(Eri Susanti) ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM PDF
(Eri Susanti) ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM PDF
ERI SUSANTI
Bimbingan Konseling Islam (BKI)
Fakultas Ushuluddin adab dan dakwah (FUAD)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak
Email: erisusanti0892@gmail.com
Abstrak
Setiap ilmu memiliki aliran di dalamnya termasuk ilmu kalam. Aliran-aliran ilmu kalam
cukup banyak dan menarik untuk dibahas. Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan
tentang aliran-aliran yang ada di dalam ilmu kalam. Masalahnya ada banyak aliran yang
terdapat di dalam ilmu kalam. Apa sajakah perbedaan yang terdapat di dalam ilmu kalam?.
Melalui artikel ini penulis akan menjelaskan tentang beberapa aliran yang ada di dalam
ilmu kalam. Metode yang digunakan adalah metode penelusuran kepustakaan. Berdasarkan
hasil penelusuran kepustakaan penulis dapat menyimpulkan tentang perbedaan aliran yang
ada di dalam ilmu kalam.
PENDAHULUAN
Mempelajari mata kuliah ilmu kalam merupakan salah satu dari tiga komponen
utama rukun iman. Ketiga komponen itu yaitu, nuthqun bi al-lisani (mengucapkan
dengan lisan), „amalun bi al-arkani (melaksanakan sesuai dengan rukun-rukun), dan
tashiqun bi al-qalbi (membenarkan dengan hati).1
Ilmu kalam adalah ilmu yang tergolong eksklisif di kalangan umat Islam,
itupun hanya terbatas pada perguruang tinggi keagamaan Islam (PTKI) saja, yang
merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa. Tidak banyak orang yang tau
mengenai seluk beluk ilmu yang langka ini. Kebanyakan para intelektual Muslim,
lebih memilih filsafat sebagai pembentuk pola pikir, yang dijadikan sebagai dasar
1
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 5.
23
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
sebagai penentuan segala sesuatu dalam bidang keilmuan. Padahal dalam Islam,
kerangka berfikir yang mirip, bahkan lebih kokoh sandarannya, telah tercipta jauh
sebelum keilmuan lain dalam Islam itu terbentuk, yaitu ilmu kalam.2
Mengkaji aliran-aliran ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya memahami
kerangka berpikir dan proses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Pada dasarnya, potensi yang dimiliki
setiap manusia, baik berupa potensi biologis maupun potensi psikologis secara
natural adalah sangat distingtif. Oleh sebab itu, perbedaan kesimpulan antara satu
pemikiran dan pemikiran lainnya dalam mengkaji suatu objek tertentu merupakan
suatu hal yang bersifat natural pula.3
Aliran kalam lebih merupakan bentuk segregasi komitas dalam tubuh umat
Islam yang terbentuk karena adanya perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan
teologi Islam. Perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan teologi Islam.
Perbedaan ini juga terjadi dalam satu komunitas yang mengklaim menganut aliran
kalam tertentu. Fenomena inilah yang lazim terjadi dalam tradisi pemikiran kalam,
hingga setiap aliran kalam masih memiliki golongan-golongan yang berbeda satu
sama lain. Hal itu disebabkan oleh adanya kecenderungan berpandangan ekstrem
pada satu sisi dan ada juga yang moderat dalam satu aliran pemikiran kalam yang
sama.4
Dalam artikel ini, penulis akan menjelaskan tentang aliran-aliran yang terdapat
di dalam ilmu kalam beserta tokoh dan doktrin-doktrinnya. Cukup banyak memang
aliran-aliran yang ada di dalam pembahasan ilmu kalam.
2
Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017), hlm. 1
3
Abdul Rozak dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm.
31.
4
Faizal Amin, Ilmu Kalam: Sejarah Pemikiran Islam dan Aktualisasinya, (Pontianak:
STAIN Pontianak Pres, 2012), hlm. 20.
24
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Prasa ini ingin
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu tentang kalam. Ilmu kalam
merupakan suatu cabang ilmu yang merupakan bagian dari displin ilmu-ilmu
berlatar Islam sebelum terlampau jauh membicarakan tentang ilmu ini.
Kata Ilmu merupakan kata yang salah satu nama-Nya. Al-Ilmu juga berarti
maha mengetahui. Kata ilmu berakar dari 3 huruf. Sedangkan kata kalam
merupakan kata yang penuh makna. Kalam berarti pengucapan atau ucapan. 5
Ilmu kalam membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajran-
ajaran dasar itu menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-Quran,
serta orang yang percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan mukmin,
serta orang yang tidak percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka,
dll.6
5
Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017), hlm. 8
6
Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi
(Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 3
25
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
dengan maksud berjihad di jalan Allah. Hal ini di dasarkan pada QS An-Nisa:
100. Berdasarkan ayat tersebut, maka kaum khawarij memandang kaum
khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah
atau kampung halamannya untuk berjihad. 7
Bila di masa Rasulullah kafir hanya untuk mereka yang tidak memeluk
Islam tapi kaum Khawarij memperluas pengertiannya dengan memasukkan
orang-orang yang telah masuk Islam. Yakni orang Islam yang bila ia
menghukum, maka yang digunakan bukanlah hukum Allah.8
Ajaran Khawarij bermula dari masalah pandangan mereka tentang kufur.
Kufur (orang-orang kafir), berarti tidak percaya. Lawannya adalah iman (orang
yang dikatakan mukmin) berarti percaya. Di masa Rasulullah kedua kata itu
termanifestasi secara tajam sekali, yakni orang yang telah percaya kepada
Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang
tidak percaya kepada Allah tersebut. Dengan kata lain, mukmin adalah orang
yang telah memeluk agama Islam sedangkan kafir adalah orang yang belum
memeluk agama Islam.
Bila pada masa Rasulullah term kafir hanya dipakai untuk mereka yang
belum memeluk Islam, kaum Khawarij memperluas makna kafir dengan
memasukkan orang yang telah beragama Islam ke dalamnya. Yakni orang
Islam yang bila ia menghukum, maka yang digunakannya bukanlah hukum
Allah.
Secara umum, konsep mereka tentang iman bukan pembenaran dalam hati
semata-mata. Pembenaran hati (al-tasdiq bi al-qabl) menurut mereka, mestilah
disempurnakan dengan menjalankan perintah agama. Seseorang yang telah
memercayai bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu utusan
7
Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 33
8
Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan
Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.44
26
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam
Allah, tapi ia tidak melakukan kewajiban agama, berarti imannya tidak benar,
maka ia akan menjadi kafir.9
Pengikut Khawarij terdiri dari suku Arab Badui yang masih sederhana cara
berpikirnya. Jadi sikap keagamaan mereka sangat ekstrem dan sulit menerima
perbedaan pendapat. Mereka menganggap orang yang berada di luar
kelompoknya adalah kafir dan halal dibunuh. Sikap picik dan ekstrem ini pula
yang membuat mereka terpecah menjadi beberapa sekte.
Berbeda dengan kelompok Sunni dan Syi‟ah, mereka tidak mengakui hak-
hak istimewa orang atau kelompok tertentu untuk menduduki jabatan khalifah.
Khawarij tidak memandang kepala negara sebagai orang yang sempurna. Ia
adalah manusia biasa juga yang tidak luput dari kesalahan dan dosa.
Karenanya, mereka menggunakan mekanisme syura untuk mengontrol
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Kalau ternyata kepala negara
menyimpang dari semestinya, dia dapat diberhentikan atau dibunuh.10
Tokoh-tokoh Dalam Aliran Khawarij: Urwah bin Hudair, Mustarid bin
Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, dan
'Abdullah bin Basyir.
Doktrin-Doktrin Khawarij
Khalifah harus dipilih bebas seluruh umat Islam
Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab
Dapat dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syariat Islam. Ia dijatuhkan bahkan dibunuh apabila
melakukan kedzaliman.
9
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 46-47
10
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Kencana, 2014),
hlm. 140
27
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh Ustman
dianggap menyeleweng. Dan khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi
arbitrase (tahkim), ia dianggap menyeleweng.
Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asy‟ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir.
Pasukan perang jamal yang melawan Ali kafir.
Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus
dibunuh dan seseorang muslim dianggap kafir apabila ia tidak mau
membunuh muslim lainnya yang telah dianggap kafir.
Setiap Muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
Seseorang harus menghindar dari pemimpin yang menyeleweng.
Orang yang baik harus masuk surge dan orang yang jahat masuk ke
neraka.
Qur‟an adalah makhluk
Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan.11
b. Aliran Syiah
Syiah dalam bahasa Arab artinya ialah pihak, puak, golongan, kelompok
atau pengikut sahabat atau penolong. Pengertian itu kemudian bergeser
mempunyai pengertian tertentu. Setiap kali orang menyebut syiah, maka
asosiasi pikiran orang tertuju kepada syiah-ali, yaitu kelompok masyarakat
yang amat memihak Ali dan dan memuliakannya beserta keturunannya.
Kelompok tersebut lambat laun membangun dirinya sebagai aliran dalam
Islam. Adapun ahl al-bait adalah “family rumah nabi”. Menurut syiah yang
dinamakan ahl bait itu adalah Fatimah, suaminya Ali, Hasan dan Husein anak
11
Muchotob Hamzah, Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyah, (Yogyakarta: LKiS, 2017),
hlm. 10
28
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam
12
Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm.52
13
Ahmad Nahraei Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi‟i, (Jakarta: Hikmah, 2008), hlm. 95
29
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
Doktrin-doktrin Syiah
Kepala negara diangkat dengan persetujuan rakyat melalui lembaga ahl
al-hall wa al-‘aqd.
Kepala negara atau imam berkuasa seumur hidup, bahkan mereka
meyakini kekuasaan imam mereka ketika ghaibdan baru pada akhir
jaman kembali kepada mereka.
Kepala negara (imam) sebagai pemegang kekuasaan agama dan politik
berdasarkan petunjuk Allah dan wasiat Nabi.
Kepala negara memegang otoritas sangat tinggi14
c. Aliran Jabbariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan
mengharuskannya melaksanakan sesuatu atau secara harfiah dari lafadz al-
jabr yang berarti paksaan. Kalau dikatakan Allah mempunyai sifat Al-
jabbar (dalam bentuk mubalaghah), itu artinya Allah Maha Memaksa.
Selanjutnya kata jabara setelah ditarik menjadi jabariyah memiliki arti
suatu aliran. Lebih lanjut Asy- Syahratsan menegaskan bahwa paham Al
jabr berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang
sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah, Dengan kata lain
manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.15
Secara istilah, jabbariyah berarti menyandarkan perbuatan manusia
kepada Allah SWT. Jabariyyah menurut mutakallimin adalah sebutan untuk
mahzab al-kalam yang menafikkan perbuatan manusia secara hakiki dan
menisbatkan kepada Allah SWT semata. 16
14
Nurcholish Madjij, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm 147
15
Asy-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal (Surabaya: Bina Ilmu, 2006), hlm. 71.
16
Muhammad Maghfur, Koreksi Atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam,
(Bangil: Al-Izzah, 2002), hlm.41.
30
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam
Asal-usul Jabariyah
Aliran Jabbariyah ini sebenarnya sudah ada di kalangan bangsa Aeab
sebelum Islam. Sejarah mencatat bahwa orang yang pertama kali
menampilkan paham jabbariyah di kalangan umat Islam adalah Al-Ja‟d Ibn
Dirham.18
Pandangan-pandangan Ja'ad bin Dirham ini kemudian disebar
luaskan oleh pengikutnya, seperti Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam
sejarah teologi Islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran
jahmiyyah dalam kalangan Murji’ah. Ia adalah sekretaris Surai bin Al hariz
dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan bani Umayyah.
Namun dalam perkembangannya paham Jabariyyah juga dikembangkan
oleh tokoh lainnya diantaranya Al Husain bin Muhammad An-Najjar dan
Ja‟ad bin Dirrar. Paham Jabariyah ini diduga telah ada sejak sebelum agama
Islam datang kemasyarakat Arab. 19
17
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI-
Press, 1986), hlm.31
18
Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.65
19
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm.64
31
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh Gurun Pasir Sahara telah
memberi pengaruh besar dalam ke dalam cara hidup mereka. Dan
dihadapkan alam yang begitu ganas, alam yang indah tetapi kejam,
menyebabkan jiwa merasa dekat dengan Dzat Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Dengan suasana alam yanga demikian menyebabkan mereka
tidak punya daya dan kesanggupan apa-apa, melainkan semata-mata patuh,
tunduk dan pasrah kepada kehendak Tuhan, dan dalam al-Qur'an sendiri
banyak memuat ayat-ayat yang membawa kepada timbulnya paham
Jabariyah. "Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat" {QS Ash-
Shaffat: 96} .Selain ayat-ayat Al Quran diatas, benih-benih paham al-jabar
juga dapat dilihat dalam beberapa peristiwa sejarah: Suatu ketika Nabi
menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah takdir
Tuhan, Nabi melarang mereka memperdebatkan persoalan tersebut, agar
terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat tuhan mengenai
takdir.
Adanya paham jabar telah mengemukakan ke permukaan pada masa
bani umayyah yang tumbuh berkembang di Syria.
Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul
dari pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri, ada sebuah pandangan
mengatakan bahwa aliran jabar muncul karena adanya pengaruh dari
pemikiran asing, yaitu pengaruh agama yahudi bermadzhab Qurra dan
agama Kristen bermadzhab Yacobit.20
Tokoh-tokoh Aliran Jabbariyah: Al-Ja‟ad bin Dirham, Jahm bin
Sofwan, Adh-Dhirar, Husain bin Muhammad al-Najjar.
Doktrin-doktrin jabbariyah
Manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa
20
Sarkowi, Teologi Islam Klasik (Malang: Resist Literacy, 2010), hlm. 52-53.
32
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam
d. Aliran Qaddariyah
Qadariyah berasal dari kata “qodara” yang artinya memutuskan dan
kemampuan dan memiliki kekuatan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu
kalam. Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang
memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia
dipandang mempunyai Qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan
kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk kepada Qadar atau pada Tuhan.
Adapun menurut pengertian terminologi Qodariyyah adalah suatu aliran
yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh
Tuhan. Aliran ini juga berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi
segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas
kehendak sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, qodariyyah merupakan
nama suatu aliran yang memberikan suatu penekanan atas kebebasan dan
kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatannya. Harun Nasution
menegaskan bahwa kaum qodariyyah berasal dari pengertian bahwa manusia
mempunyai qodrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, akan
tetapi bukan berarti manusia terpaksa tunduk paada qodrat Tuhan. Kata qadar
dipergunakan untuk menamakan orang yang mengakui qadar digunakan untuk
kebaikan dan keburukan pada hakekatnya kepada Allah.22
21
Achmad Surya, Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah (Achmadsurya.id1945.com)
22
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.
33
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
e. Aliran Mu’tazillah
Kata mu‟tazilah berasal dari kata I‟tazala dengan makna yang berarti
menjauhkan atau memisahkan diri dari sesuatu. Kata ini kemudian menjadi
nama sebuah aliran di dalam ilmu kalam yang para sarjana menyebutnya
sebagai Mu‟tazillah berdasarkan peristiwa yang terjadi pada Washil ibn Atha
(80 H/699 M- 131 H/748 M) dan Amr ibn Ubayd dengan al-Hasan al-Bashri.
Dalam majlis pengajian al-Hasan al-Bashri muncul pertanyaan tentang orang
23
Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari Dari Lahir
Sampai Mati, (Jakarta: WahyuQolbu, 2016), hlm. 140
24
Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim…, hlm. 141
34
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam
yang berdosa besar bukanlah mu‟min dan juga bukanlah orang kafir, tetapi
berada diantara dua posisi yang istilahnya al Manzillah bayn al-manzilatayn.
Dalam uraian di atas bisa dipahami pemimpian tertua di aliran
Mu‟tazillah adalah Washil ibn Atha. Ada kemungkinan washil ingin
mengambil jalan tengah antara khawarij dan murjiah, melainkan berada di dua
posisi. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa orang yang berdosa besar itu
masih ada imannya tetapi tidak pula dapat dikatakan mu‟min karena ia telah
berdosa besar. Orang yang serupa itu apabila meninggal dunia maka ia akan
kekal di dalam neraka, hanya azabnya saja yang lebih ringan dibandingkan
orang kafir. Itulah pemikiran Washil yang pertama sekali muncul.25
25
Ibn Rusyd, 7 perdebatan utama dalam teologi islam (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 30
26
Tsuroya Kiswali, Al-Juwaini: Peletak dasar teologi rasional dalam islam, (Jakarta: Erlangga, 2008),
hlm. 9
35
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
f. Aliran Asy’ariyyah
Asy‟ariyah adalah nama aliran di dalam islam, nama lain dari aliran ini
adalah Ahlu Sunnah wal Jamaah.28 Aliran Asy‟ariyyah adalah aliran teologi
yang dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali ibn Islmail al-
Asy‟ari. Ia dilahirkan di Bashrah, besar dan wafat di Baghdad (260-324 H). Ia
berguru pada Abu Ali al-Jubbai, salah seorang tokoh Mu‟tazillah yang setia
selama 40 tahun. Setelah itu ia keluar dari Mu‟tazillah dan menyusun teologi
baru yang berbeda dengan Mu‟tazillah yang kemudian dikenal dengan sebutan
Asy‟ariyyah, yakni aliran atau paham Asy‟ari. Kasus keluarnya Asy‟ari ini
menurut suatu pendapat karena ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah yang
berkata kepadaya, bahwa Mu‟tazillah itu salah dan yang benar adalah pendirian
al-Hadis.29
Menurut aliran Asy‟ariyyah, Allah mempunyai beberapa sifat dan sifat-
sifat itu bukan zat-Nya dan bukan pula selain zat-Nya, namun ada pada zat-
Nya. Meskipun penjelasan Asy‟ariyyah itu mengandung kontradiksi, hanya
dengan itulah aliran tersebut dapat melepaskan diri dari paham ta’addud al-
27
Nurcholis Madjid, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Kencana, 2014), hlm. 147-153
28
Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 24
29
Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 85
36
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam
30
A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta:
Erlangga, 2006), hlm. 91
31
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 14
32
Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah Di Nusantara, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2012), hlm. 80
33
Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)
37
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
g. Aliran Maturidiyyah
Nama Maturidiyyah diambil dari nama tokoh pertama yang tampil
mengajukan pemikiran sendiri. Nama lengkapnya adalah Abu Mansur
Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi. Beliau lahir di Samarkand pada
pertengahan kedua abad kesembilan Masehi kedua abad ke-9 M dan meninggal
tahun 944 M.
Aliran Maturidiyyah yang dikatakan tampil sebagai reaksi terhadap
pemikiran-pemikiran mu‟tazzilah yang rasional itu, tidaklah seluruhnya sejalan
dengan pemikiran yang yang diberikan oleh al-asy‟ari. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa pemikiran teologi asy‟ari sangat banyak menggunakan
makna teks nash agama (Quran dan Sunnah), maka Maturidiyyah dengan latar
belakang mazhab Habafi yang dianutnya banyak menggunakan takwil. 34
34
Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran: Dari Khawarij Ke Buya Hamka Hingga
Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 99
38
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam
h. Aliran Murji’ah
Murjiah berasal dari bahasa Arab irja artinya penundaan atau
penangguhan. Karena sekte yang berkembang pada masa awal islam yang
dapat diistilahkan sebagai “orang-orang yang diam”. Mereka meyakini bahwa
dosa besar merupakan imbangan atau pelanggaran terhadap keimanan dan
bahwa hukuman atau dosa tidak berlaku selamanya. Oleh karena itu, ia
menunda atau menahan pemutusan dan penghukuman pelaku dosa di dunia ini.
Hal ini mendorong mereka untuk tidak ikut campur masalah politik. Satu
diantara doktrin mereka adalah shalat berjamaah dengan seorang imam yang
diragukan keadilannya adalah sah. Doktrin ini diakui oleh kalangan islam sunni
namun tidak untuk kalangan syiah.36
35
Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi
(Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 99
36
Muhammad Arifin Ilham, ensiklopedia tasawuf imam al-ghazali (Jakarta: Hikmah, 2009), hlm. 320
39
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
PENUTUP
Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Prasa ini ingin
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu tentang kalam. Ilmu kalam
membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajaran-ajaran dasar itu
menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-Quran, serta orang yang
37
Abdul Mujleb, Syafi‟ah, & Ahmad Ismail, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, (Jakarta:
Hikmah, 2009), hlm. 320
38
Hamka Haq, Al-Syatibi, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 32
39
Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi
(Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 52
40
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam
percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan mukmin, serta orang yang tidak
percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka, dll.
Ilmu kalam memiliki banyak aliran yang diantaranya: Khawarij, Syiah,
Qadariyah, Jabariyah, Murji‟ah, Mu‟tazilah, Maturidiyyah, dan Asy‟ariyyah. Setiap
aliran-aliran yang ada di dalam ilmu kalam memiliki doktrin-doktrinnya masing-
masing yang mereka yakini dan mereka pertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta:
Erlangga, 2006)
Abdul Mujleb, Syafi‟ah, & Ahmad Ismail, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali,
(Jakarta: Hikmah, 2009)
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012)
Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2012)
Achmad Surya, Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah (Achmadsurya.id1945.com)
Ahmad Nahraei Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi’i, (Jakarta: Hikmah, 2008)
Asy-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal, (Surabaya: Bina Ilmu, 2006)
Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007)
Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013)
Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017)
Faizal Amin, Ilmu Kalam Sejarah Pemikiran Islam Dan Aktualisasinya, (Pontianak:
STAIN Pontianak Pres, 2012)
Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)
Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari Dari Lahir
Sampai Mati, (Jakarta: WahyuQolbu, 2016)
Hamka Haq, Al-Syatibi, (Jakarta: Erlangga, 2007)
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan
(Jakarta: UI-Press, 1986)
Ibn Rusyd, 7 Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam (Jakarta: Erlangga, 2006)
41
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].
42