Anda di halaman 1dari 16

Mt.

Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

BAB I
PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)

1.1 DASAR HUKUM KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) :


1. Undang – Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Ketenagakerjaan
5. Undang-Undang No. 1 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya
Undang-Undang Kerja Tahun 1948 No. 12
6. Undang – Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.245/Men/1990 tentang Hari
Keselamatan & Kesehatan Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.1135/Men/1987 tentang
8. Bendera Keselamatan & Kesehatan Kerja

1.2 PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) :


a. Secara Filosofi : Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat adil dan makmur.
b. Secara Keilmuan : Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
c. Secara Praktis : Suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan
pekerjaan ditempat kerja serta bagi orang lain yang
memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses

I-1
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

produksi dapat secara aman dan efisien dalam


pemakaiannya.

1.3 PENJELASAN DASAR HUKUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA (K3) :
a. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 :
Pasal 27 ayat (2) menyatakan “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” Bila dikaitkan dengan
Sumber Daya Manusia adalah bahwa setiap warga Negara berhak untuk
mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan yang diperlukan agar orang dapat hidup
layak bagi kemanusiaan adalah pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan atau penyakit.
b. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun1970 tentang Keselamatan &
Kesehatan Kerja :
Undang-Undang ini mulai berlaku dan diundangkan pada Tanggal 12 Januari
1970 sebagai pengganti dari VEILIGHEIDS REGLEMENT (Stbl. 1910 No.
406). Undang-Undang ini sebagai Undang-Undang Pokok yang memuat
aturan Dasar atau ketentuan umum tentang Keselamatan Kerja disegala
tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air dan
di udara yang berada di wilayah kekuasaan Hukum Republik Indonesia.
c. Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Mengenai Ketenagakerjaan :
BAB IV Pasal 9 dan 10 UU No. 14 Tahun 1969
Pasal 9 : Tiap Tenaga Kerja berhak mendapat perlindungan atas
Keselamatan, Kesehatan, Kesusilaan, Pemeliharaan moril Kerja
serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moril
agama.
Pasal 10 : Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang
meliputi :
(1) Norma Keselamatan Kerja.

I-2
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

(2) Norma Kesehatan dan Higiene Perusahaan.


(3) Norma Kerja.
(4) Pemberian ganti rugi, perawatan dan rehabilitasi dalam hal
kecelakaan kerja.
d. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang Kerja Tahun 1948 No. 12.
Undang-Undang ini memuat aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang
muda, orang wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.
Pasal 2 : Anak-anak tidak boleh menjalankan pekerjaan untuk menjaga
keselamatan, kesehatan dan pendidikan anak.
Pasal 7 : Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam
hari, kecuali pekerjaan tersebut menurut sifat, tempat dan
keadaan seharusnya dijalankan oleh orang wanita atau jika
pekerjaan itu tidak dapat dihindarkan berhubungan dengan
kepentingan atau kesejahteraan umum.
Malam hari adalah waktu antara jam 18.00 sampai jam 06.00.
Pasal 8 : Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan di dalam
tambang, lubang di dalam tanah atau tempat lain untuk
mengambil logam dan bahan-bahan lain dari dalam tanah.
Pasal 9 : Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan yang
berbahaya bagi kesehatan atau keselamatannya, demikian pula
pekerjaan yang menurut sifat, tempat dan keadaannya berbahaya
bagi kesusilaannya.
e. Menurut Undang – Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja :
Undang-Undang ini dimaksudkan memberi perlindungan jaminan sosial
kepada setiap tenaga kerja melalui mekanisme asuransi.
Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja meliputi :
(1) Jaminan Kecelakaan Kerja.
(2) Jaminan Kematian.

I-3
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

(3) Jaminan Hari Tua.


(4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

1.4 TUJUAN K3 :
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah Mencegah dan mengurangi
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjamin :
 Setiap tenaga Kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya.
 Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
 Proses produksi berjalan lancar.

1.5 PENGERTIAN TEMPAT KERJA :


Tempat Kerja adalah tiap ruangan tertutup atau terbuka bergerak atau tetap
dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya sebagaimana dalam
Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja.
Terdapat 3 unsur pokok di tempat kerja :

Bahaya
Kerja

Unsur
Pokok
ditempat Kerja
Tempat Tenaga
Kerja Kerja

Gambar 1.1 Unsur Pokok ditempat Kerja

I-4
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

 Tenaga Kerja.
 Bahaya kerja.
 Tempat kerja untuk suatu usaha.
Beberapa pengertian terkait tempat Kerja :
a. Pengurus :
Pengurus adalah Orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagian tempat kerja yang berdiri sendiri. Dalam Undang-
undang No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja Pengurus tempat kerjalah yang
berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat Kerja. Pengurus adalah pucuk
Pimpinan tertinggi disuatu tempat kerja dan mempunyai wewenang untuk
memutuskan tentang apa yang ada di tempat kerja.
b. Pengusaha :
Pengusaha adalah Orang/Badan Hukum yang memiliki atau mewakili pemilik
suatu tempat kerja. Adakalanya Pengusaha dan Pengurus merupakan satu
Orang yang terdapat pada Perusahaan dengan skala kecil.
c. Direktur :
Direktur adalah Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
melaksanakan Undang-undang dalam hal ini DIREKTUR JENDERAL BINA
HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Kep. 79/Men/1977.
d. Pegawai Pengawas :
Pegawai Pengawas adalah Pegawai Teknis berkeahlian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
Berkeahlian khusus dalam arti menguasai pengetahuan dasar dan praktis di
Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diperoleh melalui proses
pendidikan tertentu. Ketentuan persyaratan dan penunjukan Pegawai
Pengawas diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No. 03/Men/1978.

I-5
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

Dalam perkembangannya Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) merupakan bagian atau spesialisasi tersendiri dari Sistem
Pengawasan Ketenagakerjaan sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
03/Men/1984.
e. AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Ahli K3) :
Ahli K3 adalah Tenaga Teknis berkeahlian khusus diluar Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga kerja untuk mengawasi ditaatinya
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja.
Tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Ahli K3) diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
02/Men/1992.

1.6 TUJUAN UNDANG-UNDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA (K3) :
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :
1. Tenaga Kerja dan setiap Orang yang berada di tempat Kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
2. Sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

1.7 SYARAT-SYARAT KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA :


Dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun1970 Keselamatan Kerja
ditetapkan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berisikan arah
dan sasaran yang akan dicapai.
Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja diterapkan sejak tahap
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk
yang menimbulkan bahaya kecelakaan.

1.8 PEMBINAAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA :

I-6
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja mengatur kewajiban


Pengurus dalam melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan di tempat Kerja antara
lain :
1. Memeriksakan kesehatan, kondisi mental dan kemampuan fisik sejak awal
bagi tenaga kerja baru yang diterimanya atau tenaga yang dipindahkan
kebagian lain atau lain pekerjaan.
2. Memeriksakan kesehatan secara berkala pada semua tenaga kerja.
3. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus dilakukan oleh Dokter pemeriksa
atau penguji Kesehatan Tenaga Kerja sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 2/Men/1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan kerja dan
untuk meningkatkan kondisi kesehatan kerja Tenaga Kerja secara umum,
Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan
ketentuan didalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
4. Menunjukkan dan menjelaskan kepada Tenaga Kerja Baru :
a. Kondisi dan bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.
b. Semua pengamanan dan Alat Pelindung Diri (APD) yang ada
ditempatnya.
c. Alat Pelindung Diri (APD) bagi Tenaga Kerja yang bersangkutan.
d. Cara kerja dan sikap kerja yang aman dalam melaksanakan tugasnya.
5. Melakukan pembinaan bagi Tenaga Kerja secara berkala tentang :
a. Pencegahan kecelakaan.
b. Pemberantasan kebakaran.
c. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
6. Membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di
tempat Kerjanya sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta Tata Cara penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja.

I-7
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

7. Melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang dipimpinnya


pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Tata cara pelaporan
Kecelakaan Kerja diatur sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
03/Men/1998 tentang Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan.
8. Menempatkan di tempat kerja secara tertulis syarat keselamatan kerja di
tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
9. Memasang gambar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat yang mudah
dilihat dan dibaca.
10. Menyediakan secara Cuma-Cuma Alat Pelindung Diri (APD) pada Tenaga
Kerja yang dipimpinnya dan menyediakan bagi orang lain untuk memasuki
tempat kerja.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja mengatur kewajiban
Tenaga Kerja di tempat Kerja antara lain :
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai Pengawas atau
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3).
2. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) memasuki tempat Kerja.
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
4. Meminta kepada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang diwajibkan.

1.9 PENGAWASAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA :


Direktur melakukan pengawasan secara umum terhadap Undang-Undang
Keselamatan Kerja, sedangkan Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan Kerja
(Ahli K3) menjalankan pengawasan.
Wewenang dan kewajiban Direktur ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. Kep. 79/Men/1977, Wewenang dan kewajiban Pegawai Pengawas
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Per. No. 03/Men/1978 tentang
penunjukan dan wewenang, serta kewajiban pegawai pengawas keselamatan
dan kesehatan kerja, sedangkan untuk Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja

I-8
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

(Ahli K3) ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.
02/MEN/1992 tentang Tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja.
1.10 KETENTUAN PELANGGARAN :
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 juga memberikan ancaman pidana bagi
Perusahaan yang melanggarnya. Ancaman hukuman dari pelanggaran adalah
Hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp
100.000 (Seratus Ribu Rupiah). Proses projustisia dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 KUHP.

1.11 ISTILAH-ISTILAH DALAM KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA


(K3) :
1. Potensi bahaya (Hazard) :
Suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan
kecelakaan/kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan
melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.
a. Tingkat bahaya (Danger) :
Ungkapan adanya potensi bahaya secara relatip. Kondisi yang berbahaya
mungkin saja ada, akan tetapi dapat menjadi tidak begitu berbahaya karena
telah dilakukan beberapa tindakan pencegahan.
b. Risiko (Risk) :
Menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/kerugian pada periode
waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
c. Insiden :
Kejadian yang tidak diinginkan.
d. Kecelakaan :
Suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda.
e. Aman/Selamat :

I-9
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

Kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya).


f. Tindakan tak aman :
Suatu pelanggaran terhadap prosedur Keselamatan yang memberikan peluang
terhadap terjadinya Kecelakaan.
g. Keadaan tak aman :
Suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat
langsung mengakibatkan terjadinya Kecelakaan.

1.12 PRINSIP DASAR PENCEGAHAN KECELAKAAN :


Faktor penyebab kejadian kecelakaan :
1. Lemah Pengawasan oleh Manajemen (Lack of Control Managemen) :
Partisipasi aktif manajemen sangat menentukan keberhasilan usaha
pencegahan kecelakaan, oleh sebab itu seorang Pimpinan unit harus
memahami :
 Program pencegahan kecelakaan.
 Membina, mengukur dan mengevaluasi performance bawahannya.
2. Sebab Dasar :
Penyebab yang paling mendasar terhadap kejadian kecelakaan antara lain :
a. Kebijakan dan keputusan Manajemen.
b. Faktor manusia/pribadi :
 Kurang pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman.
 Tidak adanya motivasi.
 Masalah phisik dan mental.
c. Faktor lingkungan/pekerjaan :
 Kurang/tidak adanya standar.
 Desain dan pemeliharaan kurang memadai.
 Pemakaian yang abnormal.
3. Sebab yang merupakan Gejala (Sympton).
4. Kecelakaan.

I - 10
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

1.13 PENCEGAHAN KECELAKAAN :


Pencegahan kecelakaan merupakan program terpadu dari berbagai aktivitas,
pengawasan yang terarah yang didasarkan atas “Sikap, pengetahuan dan
kemampuan”
Kegiatan pencegahan kecelakaan dilakukan melalui 5 tahapan :
a. Organisasi K3 :
Usaha pencegahan kecelakaan tidak mungkin dilakukan oleh orang per-orang
atau secara pribadi tetapi memerlukan keterlibatan banyak orang. Organisasi
K3 dapat berbentuk Struktural seperti Safety Department (Departemen K3)
dan Fungsional seperti Safety Commitee (Panitia Pembina K3/P2K3).
Agar Organisasi K3 berjalan dengan baik, maka harus didukung :
 Seorang Pimpinan (Safety Director).
 Seorang atau lebih Teknisi (Safety Engineer).
 Dukungan Manajemen.
b. Menemukan Fakta atau Masalah :
Dalam kegiatan menemukan fakta atau masalah dapat dilakukan melalui
Survey, Inspeksi, Observasi, Investigasi dan Review of Record.
c. Analisis :
Proses bagaimana fakta atau masalah yang ditemukan dapat dipecahkan.

1.14 HARI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) :


 Untuk memasyarakatkan dan membudayakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, maka ditetapkan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
setiap tanggal 12 Januari sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Kep. 245/Men/1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional.
 Peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja diisi dengan kegiatan
meningkatkan pengenalan, kesadaran, penghayatan dan pengamalan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga membudaya di kalangan
masyarakat Indonesia.

I - 11
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

1.15 BENDERA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA :


 Warna dasar Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Putih dengan
lambang Keselamatan dan Kesehatan Kerja berbentuk palang warna Hijau
dilingkari Roda bergerigi sebelas dengan Logo bertuliskan “Utamakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja” sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. Kep. 1135/Men/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

Gambar 1.2 Logo K3


Lambang dan Logo Bendera Keselamatan dan Kesehatan kerja
a. Bentuk dan Ukuran Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :

Gambar 1.3 Bentuk Bendera K3


Bentuk dan Ukuran Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
 Bentuk : Segi empat.
 Warna : Putih.
 Ukuran : 900 mm x 1350 mm.
 Lambang dan Logo : Terletak Bolak balik pada kedua muka Bendera.
 Ketentuan Lambang dan Logo :
1. Lambang :

I - 12
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

 Bentuk palang dilingkari Roda bergerigi sebelas berwarna hijau.


 Letak : Titik pusat 390 mm dari pinggir atas.
 Ukuran roda bergerigi :
R1 : 300 mm.
R2 : 235 mm.
R3 : 160 mm.
 Tebal ujung gigi : 55 mm.
 Tebal pangkal gigi : 85 mm.
 Jarak gigi : 32° 73´
 Palang Hijau : 270 mm x 270 mm dan tebal 90 mm.

Gambar 1.4 Dimensi ukuran Logo K3


2. Logo :
Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja berwarna Hijau dengan
ukuran Hurup sebagai berikut :
 Tinggi Hurup : 45 mm.
 Tebal Hurup : 6 mm.
 Panjang kata “Utamakan” : 360 mm.
 Panjang kata “Keselamatan dan Kesehatan Kerja” : 990 mm.
 Jarak baris atas dan bawah : 72 mm.

I - 13
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

 Jarak baris bawah dengan pinggir bawah bendera : 75 mm.


b. Arti dan Makna Lambang Lambang pada Bendera Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) :
 Palang : Bebas dari Kecelakaan dan Sakit Akibat Kerja.
 Roda Gigi : Bekerja dengan kesegaran Jasmani dan Rohani.
 Warna Putih : Bersih dan Suci.
 Warna Hijau : Selamat, Sehat dan Sejahtera.
 Sebelas gerigi Roda : 11 Bab dalam Undang-Undang Keselamatan
Kerja
c. Cara Pemasangan Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :
Pemasangan Bendera K3 bersebelahan dengan Bendera Merah Putih tetapi
tidak boleh lebih tinggi atau sama dengan Bendera Merah Putih.

1.15 ANALISIS KECELAKAAN KERJA :


Di Indonesia setiap kejadian kecelakaan kerja wajib melaporkan kepada
Departemen Tenaga Kerja selambat-lambatnya 2 (Dua) x 24 Jam setelah
kecelakaan terjadi sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan kerja dan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan
sosial tenaga kerja.
Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan adalah Kecelakaan Kerja yang
terjadi di tempat Kerja maupun kecelakaan dalam perjalanan yang terkait dengan
hubungan kerja.
Tujuan dari kewajiban melaporkan Kecelakaan Kerja adalah :
a. Agar Pekerja yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk jaminan
dan tunjangan.
b. Agar dapat dilakukan penyidikan dan penelitian serta analisis untuk
mencegah terulangnya kecelakaan serupa.
Laporan Kecelakaan kerja umunya ringkasan dan mengikuti bentuk formulir
tertentu yang menggambarkan kejadian kecelakaan disertai Rekomendasi langkah
pencegahan.

I - 14
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

Langkah-langkah analisis setelah kejadian kecelakaan Kerja :


a. Tujuan :
Analisis Kecelakaan Kerja yang efektip harus dapat :
 Menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi.
 Menentukan sebab yang sebenarnya.
 Mengukur resiko.
 Mengembangkan tindakan kontrol.
 Menentukan kecenderungan.
 Menunjukkan peran serta.
b. Apa yang Dianalisis :
 Setiap kecelakaan yang terjadi termasuk yang tidak membawa kerugian.
 Setiap kecelakaan yang membawa kerugian.
 Keadaan hampir celaka (Incident) dan keadaan near miss (hampir
celaka).
c. Siapa Petugas Analisis :
 Petugas yang berwenang dan mempunyai kemampuan dan keahlian.
 Pengawas kerja (Supervisor).
 Manager.
d. Langkah-langkah Analisis :
 Mengumpulkan informasi yang terkait.
 Menganalisa semua fakta yang penting.
 Mengembangkan dan mengambil tindakan perbaikan.
 Membuat laporan analisis.
e. Cara Analisis :
Analisis diawali dengan mengumpulkan Informasi sehingga dapat
menerangkan dengan jelas dan runtut kejadian kecelakaan secara tepat, jelas
dan obyektip. Analisis menyusun sejumlah fakta yang mendahului
Kecelakaan tanpa interpretasi atau menyatakan pendapat pribadi.

I - 15
Mt. Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik UMAHA
Sidoarjo

Informasi dikumpulkan di tempat kejadian segera setelah terjadi


kecelakaan. Penyidikan dan analisis sebaiknya dilakukan oleh Petugas yang
terlatih atau Petugas yang telah mengenal dengan baik tempat kerja tersebut.
Informasi diperoleh dari korban, saksi mata, teman sekerja dan Pengawas
kerja dan informasi dapat dilengkapi dengan laporan teknis untuk mendukung
analisis.

I - 16

Anda mungkin juga menyukai