Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

Oleh
Kelompok 6

ANNISA GUSRI TAMARA (19177002)


HARIZQI AZRI (19177013)
RIKA ANDIMA (19177042)
SATRI VANI KARISFA (19177022)

Dosen Pembimbing
Dr. Dwi Hilda Putri, M.Biomed

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar hewan dapat bertahan hidup menghadapi fluktuasi lingkungan
eksternal yang lebih ekstrem dibandingkan dengan keadaan yang dapat ditolerir oleh
setiap individu selnya. Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu
lingkungan internal seekor hewan. Setiap species hewan yang berbeda telah
diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap hewan mempunyai
kisaran suhu yang optimum. Di dalam kisaran tersebut, banyak hewan dapat
mempertahankan suhu internal yang konstan meskipun suhu eksternalnya
berfluktuasi.Suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya
makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan
molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme
hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja.
Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya)
yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh
meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan
kehilangan fungsinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Jelaskan Pengertian Termoregulasi?
2. Bagaimana Adaptasi pada suhu rendah?
3. Bagaimana adaptasi pada suhu tinggi?
4. Bagaimana mekanisme insulasi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian termoregulasi?
2. Untuk mengetahui adaptasi pada suhu rendah?
3. Untuk mengetahui adaptasi pada suhu tinggi?
4. Untuk mengetahui mekanisme insulasi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Termoregulator
Termoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu
tubuhnya supaya tetap konstan, supaya suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan
yang terlalu besar, Isnaeni (2006: 207). Termoegulasi merupakan proses
penjagaan suhu internal hewan dalam kisaran yang dapat ditoleransi (Campbel,
2008: 15). Adapun suhu normal tubuh, berada pada kisaran 36.0°C - 37.5°C.
termoregulasi sangat penting dalam tubuh, karena perubahan suhu akan
mempengaruhi semua reaksi kimia dalam tubuh. Untuk setiap penurunan suhu
sebanyak 10°C, laju sebagian besar reaksi yang diperantarai oleh enzim menurun
dua sampai tiga kali lipat. Peningkatan suhu mempercepat reaksi-reaksi, namun
menyebabkan beberapa protein menjadi kurang aktif. Misalnya molekul
pengangkut O2 yaitu Hemoglobin menjadi kurang efektif dalam mengikat O2.

Gambar 1. Suhu di Rectal


Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas. Dalam mencapai homeostasis, hewan
mempertahankan kondisi lingkungan internalnya dalam keadaan relatif konstan
bahkan ketika lingkungan eksternalnya berubah secara signifikan. Seperti
kebanyakan hewan, manusia juga menunjukkan homeostasis untuk menjaga
sejumlah kondisi fisik dan kimia.
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hipothalamus, Hipotalamus
merupakan bagian kecil dari otak yang bertindak seperti termostat. Terdapat dua
hipothalamus, yaitu:
a) Hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas
b) Hipothalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.
Saraf-saraf yang terdapat pada bagian posterior memperoleh dua sinyal, yaitu
berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor
panas/dingin dan berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian
hipothalamus itu sendiri.

Gambar 2. Pusat termoregulator hipotalamus

Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan


untuk mempertahankan suhu tubuh. Thermoreceptors dari hipotalamus memonitor
suhu darah yang mengalir melalui-suhu inti tubuh. Ada juga thermoreceptors di
kulit, yang mengukur suhu kulit. Kedua set thermoreceptor mengirim impuls saraf
ke hipotalamus jika suhu inti atau kulit terlalu tinggi atau rendah. Hipotalamus
kemudian dapat melakukan mekanisme perbaikan. Jika suhu tubuh turun sampai
dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai impuls untuk
menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas..
Gambar 3. Mekanisme perbaikan oleh Hipotalamus

Gambar 4. Mekanisme saat suhu tubuh tinggi dan rendah


Gambar 5. Faktor Saraf mempengaruhi Termoregulasi

Gambar 6. Jalur Termoregulasi


Gambar 7. Produksi Panas dan Hilangnya Panas Tubuh
Metabolisme internal dan lingkungan eksternal menyediakan sumber
panas untuk termoregulasi. Hewan dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan
sumber panas, yaitu:
1. Endotermik yang berarti bahwa sebagian besar tubuh dihangatkan oleh
panas yang dihasilkan dari metabolisme. Kebanyakan burung dan mamalia
termasuk golongan ini. Pada lingkungan yang dingin, hewan endoterm
menghasilkan panas yang cukup untuk mempertahankan suhu tubuh yang
pada dasarnya lebih hangat dari suhu sekitarnya. Dalam lingkungan yang
panas, vertebrata endoterm memiliki mekanisme untuk menyejukkan
tubuh, sehingga mampu bertahan dalam panas berlebih yang tak dapat
ditoleransi sebagian besar ektoterm.
2. Ektotermi yang berarti bahwa sebagian besar panas tubuh diperoleh dari
sumber-sumber eksternal. Contoh hewan golongan ini yaitu amfibia,
kadal, ular, katak dan banyak jenis ikan. Ektoterm biasanya menoleransi
flutuasi suhu internal yang lebih besar. Walaupun ektoterm tidak
menghasilkan panas yang cukup untuk termoregulasi, namun banyak
diantaranya yang menyesuaikan suhu tubuh melalui perilaku, misalnya
mencari tempat teduh atau berjemur di bawah matahari.
Berdasarkan variasi pada suhu tubuh, maka hewan dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu poikiloterm (dari kata Yunani poikilos, bervariasi) dan
homoeterm memiliki suhu tubuh yang relative konstan.
B. Adaptasi Suhu Rendah
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu
lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan
memerlukan kemampuan untuk secara ketat menyeimbangan laju produksi panas
metabolisme atau perolehan panas dari lingkungan luarnya. Laju produksi panas
dapat ditingkatkan melalui satu atau dua cara dengan meningkatkan kontraksi otot
(dengan cara bergerak atau mengigil) atau dengan kerja hormon yang
meningkatkan laju metabolisme dan produksi panas sebagai pengganti ATP
(Campbell, et al. 2004).
Kemampuan untuk mengendalikan temperatur tubuh (thermoregulasi) pada
bangsa unggas dan mamalia telah berkembang jauh lebih baik ketimbang bangsa
ikan, amfibia, dan reptilia. Selain dengan melakukan berbagai penyesuaian
perilaku seperti yang biasa dilakukan oleh binatang dari tingkatan yang lebih
rendah itu, kemampuan untuk mengendalikan temperatur tubuh melalui
mekanisme fisiologi pada unggas dan mamalia telah berkembang dengan baik.
Berbagai bentuk penyesuaian fisiologi terhadap perubahan kondisi lingkungan
yaitu:
1. Penyesuaian laju pertukaran panas antara hewan dan sekelilingnya. Insulasi
tubuh seperti rambut, bulu, dan lemak yang terletak persis di bawah kulit.
Mekanisme lain yang ,mengatur pertukaran panas umumnya melibatkan
adaptasi sistem sirkulasi, jenis adaptasi lain yang mengubah pertukaran panas
adalah suatu arteri dan vena yang disebut sebagai penukar panas lawan-arus.
Pertukaran panas melalui lawan arus sangat penting dalam pengontrolan
hilangnya panas pada hewan endoterm. Contohnya mamalia laut dan burung.
Mekanisme lawan arus itu beroperasi menurut prinsip yang sama dengan
yang terjadi pada pernapasan insang dan penggelembungan kantung renang.
Arteri yang membawa darah hangat ke anggota gerak terentang melewati dan
sejajar dengan vena yang membawa darah dingin menuju ke jantung. Bahkan,
vena tersebut membentuk jaring-jaring dan membelit arteri. Karena itu, sebagian
besar darah arteri panasnya digunakan untuk menghangatkan darah vena yang
dingin itu. Akibatnya, hanya sedikit panas tubuh yang akhirnya tiba di anggota
gerak yang di tempat itu panas tubuh tersebut dengan mudah hilang ke lingkungan
luar yang dingin. Ikan paus dan anjing laut mempunyai mekanisme pengaturan
vaskuler yang demikian itu pada sirip dan kepesnya, Bagian tubuh ini, tidak
seperti bagian tubuh lainnya, tidak dilindungi oleh lapisan lemak pelindung panas.
Demikian pula, penguin mempunyai pembuluh darah serupa pada sayapnya
sehingga kehilangan panas melalui sayapnya dapat ditekan.
Mekanisme pertukaran panas lawan arus juga terdapat pada anggota gerak
dari manusia. Selain itu, mekanisme tersebut juga terdapat pada pembuluh darah
yang menuju ke testis dan mempunyai arti penting dalam mempertahankan
temperatur testis. Darah arteri yang hangat yang menuju ke testis akan
“didinginkan” oleh darah vena yang meninggalkan testis menuju ke jantung.
Dengan demikian, temperatur testis tidak sampai meningkat karena “dipanaskan”
oleh darah arteri; peningkatan temperatur testis akan dapat mengganggu proses
spermatogenesis (pembentukan spermatozoa) pada testis.
Air laut di tempat yang sangat dalam di semua derajat lintang temperaturnya
sangat rendah (sangat dingin). Pada vertebrata yang mampu menyelam sampai
jauh ke dalam laut, terjadi mekanisme pengaturan pertukaran panas berupa
terhentinya peredaran darah menuju ke kulit. Dengan demikian, dapat ditekan
hilangnya panas tubuh ke lingkungan air yang dingin itu.
Binatang homeotherm yang hidup di darat juga mampu mengatur peredaran
darah kulitnya sebagai respon atas temperatur udara yang hangat atau dingin.
Pembuluh darah perifernya bisa berdilatasi (melebar) pada kondisi lingkungan
panas atau berkontriksi (mengecil) pada temperatur luar yang dingin.
Gambar 8. Pertukaran panas secara lawan arus. (a) burung mempunyai
lawan arus dalam kakinya, (b) pada sirip mamalia laut seperti lumba-
lumba pasifik (Campbell,et al.2004).

2. Pendinginan melalui kehilangan panas evaporatif. Hewan endoterm dan


ektoterm terestrial kehilangan air melalui pernapasannya melalui kulit.
3. Respon perilaku. Banyak hewan dapat meningkatkan atau menurunkan
hilangnya panas tubuh dengan cara berpindah tempat.
4. Pengubahan laju produksi panas metabolik. Kategori keempat adaptasi
termoregulasi ini hanya berlaku bagi hewan endoterm khususnya mamalia dan
unggas.
Mekanisme yang selanjutnya adalah dengan cara meningkatkan produksi
panas tubuh atau termogenesis. Meningkatkan aktivitas tubuh dan meningkatkan
asupan makanan adalah hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan
termogenesis. Dari dalam tubuh, termogenesis dihasilkan melalui dua cara
yaitu dan Non-Shivering Thermogenesis (NST) dan Shivering Thermogenesis(ST).
Proses Non-Shivering Thermogenesis (NST) berasal dari pembakaran cadangan
lemak di jaringan lemak coklat yang disebut Brown Adipose Tissue (BAT). Sesuai
namanya, jaringan lemak ini berwarna coklat, berbeda dengan jaringan lemak
yang biasa kita kenal. Pada awalnya, para ahli mengira Brown Adipose
Tissue (BAT) hanya terdapat pada hewan mamalia dan bayi baru lahir, yang akan
menghilang seiring pertambahan umur. Namun, penelitian terakhir menemukan
bahwa manusia dewasa tetap memiliki Brown Adipose Tissue (BAT) yang
tersebar di seluruh bagian tubuh. Berbeda dengan Non-Shivering
Thermogenesis (NST), pada Shivering Thermogenesis (ST) atau menggigil
dihasilkan dari kontraksi otot tubuh secara terus menerus sehingga produksi panas
dihasilkan dari transfer energi di dalam sel otot. Pada Shivering
Thermogenesis (ST), sumber energi yang utama yang digunakan adalah glukosa,
terutama cadangan glukosa di dalam otot (glikogen).
Pada Non-Shivering Thermogenesis (NST) kontraksi otot bukan satu-
satunya proses yang dikendalikan dalam refleks pengatur suhu. Pada sebagian
besar hewan percobaan, paparan dingin kronis menginduksi peningkatan tingkat
metabolisme (produksi panas) yang bukan karena peningkatan aktivitas otot.
Penyebabnya adalah peningkatan sekresi epinefrin adrenal dan peningkatan
aktivitas simpatis ke jaringan adiposa, dengan beberapa kontribusi oleh hormon
tiroid juga. Namun, Non-Shivering Thermogenesis (NST) cukup minimal, jika
ada, pada manusia dewasa, dan tidak ada peningkatan sekresi hormon tiroid dalam
menanggapi dingin. Termogenesis yang tidak berubah memang terjadi pada bayi.
Sensor suhu ada di kulit (pada bayi baru lahir khususnya wajah), sumsum tulang
belakang dan hipotalamus. Informasi suhu diproses di hipotalamus. Norepinefrin
(NE) dilepaskan sebagai respons terhadap stres dingin dan hasilnya vasokonstriksi
dan peningkatan aktivitas metabolisme.

Gambar 9. Mekanisme Non-Shivering Thermogenesis (NST)


Non-Shivering Thermogenesis (NST) atau siklus trigliserida lemak coklat
terjadi dengan diaktifkan oleh SNS/tiroid lalu memompa ion siklik yang tidak
produktif di seluruh PM. Energi hidrolisis ATP yang dilepaskan tersebut yaitu
sebagai panas.

Gambar 10. Siklus thermogenesis oleh lemak coklat


Jaringan pemanas (billfishes) termasuk Non-Shivering Thermogenesis(NST)
dimana kurang myofibrils/sarkoma, tetapi tetap sarkoplasma retikulum (SR) dan
menghasilkan panas melalui pelepasan Ca²⁺ dari sitoplasma internal. Pelepasan
Ca²⁺ dari toko sitoplasma internal melalui Stimulasi eksogen yaitu reseptor
tubulus mengaktifkan saluran Ca²⁺ dalam SR yakni Ca²⁺ dilepaskan ke sitosol.
Peningkatan ion Ca²⁺ dalam sitosol merangsang proses katabolik pemakan ATP
yang melepaskan energi dalam bentuk panas.

Gambar 11. Proses penghasilan panas


Pada Shivering Thermogenesis (ST) perubahan aktivitas otot merupakan
kontrol utama produksi panas untuk pengaturan suhu. Perubahan aktivitas otot
merupakan kontrol utama produksi panas untuk pengaturan suhu. Perubahan otot
pertama sebagai respons terhadap penurunan suhu tubuh inti adalah peningkatan
kontraksi otot rangka secara bertahap dan umum. Pada saat menggigil terjadilah
kontraksi otot yang berirama dan relaksasi yang terjadi dengan sangat cepat.
Selama menggigil saraf motorik eferen ke otot rangka dipengaruhi oleh jalur
menurun di bawah kendali utama hipotalamus. Karena hampir tidak ada pekerjaan
eksternal yang dilakukan dengan menggigil, hampir semua energi yang
dibebaskan oleh metabolisme muncul sebagai panas internal dan dikenal sebagai
thermogenesis menggigil. Orang-orang juga menggunakan otot mereka untuk
kegiatan penghasil panas secara sukarela seperti injakan kaki dan tepukan tangan.

Gambar 12. Panas dihasilkan oleh gerak otot


C. Adaptasi Suhu Tinggi
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima
atau yang hilang ke lingkungan. Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi
kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia,
otot, dan modifikasi sistem sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di
bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk
mengurangi kehilangan panas tubuh.

Panas bisa dipindahkan dengan lingkungan eksternalnya melalui 4 proses


fisik yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Campbell,et al.2004).
Gambar 13. Mekanisme hilangnya panas oleh konduksi,
radisi, konveksi dan evaporasi.
1. Konduksi
Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan
suatu benda atau perpindahan langsung gerakan termal antara molekul-
molekul permukaan tubuh seperti ketika seekor hewan duduk dalam kolam air
dingin atau diatas batu yang panas (Campbell,et al.2004). Transfer panas
langsung melalui cairan, padatan, atau gas dari satu molekul ke molekul lain.
Sejumlah kecil panas tubuh bergerak melalui konduksi langsung melalui
jaringan dalam ke permukaan yang lebih dingin. Kehilangan panas melibatkan
pemanasan molekul udara dan permukaan yang lebih dingin saat bersentuhan
dengan kulit. Tingkat kehilangan panas konduktif tergantung pada gradien
termal
Panas akan selalu dihantarkan benda bersuhu tinggi ke benda suhu
rendah yang dipengaruhi oleh:
a. Permukaan benda yang saling bersentuhan
b. Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
c. Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang
dimiliki suatu benda) dari kedua benda
d. Konduktivitasnya rendah
e. Penahan panas yang baik yaitu rambut dan bulu
f. Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya kebenda lain
yang bersentuhan dengannya (Aklis:2006).

2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakkan udara atau
cairan melalui permukaan tubuh, seperti ketika tiupan angin turut
menghilangkan panas dari permukaan tubuh hewan yang berkulit kering
(Campbell,et al.2004). Efektivitas tergantung pada seberapa cepat udara (atau
air) yang berdekatan dengan tubuh dipertukarkan. Arus udara pada 4 mph
sekitar dua kali lebih efektif untuk mendinginkan arus udara pada 1 mph.
Proses konveksi yaitu:
a. Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal
b. Perpindahan bisa dipercepat apabila aliran fluida disekililing tubuh
ditingkatkan
c. Terjadi dari lingkungan ketubuh hewan, misalnya pada saat udara panas
bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi panas
juga.
3. Radiasi
Radiasi adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan
oleh semua benda yang lebih hangat dari suhu absolut nol, termasuk tubuh
hewan dan matahari. Radiasi dapat memindahkan panas diantara benda-benda
yang tidak melakukan kontak langsung, seperti ketika hewan menyerap panas
radiasi dari matahari. Para peneliti telah menemukan suatu adaptasi spesifik
untuk mengeksplorasi radiasi matahari pada beruang kutub. Bulu hewan ini
sesungguhnya sangat bersih dan bening, bukan putih. Setiap rambut berfungsi
agak mirip seperti sebuah serabut optik yang menghantarkan radiasi
ultraviolet ke kulitnya yang hitam, dimana energi diserap dan diubah menjadi
panas tubuh (Campbell,et al.2004).
Frekuensi dan intensitas radiasi tergantung dengan berbagai cara:
1. Semakin tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi semakin tinggi pula
intensitas radiasinya
2. Tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan
baik
3. Berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau
memperoleh panas tubuh.
4. Evaporasi
Evaporasi air dari seekor hewan memberi efek pendingin yang signifikan
pada permukaan hewan itu. Bahkan dengan tidak adanya keringat, ada
kehilangan air karena difusi melalui kulit, yang tidak tahan air. Jumlah yang
sama hilang dari lapisan pernapasan selama kedaluwarsa. Kedua kehilangan
ini dikenal sebagai kehilangan air yang tidak masuk akal dan jumlahnya
sekitar 600 ml / hari pada manusia. Penguapan air ini menyumbang sebagian
besar dari total kehilangan panas. Berbeda dengan kehilangan air pasif ini,
berkeringat membutuhkan sekresi aktif cairan oleh kelenjar keringat dan
ekstrusi ke dalam saluran yang membawanya ke permukaan kulit.
Adaptasi pada suhu tinggi juga bisa dilakukan dengan kehilangan panas
melalui terengah-engah, berkeringat dan mandi (berkubang).
a) Kehilangan panas dengan terengah-engah
Beberapa mamalia kehilangan panas karena terengah-engah. Pernafasan
yang cepat dan dangkal ini sangat meningkatkan jumlah air yang menguap di
mulut dan saluran pernapasan dan karenanya jumlah panas yang hilang.
Karena pernapasannya dangkal, ia menghasilkan sedikit perubahan dalam
komposisi udara alveolar. Kontribusi relatif dari setiap proses yang
memindahkan panas dari tubuh bervariasi dengan suhu lingkungan. Pada
21°C, penguapan adalah komponen minor pada manusia saat istirahat. Ketika
suhu lingkungan mendekati suhu tubuh, kehilangan radiasi menurun dan
kehilangan penguapan meningkat

b) Kehilangan Panas dalam Kelembaban Tinggi (Berkeringat)

Total keringat yang menguap dari kulit tergantung pada: Area


permukaan terpapar lingkungan Suhu dan kelembaban udara sekitar Arus
udara konvektif tentang tubuh Faktor terpenting adalah kelembaban relatif.
Ketika kelembaban relatif tinggi, tekanan uap air sekitar mendekati kulit
lembab dan penguapan terhambat Sangat penting untuk mengenali bahwa
keringat harus menguap untuk mengerahkan efek pendinginannya. Faktor
terpenting yang menentukan laju penguapan adalah konsentrasi air-uap udara
yaitu, kelembaban relatif. Ketidaknyamanan yang diderita pada hari-hari yang
lembab disebabkan oleh kegagalan penguapan; kelenjar keringat terus
mengeluarkan, tetapi keringat tetap di kulit atau menetes.

c) Mandi (Berkubang)

Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara


mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Gajah berendam dalam air
dingin akan memberikan kesejukan dengan cepat dari panas dan terus
mendinginkan permukaan selama beberapa saat melalui evaporasi
(Campbell,et al.2004).

Gambar 14. Sebuah adaptasi perilaku untuk termoregulasi.


D. Mekanisme Insulasi
Insulasi termal adalah proses untuk mengurangi laju perpindahan panas
(Wikipedia). Insulasi termal dapat dilakukan melalui insulator rubuh. Insulator
tubuh terdiri atas bulu, rambut dan lemak.
1. Bulu dan Rambut sebagai Insulator Tubuh
Salah satu adaptasi termoregulasi utama pada mamalia dan burung adalah
insulasi, yang mengurangi aliran panas antara hewan dan lingkungan. Sumber-
sumber insulasi mencakup rambut, bulu, dan lapisan lemak yang dibentuk oleh
jaringan adiposa.
Kebanyakan hewan yang mengandalkan pada insulasi untuk mengurangi
seluruh pertukaran panas juga menyesuaikan lapisan-lapisan penginsulasinya
untuk membantu termoregulasi. Sebagian besar mamalia darat dan burung,
misalnya, bereaksi terhadap suhu dingin dengan menegakkan bulu rambut atau
bulunya. Tindakan ini memerangkap lapisan udara yang lebih tebal, sehingga
meningkatkan daya insulasi lapisan bulu rambut atau bulu. Untuk menolak air
yang dapat mengurangi kapasitas penginsulasi bulu atau bulu rambut, beberapa
jenis hewan mengekresikan zat-zat berminyak, misalnya minyak yang dioleskan
oleh burung ke bulunya selama membersihkan badan. Manusia, yang tak memiliki
bulu atau bulu rambut, harus mengandalkan lemak untuk insulasi. ‘merinding’
adalah sisa-sisa penegakan rambut yang kita warisi dari nenek moyang kita yang
memiliki bulu rambut.
Insulasi memainkan peran yang sangat penting dalam termoregulasi
mamalia laut, misalnya paus dan walrus. Hewan-hewan ini berenang diperairan
yang lebih dingin dari pada suhu inti tubuhnya, dan kebanyakan spesies
menghabiskan setidaknya sebagian waktu dalam setahun di lautan kutub yang
nyaris beku. Masalah termoregulasi tersebut diperparah oleh fakta bahwa transfer
panas ke air terjadi 50 sampai 100 kali lebih cepat dari pada transfer panas ke
udara. Tepat di bawah kulit, mamalia laut memiliki lapisan lemak menginsulasi
yang sangat tebal. Disebut blubber. Insulasi dan blubber sangat efektif hingga
mamalia laut mempertahankan suhu inti tubuh sekitar 36-38⁰C tanpa
membutuhkan lebih banyak energi makanan dari pada mamalia darat yang
berukuran serupa.
2. Lemak sebagai Insulator Tubuh
Meningkatnya peredaran darah ke kulit yang merupakan penyesuaian
fisiologi dapat meningkatkan hilangnya panas melalui konveksi dan radiasi.
Berbagai mekanisme fisiologi untuk mengatasi cekaman temperatur luar yang
tinggi (dan juga yang rendah) pada hewan mamalia.

Gambar 15. kulit sebagai suatu organ termoregulasi.


Lemak (jaringan adiposa) dan rambut membantu menginsulasi mamalia.
Hilangnya panas ke lingkungan dapat diatur melalui konstriksi (penyempitan) dan
dilatasi (pembesaran) pembuluh darah superfisial dan melalui berdirinya dan
pemampatan bulu. Kelenjar keringat, dibawah kontrol saraf berfungsi dalam
pendinginan melalui evaporasi (Campbell,et al.2004).
Lapisan lemak di bawah kulit atau dalam tubuh dan penutup bulu dapat
mencegah hilangnya panas tubuh masuk ke lingkungan dingin. Pada hewan
berbulu, kontraksi refleks dari otot kecil pada dasar bulu di kulit menyebabkan
bulu dapat berdiri tegak (piloereksi). Berdirinya bulu itu membentuk semacam
“selimut penahan panas” untuk mengurangi hilangnya panas dari permukaan
tubuh melalui radiasi. Pada manusia yang relatif tidak berbulu, hal berdirinya bulu
tersebut terlihat sebagai “bulu merinding” yang tidak mempunyai peran bermakna
dari sudut thermoregulasi. Namun, manusia mampu menekan hilangnya panas
tubuh dengan cara memakai baju hangat atau selimut yang pada hakikatnya
merupakan lapisan penghalang hilangnya panas tubuh ke lingkungan luar.
Binatang yang dalam jangka waktu yang sangat lama (misalnya berabad-
abad) hidup di lingkungan yang sangat dingin melakukan berbagai bentuk
adaptasi terhadap lingkungan tersebut. Salah satunya adalah sangat
berkembangnya lapisan lemak penghalang panas atau pelindung dingin tersebut.
misalnya gajah laut, singa laut, penguin, dsb. Tubuhnya akan ditutupi oleh lapisan
lemak yang tebal.

Efek saraf simpatis:

 Produksi keringat distimulasi oleh saraf simpatis ke kelenjar.


 Saraf ini melepaskan asetilkolin dari pada neurotransmitter norepinefrin
simpatis.
 Keringat adalah larutan encer yang mengandung natrium klorida sebagai zat
terlarut utamanya. Tingkat keringat lebih dari 4 L / jam telah dilaporkan;
penguapan 4 L air akan menghilangkan hampir 2.400 kkal dari tubuh.

Gambar 16. Pengaturan saat suhu panas dan dingin oleh hipotalamus
Ringkasan mekanisme efektor dalam pengaturan suhu

Efek yang Diinginkan Mekanisme

Dirangsang oleh dingin


Mengurangi • Vasokonstriksi pembuluh kulit
kehilangan panas • Pengurangan area permukaan (keriting ke atas, dll)
• Respons perilaku (memakai penghangat, mengangkat
pengaturan termostat)

Meningkatkan • Meningkatkan tonus otot


produksi panas • Menggigil dan meningkatkan aktivitas sukarela
• Peningkatan sekresi epinefrin (minimal pada orang
dewasa)
• Menambah nafsu makan makanan

Dirangsang oleh panas


Meningkatkan • Vasodilatasi pembuluh kulit
kehilangan panas • Berkeringat
• Respons perilaku (mengenakan pakaian dingin,
menghidupkan kipas angin)

Mengurangi produksi • MengurangiMenurun tonus otot dan aktivitas sukarela


panasproduksi panas • Penurunan sekresi epinefrin (minimal pada orang
dewasa)
• Menurunkan nafsu makan

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Termoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu
tubuhnya supaya tetap konstan, paling tidak, supaya suhu tubuhnya tidak
mengalami perubahan yang terlalu besar. Mekanisme Termoregulasi terjadi
dengan mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya
bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistem sirkulasi
di bagian kulit.
Pada suhu dingin, mamalia dan burung akan memerlukan kemampuan untuk
secara ketat menyeimbangan laju produksi panas metabolisme atau perolehan
panas dari lingkungan luarnya. Laju produksi panas dapat ditingkatkan melalui
satu atau dua cara dengan meningkatkan kontraksi otot (dengan cara bergerak atau
mengigil) atau dengan kerja hormon yang meningkatkan laju metabolisme dan
produksi panas sebagai pengganti ATP.

B. Saran
Makalah termoregulasi ini masih banyak terdapat kekurangan, maka
dengan itu kami mengharapkan kritik dan sarannya bagi pembaca agar dapat lebih
baik lagi pada penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aklis, Nur. Studi heat losses pada isobaric zone reaktor hyl iii direct reduction
plant pt. Krakatau steel. jurnal Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah
Surakarta Vol.7 No.2, Juli 2006, 63-69

Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid 3.


(diterjemahkan dari : Biology Fifth Edition, penerjemah : W. Manalu).
Penerbit Erlangga. Jakarta. 436 hal.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai