Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“PRINSIP CPOB DALAM
PEMBUATAN PRODUK STERIL”

DISUSUN OLEH:
Sandra Agista Putri (199494)

DOSEN PENDAMPING:

Hairunnisa, M.Farm.,Apt

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


JL. PANGLIMA AIM NO. 2 PONTIANAK 78232
TELP. 0561-745486 – 582206, FAX. 0561-582206
Email: akfar.yarsi.pontianak@gmail.com
MODUL I
PRINSIP CPOB DALAM PEMBUATAN PRODUK STERIL

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi ruang bersih serta fungsi masing- masing
ruang
2. Mahasiswa dapat memperagakan cara cuci tangan yang baik dan benar.
3. Mahasiswa dapat memperagakan cara menggunakan baju kerja di grey area dan
white area sesuai prosedur
4. Mahasiswa dapat memperagakan cara menggunakan Bio Safety Cabinet (BSC) yang
merupakan area dengan tingkat kebersihan paling tinggi (kelas A latar B).

B. TEORI
Produk steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk dalam bentuk sediaan ini
antara lain sediaan parentral, preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus).
Sediaan parentral merupakan jenis sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat
terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke
bagian tubuh. Karena sediaan ini mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang
paling efisien, yaitu membran kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan dari bahan-bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat
kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk
ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah
kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis. Secara umum, terdapat 6 bentuk sediaan
yang digunakan untuk pemberian sediaan parentral, yaitu :

1. Larutan siap diinjeksikan.


2. Serbuk padat, siap digunakan dengan melarutkan dalam larutan pembawa.
3. Suspensi siap diinjeksikan.
4. Serbuk padat, tidak larut yang dikombinasikan denga pembawa sebelum digunakan .
5. Emulsi
6. Larutan pekat, siap diencerkan sebelum digunakan.

Sesuai dgn Persyaratan CPOB, produk steril dibuat dengan persyaratan khusus.
Tujuannya adalah memperkecil resiko pencemaran mikroba, partikulat, dan pirogen.
Pembuatan produk steril sangat tergantung dari keterampilan, pelatihan dan sikap
personalia yang terlibat dalam pembuatan. Pembuatan produk steril harus sepenuhnya
mengikuti metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan, secara ketat, karena risiko
yang ditimbulkan dari obat jenis juga sangat besar.
Ruang bersih adalah ruangan dengan keadaan terkontrol yang diperbolehkan
untuk digunakan sebagai ruang pembuatan sediaan obat steril (Badan POM RI, 2013).
Untuk pembuatan sediaan steril, dilakukan pada ruang kelas A, B, C, dan D (white area).
Untuk pembuatan sediaan obat non steril dilakukan pada kelas E (grey area) yang
spesifikasi kebersihan ruangannya tidak seketat ruang bersih untuk pembuatan sediaan
obat steril.

C. PROSEDUR PRAKTIKUM
Mahasiswa mencari dan menjelaskan klasifikasi ruangan dan fungsi sesuai dengan
aturan yang berlaku berdasarkan PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN NOMOR 34 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN CARA
PEMBUATAN OBAT YANG BAIK pada aneks 1 pembuatan produk steril.

D. DATA PENGAMATAN
No Spesifikasi Ruang Penjelasan Peruntukan Referensi
Bersih Gambar
1. Kelas A a. Zona untuk kegiatan
a. Perlu diambil yang berisiko tinggi,
sampel udara misalnya zona
minimum 1 pengisian, wadah tutup
m3/lokasi karet, ampul dan vial
pengambilan terbuka,
sampel. penyambungan secara
b. Klasifikasi partikulat aseptis. Pengisian
udara adalah ISO 4.8 salep mata, bubuk dan
ditentukan oleh suspensi steril
batas jumlah partikel b. Umumnya kondisi ini
dengan ukuran > 5,0 dicapai dengan
μm memasang unit aliran
c. Sistem udara udara laminar (laminar
laminar hendaklah air flow) di tempat
mengalirkan udara kerja.
dengan kecepatan c. Sistem udara laminar
merata berkisar 0,36 hendaklah mengalirkan
– 0,54 m/detik (nilai udara dengan
acuan) pada posisi kecepatan merata
kerja dalam ruang berkisar 0,36 – 0,54
bersih terbuka. m/detik (nilai acuan)
d. Jumlah maksimum pada posisi kerja dalam
partilkel /m3 yang ruang bersih terbuka.
diperbolehkan: d. Keadaan laminar yang
Non-operasional selalu terjaga
≥ 0,5 μm = 3.520 hendaklah dibuktikan
≥ 5 μm = 20 dan divalidasi.
Operasional e. Aliran udara searah
≥ 0,5 μm = 3.520 berkecepatan lebih
≥ 5 μm = 20 rendah dapat
e. Suhu 16-25 oC digunakan pada
f. Kelembaban Nisbi isolator tertutup dan
45-55% kotak bersarung
g. Efisiensi saringan tangan.
udara akhir H14
99,995%
h. Pertukaran
udara/jam
0,36-0,54 m/det
Kelas B a. Untuk pembuatan dan
a. Klasifikasi partikulat pengisian secara
udara adalah ISO 5 aseptis,
untuk kedua ukuran b. Kelas ini adalah
partikel. lingkungan latar
b. Jumlah maksimum belakang untuk zona
partilkel /m3 yang Kelas A.
diperbolehkan:
Non-operasional
≥ 0,5 μm = 3.520
≥ 5 μm = 29
Operasional
≥ 0,5 μm = 352.000
≥ 5 μm = 2.900
c. Suhu 16-25 oC
d. Kelembaban Nisbi
45-55%
e. Efisiensi saringan
udara akhir H14
99,995%
f. Pertukaran
udara/jam
Aliran udara
turbulen dengan
pertukaran udara
minimal 20x
Kelas C a. Area bersih untuk
a. Klasifikasi partikulat melakukan tahap
udara adalah ISO 7 proses pembuatan yang
untuk mengandung risiko
nonoperasional dan lebih rendah.
ISO 8 untuk b. Pengisian produk non-
operasional. aseptis
b. Jumlah maksimum
partilkel /m3 yang
diperbolehkan:
Non-operasional
≥ 0,5 μm = 352.000
≥ 5 μm = 2.900
Operasional
≥ 0,5 μm =
3.520.000
≥ 5 μm = 29.000
c. Suhu 16-25 oC
d. Kelembaban Nisbi
45-55%
e. Efisiensi saringan
udara akhir H13
99,95%
f. Pertukaran
udara/jam
Aliran udara
turbulen dengan
pertukaran udara
minimal 20x
Kelas D Area bersih untuk
a. Klasifikasi partikulat melakukan tahap proses
udara adalah ISO 8. pembuatan yang
b. Jumlah maksimum mengandung risiko lebih
partilkel /m3 yang rendah.
diperbolehkan:
Non-operasional
≥ 0,5 μm =
3.520.000
≥ 5 μm = 29.000
Operasional
≥ 0,5 μm = tidak
ditetapkan
≥ 5 μm = tidak
ditetapkan
c. Suhu 20-27 oC
d. Kelembaban Nisbi
40-60%
e. Efisiensi saringan
udara akhir
F8 75% atau 90%
ASHRAE 52/76
(single pass)
H13 99,95% bila
resirkulasi di make
up air 10-12% fresh
air
f. Pertukaran
udara/jam
Aliran udara
turbulen dengan
pertukaran udara
minimal 20x

E. PEMBAHASAN
Ruang bersih adalah ruangan dengan keadaan terkontrol yang diperbolehkan untuk
digunakan sebagai ruang pembuatan sediaan obat steril (Badan POM RI, 2013). Untuk
pembuatan sediaan steril, dilakukan pada ruang kelas A, B, C, dan D (white area). Untuk
pembuatan sediaan obat non steril dilakukan pada kelas E (grey area) yang spesifikasi kebersihan
ruangannya tidak seketat ruang bersih untuk pembuatan sediaan obat steril
Kelas bersih, secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu daerah putih (white area)
atau kelas A, B, C dan D; daerah abu (grey area) atau kelas E; dan daerah hitam (black area) atau
kelas F. Semakin ke arah daerah putih, maka daerah tersebut semakin terkontrol atau semakin
tinggi tingkat kebersihannya.
Produksi sediaan obat steril dilakukan pada white area, sementara grey area digunakan
untuk perlakuan terhadap sediaan yang telah berada dalam wadah primer sehingga tidak ada
kontak langsung sediaan dengan lingkungan luar.
Untuk memasuki white area, personel harus melalui black area dan grey area terlebih
dahulu,. Grey area digunakan untuk memproses sediaan yang sudah tertutup rapat, misalnya
untuk kegiatan:
1. Sterilisasi akhir (proses sterilisasi ketika sediaan obat sudah di-capping /sudah dalam
keadaan tertutup rapat).
2. Pengemasan sediaan dalam kemasan primer ke kemasan sekunder.
Berbagai kegiatan persiapan komponen, pembuatan produk dan pengisian hendaklah
dilakukan di ruang terpisah di dalam area bersih. Kegiatan pembuatan produk steril dapat
digolongkan dalam dua kategori; pertama produk yang disterilkan dalam wadah akhir dan
disebut juga sterilisasi akhir, kedua produk yang diproses secara aseptis pada sebagian atau
semua tahap.
Area bersih untuk pembuatan produk steril digolongkan berdasarkan karakteristik
lingkungan yang dipersyaratkan. Tiap kegiatan pembuatan membutuhkan tingkat kebersihan
ruangan yang sesuai dalam keadaan operasional untuk meminimalkan risiko kontaminasi oleh
partikulat dan/atau mikroba pada produk dan/atau bahan yang ditangani.
Kondisi “operasional” dan “nonoperasional” hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang
bersih. Keadaan “nonoperasional” adalah kondisi di mana fasilitas telah terpasang dan
beroperasi, lengkap dengan peralatan produksi tetapi tidak ada personel. Kondisi “operasional”
adalah kondisi di mana fasilitas dalam keadaan berjalan sesuai modus pengoperasian yang
ditetapkan dengan sejumlah tertentu personel yang sedang bekerja.
Pada pembuatan produk steril dibedakan 4 Kelas kebersihan:
1. Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup karet,
ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini dicapai dengan
memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar
hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai
acuan) pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga
hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat
digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
2. Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona Kelas A.
3. Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung
risiko lebih rendah.

Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN ISO 14644-1.
Untuk tujuan klasifikasi zona Kelas A, perlu diambil sampel udara minimum 1 m3 per
lokasi pengambilan sampel. Untuk Kelas A klasifikasi partikulat udara adalah ISO 4.8 ditentukan
oleh batas jumlah partikel dengan ukuran > 5,0 μm. Untuk Kelas B (nonoperasional) klasifikasi
partikulat udara adalah ISO 5 untuk kedua ukuran partikel. Untuk Kelas C, klasifikasi partikulat
udara adalah ISO 7 untuk nonoperasional dan ISO 8 untuk operasional. Untuk Kelas D
(nonoperasional), klasifikasi partikulat udara adalah ISO 8.
Ruang bersih dan sarana udara bersih harus dipantau secara rutin pada saat kegiatan
berlangsung dan penentuan lokasi pengambilan sampel hendaklah berdasarkan studi analisis
risiko yang dilakukan secara formal dan dari data yang diperoleh selama penentuan klasifikasi
ruangan dan/atau sarana udara bersih.
Untuk zona Kelas A, pemantauan partikel hendaklah dilakukan selama proses kritis
berlangsung, termasuk perakitan alat, kecuali bila dijustifikasi bahwa kontaminasi yang terjadi
dalam proses dapat merusak alat penghitung partikel atau menimbulkan bahaya, misal organisme
hidup dan bahan berbahaya radiologis. Pada kasus demikian, pemantauan selama kegiatan rutin
penyiapan alat hendaklah dilakukan sebelum terpapar ke risiko kontaminasi tersebut di atas.
Pemantauan selama kegiatan proses yang disimulasikan hendaklah juga dilakukan. Frekuensi
pengambilan sampel dan ukuran sampel dalam pemantauan zona Kelas A hendaklah ditetapkan
sedemikian rupa sehingga mudah diintervensi.
Pemantauan Kelas B hendaklah dilakukan pada frekuensi dan jumlah sampel yang
memadai sehingga perubahan pola kontaminasi dan kegagalan sistem dapat terdeteksi dan
memicu alarm bila batas waspada terlampaui.
Pada zona Kelas A dan B, pemantauan jumlah partikel ukuran > 5,0 μm menjadi penting
karena merupakan sarana untuk deteksi dini kegagalan. Partikel ukuran > 5 μm kadang-kadang
dapat terdeteksi yang merupakan pembacaan semu, hal ini disebabkan oleh lonjakan elektris,
stray light, kejadian tidak terduga dan lain-lain. Namun, pembacaan partikel dalam jumlah
rendah yang terjadi secara berurutan ataupun terus-menerus merupakan indikasi kemungkinan
terjadi kontaminasi dan perlu diinvestigasi. Kejadian tersebut merupakan indikasi dini kegagalan
pada sistem tata udara, mesin pengisi atau merupakan indikasi dari kebiasaan yang kurang sesuai
selama perakitan alat dan kegiatan rutin.
Pemantauan area Kelas C dan D pada saat kegiatan rutin hendaklah dilakukan sesuai
dengan prinsip manajemen risiko mutu. Persyaratan batas waspada ataupun batas bertindak
tergantung pada jenis proses yang dilakukan, tetapi “waktu pemulihan” yang direkomendasikan
hendaklah tercapai.
Ruang aseptis harus sering dilakukan pemantauan misal dengan cawan papar,
pengambilan sampel udara secara volumetris, dan pengambilan sampel permukaan. Hasil
pemantauan harus menjadi bahan pertimbangan ketika melakukan pengkajian catatan bets dalam
rangka pelulusan produk jadi. Pemantauan tambahan secara mikrobiologis juga dibutuhkan di
luar kegiatan produksi misal setelah validasi sistem, pembersihan dan sanitasi.
F. KESIMPULAN
1. Ruang bersih adalah ruangan dengan keadaan terkontrol yang diperbolehkan untuk
digunakan sebagai ruang pembuatan sediaan obat steril
2. Pada pembuatan produk steril dibedakan 4 Kelas kebersihan: kelas A, kelas B, kelas C,
dan kelas D
3. Kelas A merupakan zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, kelas B untuk pembuatan
dan pengisian secara aseptis, Kelas C dan D untuk rea bersih untuk melakukan tahap
proses pembuatan yang mengandung risiko lebih rendah.
4. Ruang bersih dan sarana udara bersih harus dipantau secara rutin

G. DAFTAR PUSTAKA
Elisma, Sesilia. 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta Selatan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang
Baik. Jakarta
Priyambodo B. 2015. Pembuatan Produk Steril (Aneks 1) – Bagian 1.
URL: https://priyambodo1971.wordpress.com/cpob/pembuatan-produk-steril-aneks-
1-bagian-1/. Diakses pada: Kamis, 1 Oktober 2020
Abdul, M. 2014. klasifikasi ruangan steril.
URL: https://abbmal.wordpress.com/tag/klasifikasi-ruangan-steril/ Diakses pada:
Kamis, 1 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai