HUBUNGAN PANCASILA
DALAM KEISLAMAN
HUBUNGAN PANCASILA
DALAM KEARIFAN LOKAL
PENDAHULUAN
TUJUAN
PEMBAHASAN
ISI
Pertama, sila Ketuhanan Yang Esa. Artinya bahwa kita meyakini
dan mempercayai bahwa Tuhan itu Maha Esa. Hal ini menegaskan
bahwa Sang Kholiq itu Tunggal, sebagaimana yang tertuang dalam
QS Al Ikhlas: ayat 1. Juga di ayat lain dan Surat lain Huwallāhullażī lā
ilāha illā huw, yang artinya Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain
Dia…”. (QS Al Hasr: 23). Demikian juga ditegaskan oleh Rasulullah
saw: Bahwa Islam itu didirikan atas dasar lima perkara, (1) Persaksian
bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan persaksian bahwa
Muhammad itu Utusan Allah. Semuanya menegaskan bahwa
mentauhidkan Allah itu mutlak bagi setiap warga negara Indonesia.
Walau sudah fixed rujukannya, apakah warga negara, bahkan
pejabat kita sudah amalkan sila pertama? Sudah, namun faktanya
masih belum menggembirakan. Semuanya wajib bertekad untuk
tingkatkan Iman dan taqwanya.
Kedua, sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kita harus
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan keberadaban dalam
pergaulan antar manusia. Tidak ada yang saling mendholimi. Allah
tugaskan dalam QS Ar Rahman: 9, “Dan tegakkanlah timbangan itu
dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”. Juga
Rasulullah saw bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya yang
membinasakan orang orang sebelum kalian adalah jika orang
terhormat di antara kalian mencuri, mereka membiarkannya, namun
jika yang lemah mencuri, mereka menghukumnya.” (Muttafaq ‘Alaih).
Keadilan mutlak harus ditegakkan. Tidak boleh pandang bulu.
PEMBAHASAN
Tak heran jika ada dua kerajaan besar yang pernah memiliki wilayah seluruh
Asia Tenggara, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Lantas, apakah modal
demografi bangsa Indonesia tersebut?
Sedangkan budi pekerti merupakan ajaran hidup yang diturunkan oleh nenek
moyang bangsa Indonesia agar selalu menghormati dan menghargai orang
lain, serta memperlakukan orang lain seperti diri sendiri.
ISI
Nilai-nilai kearifan lokal merupakan sifat asli bangsa kita, namun telah
diracuni dan dikaburkan oleh kekuatan asing. Budaya kebersamaan luntur
oleh budaya budaya atau kebiasaan orang di luar negara Indonesia . Kerja
bakti lingkungan yang dimaksudkan sebagai media komunikasi antar warga
dan menimbulkan rasa ikut memiliki fasum/fasos, dianggap sebagai kegiatan
formalitas yang dapat ditinggalkan dengan cara membayar sejumlah uang.
Penegakan hukum yang kuat dapat dilihat dari tidak adanya praktik-praktik
korupsi dan pungutan liar dalam kegiatan perekonomian, kepercayaan diri
dan rasa aman yang tinggi pada setiap individu di luar rumah, dan tingkat
kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah.
Persamaan hak dan kewajiban setiap warga negara serta persamaan
kedudukan di muka hukum terlihat dari adanya kebebasan untuk berekspresi
dan berwira usaha untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Masyarakat
pun memiliki ketaatan yang tinggi dalam membayar pajak dan pemanfaatan
fasilitas umum yang dibangun oleh pemerintah.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan pedoman dalam cara
kita beragama. Semua orang boleh tinggal di Indonesia dan mendapat
perlindungan hukum sepanjang ia memeluk agama.
Jika semua itu kita jalankan dengan baik, niscaya sila kelima yang menjadi
tujuan nasional, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia akan
dapat kita capai. Amien!.
God luck