI/Polri,dan pensiunannya.
b. Tarif khusus berikut diterapkan atas penghasilan berupa uang pensiun yang diterima
sekaligus.
- Tarif 0% dari penghasilan bruto sampai dengan Rp50.000.000.
- Tarif 5% dari penghasilan bruto diatas Rp50.000.000 – Rp100.000.000.
- Tarif 0% dari penghasilan bruto diatas Rp100.000.000 – Rp500.000.000.
- Tarif 25% dari penghasilan bruto diatas Rp500.000.000.
c. Tarif Khusus berikut diterapkan atas penghasilanberupa uang manfaat pensiun,tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua.
- Tarif 0% atas penghasilan bruto sampai dengan Rp50.000.000.
- Tarif 0% atas penghasilan bruto sampai diatas Rp50.000.000.
d. Tarif khusus 5% atas upah/uang saku harian,mingguan,Borongan,satuan yang diterima
oleh tenaga kerja lepas yang mempunyai total upah sebulan kurang dari 10.200.000
(dibayarkan tidak secara bulanan).
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 yang diterapkan terhadap wajib pajak yang tidak memiliki
NPWP menjadi lebih tinggi 20% daripada yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki
NPWP.
Contoh:
Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi wajib pajak yang memiliki NPWP adalah:
5% x Rp50.000.000 Rp2.500.000
Jumlah: Rp6.250.000
Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP adalah:
Jumlah: Rp7.500.000
Besarmya tarif dan dasar pengenaan pajak ditentukan oleh kelompok penerima penghasilan
dan jenis penghasilan.
C. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
1. Pegawai tetap Penghasilan teratur Pasal 17 ayat (1) PKP =Penghasilan neto – PTKP
huruf a PPh Penghasilan bruto sebulan
xx
Pengurangan:
-Biaya Jabatan xx
-Iuran pensiun xx
Total Pengurangan
(xx)
Penghasilan neto sebulan
xx
Penghasilan neto setahun
xx
Penghasilan tidak kena pajak
(xx)
Peghasilan kena pajak setahun
xx
2. Penerima Pensiun Uang Pensiun Pasal 17 ayat (1) PKP =Penghasilan neto – PTKP
berkala huruf a PPh Penghasilan bruto sebulan
xx
Pengurangan:
-Biaya Jabatan
(xx)
Penghasilan neto sebulan
xx
Penghasilan neto setahun
xx
Penghasilan tidak kena pajak
(xx)
Peghasilan kena pajak setahun
xx
3. Pegawai Tidak tetap a.Upah -Tidak dipotong pajak
atau tenaga kerja harian,mingguan, 5% -Upah Sehari – Rp450.000
lepas, pemagang dan satuan,borongan, -Upah sehari - PTKP yang sebenarnya
calon pegawai. uang saku harian sehari.
tidak dibayarkan
secara bulanan.
b. Mantan Pegawai Jasa Pasal 17 ayat (1) Jumlah Penghasilan Bruto Kumulatif
produksi,tantiem, huruf a UU PPh
gratifikasi,bonus,atau
imbalan lain
c. Peserta Program Penarikan dana Pasal 17 ayat (1) Jumlah Penghasilan Bruto Kumulatif
pensiun yang masih pensiun dari dana huruf a UU PPh
berstatus pegawai pensiun yang telah
disahkan oleh
menteri
5. Bukan pegawai Imbalan jasa Pasal 17 ayat (1) PKP = 50% x (penghasilan bruto – PTKP
dengan ketentuan: (honorarium, fee dan huruf a UU PPh per bulan)
a. Mempunyai lain lain) Penerapan tarif didasarkan pada jumlah
NPWP berkesinambungan PKP kumulatif
b. Memperoleh
penghasilan dari
hubungan kerja
dengan satu
pemotong PPh
pasal 21
c. Tidak
memperoleh
penghasilan
lainnya.
Bukan pegawai, tidak Imbalan jasa Pasal 17 ayat (1) 50% x (penghasilan bruto – setiap kali
memenui ketentuan (honorarium, fee dan huruf a UU PPh pembayaran)
a,b,c pada nomor 5 lain lain) Penerapan tarif didasarkan pada jumlah
berkesinambungan kumulatif
6. Bukan Pegawai Imbalan Pasal 17 ayat (1) 50% x (penghasilan bruto per
(honorarium, fee dan huruf a UU PPh pembayaran)
imbalan lain)
yang tidak
berkesinambungan
7. Peserta kegiatan Imbalan (uang saku, Pasal 17 ayat (1) Jumlah penghasilan bruto per
uang rapat, huruf a UU PPh pembayaran dan tidak pecah pecah (tidak
honorarium, hadiah kumulatif)
penghargaan dan lain
lain)
9. Penrima uang a. Uang pesangon - 0% uang pesangon Penghasilan Bruto (uang pesangon)
pensiun,uang manfaat diterima sampai dengan (final)
pensiun,tunjangan sekaligus Rp50.000.000
hari tua atau jaminan - 5% uang pesangon
hari tua sekaligus diatas Rp50.000.000
s.d Rp100.000.000
- 15% uang pesangon
diatas
Rp100.000.000 s.d
Rp500.000.000
- 25% uang pesangon
diatas
Rp500.000.000
HITUNGAN 10
Hitungan yang diterapkan pada orang pribadi yang berstatus sebagai Pajak Luar Negeri.
Beberapa ketentuan :
Contoh 1
Contoh 2
Russel adalah Pegawai yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari. Dia berstatus menikah
dan mempunyai 2 orang anak. Dia memperoleh gaji pad bulan maret 2016 sebesar US$2.500
sebulan. Kurs Menteri Keuangan pada saat pemotongan adalah Rp14.000 untuk US$1.
Sesuai peraturan Dirjen Pajak Nomorn PER -14/PJ/2013 pemotong PPh Pasal 21 dan atau Pasal
26 wajib menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21 dan atau Pasal 26 dalam bentuk e-SPT dalam hal
ini:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 terhadp pegawai tetap dan penerima pensiun atau
tunjangan hari tua/jaminan hari tua berkala dan atau terhadap PNS,Anggota
TNI/Polri,penjabat Negara dan pensiunannya yang jumlahnya lebih dari 20 orang dalam
satu masa pajak.
2. Melakukan pemotongan PPh Pasal 21(Tidak Final)dan atau Pasal 24 selain pemotongan
PPh Pasal 21 pada angka 1 dengan jumlah bukti pemotongan lebih dari 20 dokumen
dalam satu masa pajak.
3. Melakukan pemotongan PPh Pasa 21(Final) dengan bukti pemotongan yang jumlahnya
lebih dari 20 Dokumen dalam satu masa pajak.
4. Melakukan penyetoran pajak dengan SSP dan atau bukti Pbk yang jumlahnya lebih dari
20 dokumen dalam satu masa pajak.
a. Pemotong Pajak setelah memotong pajak wajib menyetorkan pajak tersebut ke Bank
Persepsi atau Kas Ngara aatau Kantor Pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
selambat2nya pada tanggal 10 bulan takwin berikutnya.
b. Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan SPT Masa selambat2nya pada tanggal
20 bulan takwin berikutnya.
c. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti pemotogan PPh Psal 21, baik diminta maupun
tidak ,pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai
pegawai tetap atau penerima pensiun atau penerima tunjangan hari tua secara berkala dan
PNS,anggota TNI/Polri, penjabat negara dan pensiunannya.
d. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 tahunan kepada
pegawai tetap atau penerima pensiun atau penerima pensiun atau penerima tunjangan hari
tua secara berkala dan PNS,anggota TNI/Polri, penjabat negaradan pensiunanny dalam
waktu dua bulan setelah tahun takwin berakhir.
e. Pada masa pajak terakhir dalam suatu pajak, pemotongan pajak berkewajiban
menghitung Kembali jumlah PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan pegawai tetap
atau penerima pensiun atau penrima tunjangan hari tua/jaminan hari tua secara berkala
dan PNS,anggota TNI/Polri, penjabat negara dan pensiunannya.