Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

KEGIATAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG


DI PETERNAKAN BAROKAH SRI MULYO
GATAK, SUKOHARJO

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli


Madya di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh :
Lutphian Rahmasani
H3417022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Tugas Akhir dengan judul “Analisis Usaha Penggemukan Sapi


Potong Di Peternakan Barokah Sri Mulyo Gatak, Sukoharjo ” disusun sebagai
izin Tugas Akhir guna memenuhi salah satu bagian kurikulum pendidikan
program Diploma III Agribisnis. Proposal ini telah disetujui oleh dosen
pembimbing dan telah disahkan pada tanggal 18 Mei 2020.

Disusun oleh :
Nama : Lutphian Rahmasani
NIM : H3417022
Minat : Peternakan

Surakarta, 18 Mei 2020

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Program Studi DIII Agribisnis Dosen Pembimbing

Raden Kunto Adi, S.P, M.P. Shanti Emawati, S.Pt., M.P.


NIP. 197310172003121002 NIP. 198009032005012001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahma-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan usulan
kegiatan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Usaha Penggemukan Sapi Potong
Di Peternakan Barokah Sri Mulyo Gatak, Sukoharjo”. Penyusunan usulan
kegiatan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Samanhudi, S.P., M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Raden Kunto Adi, S.P. M.P. selaku Kepala Program Studi DIII
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
3. Ibu Shanti Emawati, S.Pt., M.P. selaku dosen pembimbing yang selalu
membimbing mahasiswa dalam melaksanakan tugas akhir maupun
penyusunan laporan tugas akhir.
4. Pemimpin dan staf-staf di Peternakan Rajiman Farm sebagai tempat kegiatan
Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal Tugas Akhir ini tidak
lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan usulan kegiatan
Tugas Akhir ini. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat
bagi pembaca.

Surakarta, 18 Mei 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................. 2
C. Manfaat ........................................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4
A. Bakalan ........................................................................................................ 4
B. Pakan ........................................................................................................... 5
C. Perkandangan .............................................................................................. 6
D. Kesehatan Ternak ........................................................................................ 7
E. Pemasaran .................................................................................................... 8
F. Analisis Usaha ............................................................................................. 9
III. TATALAKSANA DAN RENCANA PELAKSANAAN ........................... 13
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................... 13
B. Metode Pengambilan data ......................................................................... 13
C. Sumber Data .............................................................................................. 14
IV. JADWAL PELAKSANAAN ....................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha penggemukan sapi potong merupakan usaha yang potensial dalam
rangka pemenuhan swasembada daging sapi nasional dan diharapkan dapat
mengurangi ketergantungan terhadap impor sapi dan daging sapi. Usaha ini
dilakukan oleh peternak skala besar maupun skala rumah tangga namun usaha
sapi potong memerlukan biaya investasi yang cukup besar. Di Indonesia lebih
dari 90%, sapi diusahakan oleh peternakan rakyat dengan skala kecil, modal
lemah serta masih bersifat usaha sampingan (Sahala et al., 2016). Sapi potong
adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk
utamanya. Pemeliharaannya dilakukan dengan cara dipelihara di dalam
kandang secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi daging dengan mutu yang lebih baik dan berat yang
lebih tinggi sebelum ternak dipotong. Produksi bobot badan sapi dapat
ditunjang dengan pemberian pakan (hijauan maupun konsentrat) yang baik
dengan komposisi yang sesuai, penanggulangan penyakit, penanganan pasca
panen, dan pemasaran menjadi faktor penting dan dapat mempengaruhi
produksi karkas dan mutu daging yang baik.
Penggemukan sapi merupakan upaya untuk mengambil hasil dari
pertambahan bobot sapi secara optimal. Persiapan usaha yang harus dilakukan
yaitu segala sesuatu yang dapat membantu dan mendukung dalam percepatan
penggemukan sapi. Ada empat aspek yang harus dibangun dengan untuk
meraih keberhasilan dalam penggemukan sapi. Keempat aspek tersebut yaitu
lokasi usaha, kandang penggemukan dan bakalan serta pemenuhan kebutuhan
pakan (Yulianto, 2011).
Setiap komoditas peternakan memiliki manajemen tersendiri dalam proses
budidayanya, baik dari manajemen produksinya ataupun analisis usahanya.
Analisis usaha atau disebut juga feasibility study yaitu kegiatan untuk menilai
sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan

1
2

usaha. Analisis usaha dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu


usaha (sebelum dilakukan usaha) dan untuk mengevaluasi kegiatan usaha yang
sudah berlangsung (sesudah usaha dilakukan). Analisa usaha sangat penting
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari usaha peternakan sapi potong
agar pihak manajemen dapat mengetahui apakah manajemen sudah efisien atau
belum sehingga dapat dilihat tingkat keberhasilan usaha peternakan tersebut.
Data dan informasi tentang keuntungan, penjualan, dan total modal dapat
digunakan untuk mengetahui pengembangan modal atas penjualan,
pengembangan modal atas keuntungan, margin laba bersih, dan margin laba
kotor. Analisis usaha diperlukan untuk menilai besar kecilnya produktifitas
usaha sebuah perusahaan (Hartono, 2014).
Kegiatan Tugas Akhir (TA) yang berjudul Analisis Usaha Penggemukan
Sapi Potong Di Peternakan Barokah Sri Mulyo Gatak Sukoharjo ini dilakukan
untuk mendalami manajemen penggemukan sapi potong serta analisis usaha
peternakan. Kegiatan Tugas Akhir ini diharapkan menjadi sarana belajar
tentang semua hal yang belum dipelajari di bangku perkuliahan. Tujuan Tugas
Akhir ini agar dapat menerapkan ilmu yang dipelajari secara nyata dimana
banyak variabel factor yang berpengaruh, sehingga dapat memperoleh
pengetahuan dan pengalaman kerja di lingkungan yang baru dan bagaimana
berinteraksi dan beradaptasi dengan masyarakat sehingga dapat menambah
keterampilan sebagai lulusan dari perguruan tinggi yang akan berkompetisi di
dunia kerja.

B. Tujuan Tugas Akhir


1. Tujuan Umum
Tujuan dari kegiatan Tugas Akhir yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi mahasiswa
setelah terjun di masyarakat.
3

b. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja di bidang peternakan


atau industri pengolahan hasil peternakan.
c. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan
peternakan.
d. Meningkatkan hubungan antara Perguruan Tinggi dengan instansi
Pemerintah, Perusahaan Swasta dan masyarakat, dalam rangka
meningkatkan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari kegiatan Tugas Akhir yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui secara langsung kondisi umum di peternakan Barokah Sri
Mulyo serta mengetahui struktur organisasi dan sumber daya
manusianya.
b. Mengetahui segala aspek yang terkait dengan kegiatan yang ada di
peternakan Barokah Sri Mulyo yaitu analisis usaha penggemukan sapi
potong.

C. Manfaat Tugas Akhir


Manfaat kegiatan Tugas Akhir ini adalah:
1. Mahasiswa memperoleh pengetahuan analisis usaha penggemukan sapi
potong di peternakan Barokah Sri Mulyo.
2. Mahasiswa melihat dan memahami secara langsung sehingga dapat
menumbuhkan motivasi untuk dapat menjalankan peternakan sapi potong.
3. Mahasiswa memperoleh informasi mengenai cara berternak dan analisis
usaha penggemukan sapi potong yang tepat.
4. Menambah pengalaman, keterampilan kerja dan sebagai bekal pengalaman
bagi mahasiswa yang ingin berwirausaha di bidang peternakan khususnya
penggemukan sapi potong.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bakalan Sapi
Pemilihan bakalan untuk tujuan penggemukan harus memperhatikan
bangsa sapi, bangsa sapi yang digunakan untuk penggemukan sebaiknya dipilih
bangsa sapi yang mempunyai produktivitas tinggi atau jenis unggul, baik sapi
unggul lokal maupun jenis sapi impor atau persilangan. Beberapa jenis sapi
unggul lokal yang dijadikan ternak potong adalah sapi Bali, Peranakan Ongole
(PO) dan sapi Madura, sedangkan untuk jenis sapi unggul impor adalah sapi
Brahman, Simenthal, Onggole dan Brangus. Jenis kelamin sapi sebaiknya
berjenis kelamin jantan. Sapi jantan pertumbuhannya lebih cepat dibanding
sapi betina, selain itu juga untuk mencegah pemotongan ternak betina produktif
(Endang, 2007).
Bakalan merupakan faktor yang penting karena sangat menentukan hasil
akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian
dan pengalaman. Pengadaan bakalan dapat dilakukan dengan mengawinkan
indukan sapi sendiri atau dengan membeli anak sapi. Keuntungan pengadaan
bakalan sapi dari pembibitan sapi sendiri adalah peternak dapat langsung
menentukan jenis sapi yang ingin dipelihara untuk penggemukan (Yulianto dan
Saparinto, 2011).
Biaya produksi penggemukan sapi potong selalu mengalami peningkatan
terutama pada biaya tidak tetap. Biaya tidak tetap pada pembelian sapi bakalan
merupakan biaya tertinggi dibandingkan dengan biaya-biaya lainnya.
Tingginya biaya pembelian ternak dipengaruhi oleh jumlah pembelian sapi
bakalan pada setiap tahunnya mengalami peningkatan, selain itu juga
dipengaruhi oleh harga sapi bakalan yang setiap tahunnya mengalami naik
turun. Harga sapi bakalan sekitar Rp.17.000.000,00 – Rp.19.000.000,00/ekor
untuk bobot badan 350-400 kg. Semakin banyak penggemukan sapi yang
dilakukan maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan, terutama pada
biaya tidak tetap (Hartono et al., 2014).

4
5

Penggemukan adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus


untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu
relatif singkat (3-5 bulan). Faktor yang menentukan keberhasilan dalam
program akhir usaha penggemukan adalah bakalan. Bakalan sapi yaitu sapi-
sapi jantan muda (berumur 2–3 tahun) dari bangsa sapi tertentu, baik lokal
maupun impor, dengan bobot badan antara 250–400 kg. Jenis kelamin sangat
mempengaruhi waktu dalam proses penggemukan (Firdausi et al., 2012).

B. Pakan
Hijauan merupakan bahan pakan yang mengandung serat kasar yang
tinggi. Hijauan memiliki kandungan serat kasar lebih dari 18% dalam bahan
kering. Serat kasar merupakan komponen utama dari dinding sel hijauan,
komponen ini sangat susah untuk dicerna (Field, 2007).
Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi
kekurangan gizi dari hijauan pakan ternak. Bahan pakan konsentrat yang dapat
diberikan pada ternak sapi antara lain dedak padi, bungkil kelapa, jagung
giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap dan lain-lain.
Campuran bahan pakan konsentrat yang diberikan pada ternak sangat
tergantung kepada harga dan ketersediaan bahan pakan di sekitar lokasi usaha
penggemukan ternak sapi (Syafrial et al., 2007).
Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusun
sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak
selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum dinyatakan
berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrien secara
tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrisi tersebut bagi ternak. Ransum
yang diberikan pada ternak harus berkualitas, yakni mengandung nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhan ternak (Firdausi et al., 2012).
Feed cost per gain adalah biaya pakan yang dikeluarkan untuk
menghasilkan produk 1 kg pertambahan berat badan. Perhitungan Feed cost
per gain diperoleh dengan mengalikan biaya pakan dengan konversi perlakuan
pakan. Harga pakan saat ini rumput lapang Rp. 300,00/kg, konsentrat Rp.
6

1.700,00/kg. Tinggi rendahnya biaya pakan tergantung pada harga pakan dan
efisiensi tidaknya pemberian pakan. Ditambahkan bahwa ada tiga komponen
untuk menghitung feed cost per gain yaitu, harga bahan pakan yang digunakan
dalam menyusun ransum, jumlah bahan pakan yang dikonsumsi tiap harinya
serta rerata pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Besar kecilnya feed cost
per gain dipengaruhi oleh konversi pakan dan biaya pakan (Iswoyo dan
Widiyaningrum, 2008).

C. Perkandangan
Kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak. Kandang
harus bisa memberikan jaminan untuk hidup yang sehat dan nyaman sesuai
dengan tuntutan hidup ternak dan bangunan kandang diupayakan harus mampu
untuk melindungi ternak dari gangguan yang berasal dari luar seperti sengatan
matahari, cuaca buruk, hujan dan tiupan angin kencang. Secara umum
kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan dan bersikulasi udara baik.
Konstruksi kendang yang perlu mendapat perhatian lebih adalah arah kendang,
ventilasi, dinding, atap dan lantai kandang (Purnama, 2017).
Pembuatan kandang menggunakan bahan-bahan yang bersifat tahan lama,
tidak mudah lapuk, mudah diperoleh, tidak menimbulkan panas terhadap sapi
yang berada dalam kandang dan harganya terjangkau oleh peternak. Beberapa
hal yang harus diperhatikan mengenai kandang diantaranya adalah desain
layout, kapasitas dan materi bangunan kandang terutama lantai dan atap
kandang. Hal tersebut harus diperhatikan dalam rangka mempermudah alur
kegiatan pemeliharaan mulai dari kedatangan bakalan, kemudahan proses
pemberian pakan ternak dan minum, sekaligus menyangkut kemudahan
membersihkan kandang baik dari sisa pakan dan genangan air serta persiapan
pngangkutan sapi yang siap dijual (Rahmat, 2005).

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya
cukup jauh dari permukiman penduduk, tetapi mudah dicapai kendaraan.
Kandang harus pisah dengan rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan
7

sinar matahari harus dapat menembus peralatan kandang serta dekat dengan
lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah
sawah atau ladang. Pemilihan lokasi untuk usaha ternak sapi potong (feedlot)
sebaiknya jauh dari permukiman masyarakat dan memiliki akses ke pasar serta
letak dan ketinggian lokasi harus di perhatikan, letak dan ketingiannya
terhadap lingkungan, sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar (Tim Karya
Tani Mandiri, 2009).

D. Kesehatan Ternak
Kesehatan ternak merupakan aspek yang sangat penting dalam
keberhasilan budidaya sapi perah karena ternak mampu berproduksidengan
optimal jika dalam kondisi sehat. Aspek kesehatan hewan terdiri atas 3
komponen utama yaitu pengetahuan mengenai penyakit, pencegahan penyakit
dan pengobatan penyakit. Rendahnya aspek pencegahan penyakit disebabkan
karena peternak melalui kelompok menolak setiap bentuk program vaksinasi
dari dinas terkait dan interfensi petugas kesehatan dalam pengendalian
penyakit dan pengobatan ternak, sebagian kecil peternak yang mau menerima
program vaksinasi dan itupun terbatas pada ternak dengan status tidak
produktif (Mariana, 2016).
Aspek penting dalam peternakan adalah kesehatan ternak. Guna
meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh turunnya produktifitas, biaya
pengobatan, dan risiko kematian ternak maka diterapkan upaya pencegahan
sejak dini. Upaya pencegahan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan dan
vaksinasi. Aspek lain yang dapat mempengaruhi kesehatan ternak adalah
kebersihan ternak tersebut, pemandian ternak setiap hari dapat menjaga
kesehatan ternak agar produksinya tetap optimal (Suada, 2016).
Penyakit diare dapat disebabkan oleh bakteri Escherichia coli atau
Clostridium sp., masalah pakan dan cuaca yang terlampau dingin. Penyakit ini
berupa gangguan pada alat pencernaan. Diare sangat berakibat fatal bagi pedet,
karena dapat menimbulkan kematian apabila tidak segera dilakukan tindakan.
Gejala yang terlihat pada sapi yang terkena diare antara lain: kotoran sapi cair,
8

warnanya hijau muda atau kuning kehijauan, buang air besar terus-menerus
dan kotorannya berbau busuk, sapi tampak lemas karena dehidrasi dan bobot
tubuh sapi mengalami penurunan (Purbowati, 2012).
Kembung (bloat) adalah terjadinya akumulasi gas yang mengakibatkan
tekanan berlebihan dari rumen dan retikulum oleh gas dari hasil fermentasi.
Kerentanan dari individu sapi terhadap bloat bervariasi dan ada pengaruh
genetik. Bloat dapat terjadi dalam bentuk bloat berbuih dan bloat gas bebas.
Bloat berbuih disebabkan oleh tertahannya gas di dalam masa isi makanan
yang ditelan di dalam rumen. Bloat gas bebas biasanya terjadi setelah hewan
mengkonsumsi sejumlah pakan konsentrat lebih banyak dari yang biasa
diberikan untuk makan harian. Bloat berbuih penyebabnya adalah
terperangkapnya fermentasi gas normal di dalam gelembung yang stabil.
Gejala bloat berbuih yaitu rumen menjadi mengembang mendadak dan pada
pinggang kiri membengkak, pernapasan melalui mulut, lidah menjulur, kepala
menjulur kedepan, sering kencing dan sering muntah (Akoso, 2012).

E. Pemasaran
Arti umum pemasaran adalah suatu sistem kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang
yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai target pasar dan sesuai dengan
tujuan bisnis perusahaan. Pemasaran juga berarti menyesuaikan kemampuan
perusahaan dengan kebutuhan para pelanggan dan mencapai tujuan perusahaan
berupa profit yang berkelanjutan. Pemasaran harus disesuaikan dan
diselaraskan dengan anggaran dan perkiraan pejualan untuk mendapatkan
profit bagi perusahaan (Wijayanti 2012).
Peternak sapi disarankan menjual berdasar bobot badan atau bobot karkas
(sapi dihargai setelah dipotong) dan mengetahui harga pasar. Sebaiknya
dihindari penjualan sistem taksir atau perkiraan harga, terkecuali peternak
sudah berpengalaman sehingga tidak merugi. Penjualan hasil penggemukan
dan kotoran ternak merupakan hasil ikutan yang sangat bermanfaat dan dapat
menjadi tambahan pendapatan. Sapi hasil penggemukan biasanya dijual setelah
9

penggemukan selama 4 – 6 bulan dengan bobot jual 584 – 600 kg. Sebelum
peternak memasarkan sapi perlu dilakukan penimbangan sapi, penentuan harga
jual dan menentukan pasar tujuan (Meta, 2016).
Sapi potong dipasarkan melalui jual beli antara peternak dan pedagang
sapi. Proses pemasaran sapi potong baik pada peternak kelompok maupun
peternak individu telah terjadi proses pembelajaran ekonomi melalui
kemampuan peternak mereduksi peran blantik (makelar), peternak memahami
peran blantik (makelar) akan menambah biaya atau mengurangi keuntungan.
Upaya yang dilakukan peternak dalam proses pemasaran sapi potong yang
telah mampu mereduksi peranan blantik (makelar), dapat dimaknai melalui
proses pemasaran bahwa ditingkat peternak kelompok pada saat menjual sapi
potong (Ahsin, 2013).

F. Analisis Usaha
Analisis usaha yang digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan
untung atau rugi dan mengetahui titik impas dari usaha sapi potong adalah
analisa R/C Rasio, BEP dan pay back period. Perhitungan R/C Rasio, BEP
(Break Even Point) dan pay back period dihitung dengan menggunakan
pendekatan matematis, perhitungan R/C Rasio, biaya produksi, penerimaan dan
penyusutan. Produksi merupakan penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya
variabel atau biaya tidak tetap (Daroini, 2014).
Net Present Value (NPV) adalah selisih bersih antara nilai sekarang
(present value) dari manfaat dan present value dari biaya. Nilai NPV dihitung
dengan rumus.
NPV =

Keterangan :
Bt : jumlah penerimaan kotor dari usaha pada tahun t
Ct : jumlah pengeluaran kotor dari usaha pada tahun t
n : umur ekonomis
i : bunga potongan (discount rate)
10

Kriteria yang sering dipakai dalam menilai suatu usaha ditentukan oleh :
NPV > 0 : usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.
NPV = 0 : usaha tersebut mengembalikan modal sama dengan biaya yang
dikeluarkan.
NPV < 0 : usaha tersebut ditolak karena tidak menguntungkan (Handayanta et
al., 2016).
Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang akan
menjadikan nilai NPV suatu proyek sama dengan nol. Nilai IRR menunjukkan
kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan return of capital (kembali
modal) atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya.
IRR = )( )

Keterangan :
NPV1 = NPV pada tingkat discount rate tertinggi
NPV2 = NPV pada tingkat discount rate terendah
i1 = discount rate NPV 1
i2 = discount rate NPV 2
Kriteria yang sering dipakai dalam menilai suatu usaha ditentukan oleh :
IRR > cost of capital maka proyek dianggap layak.
IRR < cost of capital maka proyek dianggap tidak layak (Handayanta et al.,
2016).
Besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak maka harus
ada keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR – TB. π adalah
pendapatan (keuntungan), TR adalah Total Revenue atau total penerimaan
adalah pendapatan (keuntungan) dan TB adalah total cost atau total biaya-
biaya. Namun sebelum menggunakan alat analisis tersebut maka terlebih
dahulu dilakukan pemisahan biaya dan penerimaan (Hoddi et al., 2011).
Benefit cost ratio (BCR) digunakan pada tahap awal evaluasi perencanaan
investasi sebagai analisis tambahan dalam rangka validasi hasil evaluasi yang
telah dilakukan dengan metode lain. Metode ini sangat bermanfaat untuk
11

evaluasi proyek pemerintah yang berdampak langsung kepada masyarakat


banyak (public government project), baik dampak positif maupun dampak
negatif. Metode ini memberi penekanan terhadap ratio antara aspek manfaat
(benefit) dengan aspek biaya (cost) yang ditanggung akibat adanya investasi
tersebut, Rumus BCR adalah penerimaan dibagi dengan total biaya produksi
(Zacoeb, 2014).

BCR=

Keterangan :
BCR = Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit kotor pada tahun ke - t (Rp)
Ct = Biaya kotor pada tahun ke - t (Rp)
i = Tingkat bunga (discount rate) (%)
t = Umur ekonomis (tahun)
Kriteria BCR sebagai berikut
- BCR > 1, berarti usahatani menguntungkan

- BCR < 1, berarti usahatani tidak menguntungkan

- BCR = 1, berarti usahatani berada pada titik impas


Payback Period of Credit (PPC) adalah suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas.
Metode PPC ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)
pengembalian investasi suatu usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari
perhitungan benefit bersih yang diperoleh setiap tahun. Semakin cepat waktu
pengembalian, semakin baik untuk diusahakan. Secara matematis dirumuskan :
Payback period =

Keterangan :
I = besarnya biaya investasi usaha yang diperlukan
Ab = manfaat (benefit) bersih yang dapat diperoleh usaha pada setiap tahunnya
Kriteria penilaiannya yaitu jika payback period lebih pendek dari maksimum
payback period-nya, maka usaha dapat diterima. Proyek akan ditolak jika
12

payback period lebih lama dari maksimum payback period-nya (Handayanta et


al., 2016).
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan yang menunjukkan
perusahaan tidak untung dan tidak rugi. Variabel yang digunakan dalam
analisis BEP yaitu biaya tetap dan biaya variabel (Handayanta et al., 2016).
Secara teoritis dapat dituliskan sebagai berikut:
1) Atas dasar penjualan dalam rupiah
BEP =

2) Atas dasar unit ternak


BEP =
III. TATALAKSANA KEGIATAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan Tugas Akhir ini dilaksanakan pada tanggal 10 Mei sampai
dengan 10 Juni 2020 di Peternakan Barokah Sri Mulyo yang bertempat di
Wironanggan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

B. Metode Pengambilan Data


Metode yang digunakan dalam kegiatan Tugas Akhir di peternakan
Barokah Sri Mulyo khususnya dalam analisis usaha penggemukan sapi potong
adalah sebagai berikut :
1. Observasi / Survey Lapang
Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
terhadap pola perilaku orang, obyek, atau kejadian-kejadian tanpa bertanya
atau berkomunikasi dengan orang, obyek, atau kejadian tersebut dan
pencatatan yaitu pengumpulan data dengan mencatat berbagai informasi
yang dibutuhkan di kantor ataupun instansi yang terkait (Handayanta et al.,
2016). Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap instansi mitra untuk mendapatkan data yang sesuai kondisi di
peternakan Barokah Sri Mulyo.
2. Wawancara
Wawancara (interview) yaitu pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung kepada responden (Handayanta et al., 2016). Wawancara
dilakukan langsung mengenai manajemen pemeliharaan sapi potong,
manajemen pemberian pakan, manajemen perkandangan, manajemen
kesehatan, manajemen limbah pemasaran dan analisis usaha. Wawancara
dilakukan tanya jawab dengan pemilik peternakan menggunakan kuisoner.

13
14

3. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia yang
berhubungan dengan kegiatan praktik lapangan. Data tersebut berupa foto,
buku, arsip, jurnal, artikel dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan
relevan sebagai penguat data dalam penyusunan laporan magang (Muktiadji,
2009).

C. Sumber Data
Data – data yang dikumpulkan oleh penulis yang kemudian diolah dan
dianalisa sesuai dengan tujuan penulis, data dan informasi tersebut yang
bersumber dari :
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh dari sumber asli
atau pihak pertama. Data tersebut berupa hasil observasi, pengamatan
langsung dan wawancara langsung dengan pihak Peternakan Barokah Sri
Mulyo mengenai materi yang akan dibahas. Menurut Kurniawan (2004)
metode primer adalah metode yang berinteraksi dengan objek secara
langsung tanpa perantara sehingga kita dapat mengaplikasikan dan
menerapkan apa yang kita pelajari di tempat magang.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara. Data tersebut pada umumnya dapat berupa bukti,
catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip baik yang telah
terpublikasikan dan yang tidak terpublikasikan. Menurut Arikunto (2007)
studi pustaka adalah pengambilan data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan dan laporan yang telah tersusun berupa arsip.
15

IV. JADWAL PELAKSANAAN

Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan Tugas Akhir ini direncanakan untuk dilaksanakan mulai dari
penentuan lokasi hingga laporan kegiatan praktikum yang dihasilkan. Adapun
rangkaian kegiatan dan waktu pelaksanaan yang direncanakan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir

April Mei Juni Juli


No Macam kegiatan Minggu ke Minggu ke Minggu ke
Minggu ke -
- - -
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
1
Tugas Akhir
Peneyelesaian
2
Administrasi
Pra kegiatan
3
Lapangan
Pelaksanaan
4 Kegiatan
lapangan
Evaluasi data dan
5
hasil lapangan
Penyusunan hasil
6
akhir kegiatan

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Ahsin, D. 2013. Pola Pemasaran Sapi Potong pada Peternak Skala Kecil. Jurnal
Manajemen Agribisnis. Vol 13(1):55-60.
Akoso, T. B. 2012. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta.
Daroini. 2014. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta, Bandung.
Endang. 2007. Hubungan Kekerabatan Sapi Bali (Bos sondaicus Muller) dan
Banteng (Bos bibos d’alton) Melalui Pendekatan Kraniometri
Relationship Bali Cattle (Bos sondaicus Muller) and Banteng (Bos bibos
d'alton) Approach Through The Craniometric. Jurnal Ilmu Dasar. Vol 6
(14):128-121.
Fahrul, A.H. Hoddi dan M.B.Rombe.2011. Analisis Pendapatan Peternakan Sapi
Potong Di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Jurnal Agribisnis.
Vol 10 (3).
Field, T. G. 2007. Beef production and Management Decisions. Fifth Edition.
Protencise Hall, New Jersey.
Firdausi., Maryani dan Martiyani. 2012. Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi
Brahman Cross pada Bobot Badan dan Frame Size yang Berbeda. Jurnal
Ternak Tropika. Vol. 13 (1): 48-62.
Handayanta, E., E. T. Rahayu., dan M. Sumiyati. 2016. Analisis Finansial Usaha
Peternakan Pembibitan Sapi Potong Rakyat di Daerah Pertanian Lahan
Kering. Sains Peternakan. Vol. 14(1): 13-20
Hartono, B., I. Yuliati dan Z. Fanani. 2014. Analisis Proffitabilitas Usaha
Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus di Kelompok Tani Ternak
“Gunungrejo Makmur II” Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring
Kabupaten Lamongan). Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Universitas Brawijaya Malang.
Iswoyo dan Widiyaningrum. 2008. Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan
Konsentrat Dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan
Etawah Lepas Sapih. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, Vol 9 (2): 66-
70.
Mariana, E. dan A. Anggraeni. 2016. Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi
Perah Menuju Good Dairy Farming Practices pada Peternakan Sapi Perah
Rakyat Pondok Ranggon. Agripet : Vol. 16(2): 90-96
Meta. L. 2016. Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging. Departemen Ilmu Pakan
Ternak, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Purbowati, E. 2009. Usaha Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Purnama, P. P. dan S. Sandi. 2017. Manajemen Perkandangan Sapi Potong di
Desa Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Oganilir. Jurnal
Peternakan Sriwijaya. Vol. 6(1): 12-19

16
17

Rahmat, S. A. 2005. Rencana Bisnis Penggemukan Sapi Potong di Perkebunan


Tebu. Penebar Swadaya, Bogor.
Sahala, J., R, Widiati., dan E, Baliarti. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Penggemukan Sapi Simmental Peranakan Ongole dan Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Jumlah Kepemilikan pada Peternakan Rakyat di
Kabupaten Karanganyar. Bulletin Peternakan. Vol. 40(1): 75-82
Suada, I. K., I. A. P. Apsari., I. B. N. Swacita., I. B. K. Wardana dan G. A. Y.
Kencana. 2016. Upaya Meningkatkan Produktivitas Sapi Bali Melalui
Pengendalian Penyakit Parasit di Sekitar Sentra Pembibitan Sapi Bali di
Desa Sobangan. Jurnal Udayana Mengabdi. Vol. 15 (1): 89-94
Syafrial., Susilawati, E., dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan
Penggemukan Sapi Potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jambi.
Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Beternak Sapi Potong.
Nuansa Aulia, Bandung.
Wijayanti F. L. 2014. Marketing Plan dalam Bisnis. Second Edition. Penerbit PT.
Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia. Anggota IKAPI, Jakarta.
Yulianto, P. dan C. Saparinto. 2011. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari 3
Bulan Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.
Zacoeb, A. 2014. Benefit Cost Ratio. Universitas Brawijaya Malang
18

LAMPIRAN
19

Lampiran 1. Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN
BAROKAH SRI MULYO KECAMATAN GATAK KABUPATEN
SUKOHARJO

A. Responden Peternakan
Responden Skala……ekor
Lokasi
Hari/tanggal
Nama responden

B. Identitas Responden
1. Nama lengkap
2. Alamat tinggal
3. Umur
4. Jenis Kelamin
5. Pendidikan Terakhir
6. Pekerjaan Utama
7. Pekerjaan Sampingan
8. Penghasilan per bulan
9. Jumlah anggota keluarga
10. Pengalaman Beternak
11. Lama penggemukan
12. Luas Lahan Pertanian
13. Jenis Tanaman
14. Luas Kandang

C. Aspek Terkait Dengan Produk Sapi Potong


Perkiraan harga total saat
No. Kondisi Ternak Jumlah (ekor)
ini
1. > 2 tahun
2. < 2 tahun

D. Aspek Terkait Dengan Pemeliharaan Sapi Potong


No. Item Keterangan
1. Rata-rata pakan konsentrat ................................kg/ekor/hari
Harga/kg ...........................
2. Rata-rata pakan hijauan ................................kg/hari
Harga/kg ...........................
3. Rata-rata pakan suplemen ................................kg/hari
20

Harga/kg ...........................
4. Jumlah ternak yang pernah mati ..............................ekor
6. Manajemen Kesehatan
a. Penyakit yang sering :
menyerang
b. Penanganan penyakit :
c. Penanganan penyakit oleh :
d. Ada pencatatan kesehatan : (ya/tidak)
dan penyakit
e. Ada Suplementasi atau : (ya/tidak)
pencegahan penyakit
secara rutin
f. Ada kunjungan dokter : (ya/tidak)
hewan/ mantra secara
rutin
g. Biaya pengobatan :

E. Manajemen Usaha Penggemukan Sapi Potong


1. Penggunaan input
No Item Jumlah Harga saaat Asal
. ini (beli/tidak
(Rp/satuan) beli)
1. Pakan hijauan (total kg/hr)
a. Jenis........... …..kg/hr
b. Jenis........... …..kg/hr
2. Pakan konsentrat (total
kg/hr atau minggu):
- Pabrik.............
- Campuran sendiri
- ............................. ......kg/hr
- ............................. ......kg/hr
- ............................. ......kg/hr
- …………………. ......kg/hr
3. Vitamin/obat per bln (Rp)
a. Jenis..............
b. Jenis..............
4. Kandang
a. Luas kandang (m²)
b. Luas bangunan lain (m²)
c. Bahan kandang:
- Lantai: tanah/semen
- Dinding: tembok/kayu
- Atap: genting/seng
Estimasi umur penggunaan ......tahun
21

Estimasi umur sekarang ......tahun


Biaya perbaikan kandang
5. Peralatan/lama pakai:
- Ember ......bln
- Sapu ......bln
- Sekop ......bln
- Lainnya ......bln

6. Lahan (milik sendiri/sewa)


Harga lahan kandang
Harga lahan pakan
8. Tenaga kerja
a. Total tenaga kerja ......orang
b. Jumlah tenaga sewa ......orang
c. Bekerja ....jam/hr
2. Penggunaan output
No. Item Jumlah Harga saat ini
(Rp/satuan)
1. Penjualan sapi siap potong .....ekor Rp................./ekor
3. Kotoran ternak
a. Dijual .....kg/bln Rp................./kg
b. Untuk pupuk sendiri .....kg/bln Rp................./kg
c. Untuk biogas .....kg/bln Rp................./kg

F. Aspek Fisik dan Sumber Daya Alam


1. Sumber air
a. Sumur
b. PDAM
c. Sungai
d. Lainnya .....
2. Kondisi air pada musim kemarau
a. Terpenuhi dengan mudah
b. Ada kesulitan
3. Jumlah penggunaan air/hr (liter) untuk sapi potong:.....ember @.....liter
4. Biaya air/pajak: Rp..........................
5. Jenis tanaman yang mendukung untuk pakan ternak dari lahan sendiri:
..........................................................
6. Pakan hijauan pada musim penghujan
a. Cukup
b. Kurang
c. Membeli
7. Pakan hijauan pada musim kemarau
22

a. Cukup
b. Kurang
c. Membeli
8. Jika membeli selama...................bulan, atau berapa persen dari
kebutuhan.................%

Anda mungkin juga menyukai