Anda di halaman 1dari 40

FISIOLOGI SISTEM

PENCERNAAN
Kelompok 2 Farmasi 2-A

Della Chyntia (31119002)


Rima Putri Nurahman (31119007)
Novy Rostiani (31119012)
Rizka Nur Alifa Agustina (31119018)
Ditha Rizqi Aulia Utami (31119024)
Muhamad Rifki Nuriman (31119029)
Rana Nandhiya Putri (31119035)
Yadi Aditya Prawira (31119040)
Winda Fauzia (31119043)
Laras Rizkia Widyastuti (31119046)
Hello!
Apa sih sistem percenernaan itu ?
Sistem pencernaan merupakan serangkaian
jaringan organ yang memiliki fungsi untuk mencerna
makanan. Makanan - makanan tersebut akan diproses
secara mekanik ataupun secara kimia. Pencernaan secara
mekanik yaitu pencernaan yang terjadi di dalam lambung
yang melibatkan gerakan fisik dalam tubuh. Tujuan
pencernaan ini adalah untuk mengubah ukuran molekul
makanan menjadi bentuk lebih kecil atau halus.
Sedangkan pencernaan secara kimia yaitu pencernaan
yang melibatkan enzim. Organ-organ yang termasuk di
dalamnya adalah: mulut, faring, esofagus, lambung, usus
halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan
dibuang keluar tubuh melalui anus.

3
FISIOLOGI SISTEM
PENCERNAAN
1
Sistem Pencernaan
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari dalam tubuh.
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang pathogen
(Whaley & Wong’s,1995). Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik
adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat
makanan (Marlenan Mayers,1995)

5
Organ-organ sistem pencernaan

Kerongkongan
(Esofagus)
Mulut

Tenggorokan Lambung
(Faring)

6
Organ-organ sistem pencernaan

Pankreas Hati

7
Organ-organ sistem pencernaan

Usus halus Umbai cacing


(usus kecil) (Appendix)

Usus besar Rektum


(kolon) dan anus

8
Proses Pencernaan Makanan

Mulut Esofagus Lambung

Anus Usus besar Usus halus

9
DEFINISI OBAT
SISTEM 2
PENCERNAAN
Obat Sistem Pencernaan

Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem


gastrointestinal (dari mulut sampai anus). Sistem pencernaan berhubungan
dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi
oleh tubuh. Seluruh saluran pencernaan dibatasi oleh selaput lendir
(membran mukosa).

11
Penggolongan Obat
& Contoh Obat dari 3
Sistem Pencernaan
Hiperasiditas
Hiperasiditas adalah sekresi berlebihan dari asam klorida (HCl) pada lambung, menyebabkan
terjadinya erosi pada dinding lambung.

▸ Antasida ▸ H2-receptorblocker (Antagonis reseptor


Mekanisme kerja antasida adalah basa H2 )
lemah (antasida) bereaksi dengan asam
Histamine H2 berperan dalam merangsang dan
hidroklorida lambung untuk membentuk
melepaskan zat asam pada lambung. Dengan
garam dan air (menetralkan lambung).
dihambatnya histamine 2, kadar asam dilambung
Contoh Obat Golongan Antasida dapat diturunkan.
▸ Aluminium hidroksida Contoh Obat Golongan Antagonis Reseptor H2
▸ Magnesium hidroksida ▸ Ranitidin
▸ Magnesium trisiklat ▸ Famotidin
▸ Cimetidin
13
LANJUTAN

▸ Proton Pump Inhibitor (Inhibitor Pompa ▸ Analog Prostaglandin


Proton)
Analog prostaglandin bekerja dengan
Inhibitor pompa proton bekerja dengan cara mengurangi sekresi asam lambung dengan
menghambat pengeluaran asam (H+) dengan cara menambah sekresi mucus, sekresi bikarbonat dan
memblok (menutup) sistem kanal enzim H+/K+- meningkatkan aliran darah mukosa.
ATPae di sel parietal (sindrom Zollinger-Ellison).
Obat ini bekerja pada pompa proton yang Contoh Obat Golongan analog prostaglandin
merupakan tempat keluarnya proton (ion H) yang ▸ Misoprostol
akan membentuk asam lambung.
Contoh Obat Golongan Penghambat Pompa
Proton
▸ Omeprazol
▸ Lansoprazol
▸ Esomeprazol
14
LANJUTAN

▸ Pelindung Mukosa ▸ Digestive


Mekanisme kerja dari obat ini adalah Obat ini bekerja dengan cara memecah
membentuk polimer mirip lem dalam karbohidrat, protein, dan lemak agar dapat
suasana asam dan terikat pada jaringan diserap oleh dinding usus halus dan
nekrotik tukak secara selektif. didistribusikan ke seluruh tubuh.
Contoh Obat Golongan Pelindung mukosa Contoh Obat Golongan digestiva
▸ Sukralfat : Ulcogant dan Ulsidex ▸ Pankreatin
▸ Pepsin
▸ Ox-bile

15
LANJUTAN

▸ Antiemesis ▸ Antidiare
Menghambat senyawa dan neurontransmiter Obai ini bekerja dengan memperlambat kerja peristaltic dan
spesifik di dalam tubuh dengan mengurangi mengurangi motilitas gastrointestinal untuk mengurangi
respon terhadap stimulus yang dikirim ke jumlah buang air besar.
medulla guna memicu terjadinya muntah Contoh Obat Golongan Antidiare
dan dapat secara sentral menhambat CTZ
(Chemoreceptor Trigger Zone) secara ▸ Attapulgit (Menyerap racun)
langsung dan menekan atau memblokade ▸ Morfin (Menekan peristaltik usus)
reseptor muntah. ▸ Tannalbumin (menciutkan selaput usus)
Contoh Obat Golongan Antiemesis
▸ Dexamethasone
▸ Droperidol
▸ Granisetron

16
LANJUTAN

▸ Laksativa ▸ Kolagoga
Laksativa bekerja dengan cara menstimulasi usus, Kolagoga bekerja dengan mengurangi pelepasan
melembutkan feses, mengembangkan feses dengan kolesterol dari hati ke dalam empedu dan
menarik lebih banyak air ke feses (bulk-forming melarutkan kolesterol sehingga memecahkan batu.
agent), melumasi tinja agar lebih mudah keluar dari
Contoh Obat Golongan Kolagoga
usus besar (lubrikan).
▸ Asam kenodeoksikolat
Contoh Obat Golongan Laksatif
▸ Asam ursodeoksikolat
▸ Dankron
▸ Asam kenat
▸ Tylose
▸ Parraffin cair

17
LANJUTAN

▸ Protector Hati ▸ Antispasmodika (Antimuskarinik)


kerja dari obat ini adalah dengan cara Antispamodika bekerja dengan
detoksilasi senyawa racun, baik yang menghambat sekresi asam melalui reseptor
masuk dari luar (eksogen) maupun yang muskarinik dan menurunkan motilitas
terbentuk dalam tubuh (endogen) pada gastrointestinal untuk mengurangi spasme
proses metabolisme, meningkatkan pada sindrom iritasi usus.
regenerasi sel hati yang rusak, anti radang, Contoh Obat Golongan antimuskarinik
dan sebagai immunostimulator.
▸ Pirenzepin
Contoh Obat Golongan Protektor Hati
▸ Fentonium
▸ Curcuma rhizoma domestica
▸ Ekstrak Belladon
▸ Curcuma Xanthorrizae
▸ Mekonin

18
PATOFISIOLOGI
SALURAN PENCERNAAN
3
Radang Lambung
(Gastritis)
Radang Lambung (Gastritis)
Definisi Gejala
Gastritis merupakan penyakit lambung yang terjadi Beberapa contoh gejala gastritis adalah :
akibat peradangan dinding lambung. Pada dinding • Nyeri yang terasa panas dan perih di perut
lambung atau lapisan mukosa lambung ini terdapat bagian uluhati.
kelenjar yang menghasilkan asam lambung dan enzim • Perut kembung.
pencernaan yang bernama pepsin. • Cegukan.
Gastritis dibagi menjadi dua jenis, yaitu : • Mual dan Muntah darah
• Gastritis akut • Hilang nafsu makan.
• Gastritis kronis • Cepat merasa kenyang saat makan.
• Buang air besar dengan tinja berwarna hitam.
Penyebab
Hal yang dapat menyebabkan rusaknya mukus
pelindung, yaitu :
Infeksi bakteri.
• Pertambahan usia
• Berlebihan mengkonsumsi minuman beralkohol
• Sering mengkinsumsi obat pereda nyeri
• Autoimun
21
Faktor Diagnosa
Faktor lain yang dapat meningkatkan Pasien yang menderita gastritis akan menjalani pemeriksaan riwayat
risiko seseorang mengalami gastritis kesehatan serta pemeriksaan fisik oleh dokter. Adapun diagnosis yang
adalah : akurat, yaitu :
• Penyakit Crohn. • Tes untuk infeksi Helicobacter pylori.
• Infeksi virus. Contohnya adalah tes darah, tes sampel tinja. Selain untuk mendeteksi
• Kebiasaan merokok. keberadaan bakteri Helicobacter pylori, tes darah dapat mendeteksi jika
• Infeksi parasit. pasien mengalami anemia. Tes sampel tinja ini dapat mendeteksi pasien
• Refluks empedu. menderita gastritis. 
• Gagal ginjal. • Gastroskopi
• Penggunaan kokain. Pemeriksaan gastroskopi dilakukan dengan cara memasukkan selang
• Menelan zat yang bersifat korosif khusus yang sudah dipasangi kamera di ujungnya. Pemeriksaan ini
dan dapat merusak dinding terkadang dikombinasikan dengan biopsi, yaitu pengambilan sampel
lambung, misalnya obat pembasmi jaringan pada daerah yang dicurigai mengalami radang. Biopsi juga bisa
hama. dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri pylori.
• Pemeriksaan foto Rontgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi saluran pencernaan
bagian atas. Untuk membantu melihat luka pada saluran pencernaan,
terutama lambung, pasien akan diminta untuk menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum foto Rontgen dilakukan

22
Terapi Farmakologi

Obat -obat yang digunakan dalam terapi gastritis terdiri dari 4 golongan obat diantaranya
yaitu :
• Golongan pertama yakni antasida yang bekerja menetralisir keasaman lambung yang
terdiri dari senyawa aluminium, magnesium, kalsium karbonat dan natrium bikarbonat.
• Kedua adalah obat penghambat sekresi asam lambung meliputi Antagonis-H2.
• Ketiga yakni golongan analog prostaglandin E1.
• Keempat adalah golongan pelindung mukosa terdiri atas sucralfat yang bekerja
membentuk kompleks ulser adheren dengan eksudat protein seperti albumin dan
fibrinogen pada sisi ulser dan melindunginya dari asam lambung.

23
Terapi Non-
Farmakologi
Gaya hidup dan pengobatan radang lambung/ terapi non farmakologi radang
lambung mungkin dapat membantu mengatasi gastritis akut maupun kronis yang Anda
alami.
• Tidak merokok
• Menerapkan pola makan sehat
• Mengurangi berat badan
• Konsumsi obat pereda nyeri dengan pengawasan dokter
• Mengubah posisi tidur
• menggunakan bantal tebal.
• Konsumsi Banyak Cairan
• Konsumsi Buah Kaya Akan Serat
• Perbanyak Olahraga Dan Hindari Kebiasaan Buruk

24
Profil Farmakologi dan Profil Farmakokinetika
Obat Radang Lambung (Gastritis)
Golongan Antagonis Reseptor H2
 Infeksi Helicobacter pylori
Ranitidin Dewasa: 300 mg sebagai dosis tunggal atau 150 mg 2
kali sehari, dikombinasikan dengan amoxicillin 750 mg
▸ Indikasi : Menurunkan sekresi asam lambung berlebih
dan metronidazole 550 mg selama 2 minggu.
▸ Dosis: Pembagian dosis ranitidin ditentukan berdasarkan  Ulkus gastris dan ulkus duodenum jinak
usia, kondisi yang ditangani, keparahan kondisi, obat
Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sekali sehari.
lainnya yang sedang digunakan, serta respons tubuh
Dosis pemeliharaan dosis 150 mg sekali sehari.
terhadap obat. Berikut adalah pembagian dosis ranitidin
Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 2-4 mg/kgBB 2 kali
tablet dan kaplet:
sehari. Dosis maksimal 300 mg per hari. Untuk dosis
 Dispepsia pemeliharaan, 2-4 mg/kgBB per hari. Dosis maksimal
Dewasa: Untuk dispepsia kronis, dosis 150 mg 2 kali 150 mg.
sehari atau 300 mg sekali sehari, selama 6 minggu. Untuk  Kelainan Hipersekresi
dispepsia akut, dosis 75 mg bisa sampai 4 kali sehari,
Dewasa: 150 mg 2-3 kali sehari. Dosis maksimal 6
selama maksimal 2 minggu.
gram per hari.

25
 Penyakit asam lambung atau GERD
Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg
sekali sehari, dikonsumsi selama 8 minggu. Cara pakai:
Pada kasus GERD berat, dapat diberikan dosis Ranitidin dapat dikonsumsi sebelum atau
150 mg 4 kali sehari selama 12 minggu. sesudah makan. Usahakan untuk mengonsumsi
Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 5-10 ranitdin pada jam yang sama setiap hari agar obat
mg/kgBB per hari, dibagi 2 kali pemberian. dapat bekerja dengan lebih efektif.
Dosis maksimal 300 mg per hari. Jika lupa untuk mengonsumsi ranitidin,
 Radang esofagus erosif disarankan untuk segera melakukannya jika jeda
Dewasa: 150 mg 4 kali sehari. Untuk dosis dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu
pemeliharaan, 150 mg 2 kali sehari. dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan
Anak-anak (1 bulan – 16 tahun): 5-10 menggandakan dosis.
mg/kgBB per hari, dibagi 2 kali pemberian. Simpan ranitidin dalam suhu ruangan, serta
Dosis maksimum 600 mg per hari. terhindar dari hawa panas dan lembap. Jauhkan
 Ulkus yang berkaitan dengan penggunaan obat ranitidin dari jangkauan anak-anak.
antiinflamasi non-steroid (NSAID)
Dewasa: 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg
sekali sehari, dikonsumsi selama 8-12 minggu.
Untuk dosis pencegahan, 150 mg 2 kali sehari.

26
Interaksi  dengan Obat Lain: Kontraindikasi
Ranitidin dapat menimbulkan beberapa interaksi Memiliki riwayat porfiria akut dan hipersensitivitas
saat digunakan bersamaan dengan obat-obatan lainnya. terhadap ranitidin.
Interaksi tersebut antara lain: Farmakokinetik
• Meningkatkan konsentrasi serum dan memperlambat Diabsorbsi secara oral dengan biavailibilitas ranitidine
absorpsi ranitidin oleh saluran pencernaan, jika sekitar 50% sama dengan pemberian intravena, akan
digunakan bersama propantheline bromide. meningkat pada pasien dengan penyakit hati. Namun
• Menghambat metabolisme teofilin diazepam, dan pada sumber lain juga dikatakan bahwa ranitidine
propanolol di dalam organ hati. memiliki bioavailibiltas 88%. Ranitidine didistribusi
• Mengganggu penyerapan obat-obatan yang tingkat secara luas di dalam tubuh termasuk ASI dan plasenta.
penyerapannya dipengaruhi oleh pH, seperti Dengan kadar puncak dalam plasma yang dicapai dalam
ketoconazol dan midazolam. 1-3 jam penggunaan 150mg ranitidine oral.. 70 %
• Menurukan bioavailabilitas ranitidin, jika digunakan ranitidine diekskresi dalam bentuk asalnya di ginjal
bersama dengan obat antasida atau sukralfat. terutama melalui urine dengan t1/2 yang pendek yaitu
sekitar 1,7-3 jam pada orang dewasa, dan memanjang
Efek samping : pada orang tua dan pasien gagal ginjal. Pada pasien
Mual dan muntah, Sakit kepala, Insomnia, Vertigo, dengan penyakit hati, t1/2 dari ranitidine juga akan
Ruam, Konstipasi, Diare. memanjang namun tidak sesignifikan perpanjangan
waktu paruh pada pasien gagal ginjal.
27
Golongan Antasida
Alumunium Hidroksida

 Indikasi : Menetralisir asam lambung yang berlebihan


serta menurunkan kadar fosfat yang tinggi pada penderita  Cara pakai:
penyakit ginjal kronis. • Aluminium hidroksida dalam bentuk tablet
 Dosis: atau kaplet, telan langsung dengan bantuan
Kondisi: asaml ambung segelas air.
Dewasa: 5-30 ml suspensi setelah makan dan sebelum • Aluminium hidroksida dalam bentuk tablet
tidur, kunyah, maka tablet harus dikunyah terlebih
Kondisi: tukak lambung (gastritis) dahulu sebelum ditelan.
Dewasa: 5-30 ml suspensi setelah makan dan sebelum • Aluminium hidroksida dalam bentuk suspensi,
tidur, kocok obat terlebih dahulu sebelum
Kondisi: hiperfosfatemia dikonsumsi. Gunakan sendok atau gelas takar
Dewasa: 300-600 mg, 3 kali sehari, setelah makan dan khusus yang terdapat di dalam kemasan.
sebelum tidur. Aluminium hidroksida yang memiliki sediaan
Anak-anak: 50-150 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 4 suspensi bisa disimpan di dalam kulkas, tetapi
kali pemberian (setiap 6 jam). tidak di bagian lemari pembeku (freezer).

28
 Interaksi Aluminium Hidroksida dengan
Obat Lain:  Efek samping:
Aluminium hidroksida dapat memengaruhi Tubuh lemas,Lemah otot, Mual dan muntah, Kram perut.
kemampuan tubuh dalam menyerap obat, bila  Farmakokinetik :
digunakan bersamaan dengan obat lain. Jika Aluminium hidroksida dinetralkan secara langsung oleh
harus mengonsumsi obat lain, maka beri jeda asam lambung. Ciri khasnya adalah onset kerja obat yang
waktu 2 jam sebelum atau setelah cepat guna memberikan efek terapeutik yang diharapkan.
mengonsumsi alumunium hidroksida. Namun, masa kerja obat ini pendek. Tingkat keasaman
Alumunium hidroksida akan lebih banyak lambung, atau pH akan meningkat hingga 7 atau lebih
terserap oleh tubuh bila digunakan bersamaan dalam waktu sekitar 15─20 menit. Keadaan tersebut dapat
dengan vitamin C dan sitrat. Sebaliknya, menstimulasi hipersekresi asam lambung secara sekunder,
alumunium hidroksida dapat menghambat yang disebut sebagai sindrom rebound. Hal ini biasanya
penyerapan digoxin, terjadi pada jenis obat Antasida yang mengandung
fenilbutazon, naproxen, penisilin, quinidine, natrium hidrogen karbonat. Namun, jarang sekali terjadi
dan sulfonamida. pada jenis obat Antasida yang mengandung kalsium
 Kontraindikasi : karbonat.
Hipofosfatemia, porfiria.
Diare
Diare
Definisi diare
Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari
biasanya, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin
dapat disertai muntah atau tinja yang berdarah.

Gejala Diare
•Perut terasa mulas.
•Tinja encer (buang air besar cair) atau bahkan berdarah.
•Mengalami dehidrasi.
•Pusing, lemas, dan kulit kering.

31
Klasifikasi
1. Diare Akut
Menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines 2005, diare akut didefinisikan
sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang
dari 14 hari.
2. Diare Kronis
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Diklasifikasikan menurut
patofisiologi menjadi 7, yaitu :
• Diare osmotik  terjadi peningkatan osmotik isi lumen usus.
• Diare sekretorik  terjadi peningkatan sekresi cairan usus.
• Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak  terjasi motilitas yang lebih cepat pembentukan
micelle empedu.
• Defek sistem pertukaran anion/tansport elektrolit aktif di enterosit  terjadi penghentian mekanisme
transport ion aktif di enterosit, gangguan absorbsi natrium dan air.
• Motilitas dan waktu transit usus abnormal  terjadi motilitas yang lebih cepat, tak teratur sehungga
isi usus tidak sempat diabsorbsi.
• Gangguan permeabilitas usus  permeabilitas mukosa usus halus dan usus besar terhadap air dan
garam/elektrolit terganggu
• Ekskudasi cairan, elektrolit dan mukus berlebihan  terjadi peradangan dan kerusakan mukosa usus
halus.
Penyebab

Gizi tidak seimbang

Alergi (makanan, susu


sapi)

Virus (adenovirus,
rotavirus,dll)

33
Terapi Farmakologi

• Umumnya diare nonspesifik dapat sembuh dengan sendirinya, namun untuk


mengurangi gejala diare dapat digunakan beberapa obat, antara lain antimotilitas,
antisekretori, adsorben dan obat-obat lainnya seperti probiotik, enzim laktase dan
zink.
• Bila sesak nafas dapat diberikan oksigen, infus untuk memberikan
cairan dan elektrolit.
• Pemberian antibiotika apabila terdapat infeksi
• Bila penyebab penyakit berupa amoeba/parasit/giardia dapat
diberikan metronidazol.

34
Terapi Non-
Farmakologi

Penderita sebaiknya mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi kalori, tinggi


protein, diet lunak tidak merangsang, bila tidak tahan laktosa diberikan rendah
laktosa, bila maldigesti lemak diberikan rendah lemak. Bila penyakit chron dan
kolitis ulserosa diberikan rendah serat pada keadaan akut. Minum yang banyak dan
bila perlu infus untuk mencegah dehidrasi.

35
Profil Farmakologi dan Profil
Farmakokinetika Obat Diare
Golongan Antimotilitas
Pada golongan ini adalah opiat dan turunannya. Yang
bekerja dengan menunda perpindahan intraluminal atau  Kontraindikasi
meningkatkan kapasitas usus, memperpanjang kontak Kontraindikasi loperamide di antaranya pada pasien
dan absorpsi.sebagian bekerja melalui mekanisme dengan kolitis ulseratif, kolitis infektif, atau kolitis
perifer dan sentral.kecuali loperamid pada perifer. yang disebabkan antibiotic.
 Efek Samping
LOPERAMID Loperamide dapat menimbulkan efek samping
 Indikasi : gastrointestinal seperti nyeri perut, kembung, mual,
untuk mengurangi gejala pada diare akut atau kronik, muntah, konstipasi, dan  mulut kering. Loperamide
misalnya akibat gastroenteritis, inflammatory bowel juga pernah dilaporkan menyebabkan ileus paralitik.
disease, atau traveler’s diarrhea, mengurangi feses pada
pasien yang terpasang ileostomi, yaitu lubang pada
dinding perut sebagai pengganti anus.
36
 Dosis
Diare Akut
Pada orang dewasa loperamide dapat diberikan  Farmakokinetik
dengan dosis inisial 4 mg, diikuti dengan 2 mg setiap Walaupun diserap dengan baik di intestinal, loperamide
kali buang air besar cair. Dosis maksimal 16 mg per akan hampir seluruhnya diekstraksi dan dimetabolisme
hari. Hentikan penggunaan jika tidak ada perbaikan oleh sitokrom P450 di hepar.
gejala setelah mengkonsumsi obat selama 48 jam. Absorpsi
Pada anak-anak, penggunaan loperamide biasanya Loperamide diserap dengan baik di intestinal.
dihindari oleh klinisi. Bioavailabilitas loperamide adalah 0,3%. Onset kerja
Diare Kronik adalah 1-3 jam, dengan durasi 41 jam. Waktu puncak
Pada diare kronik, loperamide dapat digunakan untuk plasma sediaan kapsul adalah 5 jam, sedangkan untuk
pasien dewasa dengan dosis inisial 4-8 mg per hari sediaan likuid adalah 2,5 jam.
dalam dosis terbagi, dosis maksimal 16 mg per hari. Metabolisme
Tatalaksana harus dihentikan jika tidak ada perbaikan Metabolisme loperamide terjadi di hepar dan melibatkan
gejala setelah 10 hari sitokrom P450, terutama CYP3A4. Di liver, loperamide
 Cara pakai dikonjugasikan, dan hasil konjugasinya diekskresikan di
Minum loperamide setiap setelah BAB dengan dosis empedu. Karena proses ini, sebagian kecil loperamide
yang sesuai. dapat dideteksi di darah.

37
Golongan Antisekretori
Mekanisme kerja antisekretori adalah dengan meningkatkan absorbi usus terhadap cairan
dan elektrolit.
• Kondisi terinfeksi Helicobacter pylori
Bismuth subsalicylate Dewasa : 525 mg, dikombinasikan dengan metronidazole dan
 Indikasi : konstipasi, nyeri abdomen, diare tetracycline, 4 kali sehari.
 Kontraindikasi : pasien riwayat penyakit ginjal, Farmakokinetik
BAB berdarah, penyakit Von Willebrand, dan Absorpsi
hemofilia. Bismuth subgallate hanya diabsorpsi dalam jumlah yang sangat
 Efek samping : mual dan muntah, anoreksi sedikit atau mungkin bahkan tidak sama sekali setelah administrasi
nervosa, diare atau sembelit, infeksi saluran oral. Oleh karenanya, bioavailabilitas bismuth subgallate pada
pencernaan, BAB berdarah, lemas, sakit kepala. manusia pada umumnya hanya sekitar 0,04%.
 Dosis Perbedaan formulasi yang membentuk senyawa bismuth subgallate
• Kondisi diare, mulas, mual, sakit perut ini serta faktor-faktor diet individu tersebut mempengaruhi tingkat
Dewasa dan anak-anak 12 tahun ke atas : 525 mg, absorpsi obat ini. Diketahui bahwa absorpsi bismuth subgallate
tiap 30 menit atau 1 jam. Tidak boleh melebihi 4 kali akan meningkat jika dikonsumsi bersamaan dengan senyawa-
minum obat tersebut dalam 24 jam. senyawa yang mengandung sitrat dan kelompok sulfhidril.
Sebaliknya, absorpsi bismuth subgallate akan menurun bila
 Cara pakai : Diberikan sebelum atau
dikonsumsi bersamaan dengan antasida.
setelah makan.
Distribusi
Volume distribusi bismuth subgallate yang dikonsumsi secara oral umumnya sangat rendah. Hal ini
berhubungan dengan absorpsi sistemik dan gastrointestinal yang juga sangat rendah.
Metabolisme
Belum terdapat metabolisme bismut yang diketahui secara lengkap. Akan tetapi pada ginjal,
bismuth subgallate memicu sintesis de novo dari protein-protein yang mengikat logam bismut,
yang merupakan salah satu jenis dari metallothionein.
Waktu Paruh
Komponen bismut dari bismuth subgallate diketahui memiliki waktu paruh akhir berkisar sekitar
21-72 hari.
Ekskresi
Utamanya, ekskresi bismut terjadi lewat feses dalam bentuk bismut yang tidak diabsorpsi,
sedangkan sebagian bismut yang terabsorpsi dieliminasi dari tubuh lewat urine dan feses (termasuk
empedu). Ekskresi bismut yang diabsorpsi melewati urine terjadi secara cepat di mana sebagian
besar logam ini keluar dalam 24 jam. 

39
Any questions?

40

Anda mungkin juga menyukai