Anda di halaman 1dari 6

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PERPAJAKAN

KASUS RIZAL

OLEH

Bernadeta Murni (1807341074)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM DIPLOMA III

TAHUN 2020/2021
1. Tidak hanya mengadukan nasib kepada bagian Pengaduan Bidang Ketenagakerjaan DKI
Jakarta di Balaikota, Gambir, Jakarta Pusat pada Senin (19/2/2018), Ahmad Rizal (24)
pramusaji bekerja di Dunia Fantasi Ancol yang dipecat sepihak oleh PT Media Prima
Human Resource Solution, perusahaan outsourching
rekanan PT Pembangunan Jaya Ancol melanjutkan peristiwa yang dialaminya melalui proses
hukum. Kuasa Hukum Ahmad Rizal, Mangapul Silalahi menjelaskan 
PT Pembangunan Jaya Ancol  seharusnya selektif dalam menunjuk dan mempercayakan
rekruitmen pekerja pada perusahaan rekanannya. "Kami nilai, kasus yang menimpa Ahmad
Rizal, di mana PT Media Prima Human Resource Solution sebagai penyedia tenaga kerja
kepada PT Pembangunan Jaya Ancol  Sebab, lanjutnya, selain melakukan PHK
sepihak, PT Pembangunan Jaya Ancol, warga Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta
Utara itu diterima bekerja tidak diberikan surat perjanjian kerja yang memuat hak dan
kewajiban pekerja dan pemberi kerja. Seperti diketahui sebelumnya, 'Maju Kotanya, Bahagia
Warganya', slogan yang semula mewarnai masa kampanye Gubernur dan Wakil Gubernur
DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam memimpin Ibukota Jakarta, sepertinya
hanya menjadi sebuah kalimat indah tanpa makna untuk warga Jakarta. Bahkan, kini sudah
banyak kalangan yang memplesetkan menjadi 'Maju Kotanya, Blangsak Warganya'.
Kenyataan pahit itu seperti yang dialami Ahmad Rizal (24) Warga Kampung Bahari,
Tanjung Priok, Jakarta Utara. Maksud hati ingin mengadukan nasib lantaran dipecat sepihak
oleh PT. Media Prima (MP), perusahaan outsourcing yang bekerja sama
dengan PT Pembangunan Jaya Ancol, pemuda itu justru tidak dapat bertemu Anies-Sandi.
Balaikota katanya sekarang berbeda ketika Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok maupun
Djarot memimpin. Pramusaji di Dunia fantasi (Dufan) Ancol itu kebingungan ketika
menyambangi Balaikota dan ingin bertemu dengan Anies-Sandi. "Sekarang di Balaikota
sudah beda, sudah tidak ada lagi warga yang diterima, suasananya sepi, apa karena warga
Jakarta sudah tidak punya harapan banyak terhadap pemimpinya (gubernur) atau memang itu
keinginan gubernur yang ‘alergi’ bertemu rakyatnya," ungkap Rizal. Terkait hal tersebut,
dirinya kemudian mengadukan nasib ke bagian Pengaduan Bidang Ketenagakerjaan DKI
Jakarta di Balaikota, Gambir, Jakarta Pusat pada Senin (19/2/2018). Tidak cukup puas,
dirinya mengaku akan melanjutkan peristiwa yang dialaminya melalui proses hukum.
Bagaimana pendapat saudara atas kasus tersebut.
Pendapat saya tentang kasus diatas adalah :

Saya menilai, kasus yang menimpa Ahmad Rizal, dimana PT Media Prima Human Resource
sebagai penyedia tenaga kerja kepada PT Pembangunan Jaya Ancol telah melakukan
pelanggaran pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan berupa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak kepada Ahmad
Rizal.
Seperti yang di jelaskan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan yaitu pada :
Pasal 151 tentang Pemutusan Hubungan Kerja

(1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala
upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat
dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan
serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang
bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.
(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak
menghasilkan persetu-juan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan
pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.

Adapun lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) yang dimaksud adalah
Mediasi Ketenagakerjaan, Arbitrase Ketenagakerjaan, Konsiliasi Ketenagakerjaan, dan
Pengadilan Hubungan Industrial. Hal-hal mengenai Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial telah diatur lebih jauh di dalam UU No. 2 Tahun 2004.
Dari ketiga pasal di atas dapat disimpulkan bahwa PHK Sepihak tanpa penetapan Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial batal demi hukum dan pengusaha wajib
mempekerjakan kembali dan membayar upah serta hak-hak pekerja/karyawan.
Artinya, secara hukum PHK tersebut dianggap belum terjadi. Dan selama lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial belum mengambil keputusan, baik pengusaha maupun
pekerja/karyawan harus tetap melaksanakan segala kewajibannya.
Bukan hanya melanggar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan pada Pasal 151 tetapi PT Pembangunan Jaya Ancol juga melakukan
pelanggaran yang lainnya pada Ahmad Rizal yaitu pelanggaran tidak memberika surat Perjanjian
Kerja yang tertera pada Pasal 63,Pasal 116 dan Pasal 124 tentang Perjanjian Kerja

Pasal 63

(1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib
membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang bersangkutan.
(2) Surat pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sekurang kurangnya memuat
keterangan :
a. nama dan alamat pekerja/buruh
b. tanggal mulai bekerja
c. jenis pekerjaan
d. besarnya upah.

Pasal 116

(1) Perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha.
(2) Penyusunan perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan
secara musya-warah.
(3) Perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibuat secara tertulis
dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia.
(4) Dalam hal terdapat perjanjian kerja bersama yang dibuat tidak menggunakan bahasa
Indonesia, maka per-janjian kerja bersama tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia oleh penerjemah tersumpah dan terjemahan tersebut dianggap sudah memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).

Pasal 124 tentang Perjanjian Kerja


(1) Perjanjian kerja bersama paling sedikit memuat :
a. Hak dan kewajiban pengusaha
b. Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/buruh
c. Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja Bersama
d. Tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama.
(2) Ketentuan dalam perjanjian kerja bersama tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
(3) Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka ketentuan yang bertentangan
tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan.

Jika suatu perusahaan tidak membuat atau memberika Surat Perjanjian Kerja kepada
pekerja/buruh maka perusahaan yang bersangkutan akan mendapat hukum pidana seperti yang
tertera pada :

Pasal 188

(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), Pasal 38
ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat (1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111 ayat (3), Pasal
114, dan Pasal 148, dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit Rp 5.000.000,00 (lima juta
rupiah) dan paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran.

Kesimpulan

Jadi kesimpulam saya dari kasus diatas bahwa PT Media Prima Human Resource sebagai
penyedia tenaga kerja kepada PT Pembangunan Jaya Ancol telah melakukan pelanggaran pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pada
beberapa pasal. Dan juga melanggar kode etik perusahaan dimana kode etik perusahaan adalah
pedoman internal yang berlaku mengikat di lingkungan Perseroan yang berisikan seperangkat
nilai, etika bisnis, etika kerja, dan norma-norma terkait kepatutan dan kepatuhan terhadap
kebijakan dan ketentuan yang telah dibakukan oleh perusahaan maupun aturan perundang-
undangan di Indonesia. Bukan hanya itu saja perusahaan juga tidak memberika hak pada
pegawai. Jadi pendapat saya bahwa PT Media Prima Human Resource sebagai penyedia tenaga
kerja kepada PT Pembangunan Jaya Ancol pada kasus diatas bersalah.

Anda mungkin juga menyukai