Anda di halaman 1dari 5

APPENDISITIS

dr.T.Yusriadi

Anatomi Apendix Vermiformis


Terdapat pada caecum, yaitu pada puncak caecum di pertemuan ke 3 taenia colli (libera, mesocolica dan
omentalis).
Pangkalnya terdapat pada posteromedial caecum ± 2 cm dari ileocaecal junction.
Pada ileocaecal junction ini terdapat valvula ileocaecalis (bauhini) dan pada pangkal appendix terdapat
valvula apendicularis (gerlachi).
Panjang apendik ± 7-12 cm (rata-rata 8 cm), dengan Ф 0,5-1 cm (0,6 cm). Lumen menyempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian distal.
Struktur dari luar ke dalam : serosa – muskularis – submukosa dan mukosa
Lapisan sub mukosa terdiri atas jaringan ikat, jaringan saraf, pembuluh darah dan lymphe
Antara submukosa dan mukosa terdapat lymphonodes.
Arteri yang memperdarahi apendik yaitu a.apendicularis (cabang a.ileocolica.). A. Ileocolica merupakan
cabang dari a.mesenterica superior.
A.apendicularis adalah end arteri.
Inervasi : parasimpatis (cabang N.X (vagus). Sedangkan simpatis N. Thorakalis X (sebagai nyeri viseral
apendisitis yang dirasakan mula-mula di sekitar umbilikus).

“Pintar Bedah Anak”_dr.T.Yusriadi


Letak appendik :
 Retrosekal (65%)
 Antesaekal (25%)
 Pelvical ( 5%)
 Subsaekal (2,6%), dll
Topografi :
 Titik Mc. Burney : Titik pada garis antara umbilikus s/d spina iliaca anterior superior (SIAS)
dektra. Apendik terletak pada 1/3 bagian SIAS kanan atau 2/3 bagian umbilikus. Garis yang
menghubungkan SIAS kanan dengan umbilikus disebut garis Monroe.
 Titik lanz : Titik pada garis antara SIAS kanan dan SIAS kiri. Garis ini dibagi 2 menjadi bagian
kanan dan kiri. Pada bagian kanan dibagi 3 dan titik Lanz terdapat pada 1/3 bagian dari SIAS
kanan.
 Titik Monroe : Buat garis dari SIAS kanan sampai tuberkulum pubikum kemudian dibagi 2.
Buat garis para sagital (sejajar garis tengah), lalu potongkan garis ini dengan garis Monroe.
Hasil perpotongan ini disebut titik Monroe.

Etiologi
Peradangan apendik diawali oleh proses obstruksi di dalam lumen
Obstruksi pada pangkal apendik, yang disebabkan oleh :
 Sumbatan dalam lumen : Fekalith (berhubungan dengan diet rendah serat), Corpus alienum
(misal : biji-bijian) dan Parasit (cacing)
 Kingking/bengkok apendix : Oleh karena mesoapendix yang pendek., dan adhesi sekitar
apendix.
 Pembesaran folikel limfoid di tunika submukosa→ paling sering pada anak-anak.
 Stenosis/ Obliterasi apendix misal pada orang tua.
 Pseudo obstruksi : diet rendah serat sehingga peristaltik melemah.
Infeksi hematogen :Penyebaran dari tempat lain ex : pneumonia, tonsilitis. Terjadi pada 10-20% kasus.

Patofisiologi (Cloud 1993, S-S-G-R-A)


80 % obstruksi pada lumen apendik menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung →
tertimbun dalam lumen apendix (kapasitas lumen apendix < 0,1 ml, sedangkan kecepatan produksi
mukus 1-2 ml/hari).
Timbunan mukus makin lama makin banyak → terganggunya elastisitas dinding apendix untuk
membendung → meningkatnya tekanan intraluminal → distensi apendix.
Akibat distensi tsb. → tergencetnya saluran limfe → stasis limfe → terjadi oedem (+)→ iskemia
submukosa → translokasi kuman dari lumen ke submukosa → reaksi inflamasi dan ulserasi mukosa →
App fokal (yang ditandai nyeri sekitar umbilikus, dan setelah 8 jam nyeri akan berpindah ke abdomen
kanan bawah (mc.burney). Nyeri viseral ke nyeri somatik.
Bila sekresi mukus berlanjut → maka tekanan akan terus meningkat → terjadi obstruksi vena dan
thrombosis → oedem >>> dan bakteri akan menembus dinding → apendisitis supuratif akut.

“Pintar Bedah Anak”_dr.T.Yusriadi


Bila kemudian arteri juga ikut terganggu → infark dinding apendix yang diikuti dengan gangren →
apendisitis gangrenosa. Merupakan fase awal pada apendisitis yang mengalami komplikasi.
Bila dinding apendix itu rapuh dan akirnya pecah → apendisitis rupture(perforasi).
Bila proses tersebut berjalan lambat (tidak progresiv) → omentum dan usus yang berdekatan akan
walling off ke apendix yang pecah → sehingga timbul massa fokal yang disebut apendikular
infiltrat (massa apendikular).
Peradangan tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Kecepatan perjalanan proses tersebut bergantung pada : virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh,
fibrosis dinding apendix, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale bahkan organ lain seperti buli,
uterus mencoba membatasi atau melokalisir proses peradangan ini.
Bila proses melokalisir ini belum selesai , namun sudah terjadi perforasi maka akan timbul
peritonitis.

Dikutip dari slide Presentasi karya akhir dr.T.Yusriadi (Biomarker Prokalsitonin pada Apendisitis)

Diagnosis
Anamnesis
 Perjalanan klinis nya sederhana, dimulai dari anoreksia, perasaan kembung dan tidak nyaman
pada umbilikus
 Anoreksia, mual dan muntah ; akibat aktivasi dari n. Vagus (N.X).
 Nyeri perut sekitar umbilikus s/d kanan bawah. Jika sudah ada tanda peritonitis nyeri defans
muskular bisa dirasakan terlokalisir lokal di area iliaka kanan sampai ke seluruh lapang perut.
 Obstipasi. Namun pada anak apendisitis justru menyebabkan diare (+), karena ukuran pelvis
anak yang kecil dan apendix yang terletak dekat sigmoid akan memberikan rangsangan
rektosigmoid, sehingga menimbulkan diare.
 Demam : terjadi bila telah ada komplikasi. Dalam anamnesis harus diperhatikan mana duluan
muncul nyeri atau demam dahulu. Jika duluan muncul demam kemungkinan bukan karena
apendisitis.
 Lain-lain : disuria, cystitis dan leukore.
Pemeriksaan Fisik
 Takikardi ringan
 Bila didapatkan demam > 38, kemungkinan telah ada perforasi (+).
 Inspeksi : Pasien menunjuk lokasi rasa sakit.
 Palpasi : NT (+) regio mc. burney, nyeri tekan lepas (rebound tenderness)→ nyeri timbul pada
titik mc.burney setelah tekanan pada titik tersebut dilepaskan, Defans muskuler (+) bila ada
perforasi dan tanda khusus lainnya
 Pada anak omentum belum tumbuh sempurna, sehingga terdapat konsekuensi peritonitis
setelah terjadi rupture.

“Pintar Bedah Anak”_dr.T.Yusriadi


 Perkusi : biasanya normal.
 Auskultasi :Biasanya normal, namun bisa menurun pada kondisi pasien yang telah peritonitis,
terutama pada abdomen sisi kanan bawah.
 Rektal Tusse : nyeri arah jam 10-11. (Pada anak RT ini sulit karena menimbulkan nyeri saat
memasukkan jari serta anak tidak kooperatif).
*) Tanda Khusus : untuk mengetahui lokasi apendik.

 Rouvsing Sign : Tekan perut kiri bawah, kemudian di dorong ke kanan akan timbul nyeri di
kanan bawah (+).
 Psoas Sign : Nyeri pada psoas ini menandakan adanya apendix yang radang menempel pada
muskulus psoas. menggambarkan letak apendix retroperitoneal.
Aktif (dewasa) : Os terlentang, pemeriksa menekan lutut kanan pasien, kemudian di suruh
angkat. Bila nyeri (+).
Pasif (Anak) : pasien miring ke kiri, paha kanan di hiperektensikan oleh pemeriksa, akan timbul
nyeri kanan bawah.
 Obturator Sign : Untuk mengetahui apakah apendix menempel dengan m.obturator interna
yang merupakan dinding pelvic minor (posisi apendix di pelvis). Caranya : Dilakukan gerakan
secara fleksi dan endorotasi articulation coxae pada posisi terlentang.
Pemeriksaan laboratorium
 Leukosit meningkat
 Netrofil segment meningkat > 75% (shift to the left)
 CRP,Prokalsitonin
 Urinalisa, PP test.
Radiologi
 Ro. Polos abdomen : Pada apendisitis yang sudah memberat terdapat gambaran opasitas di
regio kanan bawah, dan kadang didapatkan gambaran fekalit.
 USG : apendik non kompresibel karena penebalan dinding, berisi cairan periapendik-perisekal,
diameter > 6 mm, dan peningkatan echogenitas periapendik. Pada pasien gemuk dan letak
retrocaecal apendik sering tidak tervisualisasi. Kelemahan USG adalah dependent operator.
 CT Scan

Skor Alvarado
Initial Gejala Nilai
A App. Point pain 2
L lekositosis 2
V Vomitus 1
A Anoreksia 1
R Rebound tenderness 1
A Abdominal migrete pain 1
D Degree of Celcius 1
O Obs. Of Hemogram (N > 72%) 1
App akut : Bila skor nya > 7

Diagnosa Banding
GI tract : Cholesistitis akut, divertikulitis, enteritis, pankreatitis, ileitis terminalis, tumor caecum
Urologi : cystitis, batu ureter
Obsgin : Adnexitis, KET, torsio cyst ovarii.

Penatalaksanaan
Apendisitis akut : cito appendektomi (antegrade maupun retrograde).
Antibiotik profilaksis.
Dilakukan laparotomi appendektomi bila telah ada kecurigaan perforasi.

Komplikasi
Resolusi : Mungkin terjadi bila infeksi disebabkan oleh hematogenic low grade infection. Sedangkan
appendisitis akut terjadi karena obstruksi intraluminer.
Perforasi : disebabkan dinding apendix mengalami gangrene. Perforasi dapat menyebabkan timbulnya
abses lokal atau peritonitis generalisata. Tanda telah terjadi perforasi : nyeri lokal pada fossa iliaca

“Pintar Bedah Anak”_dr.T.Yusriadi


kanan s/d nyeri seluruh lapang perut, suhu naik tinggi, nadi semakin cepat, defans muskular (+), bising
usus berkurang dan perut distended (+).
Terbentuk abses : abses akan terbentuk bila ada omentum atau usus lain yang dengan cepat
membendung daerah apendix yang mengalami gangrene. Abses ini bisa mengecil, membesar, pecah
dalam cavum peritonei. Suatu abses perlu 3-4 hari untuk pembentukannya.
Pyelephlebitis
Abses subdiafragmatika.
Post operasi : infeksi luka operasi (ILO), abses dan sepsis.

Appendisitis Kronik
Sebenarnya istilah kronik tidak ada.
Namun bila pasien mengeluhkan adanya nyeri ringan samar-samar pada mc. burney, dengan lab yang
tidak khas mungkin oleh karena :
 Recurrent appendisitis yang telah sembuh
 Psycosomatic disease.
 Ileitis terminalis
 Dysentri amoeba
 TB usus
 Keganasan pada caecum.

“Pintar Bedah Anak”_dr.T.Yusriadi

Anda mungkin juga menyukai