Anda di halaman 1dari 5

Islam, Kebangsaan dan

Nasionalisme
Oleh; Hanik Hidayati, S. Pd.I., M.Pd

Kebangsaan berasal dari kata Bangsa. Dalam KBBI


bangsa adalah kelompok masyarakat yang bersamaan
asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta
berpemerintahan sendiri, atau kumpulan manusia
yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan
kebudayaan dalm arti umum dan menempati wilayah
tertentu di muka bumi.
Jadi kebangsaan yang sepadan juga dengan
nasionalisme adalah suatu keadaan atau sifat yang
menerima pengakuan atas kumpulan manusia yang
terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dan
menempati wilayah tertentu (memiliki batas teritori).

Pengertian di atas, bisa kita pahami bahwasannya


kebangsaan atau nasionalisme adalah paham atau
idelogi yang terkait dengan nilai-nilai dasar yang
disepakati oleh warga negara dan ingin
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
1
Dari uraian tentang kebangsaan atau
nasionalisme di atas, dalam konteks negara
Indonesia nilai-nilai yang ingin
diimplementasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah ideologi
negara Indonesia yaitu Pancasila.

Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara


mengandung nilai-nilai dasar ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia memiliki


urgensi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,
diantaranya adalah:
 Membentuk identitas atau ciri kelompok bangsa
 Mempersatukan sesama
 Mempersatukan semua lapisan masyarakat dari
berbagai macam latar belakang agama, suku dan
ras
 Mengatasi berbagai macam pertentangan, konflik
dan ketegangan sosial
 Mewujudkan solidaritas dan egalitas.

2
Mendudukkan kebangsaan atau
nasionalisme dalam sudut pandang agama
Islam haruslah dengan cara memandang
Islam itu sendiri secara substansialistik dan
integralistik dan holistik.
Islam sebagai agama (wahyu) tentunya mempunyai
gagasan, ide serta konsep dari Tuhan yang diharapkan
bisa direalisasikan dalam kehidupan setiap
pemeluknya. Gagasan, ide serta konsep ini dikenalkan
oleh Allah melalui Rasul (baginda nabi Muhammad
SAW) dan dijelaskan olehnya baik secara global
maupun rinci.

Semua gagasan, ide serta konsep tersebut setelah


dijelaskan oleh baginda nabi Muhammad SAW
menjadi satu kesatuan yang sistematis, mencakup
semua dimensi kehidupan manusia yang melangit
(akidah, ibadah murni) maupun membumi (relasi
sosial) yang kemudian disebut dengan ajaran
agama.
Dari sini kita bisa memahami bahwa Islam
memunculkan ideologi (fikrah dan thariqah) yang
menjadi satu kesatuan sistem aturan sekaligus
ajaran agama.
3
Membincangkan Islam dan kebangsaan, sama
halnya membincangkan agama dan negara.
Imam Al-Ghazali melihat bahwasanya Agama
dan Negara adalah dua entitas yang harus
berjalan seiring. Agama ibarat akar (pokok) dan
negara ibarat batang (penjaganya).

Dalam Islam memang tidak ada istilah


memisahkan agama dan negara, pun tidak
ada istilah agama adalah negara dan negara
adalah agama.

Ini menjadi sangat afirmatif ketika kita mau menilik


perjalan sejarah baginda Nabi Muhammad SAW.
Perjalanan sejarah kehidupan Baginda Nabi
Muhammad SAW memiliki dua periode, periode
Mekah dan periode Madinah. Dalam periode Mekah,
Nabi menata spiritualitas individu individu mayarakat
dengan pendekatan persuasif.
Dalam periode Madinah, spiritualitas individu-individu
masyarakat telah mapan dan bisa mewarnai komunitas
Madinah saat itu. Dan secara otomatis komunitas
Madinah (negara kecil Madinah) ini terwujud dengan
sendirinya karena kemapanan spiritualitas
masyarakatnya.
ini berarti bahwa Nabi tidak menjadikan Negara
sebagai Agama dan Agama sebagai Negara. Akan tetapi
Agama bisa mewarnai kehidupan kenegaraan pada saat
itu.

4
Dari uraian di atas kita bisa memahami betul
bahwa ideologi Agama seharusnya bisa
mewarnai idelogi negara. Dan Kita tahu betul
bagaimana ideologi negara Indonesia yang
berupa Pancasila ini sudah sangat terwarnai
dengan ideologi Agama.

Ideologi Agama tidak harus diformalkan dalam


sistem kenegaraan, ia harus dijadikan sebagai
alat kontrol bukan sebaliknya, ia tidak boleh
difahami secara verbal dan tekstual.
Dan ideologi Pancasila mengandung esensi
dari ideologi Agama, sehingga tidak perlu
dipermasalahkan.
Ideologi Agama yang telah diuraikan, harus kita
tancapkan kembali dalam benak setiap generasi insan
muslim bangsa. Pun demikian dengan ideologi Negara
yang berupa Pancasila.
Ketika demikian maka sudah tidak ada lagi yang
membenturkan antara ideologi Agama dan negara.
Generasi yang berpegang teguh pada ideologi Agama,
mereka akan selalu patuh, taat, loyal dan cinta terhadap
Agamanya. Demikian juga generasi yang berpegang
teguh pada ideologi Negara, mereka akan selalu patuh,
taat, loyal dan cinta terhadap negaranya.
Yang demikian itu adalah generasi yang religius dan
nasionalis.

Anda mungkin juga menyukai