Anda di halaman 1dari 19

Penghitungan PPh Pasal 21 Terutang

Inisiasi Praton ke - 3
Mata Kuliah : LAB. Pajak Penghasilan 1
Program Studi D-III Perpajakan
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik
PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 : PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA
PENSIUN BERKALA

Penghasilan Bruto

Pegawai Tetap Penerima Pensiuan


Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Uang pensiun berkala
dibayar pemberi kerja

Dikurangi dengan : Dikurangi dengan :


1. Biaya Jabatan, 5 % dari penghasilan Biaya pensiun, 5 % dari penghasilan
bruto, maksimal Rp. 6,000,000/tahun bruto maksimal Rp. 2,400,000/tahun
dan Rp. 500,000/bulan atau Rp. 200,000/bulan
2. Iuaran pensiun, THT/JHT yang
dibayar sendiri

Penghasilan Neto (Setahun/disetahunkan)


Dikurangi : PTKP
Penghasilan Kena pajak
Dikenakan tarif Pasal 17
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghasilan Teratur (1)


- Gaji Pokok XXX
 Kewajiban subjektif - Tunjangan-tunjangan XXX
sudah ada awal tahun - Lembur XXX
- Premi Asuransi dibayar pemberi kerja XXX
 Telah bekerja - dll XXX
pada/sebelum awal Penghasilan Bruto sebulan XXX
tahun
Biaya-biaya yang diperkenankan :
 Gaji seminggu : x 4 - Biaya Jabatan sebulan XXX
- Iuran JHT/THT/Pensiun dibayar sendiri sebulan XXX
 Gaji sehari : x 26 Total Biaya XXX -

Penghasilan Netto sebulan XXX


Penghasilan Netto setahun (X 12) XXX
Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun XXX -
Penghasilan Kena Pajak XXX
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan) XXX
PPh Pasal 21 Terutang setahun (tarif X PKP) ABC
PPh Pasal 21 Terutang sebulan (: 12) 3 ZZZ
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghasilan Teratur (2)


- Gaji Pokok XXX
 Kewajiban subjektif - Tunjangan-tunjangan XXX
sudah ada awal tahun - Lembur XXX
- Premi Asuransi dibayar pemberi kerja XXX
 Baru bekerja setelah - dll XXX
awal tahun Penghasilan Bruto sebulan XXX

 Gaji seminggu : x 4 Biaya-biaya yang diperkenankan :


- Biaya Jabatan sebulan XXX
 Gaji sehari : x 26 - Iuran JHT/THT/Pensiun dibayar sendiri sebulan XXX
Total Biaya XXX -

Penghasilan Netto sebulan XXX


Penghasilan Netto setahun
(X jumlah bulan sejak masuk kerja sd bulan Desember ) XXX
Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun XXX -
Penghasilan Kena Pajak XXX
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan) XXX
PPh Pasal 21 Terutang setahun (tarif X PKP) ABC
PPh Pasal 21 Terutang sebulan (: jumlah bulan bekerja) ZZZ

4
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghasilan Teratur (3)


- Gaji Pokok XXX
- Tunjangan-tunjangan XXX
 Kewajiban subjektif
- Lembur XXX
baru dimulai setelah - Premi Asuransi dibayar pemberi kerja XXX
awal tahun - dll XXX
Penghasilan Bruto sebulan XXX
 Baru bekerja setelah
awal tahun Biaya-biaya yang diperkenankan :
- Biaya Jabatan sebulan XXX
- Iuran JHT/THT/Pensiun dibayar sendiri sebulan XXX
Total Biaya XXX -

Penghasilan Netto sebulan XXX


Penghasilan Netto setahun (X 12) XXX
Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun XXX -
Penghasilan Kena Pajak XXX
Penghasilan Kena Pajak (pembulatan) XXX
PPh Pasal 21 Terutang setahun (tarif X PKP) ABC
PPh Pasal 21 Terutang sebulan (: 12) 5 ZZZ
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghasilan Tidak Teratur

 Ph teratur setahun XXX  PPh Ph tidak


 Ph tidak teratur XXX teratur :
Ph Bruto setahun XXX
 Biaya jabatan setahun XXX PPh Ph teratur
 Iuran Pensiun/JHT/THT setahun XXX + setahun+ tidak
XXX – teratur
Ph netto setahun XXX
 PTKP setahun XXX –
PKP XXX dikurangi
 PPh terutang (tarif PPh Pasal 17 x PKP) XXX

PPh Ph teratur
setahun

6
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Penghitungan Kembali Bulan Desember


PPh Pasal 21 Bulan Desember:
• PPh 21 Terutang Seluruh PKP Satu / Bagian Tahun Pajak
dikurangi
• ∑ PPh 21 Telah Dipotong Pada Masa-masa Sebelumnya
Tahun Pajak Ybs

7
Teknis Penghitungan PPh 21 Pegawai Tetap

Berhenti bekerja sebelum bulan Desember


• Dihitung berdasarkan jumlah seluruh penghasilan teratur & tidak teratur
• Jangka waktu selama pegawai bekerja
• Bila PPh 21 yang telah dipotong > PPh 21 terutang untuk 1 tahun pajak:Kelebihan; Dikembalikan
+ Bukti Potong PPh 21 Paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berhenti bekerja

Berhenti bekerja sebelum bulan Desember


(meninggal dunia / meninggalkan Indonesia selama-lamanya)
 Dihitung berdasarkan jumlah seluruh penghasilan teratur & tidak teratur
 Jangka waktu disetahunkan

8
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah harian/
mingguan/ Dibayarkan bulanan
satuan/borongan

Rata2 penghasilan sehari adalah


rata2 upah mingguan, upah
satuan, atau upah borongan untuk
setiap hari kerja yang digunakan

9
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Dasar Hukum Jumlah


Jumlah Kumulatif
Upah Harian Kumulatif Mulai Berlaku
sebulan
sebulan *)

PER - 31/PJ/2009 Rp 150.000 Rp 1.320.000 Rp 6.000.000 1 Januari 2009

PER - 31/PJ/2012 Rp 200.000 Defnisi


Rp 2.025.000 Rp 7.000.000 1 Januari 2013

PER - 32/PJ/2015 Rp 300.000 Rp 3.000.000 Rp 8.200.000 1 Januari 2015


Rp 450.000 Rp 4.500.000 Rp 10.200.000 1 Januari 2016
PER - 16/PJ/2016

10
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Teknis Penghitungan - Upah harian/ mingguan/


satuan/borongan (1)

Penghasilan sehari Penghasilan Tarif dan DPP


kumulatif sebulan
< Rp 450.000 DefnisiTidak dilakukan pemotongan PPh 21
< Rp 4.500.000

> Rp 450.000 < Rp 4.500.000 5% x (Upah-Rp 450.000)

> Rp 450.000
< Rp 450.000 > Rp 4.500.000 5% x (Upah – PTKP/360)

> Rp 450.000 Tarif Pasal 17 x


< Rp 450.000 > Rp 10.200.000 Jumlah Penghasilan Kena Pajak yang
disetahunkan

11
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Teknis Penghitungan - Upah harian/ mingguan/


satuan/borongan (2)
Upah

≤ 450.000 > 450.000


Defnisi
Tidak Dipotong Dikurangi 450.000

Dipotong 5%

Upah kumulatif > Rp 4,5 jt s.d. Rp 10,2 jt sebulan

Upah sehari dikurangi PTKP sehari

Tarif PPh 21 = 5%

12
PENGERTIAN BUKAN PEGAWAI

• Penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang


pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak
Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh
penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun
dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan
perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.
• Imbalan kepada Bukan Pegawai adalah penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang terutang
atau diberikan kepada Bukan Pegawai sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan,
antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
sebagainya
13
BUKAN PEGAWAI

Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan


pemberian jasa, meliputi:
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g. agen iklan;
h. pengawas atau pengelola proyek;
i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
j. petugas penjaja barang dagangan;
k. petugas dinas luar asuransi;
l. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
14
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai

Berkesinambungan Tidak Peserta Kegiatan


Berkesinambungan Exc. Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan

(tarif pasal 17 x 50 %
x Ph Bruto) (tarif pasal 17 x 50 % (tarif pasal 17 (tarif pasal 17
x Ph Bruto)
- x 50 % x Ph x Ph Bruto
PTKP sebulan,
Dihitung secara Dihitung secara Bruto) tiap kali bayar)
kumulatif kumulatif

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik

15
PESERTA KEGIATAN
• Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu
kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar,
lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau
kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
Contohnya :
• Peserta perlombaan dalam segala bidang
• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan/kunjungan kerja
• Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu
• Peserta pendidikan & pelatihan
• Peserta kegiatan lainnya

16
Skema Penghitungan PPh 21
Dewan Peserta program
Komisaris/Pengawas Mantan Pegawai Pensiun yang masih
non Pegawai tetap Berstatus pegawai

honorarium atau jasa produksi, tantiem,


imbalan yang bersifat gratifikasi, bonus atau penarikan dana
tidak teratur imbalan lain yang bersifat pensiun
tidak teratur

Tarif PPh Ps. 17 X Penghasilan Bruto, sifat Kumulaif

17
PPh 26 Bagi Subjek Pajak
Luar Negeri
• PPh Pasal 26 adalah pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oelh orang pribadi Subjek
Pajak Luar Negeri
• Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26
adalah orang pribadi dengan status Subjek Pajak
Luar Negeri yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan, termasuk penerima pensiun
18
PPh 26 Bagi Subjek Pajak
Luar Negeri

• Dasar pengenaan pajak PPh Pasal 26 adalah jumlah penghasilan


bruto. Apabila pembayaran dilakukan dalam mata uang selain
Rupiah, maka gunakan Kurs Menteri Keuangan yang berlaku
pada saat pembayaran
• Tarif PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% dan bersifat final, dengan
memperhatikan ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) antara Indonesia dengan negara domisili Subjek
Pajak Luar Negeri yang memperoleh penghasilan tersebut
• PPh Pasal 26 menjadi tidak bersifat final apabila orang pribadi
sebagai Subjek Pajak Luar Negeri berubah status menjadi Subjek
Pajak Dalam Negeri

19

Anda mungkin juga menyukai