Anda di halaman 1dari 27

1.

Antasida

Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan asam

lambung yang menyebabkan timbulnya penyakit tukak lambung atau sakit maag, dengan

gejala nyeri hebat yang berkala. Antasida tergolong obat bebas, mengandung magnesium

(Mg+), Aluminium (AL+++), atau Kalsium (Ca++), dan Simitikon. Antasida berasal dari bahasa

lemah, yang jika bereaksi dengan asam lambung di GI membentuk air dan garam, karena

merupakan basa lemah maka jika berikatan dengan asam yang ada dilambung

menyebabkan keasaman berkurang.

Pengobatan dengan obat-obatan antasida bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, membuat

penderita lebih tenang dan dapat beristirahat, juga agar penderita tidak mengalami

kembung. Antasida sering dikombinasikan dengan:

a. Anti kolinergik, yaitu zat yang menekan produksi getah lambung dan melawan kejangkejang

(contohnya ekstrak belladonae)

b. Obat penenang / sedativ, yaitu untuk menekan stress karena dapat memicu sekresi

asam lambung (contohnya klordiazepoksida)

c. Spasmolitik, yaitu untuk melemaskan ketegangan otot lambung – usus dan mengurangi

kejang-kejang (contohnya papaverin)

d. Dimetikon (dimetilpolisiloksan) berfungsi memperkecil gelembung gas yang timbul

sehingga mudah diserap dengan demikian dapat dicegah masuk angin, kembung, dan

sering buang angin (flatulensi)

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antasida dapat digolongkan menjadi dua

yaitu:

a. Anti hiperaciditas

Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium yang bekerja secara kimiawi

dengan mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Magnesium atau aluminium tidak larut
dalam air dan dapat bekerja lama di dalam lambung sehingga tujuan pemberian

antasida sebagian besar dapat tercapai. Sediaan yang mengandung magnesium dapat

menyebabkan diare (bersifat pencahar) sedangkan sediaan yang mengandung

aluminium dapat menyebabkan konstipasi (sembelit) maka biasanya kedua senyawa

ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut hidrotalsit.

(aluminium hidroksida, magnesium karbonat, magnesium trisilikat, kompleks

aluminium magnesium hidrotalsit).

b. Perintang reseptor H2 (antagonis reseptor H2)

Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan

cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2. Contoh

perintang reseptor H2 adalah ratinidin dan simetidin sekarang dikenal senyawa baru

famotidin dan nizatidin.

2. Regulator GIT, Antiinflamasi & Antiflatulen (Obat Kembung)

Pada kelompok obat ini adalah obat-obat yang berfungsi sebagai:

– Pengatur fungsi dan gerak dari gastrointestinal atau sering disebut regulator GIT

– Obat kembung atau antiflatulen digunakan untuk meteorisme

– Anti radang atau pembengkakan pada saluran cerna atau disebut antiinflamasi

Obat golongan ini lebih lanjut kita sebut saja sebagai obat kembung. Beberapa Obat kembung

yang beredar di Indonesia adalah:

a. Cisapride

Cisapride adalah obat yang meningkatkan pergerakan atau kontraksi dari lambung dan usus.

Obat ini digunakan untuk mengobati gejala seperti kembung yang disebabkan kembalinya

asam lambung ke esophagus

b. Dimethicone dan derivatnya

Dimethicone mempunyai nama lain dimethylpolysiloxane. Derivatnya adalah simethicone


yang merupakan campuran polydiethylpolysiloxane. Merupakan obat antifoaming yang

diperuntukan untuk mengurangi kembung, ketidaknyamanan dan sakit yang disebabkan

kelebihan gas pada saluran cerna dan usus. Cara kerjanya dengan menurunkan tegangan

permukaan dari gas sehingga buih di dalam pencernaan membentuk gelembung yang besar

yang mudah dikeluarkan oleh tubuh

c. Clebopride

Diindikasikan untuk mual & muntah yang disebabkan berbagai hal baik obat maupun penyakit

d. Metoclopramide

Metoclopramide merupakan benzamida tersubstitusi yang merangsang motilitas saluran

pencernaan makanan tanpa mempengaruhi sekresi lambung, empedu atau pankreas.

Metoclopramide mempunyai aktivitas parasimpatomimetik dan mempunyai sifat antagonis

reseptor dopamin dengan efek langsung pada kemoreseptor "trigger zone". Metoclopramide

kemungkinan juga mempunyai sifat antagonis reseptor serotonin

e. Domperidone

Domperidone merupakan antagonis dopamine yang mempunyai kerja antiemetik prokinetik,

dengan efek seperti metoclopramide. Karena tidak menembus aliran darah reaksi

ekstrapiramidial jarang sekali terjadi. Pemberian peroral domperidone menambah lamanya

kontraksi antral dan duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dan tekanan pada

esofagus sprinkter

f. Hyoscine

Merupakan alkaloid yang bersifat antikolinergik dengan fungsi untuk gangguan kontraksi

saluran pencernaan, kandung empedu, saluran kemih dan saluran alat kelamin wanita.

Sediaannya biasanya dikombinasi dengan metampiron atau paracetamol

g. Mesalazine

Mesalazine termasuk golongan obat aminosalisilat. Oabt ini digunakan untuk mengurangi
pembengkakan pada radang usus besar. Akibat radang usus besar terjadinya pembengkakan

dan pendarahan apda usu besar yang menyebabkan gejala sakit pada abdominal dan diare

bercampur darah, nanah dan lendir. Mesalazine bekerja dengan mengurangi pembengkakan

pada usus, sehingga mengurangi gejala yang disebabkan penyakit

3. DIGESTIVA

Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung

usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan.

Penggolongan digestive antara lain adalah :

a. Enzim pankreas

Enzim pankreas dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin dan pankrelipase. Kedua zat

tersebut mengandung amilase, tripsin (protease) dan lipase. Pankrelipase berasal dari

pankreas hewan, aktivitas lipasenya relatif lebih tinggi daripada pankreatin. Pankrelipase

diindikasikan pada keadaan defesiensi sekret pankreas misalnya pada pankreatitis dan

mukovisidosis. Ennzim ini dirusak asam lambung sehingga harus dibuat dalam bentuk tablet

enteral. Enzim pankreas sedikit sekali menyebabkan efek samping. Dosis tinggi dapat

menyebabkan mual dan diare dan juga hiperurisemia.

b. Pepsin

Pepsin adalah enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim pankreas.

Pada defisiensi pepsin, tidak ditemukan gejala yang serius. Defisiensi pepsin total ditemukan

pada pasien aklorhidria. Kegagalan lambung untuk mensekresi pepsin dan asam dengan

rangsangan yang adekuat disebut akilia gastrika, sering terjadi pada pasien anemia

pernisiosa dan karsinoma lambung

c. Empedu

Empedu mengandung asam empedu dan konjugatnya. Zat empedu yang penting untuk

manusia ialah garam natrium asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Selain penting untuk
penyerapan lemak, empedu juga penting untuk absorpsi zat larut lemak misalnya vitamin A,

D, E dan K. Dalam jumlah besar, garam empedu dapat menetralkan asam lambung yang

masuk ke duodenum. Pada keadaan normal hati mensekresi ± 24 g garam empedu atau 700

- 1000 ml cairan empedu/hari. Kira-kira 85 % empedu diabsorpsi pada usus kecil bagian

bawah (sirkulasi enterohepatik), sehingga hanya 80 mg garam empedu yang harus disintesis

perharinya. Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu dan disebut zat koleretik,

garam empedu kurang memperlihatkan aktivitas koleretik. Asam dehidrokolat suatu kolat

semisintetik terutama aktif untuk merangsang empedu dengan BM (Berat molekul) rendah

karena itu dinamakan zaat hidrokoleretik. Zat ini hanya merangsang pengeluaran empedu

dan bukan prosuksi empedu. Berbeda dengan asam kolat, asam kenodeoksikolat

menurunkan kadar kolesterol dalam empedu. Obat ini berguna untuk mengatasi batu

kolesterol kandung empedu pada pasien tertentu. Asam kenodeoksikolat bekerja dengan

menurunkan absorpsi kolesterol dari usus dan menurunkan sintesis kolesterol. Bila kadar

asam kenodeoksikolat mencapai 70 % empedu total, maka larutan empedu yang tadinya

jenuh kolesterol menjadi tidak jenuh. Garam empedu menurunkan resistensi mukosa saluran

cerna terhadap asam lambung.Kenyataan ini diduga mempunyai implikasi terhadap

terjadinya gastritis, tkak peptik dan refluks esofagus.

4. Transkuilier (obat penenang)

Transkuiliser memliki efek yang minimal dalam mencegah dan mengobati tukak. obat ini

mengurangi perangsangan vagal dan menurunkan kecemasan. Contoh Librax, yaitu

kombinasi ansiolitik klordiasepoksid (librium) dan antikolinergik clidinium (Qarzan),

dipakai dalam mengobati tukak.

Adapun Golongan Obat Penenang :

a. Dari golongan benzodiazepin

Golongan yang paling sering digunakan adalah golongan benzodiazepin. Obat ini
mempercepat relaksasi mental dan fisik dengan cara mengurangi aktivitas saraf di

dalam otak. Tetapi benzodiazepin bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan

pemakaian pada alkoholik harus sangat hati-hati. Obat cemas dari golongan

benzodiazepin adalah alprazolam, klordiazepoksid (chlordiazepoxide), lorazepam,

oksazolam (oxazolam), klobazam (clobazame) dan diazepam.

b. Buspirone

Obat cemas dari golongan azaspirodekanedion adalah buspiron (buspirone). Obat cemas

ini merupakan anti ansietas yang efek sedatifnya relatif ringan dan tidak bereaksi

dengan alkohol. Diduga resiko timbulnya toleransi dan ketergantungan juga kecil.

Efeknya baru timbul setelah 10-15 hari, sehingga hanya digunakan untuk mengobati

penyakit kecemasan menyeluruh.

c. Hydroxyzine

Sedangkan obat cemas dari golongan piperazine adalah hydroxyzine. Hydroxyzine

diindikasikan untuk menghilngkan gejala ansietas dan ketegangan yang berhubungan

dengan psikoneurosis atau terapi tambahan untuk penyakit lainnya yang menyebabkan

kecemasan. Hydroxyzine dapat menyebabkan kantuk dan menghilangkan kesadaran,

sehingga dianjurkan untuk tidak mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin.

Hydroxyzine dapat menyebabkan kekeringan pada mulut, hidung da tenggorokan. Jika

kekeringan berlanjut hingga lebih dari dua minggu maka harus diperiksakan lebih

lanjut.

5. Antipasmodik,

Antipasmodik merupakan golongsn obat yang memiliki sifat sebagai relaksan otot

polos (lebih tepatnya anti muskarinik) dan antagonis reseptor-dopamin tertentu. Meskipun

antipasmodik dapat mengurangi spasme usus, tetapi penggunaanya dalam dispepsia bukan

tukak, sindrom usus irritable dan penyakit divertikular hanya bermanfaat sebagai
penobatan tambahan. Manfaat klinik anti sekresi lambung obat anti muskarinik

konvensional relatif kecil, karena dosisnya dibatasi oleh efek samping senyawa mirip

antropin. Selain itu, keberadaannya telah digantikan oleh obat-obat anti sekresi yang lebih

kuat dan spesifik, yakni antagonis reseptor-H2 histamin dan anti muskarinik selektif

pirenzevin.

Antipasmodik obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang

mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya. Beberapa contoh adalah

Hyoscine (Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah kejang otot), Clidinium

(Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide digunakan untuk mengobati lambung

yang luka dan teriritasi. Obat ini membantu mengobati kram perut dan abdominal,

Mebeverine, Papaverine, (golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik

kandungan empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer

dan mesenterik, Timepidium, Pramiverine, Tiemonium.

Penggolongan anti spasmodik:

a. Hyoscine

Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah kejang otot. Obat ini biasa

digunakan untuk pra pengobatan untuk mengosongkan secresi paru-paru. Obat ini juga

digunakan untuk pengobatan tukak lambung

b. Clidinium

Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide digunakan untuk mengobati lambung yang

luka dan teriritasi. Obat ini membantu mengobati kram perut dan abdominal.

Chlordiazepoxide dapat menyebabkan kecanduan. Meskipun demikian, sewaktu

mengkonsumsi chlordiazepoxide dan clidinium bromide, jangan minum dengan dosis besar

atau minum lebih lama dari yang dokter resepkan. Toleransi mungkin terjadi karena

pemakaian jangka panjang atau berlebihan yang membuat pengobatan kurag efektif. Obat ini
harus dikonsumsi secara teratur agar pengobatannya efektif. Jangan lewatkan dosis

walaupun anda pikir anda tak membutuhkannya. Jangan konsumsi kombinasi obat ini lebih

dari 4 bulan atau menghentikan pengobatan tanpa konsultasi ke dokter anda terlebih dahlu.

Penghentian obat yang mendadak akan memperparah kondisi penyakit anda dan

menimbulkan gejala withdrawal symptoms (anxiousness, sleeplessness, and irritability)

c. Mebeverine

Obat ini digolongkan sebagai obat antispasmodic. Mebeverine digunakan untuk mengobati

kram dan kejang pada perut dan usus. Mebeverine khususnya digunakan dalam pengobatan

irritable bowel syndrome (IBS) dan konsisi sejenis. Di Indonesia Mebeverine hanya tersedia

dalam bentuk tablet

d. Papaverine

Papaverine digunakan untuk meningkatkan peredaran darah pada pasien dengan masalah

sirkulasi darah. Papaverine bekerja dengan merelaksasi saluran darah sehingga darah dapat

mengalir lebih mudah ke jantung dan seluruh tubuh. Papaverine adalah golongan alkaloid

opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan empedu dan ginjal dimana dibutuhkan

relaksasi pada otot polos, emboli perifer dan mesenterik. Sediaannya selain tunggal juga ada

yang dikombinasi dengan obat Metamizole

e. Timepidiu

Timepidium diindikasikan untuk sakit akibat spasme/kejang otot halus yang disebabkan oleh

gastritis (radang lambung), ulkus peptikum, pankreatitis, penyakit kandung empedu dan

saluran empedu, lithangiuria

f. Pramiverine

Pramiverine diindikasikan untuk spasme/kejang dan kolik yang terasa sangat sakit pada

saluran pencernaan, saluran empedu, dan saluran kemih, dismenore (nyeri perut pada saat

haid), nyeri setelah operasi


g. Tiemonium

Tiemonium Methylsulfate adalah obat antispasmodic antikolinergik sintetis. Tiemonium

mengurangi kejang otot pada usus, bilari, kandung kemih, dan uterus. Tiemonium

diindikasikan untuk nyeri pada penyakit gastrointestinal dan biliary and seperty gastroenteritis,

diare, disentri, biliary colic, enterocolitis, cholecystitis, colonopathies

6. Hepatoprotektor

Obat-obat protektor hati adalah obat-obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk

melindungi, meringankan atau menghilangkan gangguan fungsi hati kerena adanya bahan

kimia, penyakit kuning atau gangguan dalam penyaringan lemak oleh hati. Pada umumnya

obat-obat golongan ini mengandung asam-asam amino, kandungan dari tanaman kurkuma

(kurkumin) dan zat-zat lipotropik seperti methionin dan cholin. Methionin memiliki

peranan penting dalam metabolisme hati sehingga digunakan untuk melawan keracunan

yang disebabkan oleh hepatotoksin. Sedangkan choline adalah suatu zat yang dapat

mencegah dan menghilangkan perembesan lemak kedalam hati dan juga bekerja melawan

keracunan. Obat-obat ini sebaiknya jangan digunakan pada penderita penyakit hati yang

berat karena pada dosis besar dapat memperparah keadaan.

7. Antidiare

Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar. Perubahan

frekuensi & konsistensi dari kondisi normal. Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60-

90% air, pada diare airnya bisa mencapai lebih dari 90%. Diare merupakan suatu gejala,

pengobatannya tergantung pada penyebabnya.

Proses pengobatan diare dilakukan dengan :

a. untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein,

paregorik (opium tinctur) atau loperamide.

b. untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
c. diarenya berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan

cairan pengganti dan garam melalui infus.

Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga

menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh:

a. infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri colie

b. infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera

c. infeksi oleh virus misalnya influenza perut dan “travellers diarre

d. akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)

e. keracunan makanan atau minuman

f. gangguan gizi

g. pengaruh enzym tertentu

h. pengaruh saraf (terkejut, takut dan sebagainya)

i. Diare juga dapat merupakan salah satu gejala penyakit seperti kanker pada usus

Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati

penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan.

Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan kadang-kadang

disertai mulas (kejang-kejang perut) kadang-kadang disertai darah atau lendir. Anti diare

yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks

terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, tidak

menyebabkan ketergantungan.

Penggolonga Obat – obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :

1) Obstipansia

Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara:

 menekan peristaltik usus, misalnya loperamid

 menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin


 pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun

penyebab diare yang lain misalnya, carbo-adsorben, kaolin

 pemberian mucilagountuk melindungi selaput lendir usus yang luka.

2) Spasmolitik

Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare misalnya

Atropin sulfat.

3) Kemoterapi

Untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat

golongan sulfonamida atau antibiotik

Ada beberapa penyakit infeksi usus lain yang menyebabkan diare, antara lain:

1) Kolera

Penyakit infeksi usus disebabkan bakteri Vibrio cholarae asiatica atau Vibrio cholerae

eltor. Gejala-gejala kolera adalah diare seperti air beras, muntah-muntah dan kejangkejang,

anuria (terhentinya pengeluaran air seni)

Pengobatannya adalah dengan pemberian oralit atau teh susu untuk menghindari

bahaya dehidrasi disusul dengan pemberian antibiotik (tetrasiklin, kloramfenicol)

sebagai terapi kausal

2) Disentri basile

Disebut juga shigellosis adalah penyakit infeksi usus yang diakibatkan oleh beberapa

jenis basil gram negatif genusshigella

Ciri-ciri penyakit:

 Kejang dan nyeri perut

 Mulas waktu buang air besar

 Diare berlendir dan berdarah

Obat-obat yang biasa dipakai antara lain:


 Golongan sulfonamida (sulfadiazin dan derivatnya serta kotrimoksazol

 Golongan antibiotik (ampisilin, tetrasiklin

3) Thypus

Disebabkan oleh salmonella typhosa yang menyerang usus penderita dengan gejala

demam tinggi secara berkala, nyeri kepala, lidah menjadi putih dan bila terjadi

perforasi usus, terjadi diare berdarah.

Pengobatan thypus:

 Chloramfenicol : merupakan obat pilihan (drug of choice). Efek samping

mengakibatkan anemia aplastis

 Kotrimoksazol merupakan obat pilihan lainnya pada pemakaian lama (lebih dari 14

hari) dapat menimbulkan gangguan darah

 Antibiotik lain seperti ampisilin – amoksisilin dan tetrasiklin, baru digunakan bila

terjadi resistensi terhadap chlorampenicol atau kotrimoksazol

Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare akut

seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan atau

elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena

dehidrasi dapat mengakibatkan kematian.

Gejala dehidrasi : haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (kehilangan turgor),

berkurangnya air kemih, berat badan turun dan gelisah. Pencegahan dehidrasi dilakukan

dengan pemberian larutan oralit, yaitu campuran dari NaCl 3,5 gram, KCl 1,5 gram,

NaHCO3 2,5 gram dan Glukosa 20 gram. Atau dengan memberikan larutan infus secara

intra vena antara lain Larutan NaCl 0,9 % ( normal saline) dan Larutan Na. Laktat majemuk

( ringer laktat).

8. Laksatif

Sembelit (konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan buang
air besar atau jarang buang air besar. Jika konstipasi disebabkan oleh suatu penyakit, maka

penyakitnya harus diobati. Pencahar atau laxantia adalah obat-obat / zat yang dapat

mempercepat peristaltik usus sehingga mempermudah/ melancarkan buang air besar.

Mekanisme kerjanya adalah dengan cara merangsang susunan saraf otonom para-simpatis

agar usus mengadakan gerakan peristaltik dan mendorong isinya keluar. Pencegahan dan

pengobatan terbaik untuk konstipasi adalah gabungan dari olah raga, makanan kaya serat.

Sayur-sayuran, buah-buahan dan gandum merupakan sumber serat yang baik.

Penggunaan:

Obat pencahar digunakan untuk :

a. Pada keadaan sembelit (konstipasi) karena pengaruh efek samping obat kurang minum,

kurang mengkomsumsi makanan berserat

b. Pada pasien dengan resiko pendarahan, pada angina pektoris atau resiko

c. Pendarahan rektal pada hemoroid (wasir)

d. Untuk membersihkan saluran cerna sebelum pembedahan dan prosedur radiologi

e. Untuk pengeluaran parasit setelah pemberian antelmentik

f. Penggunaan pencahar pada anak-anak harus dihindari kecuali diresepkan oleh dokter

Penggolongan:

Berdasarkan mekanisme kerja dan sifat kimianya, pencahar digolongkan sebagai berikut:

a. Zat-zat perangsang dinding usus

 Merangsang dinding usus besar misalnya glikosida antrakinon (rhei, sennae, aloe,

bisakodil, dantron

 Merangsang dinding usus kecil misalnya oleum ricini /minyak jarak (sudah tidak

dipakai) dan kalomel

b. Zat-zat yang dapat memperbesar isi usus

 Obat yang bekerja dengan jalan menahan cairan dalam usus secara osmosis
(pencahar osmotik), contohnya magnesium sulfat (garam Inggris) , natrium fosfat.

Enema fosfat bermanfaat dalam membersihkan usus sebelum prosedur radiologi,

endoskopi dan bedah. Natrium sulfat harus dihindari karena pada individu yang

rentan dapat menyebabkan retensi air dan natrium

 Obat yang dapat mengembang dalam usus, misalnya agar-agar, carboksil metil

cellulose (CMC) dan tylose

 Serat juga dapat digunakan karena tidak dapat dicernakan, seperti buah-buahan dan

sayuran

c. Zat pelicin atau pelunak tinja

Zat ini dapat mempermudah defikasi karena memperlunak tinja dan memperlicin

jalannya defekasi. Contohnya paraffin cair, suppositoria dengan gliserin, klisma

dengan larutan sabun dll.

Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah :

a. Bulking Agents. Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan

metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja.

b. Pelunak Tinja. Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja.

c. Minyak Mineral. Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar

dari tubuh.

d. Bahan Osmotik. Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus

besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan.Cairan yang berlebihan juga

meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung

garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol).

e. Pencahar Perangsang.

langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya.

Mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein,


bisakodil atau minyak kastor. bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah

padat, tapi sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang

dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit.jangka panjang

menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada

obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes).

Indikasi : untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk

mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat

kontraksi usus besar (misalnya narkotik).Adapun salah satu contoh dari obat laksatif

yang biasa digunakan oleh masyarakat luas adalah DULCOLAX.

9. OBAT HEMOROID

Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh

balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. Wasir yang tetap berada di anus

disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid

eksternal (wasir luar). Wasir bisa terjadi karena mengeluarkan darah, terutama setelah

buang air besar, sehingga tinja mengandung darah atau terdapat bercak darah di handuk

ataupun tisu kamar mandi. Darahnya bisa membuat air di kakus menjadi merah. Lama

kelamaan wasir dapat menyebabkan penderitanya mengalami kehilangan darah yang berat

atau anemia sehingga memerlukan transfusi darah.Wasir yang menonjol keluar mungkin

harus dimasukkan kembali dengan tangan perlahan-lahan atau bisa juga masuk dengan

sendirinya. Wasir dapat membengkak dan menjadi nyeri bila permukaannya terkena

gesekan atau jika di dalamnya terbentuknya pembekuan darah.Kadang-kadang, wasir bisa

juga menyabakan keluarnya lendir dan menimbulkan perasaan bahwa masih ada isi rektum

yang belum dikeluarkan. Perut terasa mau jebol karena banyak tinja yang tertahan akibat

takut mengalamai rasa sakit saat buang air besar. Gatal pada daerah anus (pruritus ani)

bisa menjadi gejala dari wasir. Rasa gatal ini terjadi karena keadaan wasir yang terkeluar
itu menghambat pembersihan anus secara efisien, dapat menyebabkan partikel-partikel

kecil dari feses menumpuk pada kulit perianal dan bekerja sebagai iritan. Iritan ini dapat

berpotensi menjadi kanker bila tidak segera ditangani. Ada juga yang mengalami rasa sakit

di bagian tulang belakang bagian bawah. Biasanya, gejala itu di alami oleh penderita yang

sudah pada ambeien stadium 2.Penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada

vena portal dan kadang-kadang menyebabkan terbentuknya wasir.

Pengobatan Hemoroid/Wasir biasanya, tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila

menyebabkan gejala.

a. Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang

menyertainya.

b. Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami perdarahan.

Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.

c. Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat

dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu dan

putus tanpa rasa sakit.

d. Pengobatan dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin 3-6 kali

pengobatan.

e. Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra

merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi).

f. Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal.

Kandungan obat hemoroid / wasir

Polidocanol, sediaan injeksi (ampul).Senyawa bismuth dan kombinasinya, Kombinasi

Hydrokortison, suppositoria.Ekstrak tumbuh-tumbuhan, Graptophyllum pictum,

Sophora japonica , dllSenyawa flucortolone dan kombinasi senyawa alumunium,

senyawa zink, hydrokortison dan lidokain dalam bentuk krim.


Kandungan obat hemoroid / wasir di Indonesia bisa dijabarkan sebagai berikut:

a. Polidocanol

Polidocanol untuk wasir / hemoroid dalam bentuk sediaan injeksi (ampul)

b. Senyawa bismuth dan kombinasinya

Terdapat kombinasi dengan Hydrokortison, sediaan obat wasir ini biasa dalam bentuk

suppositoria

c. Ekstrak tumbuh-tumbuhan

Banyak zat berkhasiat dari ekstrak tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengurangi

gejala penyakit. Seperti : Graptophyllum pictum, Sophora japonica , Rubia cordifolia , Coleus

atr

opurpureus , Sanguisorba officinalis , Kaemferiae angustifoliae , Curcuma heyneanae

d. Senyawa flucortolone dan kombinasinya

Sediaan yang tersedia untuk obat wasir dengan kandungan zat aktif ini adalah suppositoria

dan krim untuk pemaakian lokal. Selain obat di atas juga ada kombinasi lainnya senyawa

alumunium, senyawa zink, hydrokortison dan lidokain dalam bentuk krim. Pada obat ini

Lidokain berfungsi untuk menghilangkan rasa tidakenak/sakit karena bersifat bius lokal

10. KOLAGOGA

Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu empedu.

Batu empedu merupakan penyakit yang terjadi di saluran atau kandung empedu Faktor

pencetusnya meliputi hiperkolesterolemia, penyumbatan disaluran empedu dan radang saluran

empedu.

Terdapat tiga jenis batu empedu yakni batu kolesterol, batu pigmen dan batu kalsium karbonat

(kebanyakan yang terjadi batu empedu campuran). Terapi batu empedu dengan obat perannya

relatif kecil bila dibandingkan dengan tehnik pembedahan atau endoskopi.dan laparoskopi

Terapi dengan obat cocok untuk pasien yang gejalanya ringan :


a. Fungsi kandung empedu tidak terganggu

b. Ukuran batu empedu kecil sampai sedang

Pencegahan jangka panjang mungkin diperlukan setelah batu empedunya melarut atau

dibuang, karena dapat terjadi kembali pada sebagian pasien sesudah pengobatan dihentikan.

Obat yang sering digunakan untuk membantu melarutkan batu empedu adalah asam

kenodeoksikolat dan asam ursodeoksikolat. Pasien batu empedu dianjurkan melakukan diet

kolesterol dan pengobatan dilanjutkan sampai 3 atau 4 bulan sesedah batunya melarut.

2.Antasid sistemik

Diabsorpsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien kelainan ginjal
dapat menyebabkan alkalosis metabolik.

Antasid non sistemik

Tidak diabsorpsi di usus sehingga tidak menyebabkan alkalosis metabolic

3. Proton pump inhibitor

Mekanisme kerja : mengontrol sekresi asam lambung dengan cara menghambat pompa proton yang
mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung.

4. H2 reseptor antagonis

Mekanisme kerja : mengurangi sekresi asam dengan cara memblok reseptor histamin dalam sel-sel
parietal lambung.

Contoh : simetidin, ranitidin.

2. Proton pump inhibitor

Mekanisme kerja : mengontrol sekresi asam lambung dengan cara menghambat pompa proton yang
mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung.
Contoh : omeprazol, lansoprazol, esomeprazol, pantoprazol, dan rabeprazol.

3. Bismuth chelate

Mekanisme kerja : membasmi organisme karena bersifat racun terhadap HP.

Kombinasi bismuth dengan ranitidin yang dikenal sebagai ranitidin bismuth sitrat jika dikombinasikan
dengan 1 atau 2 antibiotik dapat ampuh membasmi HP.

Efek samping obat ini dapat terakumulasi pada pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal.

4. Sukralfat

Mekanisme kerja : melindungi mukosa dengan cara membentuk gel yang sangat lengket dan dapat
melekat kuat pada dasar tukak sehingga menutupi tukak.

5. Antasida

Mekanisme kerja : menetralkan asam lambung dengan cara meningkatkan pH lumen lambung.

Obat ini hanya menetralkan asam lambung tetapi tidak dapat menyembuhkan tukak.

Contoh : Natrium bikarbonat, Mg(OH)2, Al(OH)3.

6. Misoprostol
Misoprostol merupakan analog prostaglandin yang mendukung penyembuhan tukak dengan
menstimulasi mekanisme proteksi pada mukosa lambung dan menurunkan sekresi asam. Misoprostol
digunakan pada pasien yang mengkonsumsi NSAIDs untuk mencegah timbulnya tukak.

7. Antibiotik

Antibiotik digunakan untuk membasmi HP. Dalam pengobatan tukak lambung, antibiotik yang digunakan
biasanya kombinasi 2 antibiotik. Hal ini bertujuan untuk menghindari resistensi antibiotik.

Contoh kombinasi antibiotik : klaritomisin-amoksisilin, klaritomisin-metronidazol, metronidazol-


amoksisilin, metronidazol-tetrasiklin.

5. Harus mempertimbangkan faktor-faktor :

• Gambaran klinis adanya infeksi yang diderita

• Faktor sensitivitas bakteri terhadap antibiotik

• Fungsi ginjal dan hati pasien

• Biaya pengobatan

Antibiotika Kombinasi diberikan apabila pasien :

• Pengobatan infeksi campuran

• Pengobatan pada infeksi berat yang belum jelas penyebabnya

• Efek sinergis

• Memperlambat resistenSecara umum, berdasarkan ditemukannya kuman penyebab infeksi atau tidak,
maka terapi antibiotika dapat dibagi menjadi dua, yakni terapi secara empiris dan terapi pasti.

1. Terapi secara empiris:

Pada banyak keadaan infeksi, kuman penyebab infeksi belum dapat diketahui atau dipastikan pada saat
terapi antibiotika dimulai. Dalam hal ini pemilihan jenis antibiotika diberikan berdasarkan perkiraan
kemungkinan kuman penyebabnya. Ini dapat didas

arkan pada pengalaman yang layak (pengalaman klinis) atau berdasarkan pada pola epidemiologi kuman
setempat.
Pertimbangan utama dari terapi empiris ini adalah pengobatan infeksi sedini mungkin akan memperkecil
resiko komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari infeksinya, misalnya dalam menghadapi kasus-
kasus infeksi berat, infeksi pada pasien dengan kondisi depresi imunologik.

Keberatan dari terapi empirik ini meliputi, kalau pasien sebenarnya tidak menderita infeksi atau kalau
kepastian kuman penyebab tidak dapat diperoleh kemudian karena sebab-sebab tertentu (misalnya
tidak diperoleh spesimen), maka terapi antibiotika seolah-olah dilakukan secara buta.

2. Terapi pasti (definitif):

Terapi ini dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis yang sudah pasti, jenis kuman maupun
spektrum kepekaannya terhadap antibiotika.

Dalam praktek sehari-hari, mulainya terapi antibiotika umumnya dilakukan secara empiris. Baru kalau
hasil pemeriksaan mikrobiologis menunjukkan ketidakcocokan dalam pemilihan antibiotika, maka
antibiotika dapat diganti kemudian dengan jenis yang sesuai.

6. 1) Golongan Antibiotik Berdasarkan daya bunuh atau daya kerjanya dalam zat bakterisid dan zat
bakteriostatis dikelompokkan menjadi :

a) Bakterisid :

Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah
penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.

b) Bakteriostatik :

Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK
MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk
dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,
makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus
pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada
kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus
bakterisid.

2) Penggolongan Berdasarkan spektrum kerja antibiotik yaitu luas aktivitas, artinya aktif terhadap
banyak atau sedikit jenis mikroba. Dapat dibedakan antibiotik dengan aktivitas sempit dan luas

a) spektrum luas (aktivitas luas) : antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba
yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid,
ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.

b) spektrum sempit (aktivitas sempit) : antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa
jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin,
kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya
bekerja terhadap kuman gram-negatif.

3) Penggolongan Berdasarkan cara kerjanya

Antibiotika golongan ini dibedakan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan
kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat dari target atau sasaran kerjanya

a) Inhibitor sintesis atau mengaktivasi enzim yang merusak dinding sel bakteri sehingga menghilangkan
kemampuan berkembang biak dan sering kali terjadi lisis, mencakup golongan Penicsillin, Polipeptida,
sikloserin, basitrasin, vankomisin dan Sefalosporin, misalnya ampisillin, penisillin G;

b) Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampicin, actinomycin D,
nalidixic acid;

c) Inhibitor sintesis protein, yang mengganggu fungsi ribosom bakteri, menyebabkan inhibisi sintesis
protein secara reversibel, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide,
Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin,
oxytetracycline.

d) Inhibitor fungsi membran sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga menimbulkan kehilangan


senyawa intraselular. misalnya ionomycin, valinomycin dan polimiksin

e) Inhibitor fungsi sel lainnya, misalnya difiksasi pada subunit ribosom 30 S menyebabkan timbunan
kompleks pemula sintesis protein, salah membaca kode mRNA, produksi polipeptida abnormal. Contoh
aminoglikosida, golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin, tunicamycin; dan

f) Antimetabolit yang mengganggu metabolisme asam nukleat. Contoh rifampin (inhibisi RNA polimerase
yang dependen DNA),azaserine.

Pembagian ini walaupun secara rinci menunjukkan tempat kerja dan mekanismenya terhadap kuman,
namun kiranya kurang memberikan manfaat atau membantu praktisi dalam memutuskan pemilihan
obat dalam klinik. Masing-masing cara klasifikasi mempunyai kekurangan maupun kelebihan, tergantung
kepentingannya.

4) Penggolongan Berdasarkan penyakitnya.

a) Golongan Penisilin

Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Memiliki cincin b-laktam yang diinaktifkan oleh enzim b-
laktamase bakteri. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti
sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih
dan ginjal). Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan
Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir
& menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam,
Piperasilin + tazobaktam.

Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis amat
tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui

b) Golongan Sefalosporin

Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram
positif dan negatifObat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi
telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Adapun contoh
obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli,
Klebsiella dan Proteus. Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-
laktamase.

Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya
sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih
ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius

Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya
sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim

Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan
bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara
parenteral,pilihan pertama untuk sifilis

Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim

c) Golongan Lincosamides

Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan
untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang
tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap
gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan
secara topikal pada acne. Adapun contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin
(linkomisin).

d) Golongan Tetracycline

Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk
mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti
kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter
ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun contoh obatnya
yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat
bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas
kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit
mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran
kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan &
pada anak kecil.

e) Golongan Kloramfenikol

Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida
kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotic yang
kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena
menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan
meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%.
Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.

f) Golongan Makrolida

Meliputi eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin. Bersifat


bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga
mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi
telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak,
untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan).
Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.

g) Golongan Kuinolon

Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase bakteri
sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran
pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang
sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra
abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax
inhalational.

Penggolongan :

Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi

Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum


kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.

Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas
dan meliputi gram positif.
h) Aminoglikosida

Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi


pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel Contoh : streptomisin, kanamisin,
gentamisin, amikasin, neomisin

Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada TBC juga pada
endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan
Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau
tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta
nefrotoksik.

i) Monobaktam

Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan
gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza
yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam

j) Sulfonamide

Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik.
Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
membentuk DNA dan RNA bakteri. Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan
sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan
perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.

Penggunaan:

Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol

Infeksi mata : sulfasetamid

Radang usus : sulfasalazin

Malaria tropikana : fansidar.

Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.

Tifus : kotrimoksazo.

Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, hiperbilirubinemia

k) Vankomisin

Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob dan
anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi
l) Golongan Antibiotika Kombinasi

Kegunaannya dapat dikelompokkan berdasarkan jalur pemberiannya, antara lain :

i) Penggunaan Oral dan Parenteral : infeksi saluran kemih, Shigellosis enteritis, treatment pneumocystis
carinii pneumonia pada anak dan dewasa.

ii) Penggunaan Oral : Profilaksis pneumocystis carinii pneumonia pada individu yang mengalami
imunosupresi, otitis media akut pada anak-anak, eksaserbasi akut pada bronchitis kronik pasien dewasa.

Secara klasik selalu dianjurkan bahwa kombinasi antibiotik bakterisid dan bakteriostatik akan merugikan
oleh karena antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yang sedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan
jenis bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisidnya. Tetapi konsep ini mungkin tidak bisa begitu
saja diterapkan secara luas dalam klinik, oleh karena beberapa kombinasi yang dianjurkan dalam klinik
misalnya penisilin (bakterisid) dan kloramfenikol (bakteriostatik) justru merupakan alternatif
pengobatan pilihan untuk meningitis bakterial yang umumnya disebabkan oleh kuman Neisseria
meningitides. Pada umumnya, penggunaan kombinasi dari dua atau lebih antibiotik tidak dianjurkan,
apalagi kombinasi dengan dosis tepat. Untuk suatu mikroba penginfeksi, kombinasi antibiotik dapat
bersifat sinergik (kombinasi dua antibiotik yang bersifat bakterisid), additif (kombinasi dua antibiotik
yang bersifat bakteriostatik) dan antagonis (kombinasi antibiotik bakteriostatik dan bakterisid).
Pemakaian kombinasi antibiotika mengandung risiko misalnya adanya akumulasi toksisitas yang serupa,
misalnya nefrotoksisitas aminoglikosida dan nefrotoksisitas dari beberapa jenis sefalosporin.
Kemungkinan juga dapat terjadi antagonisme, kalau prinsip-prinsip kombinasi di atas tidak ditaati,
misalnya kombinasi penisilin dan tetrasiklin. Walaupun pemakaian beberapa kombinasi dapat diterima
secara ilmiah, tetap diragukan perlunya kombinasi tetap oleh karena kemungkinan negatif yang dapat
terjadi. Sebagai contoh kombinasi tetap penisilin dan streptomisin justru akan meyebabkan inaktivasi
dari masing-masing antibiotika oleh karena terjadinya kerusakan secara kimiawi.

Penggunaan kombinasi antibiotik yang tepat harus dapat mencapai sasaran sebagai berikut:

1. Kombinasi bekerja sinergik terhadap mikroba penyebab infeksi

2. Kombinasi mencegah terjadi resistensi mikroba

3. Kombinasi sebagai tindak awal penanganan infeksi, bertujuan mencapai spektrum kerja luas pada
infeksi yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme

4. Kombinasi antibiotik digunakan untuk menangani beberapa infeksi sekaligus.

Resistensi Antibiotik

Bakteri dikatakan resisten bila pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh kadar maksimum antibiotik
yang dapat ditoleransi oleh tubuh. Resistensi adalah ketahanan mikroba terhadap antibiotik tertentu.
Resistensi alamiah adalah jika beberapa mikroba tidak peka terhadap antibiotik tertentu karena sifat
mikroba secara alamiah tidak dapat diganggu oleh antibiotik tersebut. Resistensi kromosomal terjadi
karena mutasi spontan pada gen kromosom. Resistensi kromosomal dapat dibagi menjadi dua golongan
yaitu golongan primer, mutasi terjadi sebelum pengobatan dengan antibiotik dan selama pengobatan
terjadi seleksi bibit yang resisten. Dan golongan sekunder, mutasi terjadi selama kontak dengan
antibiotik kemudian terjadi seleksi bibit yang resistensi. Resistensi silang dapat terjadi dengan cara
transformasi yaitu pelepasan DNA dari sel donor yang mengalami lisis pindah ke sel penerima, cara
transduksi yaitu pemindahan gen yang resisten dengan bantuan bakteriofag dan cara konjugasi yaitu
pemindahan gen karena adanya kontak sel dengan sel dan terbentuk jembatan plasma. Resistensi ekstra
kromosomal, yang berperan adalah faktor R yang terdapat diluar kromosom yaitu didalam sitoplasma.
Faktor R ini diketahui membawakan resistensi bakteri terhadap berbagai antibiotik.

7.- Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan
menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada
ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom
bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem
transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika
Tetrasiklin berikatan dengan ribosom dan menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada
lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.

Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin, namun terdapat perbedaan kuantitatif dari
aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang
dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.

Bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri

- Mekanisme Kerja Penisilin

Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba.
Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid (membunuh kuman) pada
mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah)
praktis tidak dipengaruhi oleh Penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik (menghambat
perkembangan).

Bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan

8.

Anda mungkin juga menyukai