DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
1. Aprizal (4192411003)
2. Desi Ramadhani (4191111008)
3. Siti Marwa Hernawan (4191111007)
PSPM A 19
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PENGOLAHAN HASIL TES“. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika.
Penulis berterima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia M.Si.. selaku Dosen mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika Universitas Negeri Medan yang telah memberikan
tugas ini kepada penulis. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan ini banyak sekali kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa
maupun susunan penulisannya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dan pengalaman yang
terbatas. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Pengajaran adalah suatu aktivitas (proses) mengajar-belajar. Didalamnya ada dua subjek
yaitu guru dan peserta didik. Pengajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan
sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat
parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling
bergantung, komplementer, dan berkesinambungan.
Salah satu aspek penting dalam pengajaran adalah evaluasi atau penilaian. Kekuatan dan
kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun guru biasanya dapat diketahui dengan
lebih jelas setelah program tersebut dilaksanakan dikelas dan dievalusi dengan seksama. Hasil
yang diproleh dari evaluasi yang diadakan akan memberi petunjuk kepada guru tentang bagian-
bagian mana dari program tersebut yang sudah berhasil dan bagian-bagian mana pula yang
belum berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Atas dasar evaluasi tersebut dapat
dilakukan perbaikan perbaikan yang diperlukan, baik pada waktu program berjalan maupun
setelah program itu dilaksanakan.
penilaian merupakan sebuah proses yang didesain untuk membantu guru menemukan hal-
hal yang telah dipelajari siswa di dalam kelas dan tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar, perlu diketahui hasil dari proses belajar mengajar tersebut. Hasil
dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat diketahui dari nilai siswanya. Penilaian
sangat di lakukan oleh guru, hal ini dapat bermanfaat bagi guru dan siswanya sendiri. Bagi buru
nilai siswa dapat dijadikan acuan bagi proses pembelajaran yang akan dilakukan. Bagi siswa
nilai bermanfaat untuk mengetahui tolak ukur pemahaman siswa terhadap suatu materi
pembelajaran yang sudah diajarkan.
Agar data yang terkumpul memiliki makna, guru sebagai evaluator harus benar-benar
menguasai bagaimana cara memberikan skor yang baik dan benar-benar dilakukan secara adil
sehingga tidak merugikan berbagai pihak. Mengingat begitu pentingnya pengolahan data dan
informasi yang kemudian akan memberikan makna terhadap peserta didik maka dalam makalah
ini akan mencoba memberikan pemaparan tentang “Bagaimana Pengolahan Hasil Penilaian”
yang harus dilakukan oleh seorang evaluator, agar dalam pelaksanaan penilaian dapat dilakukan
dengan benar sehingga tidak membawa kerugian kepada semua pihak.
1.3. TUJUAN
Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok
yang harus ditempuh yaitu:
1. Menskor, yaitu memberi skor pada hasil tes yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk
memproleh skor mentah di perlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci
skoring, dan pedoman konversi
2. Mengubah skor mentah menjadi skor standard sesuai norma tertentu
3. Mengkonversikan skor standard kedalam nilai, baik berupa huruf atau angka
4. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan
realibitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda.
Setelah melaksanakan kegiatan tes dan lembar pekerjaan peserta didik telah diperiksa
kebenaran, kesalahan dan kelengkapannya langkah selanjutnya adalah menghitung skor mentah
untuk setiap peserta didik berdasarkan rumus – rumus tertentu dan bobot setiap soal. Pedoman
penskoran sangat penting disiapkan terutama bentuk soal essai. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalisisr subyektivitas penilai.
Pemberian skor merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes, yaitu
proses perubahan jawaban - jawaban soal tes menjadi angka-angka. Dengan kata lain, pemberian
skor itu merupakan tindakan kuantitatif terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh testee
dalam suatu tes hasil belajar. Angka-angka hasil penilaian itu selanjutnya diubah menjadi nilai-
nilai (grade) melaui proses tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai hasil tes itu
ada yang tertuang dalam bentuk angka dengan rentangan 0 -10, antara 0-100, dan ada pula yang
menggunkaan symbol huruf, yaitu huruf A,B,C,D, dan F (fail) Cara pemberian skor terhadap
hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk-bentuk soal yang dikeluarkan
dalam tes tersebut, apakah tes uraian ataukah tes obyektif.
2.2.1 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Belajar Bentuk Uraian
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
1) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada
standar mutlak atau:
2) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu akan didasarkan
pada standar relatif.
Dalam keadaan di mana butir-butir soal yang diajukan dalam bentuk tes uraian itu untuk
tiap butir soal tidak memiliki derajat kesukaran yang sama, atau jumlah unsur yang terdapat pada
setiap butir soal adalah tidak sama, maka pemberian skornya juga harus berpegang kepada
derajat kesukaran dan jumlah unsur yang terdapat pada masing- masing butir soal tersebut
(Sudijono, 2013 : 302).
Pemberian skor pada tes uraian Dalam bentuk uraian biasanya skor mentah dicari dengan
menggunakan sistem bobot. Sistem bobot ada dua cara , yaitu:
1) bobot dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya. Misalnya,
untuk soal yang mudah skor maksimumnya adalah 6, untuk soal yang sedang skor
maksimumnya adalah 7 dan untuk soal yang sukar skor maksimumnya adalah 10. Cara
ini tidak memungkinkan peserta didik mendapat skor maksimum 10.
Contoh 1.
Seorang peserta didik diberi tiga soal dalam bentuk uraian.Setiap soal diberi skor (x)
maksimum dalam rentang 1-10 sesuai dengan kualitas peserta didik.
Tabel 1
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Pertama
No. Soal Tingkat Kesukaran Jawaban Skor (x)
1 Mudah Betul 6
2 Sedang Betul 7
3 Sukar Betul 10
Jumlah 23
∑x
Rumus; skor = ∑s
Keterangan:
Jumlah ∑ 𝑥 = jumlah skor
S = jumlah soal
Jadi, Skor peserta didik A =23/3 =7,67
2) bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal.
Misalnya, soal yang mudah diberi bobot 3, soal yang sedang diberi bobot 4, dan soal
yang sukar di beri bobot 5. Cara ini memungkinkan peserta didik mendapat skor 10.
Contoh 2.
Seorang peserta didik dites dengan tiga soal dalam bentuk uraian. Asing-masing
soal diberi bobot sesuai dengan tingkat kesulitannya, yaitu bobot 5 untuk soal yang
sukar;4 untuk soal sedang, dan 3 untuk soal yang mudah. Tiap-tiap soal diberikan skor
(X) dengan rentang 1-10 sesuai dengan kualitas jawaban yang betul.Kemudian skor (X)
yang dicapai oleh setiap peserta didik dikallikan dengan bobot setiap soal.
Tabel 2
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Kedua
No. Tingkat
Jawaban Skor (x) XB
Soal Kesukaran Bobot (B)
1 Mudah Betul 10 3 30
2 Sedang Betul 10 4 40
3 Sukar Betul 10 5 50
Jumlah 23 12 120
∑ xb
Rumus; Skor = ∑b
Keterangan :
X = Skor setiap soal
B = Bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
∑XB = Jumlah hasil perkalian X dengan B
Dengan demikian skor peserta didik adalah; 120/12 = 10
d) Untuk soal bentuk jawaban singkat (short answer) dan melengkapi (completion)
Rumus: S = ∑B
Keterangan: S = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
2.3 Teknik Pengolahan Dan Pengubahan (Konversi) Skor Hasil Tes Hasil Belajar
Menjadi Nilai
Skor dan nilai pada dasarnya mempunyai pengertian yang berbeda, perlu dijelaskan
terlebih dahulu mengenai perbedaannya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kadang-
kadang orang menganggap bahwa skor itu mempunyai pengertian yang sama dengan nilai,
padahal pengertian seperti itu belum tentu benar.
Menurut Sudijono (2013: 309), Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (= memberikan
angka) yang diperoleh dengan jalan menggunakan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh
tes telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari
skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan peraturannya dengan
standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar (Standard score).
Ada dua hal yang perlu dipahami bahwa dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah
menjadi nilai itu ada dua cara yang dapat ditempuh :
1. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan
mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau criterion (= patokan). Cara pertama
ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation.
2. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan
mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok. Cara kedua ini sering
dikenal dengan istilah norm reference evaluation.
skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, yang disusun dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai
dengan kriteria yang ditentukan.
1. Skala bebas adalah skala yang tidak tetap. Dalam hal ini angka tertinggi dan skala yang
digunakan tidak selalu sama. Hal itu ditentukan dari banyak dan bentuk soal yang
diberikan guru kepada siswa
2. Skala 1 – 10 skala ini pada umumnya banyak digunakan oleh guru dalam penulisan rapor.
Dalam skala ini guru sangat jarang memberikan angka pecahan seperti 5,5 yang pada
akhirnya angka tersebut akan dibulatkan menjadi angka 6
3. Skala 1 – 100 penilaian menggunakan skala 1 -100 merupakan penilaian yang dinilai
lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat didalamnya
4. Skala huruf selain menggunakan angka, pemberian nilai pada umumnya dapat dilakukan
dengan huruf A, B, C, D, E. Untuk menggambarkan kelemahan dalam menggunakan
angka adalah bahwa dengan angka dapat ditafsirkan sebagai nilai perbandingan
Dalam mengolah suatu hasil dari tes yang diberikan oleh Guru kepada peserta didik,
maka digunakan pendekatan untuk menafsirkan hasil dari tes tersebut. pendekatan tersebut yakni
Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN).
Pendekatan acuan patokan pada umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes
Formatif, sedangkan Penilaian Acuan Norma (PAN) digunakan untuk menafsirkan hasil tes
Sumatif.
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penyelenggaraan tes dalam hal ini lebih mengarah kepada penguasan kompetensi. Maka
penilaian acuan patokan ini berusaha mengukur tingkat pencapaian tujuan oleh para siswa. Siswa
yang tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan berarti dia gagal, artinya pengajaran yang
diberikan belum berhasil. Sehingga disini terlihat apakah siswa sudah atau belum mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, dengan kata lain, penilaian ini mengutamakan apa yang dapat
dilakukan oleh siswa, kemampuan-kemampuan apa yang sudah dan belum dicapai setelah
mereka menyelesaikan satu bagian kecil dari keseluruhan program. Penilaian Acuan Patokan ini
tidak membandingkan satu siswa dengan siswa lainnya, tetapi membandingkan dengan standar
tujuan yang harus dicapai/indikator pencapaian.
Melalui pendekatan ini, maka guru dapat mengambil keputusan tindakan pengajaran. Jika
hasil belajar siswa belum mencapai tujuan dengan kriteria 85% dari target yang diharapkan,
berarti pengajaran itu gagal dan harus diulang kembali. Untuk itu tes yang disusun hendaknya
menggambarkan keseluruhan bahan pengajaran, atau keseluruhan tujuan pengajaran.
Sebagai gambaran dalam menetapkan besar kecilnya persentase untuk menetapkan nilai
dari penilaian acuan ini sebagaimana dikatakan oleh Chatib Thoha dalam bukunya Teknik
Evaluasi Pendidikan sebagai berikut:
Taraf Penguasan Kualifikasi Nilai Huruf Angka Kualitas
91-100% Memuaskan A 4
81-90% Baik B 3
71-80% Cukup C 2
61-70% Kurang D 1
Kurang 60% Gagal E 0
Tinggi rendahnya persentase yang dituntut oleh pendidik untuk dikuasai oleh peserta
didik tergantung penting tidaknya bahan tersebut untuk dikuasai oleh peserta didik. Bila
semangkin penting maka persentasenya semakin tinggi, sebaliknya jika bahannya kurang penting
maka persentasenya makin rendah. Penting tidaknya bahan pengajaran yang dikuasai peserta
didik dapat dilihat dari seberaa jauh kontribusi mata pelajaran itu untuk mencapai tujuan
pendidikan yang lebih luas.
Penilaian Acuan Patokan ini didasari oleh beberapa asumsi sebagaimana yang di ungkap
oleh Anas Sudjiono yang dapat di simpulkan antara lain:
Siswa tidak dapat melanjutkan pokok bahasan sebelum siswa itu mengerti dan
memahami materi yang sebelumnya secara konseptual.
Evaluator dapat mengidentifikasi masing-masing taraf kemampuan yang di kehendaki
sampai tuntas, paling tidak mendekati ketuntasan sehingga dapat disusun alat pengukur
atau penilaiannya.
Menurut Chatib Thoha, penilaian beracuan kriteria berdasarkan asumsi “paedagogik”
maksudnya pendidikan didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan peserta
didik hendaknya dapat dikurangi, hal ini berarti seorang pendidik harus bisa memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi dan membantu yang lemah. Peserta didik
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga ada perbedaan kemampuan antara sebelum
dan sesudah belajar. Pendidik dalam mengembangkan proses belajar mengajar harus menyajikan
materi dan metode yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Penilaian Acuan Patokan ini cocok
diterapkan untuk melihat kompetensi paedagogik peserta didik, karena pendidik dan peserta
didik memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran, betapapun hebatnya pendidik
dalam mengajar kalau peserta didik mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar tentu
hasilnya kurang memuaskan, maka untuk mencapai hasil yang maksimal kedua komponen
tersebut harus bekerja secara maksimal sesuai dengan perannya masing-masing. Sebaliknya
penilain berdasarkan acuan patokan ini kurang tepat digunakan dalam pengolahan dan penentuan
nilai hasil tes sumatif seperti ulangan umum dalam rangka mengisi rapor.
3.2 . Saran
Hendaknya seorang tenaga pengajar dapat mengaplikasikan evaluasi terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan di suatu lembaga pendidikan karena dengan adanya evaluasi ini
akan dapat menunjang kualitas dan mutu pendidikan kita. Sebagaimana evaluasi hasil belajar dan
pembelajaran yang telah diuraikan di atas sangatlah penting karena dengan adanya hal tersebut
kita dapat belajar bagaimana cara mengevaluasi dari kegiatan belajar mengajar apakah sudah
dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA