Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

PENGOLAHAN HASIL TES


Dosen Pengampu :
Drs. Yasifati Hia M.Si.
Mata kuliah :
Evaluasi Pembelajaran Matematika

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
1. Aprizal (4192411003)
2. Desi Ramadhani (4191111008)
3. Siti Marwa Hernawan (4191111007)

PSPM A 19

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PENGOLAHAN HASIL TES“. Semoga  makalah ini dapat dipergunakan  sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika.
Penulis berterima kasih kepada Bapak Drs. Yasifati Hia M.Si.. selaku Dosen mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika Universitas Negeri Medan yang telah memberikan
tugas ini kepada penulis. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan ini banyak sekali kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa
maupun susunan penulisannya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dan pengalaman yang
terbatas. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 15 Oktober 2020

Tim Penulis Kelompok 8


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................4
1.3. TUJUAN...........................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 Pengolahan Hasil Tes........................................................................................................5
2.2 Teknik pemberian skor......................................................................................................5
2.2.1 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Belajar Bentuk Uraian.............................................6
2.2.2 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Belajar Bentuk Obyektif.........................................8
2.3 Teknik Pengolahan Dan Pengubahan (Konversi) Skor Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi
Nilai 9
2.3. 1 Pengolahan Hasil Penilaian Skala 4/10/100 %........................................................10
2.3. 2 Beberapa Skala Penilaian........................................................................................10
2.4 Pengolahan Hasil Penilaian PAP – PAN........................................................................10
BAB II...........................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
3.1 . Kesimpulan...................................................................................................................15
3.2 . Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pengajaran adalah suatu aktivitas (proses) mengajar-belajar. Didalamnya ada dua subjek
yaitu guru dan peserta didik. Pengajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan
sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat
parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling
bergantung, komplementer, dan berkesinambungan.
Salah satu aspek penting dalam pengajaran adalah evaluasi atau penilaian. Kekuatan dan
kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun guru biasanya dapat diketahui dengan
lebih jelas setelah program tersebut dilaksanakan dikelas dan dievalusi dengan seksama. Hasil
yang diproleh dari evaluasi yang diadakan akan memberi petunjuk kepada guru tentang bagian-
bagian mana dari program tersebut yang sudah berhasil dan bagian-bagian mana pula yang
belum berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Atas dasar evaluasi tersebut dapat
dilakukan perbaikan perbaikan yang diperlukan, baik pada waktu program berjalan maupun
setelah program itu dilaksanakan.
penilaian merupakan sebuah proses yang didesain untuk membantu guru menemukan hal-
hal yang telah dipelajari siswa di dalam kelas dan tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar, perlu diketahui hasil dari proses belajar mengajar tersebut. Hasil
dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat diketahui dari nilai siswanya. Penilaian
sangat di lakukan oleh guru, hal ini dapat bermanfaat bagi guru dan siswanya sendiri. Bagi buru
nilai siswa dapat dijadikan acuan bagi proses pembelajaran yang akan dilakukan. Bagi siswa
nilai bermanfaat untuk mengetahui tolak ukur pemahaman siswa terhadap suatu materi
pembelajaran yang sudah diajarkan.
Agar data yang terkumpul memiliki makna, guru sebagai evaluator harus benar-benar
menguasai bagaimana cara memberikan skor yang baik dan benar-benar dilakukan secara adil
sehingga tidak merugikan berbagai pihak. Mengingat begitu pentingnya pengolahan data dan
informasi yang kemudian akan memberikan makna terhadap peserta didik maka dalam makalah
ini akan mencoba memberikan pemaparan tentang “Bagaimana Pengolahan Hasil Penilaian”
yang harus dilakukan oleh seorang evaluator, agar dalam pelaksanaan penilaian dapat dilakukan
dengan benar sehingga tidak membawa kerugian kepada semua pihak.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam Makalah ini antara lain :


1. Bagaimana teknik pengolahan hasil Tes?
2. Bagaimana teknik pemberian skor?
3. Bagaimana pengolahan dan pengambilan konversi skor?
4. Bagaimana pengolahan hasil tes PAP dan PAN?

1.3. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui teknik pengolahan hasil TES?
2. Untuk mengetahui teknik pemberian skor?
3. Untuk mengetahui pengolahan dan pengambilan konversi skor?
4. Untuk mengetahui pengolahan hasil tes PAP dan PAN?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengolahan Hasil Tes

Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok
yang harus ditempuh yaitu:
1. Menskor, yaitu memberi skor pada hasil tes yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk
memproleh skor mentah di perlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci
skoring, dan pedoman konversi
2. Mengubah skor mentah menjadi skor standard sesuai norma tertentu
3. Mengkonversikan skor standard kedalam nilai, baik berupa huruf atau angka
4. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan
realibitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda.
Setelah melaksanakan kegiatan tes dan lembar pekerjaan peserta didik telah diperiksa
kebenaran, kesalahan dan kelengkapannya langkah selanjutnya adalah menghitung skor mentah
untuk setiap peserta didik berdasarkan rumus – rumus tertentu dan bobot setiap soal. Pedoman
penskoran sangat penting disiapkan terutama bentuk soal essai. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalisisr subyektivitas penilai.

2.2 Teknik pemberian skor

Pemberian skor merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes, yaitu
proses perubahan jawaban - jawaban soal tes menjadi angka-angka. Dengan kata lain, pemberian
skor itu merupakan tindakan kuantitatif terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh testee
dalam suatu tes hasil belajar. Angka-angka hasil penilaian itu selanjutnya diubah menjadi nilai-
nilai (grade) melaui proses tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai hasil tes itu
ada yang tertuang dalam bentuk angka dengan rentangan 0 -10, antara 0-100, dan ada pula yang
menggunkaan symbol huruf, yaitu huruf A,B,C,D, dan F (fail) Cara pemberian skor terhadap
hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk-bentuk soal yang dikeluarkan
dalam tes tersebut, apakah tes uraian ataukah tes obyektif.
2.2.1 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Belajar Bentuk Uraian

Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
1) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada
standar mutlak atau:
2) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu akan didasarkan
pada standar relatif.
Dalam keadaan di mana butir-butir soal yang diajukan dalam bentuk tes uraian itu untuk
tiap butir soal tidak memiliki derajat kesukaran yang sama, atau jumlah unsur yang terdapat pada
setiap butir soal adalah tidak sama, maka pemberian skornya juga harus berpegang kepada
derajat kesukaran dan jumlah unsur yang terdapat pada masing- masing butir soal tersebut
(Sudijono, 2013 : 302).
Pemberian skor pada tes uraian Dalam bentuk uraian biasanya skor mentah dicari dengan
menggunakan sistem bobot. Sistem bobot ada dua cara , yaitu:
1) bobot dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya. Misalnya,
untuk soal yang mudah skor maksimumnya adalah 6, untuk soal yang sedang skor
maksimumnya adalah 7 dan untuk soal yang sukar skor maksimumnya adalah 10. Cara
ini tidak memungkinkan peserta didik mendapat skor maksimum 10.
Contoh 1.
Seorang peserta didik diberi tiga soal dalam bentuk uraian.Setiap soal diberi skor (x)
maksimum dalam rentang 1-10 sesuai dengan kualitas peserta didik.

Tabel 1
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Pertama
No. Soal Tingkat Kesukaran Jawaban Skor (x)
1 Mudah Betul 6
2 Sedang Betul 7
3 Sukar Betul 10
Jumlah 23

∑x
Rumus; skor = ∑s
Keterangan:
Jumlah ∑ 𝑥 = jumlah skor
S = jumlah soal
Jadi, Skor peserta didik A =23/3 =7,67

2) bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal.
Misalnya, soal yang mudah diberi bobot 3, soal yang sedang diberi bobot 4, dan soal
yang sukar di beri bobot 5. Cara ini memungkinkan peserta didik mendapat skor 10.
Contoh 2.
Seorang peserta didik dites dengan tiga soal dalam bentuk uraian. Asing-masing
soal diberi bobot sesuai dengan tingkat kesulitannya, yaitu bobot 5 untuk soal yang
sukar;4 untuk soal sedang, dan 3 untuk soal yang mudah. Tiap-tiap soal diberikan skor
(X) dengan rentang 1-10 sesuai dengan kualitas jawaban yang betul.Kemudian skor (X)
yang dicapai oleh setiap peserta didik dikallikan dengan bobot setiap soal.
Tabel 2
Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Kedua

No. Tingkat
Jawaban Skor (x) XB
Soal Kesukaran Bobot (B)
1 Mudah Betul 10 3 30
2 Sedang Betul 10 4 40
3 Sukar Betul 10 5 50
Jumlah 23 12 120

∑ xb
Rumus; Skor = ∑b
Keterangan :
X = Skor setiap soal
B = Bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
∑XB = Jumlah hasil perkalian X dengan B
Dengan demikian skor peserta didik adalah; 120/12 = 10

2.2.2 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Belajar Bentuk Obyektif


Ada dua cara untuk memberikan skor pada soal tes objektif, yaitu:
a) Tanpa rumus tebakan ( Non-Guessing Formula ) Biasanya digunakan apabila soal belum
diketahui tingkat kebaikannya. Caranya adalah menghitung jumlah jawaban yang betul
saja. Setiap jawaban yang betul di beri skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Jadi,
skor = jumlah jawaban yang betul
b) Menggunakan rumus tebakan ( Gueesing Formula ) Biasanya rumus ini digunakan
apabila soal-soal tes itu sudah pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingg dapat
diketahui tingkat kebenarannya. Penggunaan rumus tebakan ini bukan karena guru sudah
mengetahui bahwa peserta didik itu menebak, tetapi tes bentuk objektif ini sangat
memungkinkan peserta didik untuk menebak.

Adapun rumus tebakan tersebut adalah sebagai berikut :


a) Untuk item benar-salah (true-false),
Rumus; S = ∑B - ∑S
Keterangan:
Skor = skor yang dicari
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah

b) Untuk item pilihan berganda ( multiple choice )


Rumus: S = ∑ 𝐵 − ∑ 𝑠
n-1
Keterangan:
S = skor
∑B = jumlah jawaban yang benar
∑S = jumlah jawaban yang salah
N = jumlah alternative jawaban yang disediakan
1 = bilangan tetap

c) Untuk soal bentuk menjodohkan (matching)


Rumus: S = ∑B
Keterangan:   S   = skor yang dicari
                   ∑B  = jumlah jawaban yang benar

d) Untuk soal bentuk jawaban singkat (short answer) dan melengkapi (completion)
Rumus: S = ∑B
Keterangan:   S   = skor yang dicari
                   ∑B  = jumlah jawaban yang benar

2.3 Teknik Pengolahan Dan Pengubahan (Konversi) Skor Hasil Tes Hasil Belajar
Menjadi Nilai
Skor dan nilai pada dasarnya mempunyai pengertian yang berbeda, perlu dijelaskan
terlebih dahulu mengenai perbedaannya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kadang-
kadang orang menganggap bahwa skor itu mempunyai pengertian yang sama dengan nilai,
padahal pengertian seperti itu belum tentu benar.
Menurut Sudijono (2013: 309), Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (= memberikan
angka) yang diperoleh dengan jalan menggunakan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh
tes telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari
skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan peraturannya dengan
standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar (Standard score).
Ada dua hal yang perlu dipahami bahwa dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah
menjadi nilai itu ada dua cara yang dapat ditempuh :
1. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan
mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau criterion (= patokan). Cara pertama
ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation.
2. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan
mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok. Cara kedua ini sering
dikenal dengan istilah norm reference evaluation.

2.3. 1 Pengolahan Hasil Penilaian Skala 4/10/100 %

skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, yang disusun dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai
dengan kriteria yang ditentukan.

2.3. 2 Beberapa Skala Penilaian

1. Skala bebas adalah skala yang tidak tetap. Dalam hal ini angka tertinggi dan skala yang
digunakan tidak selalu sama. Hal itu ditentukan dari banyak dan bentuk soal yang
diberikan guru kepada siswa
2. Skala 1 – 10 skala ini pada umumnya banyak digunakan oleh guru dalam penulisan rapor.
Dalam skala ini guru sangat jarang memberikan angka pecahan seperti 5,5 yang pada
akhirnya angka tersebut akan dibulatkan menjadi angka 6
3. Skala 1 – 100 penilaian menggunakan skala 1 -100 merupakan penilaian yang dinilai
lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat didalamnya
4. Skala huruf selain menggunakan angka, pemberian nilai pada umumnya dapat dilakukan
dengan huruf A, B, C, D, E. Untuk menggambarkan kelemahan dalam menggunakan
angka adalah bahwa dengan angka dapat ditafsirkan sebagai nilai perbandingan

2.4 Pengolahan Hasil Penilaian PAP – PAN

Dalam mengolah suatu hasil dari tes yang diberikan oleh Guru kepada peserta didik,
maka digunakan pendekatan untuk menafsirkan hasil dari tes tersebut. pendekatan tersebut yakni
Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN).
Pendekatan acuan patokan pada umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes
Formatif, sedangkan Penilaian Acuan Norma (PAN) digunakan untuk menafsirkan hasil tes
Sumatif.
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penyelenggaraan tes dalam hal ini lebih mengarah kepada penguasan kompetensi. Maka
penilaian acuan patokan ini berusaha mengukur tingkat pencapaian tujuan oleh para siswa. Siswa
yang tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan berarti dia gagal, artinya pengajaran yang
diberikan belum berhasil. Sehingga disini terlihat apakah siswa sudah atau belum mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, dengan kata lain, penilaian ini mengutamakan apa yang dapat
dilakukan oleh siswa, kemampuan-kemampuan apa yang sudah dan belum dicapai setelah
mereka menyelesaikan satu bagian kecil dari keseluruhan program. Penilaian Acuan Patokan ini
tidak membandingkan satu siswa dengan siswa lainnya, tetapi membandingkan dengan standar
tujuan yang harus dicapai/indikator pencapaian.
Melalui pendekatan ini, maka guru dapat mengambil keputusan tindakan pengajaran. Jika
hasil belajar siswa belum mencapai tujuan dengan kriteria 85% dari target yang diharapkan,
berarti pengajaran itu gagal dan harus diulang kembali. Untuk itu tes yang disusun hendaknya
menggambarkan keseluruhan bahan pengajaran, atau keseluruhan tujuan pengajaran.
Sebagai gambaran dalam menetapkan besar kecilnya persentase untuk menetapkan nilai
dari penilaian acuan ini sebagaimana dikatakan oleh Chatib Thoha dalam bukunya Teknik
Evaluasi Pendidikan sebagai berikut:
Taraf Penguasan Kualifikasi Nilai Huruf Angka Kualitas
91-100% Memuaskan A 4
81-90% Baik B 3
71-80% Cukup C 2
61-70% Kurang D 1
Kurang 60% Gagal E 0

Tinggi rendahnya persentase yang dituntut oleh pendidik untuk dikuasai oleh peserta
didik tergantung penting tidaknya bahan tersebut untuk dikuasai oleh peserta didik. Bila
semangkin penting maka persentasenya semakin tinggi, sebaliknya jika bahannya kurang penting
maka persentasenya makin rendah. Penting tidaknya bahan pengajaran yang dikuasai peserta
didik dapat dilihat dari seberaa jauh kontribusi mata pelajaran itu untuk mencapai tujuan
pendidikan yang lebih luas.
Penilaian Acuan Patokan ini didasari oleh beberapa asumsi sebagaimana yang di ungkap
oleh Anas Sudjiono yang dapat di simpulkan antara lain:
 Siswa tidak dapat melanjutkan pokok bahasan sebelum siswa itu mengerti dan
memahami materi yang sebelumnya secara konseptual.
 Evaluator dapat mengidentifikasi masing-masing taraf kemampuan yang di kehendaki
sampai tuntas, paling tidak mendekati ketuntasan sehingga  dapat disusun alat pengukur
atau penilaiannya.
Menurut Chatib Thoha, penilaian beracuan kriteria berdasarkan asumsi “paedagogik”
maksudnya pendidikan didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan peserta
didik hendaknya dapat dikurangi, hal ini berarti seorang pendidik harus bisa memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi dan membantu yang lemah. Peserta didik
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga ada perbedaan kemampuan antara sebelum
dan sesudah belajar. Pendidik dalam mengembangkan proses belajar mengajar harus menyajikan
materi dan  metode yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Penilaian Acuan Patokan ini cocok
diterapkan untuk melihat kompetensi paedagogik peserta didik, karena pendidik dan peserta
didik memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran, betapapun hebatnya pendidik
dalam mengajar kalau peserta didik mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar tentu
hasilnya kurang memuaskan, maka untuk mencapai hasil yang maksimal kedua komponen
tersebut harus bekerja secara maksimal sesuai dengan perannya masing-masing. Sebaliknya
penilain berdasarkan acuan patokan ini kurang tepat digunakan dalam pengolahan dan penentuan
nilai hasil tes sumatif seperti ulangan umum dalam rangka mengisi rapor.

Adapun diantara kelemahan dari penilaian acuan patokan ini adalah:


1)     Tidak mempertimbangkan  kemampuan kelompok (rata-rata kelas), jadi besar kemungkinan
ada siswa yang tidak dapat dinyatakan lulus atau naik kelas
2)     Apabila butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar terlalu sukar, maka dalam
tes tersebut betapapun pintarnya testee akan memperoleh yang rendah, sebaliknya apabila butir-
butir soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar terlalu mudah maka betapapun bodohnya
testee akan berhasil memperoleh nilai yang tinggi, sehingga gambaran yang sebenarnya tentang
tingkat kemampuan testee tidak dapat diketahuai.

2. Penilaian Acuan Norma (PAN)


Istilah lain dari penilaian acuan norma dikenal juga dengan penilaian acuan kelompok
(PAK) karena penilaian ini bertujuan untuk menentukan kedudukan peserta didik dari peserta
didik yang di nilai atau penilaian yang mendasarkan diri pada standar relatif, artinya menentukan
hasil tes diperbandingkan  dengan skor peserta didik tes yang lain, sehingga kualitas yang
dimiliki oleh peserta didik tes akan sangat tergantung kepada kualiatas kelompoknya. Penilaian
ini mendasarkan diri pada asumsi, yaitu:
 Psikologis, artinya tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang sama, adanya
perbedaan kemampuan intelegensi question (IQ), latar belajar pendidikan, status sosial
orang tua, lingkungan sosial, jenis kelamin, dan sebagainya. Namun apabila kergaman itu
ditarik dari penelitian atas sejumlah sample akan memberikan gambaran yang mebentuk
normal yaitu sebagian besar akan berada pada daerah mean, sedangkan sebagian kecil
akan berada di daerah ekor kanan dan ekor kiri dalam posisi yang berimbang.
 Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk melihat dan menentukan kedudukan seorang
peserta didik dari teman atau kelompoknya, apakah ia berada pada posisi atas, tengah 
atau di bawah.
 Penilaian ini digunakan apabila pendidik menghadapi kurikulum yang bersifat dinamis,
artinya materi pelajaran yang dikembangkan selalu berobah sesuai dengan ketentuan
zaman, sehingga pendidik agak sulit menetapkan kriteria benar atau salah.
 Penggunaan acuan ini sangat dependen dengan jenis kelompok, tempat dan waktu.
Kelompok yang homogen akan berbeda dengan kelompok yang heterogen, kelompok
belajar di kota akan berbeda dengan kelompok belajar di daerah terpencil. oleh karena itu
penilaian acuan norma ini adalah penilaian kemampuan rata-rata kelompok, kemudian
individu diukur seberapa jauh penyimpangan terhadap rata-rata tersebut, hal ini berarti tes
tersebut dapat memberikan gambaran diskriminatif antara jemampuan peserta didik yang
pandai dengan yang bodoh.
Dari kedua acuan tersebut diatas dapat dibedakan penilaian beracuan patokan dan
penilaian beracuan norma sebagai berikut:
1)     Penilaian acuan norma
 Berfungsi untuk menetapkan kedudukan relatif seorang siswa di dalam kelas
 Tujuan pemebelajaran dinyatakan secara umum atau secara khusus
 Belajar tuntas tidak begitu diutamakan
 Tes (pertanyaan) harus mencangkup tingkat kesukaran yang berpariasi dari yang mudah,
sedang dan sulit.
 Hasil penilaian dapat ditransformasi dalam skala huruf A, B, C, D dan E
 Tepat dipakai untuk tes penempatan dan tes sumatif

2)     Penilaian acuan patokan


 Berfungsi dalan menetapkan apakah murid telah mencapai atau telah menguasai tujuan
atau kemampuan yang diharapkan
 Tujuan pembelajaran harus dinyatakan secara kusus
 Sangat diutamakan adanya belajar tuntas sehingga perlu dinyatakan standar tingkat
keberasilan tujuan pembelajaran
 Penyusunan soal lebih mengutamakan pada feformance dan kemampuan yang harus di
kuasai
 Tepat dipakai untuk tes formatif
 Hasil penilaian tepat dinyatakan dalam bentuk pernyataan sangat memuaskan,
memuaskan, cukup, kurang dan gagal.
BAB II
PENUTUP
3.1 . Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Penilaian merupakan sebuah
proses yang didesain untuk membantu guru menemukan hal-hal yang telah dipelajari siswa di
dalam kelas dan tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, terdapat 2
metode pendekatan dalam mengolah hasil evaluasi tersebut, yakni metode Pendekatan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) dan Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN). Keduanya memiliki
kesamaan, yang berbeda hanya pada penghitungan Standar deviasinya. Tes hasil belajar yang
dilakukan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: tes hasil belajar (tertulis)
bentuk uraian (subjective test = essay test) dan hasil tes belajar (tertulis) bentuk obyektif
(objective test). Dalam pengolahan hasil penilaian harus diperhatikan beberapa hal yaitu; teknik
pengolahan hasil tes, Teknik pemberian skor total yang terdiri dalam bentuk uraian dan objectif ,
Teknik pengolahan dan pengubahan konversi skor

3.2 . Saran
Hendaknya seorang tenaga pengajar dapat mengaplikasikan evaluasi terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan di suatu lembaga pendidikan karena dengan adanya evaluasi ini
akan dapat menunjang kualitas dan mutu pendidikan kita. Sebagaimana evaluasi hasil belajar dan
pembelajaran yang telah diuraikan di atas sangatlah penting karena dengan adanya hal tersebut
kita dapat belajar bagaimana cara mengevaluasi dari kegiatan belajar mengajar apakah sudah
dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, (2009) Ealuasi Pembelajaran,  Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.


Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya
Arikunto, S. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto,
Suarsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Marlaisen, Iseu. ( 2019 ). Bimbingan Teknik Pengolahan Nilai Melalui Pemanfaatan Aplikasi
Berbasis Ms. Excel Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Mengolah Data Hasil
Evaluasi Pembelajaran. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi. Vol. 6 No. 1. Hal : 51 - 62.

Anda mungkin juga menyukai