Anda di halaman 1dari 24

1

PENGARUH HAFALAN AL-QURAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR


MATEMATIKA SANTRI KELAS KHUSUS TAHFIDH AL-QURAN
SMP eLKISI IIBS MOJOKERTO

A. Latar Belakang Masalah

Nikmat terbesar yang dianugerahkan Allah kepada umat Islam

adalah Dia menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk hidup. Allah benar-benar

menjadikan Al-Quran itu mudah untuk dipelajari. Sebagaimana yang Allah

firmankan, “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Quran untuk

peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” 1 Dan juga

firman-Nya, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu.”2

Al-Quran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah

kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui perantara

Malaikat Jibril. Tujuan diturunkan Al-Quran untuk dijadikan petunjuk, bukan

hanya untuk sekelompok manusia, tetapi untuk seluruh manusia hingga akhir

zaman. Oleh karena itu, untuk menjaga kemurnian Al-Quran diperlukan

penjagaan dan pemeliharaan agar umat Islam tidak kehilangan petunjuk, yaitu

dengan membumikan Al-Quran.3

Yang dimaksud dengan membumikan Al-Quran di sini adalah

melakukan upaya-upaya terarah dan sistematis di lingkungan masyarakat agar

nilai-nilai Al-Quran tetap hidup dan dipertahankan. Terdapat banyak cara

1
Lihat QS. Al-Qamar [54]: 17
2
Lihat QS. Al-Baqarah [2]: 185
3
Rois Mahfud, Al-Islam: Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011), 107
2

dalam mempelajari dan membumikan Al-Quran, salah satunya yaitu dengan

metode hafalan.

Realita di masyarakat menunjukkan bahwa Al-Quran mudah untuk

dihafal. Banyak orang yang sudah menghafalkan Al-Quran 30 juz, baik yang

usianya masih kanak-kanak atau bahkan sudah tua. Kuncinya adalah niat dan

kesungguhan dalam menghafalnya. Ketika niat seseorang bukan karena

Allah, melainkan untuk kepentingan duniawi, biasanya akan mudah putus di

tengah jalan.4

Allah subhanahu wa ta’ala telah memudahkan Al-Quran untuk

dibaca, dihafalkan, dipahami maknanya, serta diamalkan. Oleh karenanya,

semua orang yang mempelajarinya harus tergerak untuk mengamalkannya.

Dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat,

maka semua petunjuknya bisa didapatkan dari Al-Quran.

Karena fungsinya yang sangat penting bagi kehidupan, maka wajib

hukumnya bagi setiap muslim untuk mempelajari Al-Quran. Penanaman

terhadap pembelajaran Al-Quran pun perlu diajarkan kepada anak sejak dini,

mulai dari pembelajaran membaca, memahami, bahkan menghafalkan Al-

Quran.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membimbing

ummatnya agar mendapatkan pertolongan di hari kiamat. Salah satu yang

Nabi ajarkan adalah dengan selalu rajin membaca atau mempelajari Al-

Quran. Karena siapa yang gemar membaca Al-Quran akan mendapat syafa’at

di hari kiamat kelak. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah dari Abi
4
Arham bin Ahmad Yasin, Agar Sehafal Al-Fatihah, (Bogor: CV. Hilal Media Group, 2014), 21
3

Umamah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, aku mendengar Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah Al-Quran, karena

sesungguhnya Al-Quran itu pada hari kiamat akan memberikan syafa’at

kepada pembacanya.”5

Menghafal Al-Quran pada dasarnya telah dimulai sejak turunnya

ayat Al-Quran itu sendiri. Nabi Muhammad adalah seorang ummi yang

artinya tidak bisa membaca dan menulis, sehingga Malaikat Jibril

menyampaikan kepada beliau dengan cara menghafal. Menghafal Al-Quran

merupakan sebuah proses mengingat materi ayat, harus dihafal dan diingat

secara sempurna.

Menghafal Al-Quran merupakan bahtera ilmu, karena akan

mendorong seseorang yang hafal Al-Quran untuk berprestasi lebih tinggi

daripada teman-temannya yang tidak menghafal Al-Quran sekalipun umur,

kecerdasan, dan ilmu mereka berdekatan.

Orang yang menghafal Al-Quran akan mendapatkan anugerah dari

Allah berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang. Karena itu,

para penghafal Al-Quran lebih cepat mengerti, teliti, dan lebih hati-hati

karena banyak latihan untuk mencocokkan ayat serta membandingkan dengan

ayat lainnya.6

Sementara, belajar matematika juga diperlukan, walaupun bukan

fardhu ‘ain. Bagi seseorang yang ingin mendalami ilmu tentang waris, maka

dia dituntut untuk menguasai matematika dengan baik. Karena dalam ilmu

5
Hadis Riwayat Muslim
6
Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Gema Insani, 2008), 21
4

waris, perhitungannya banyak menggunakan bilangan pecahan serta operasi

hitung perkalian.

Matematika tidak bisa dipisahkan dan memiliki peran penting dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam urusan jual beli misalnya, seseorang dituntut

untuk menguasi ilmu hitung yang ada di dalam matematika. Bisa

dibayangkan, jika ada seorang pedagang yang tidak terlalu menguasai ilmu

hitung, pasti akan menyulitkannya dalam melakukan transaksi jual beli.

Bagi kebanyakan pelajar, terutama pelajar di pondok pesantren,

matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang sulit, rumit, bahkan

menakutkan. Hal ini karena sejak awal mereka sudah membuat kesimpulan

bahwa matematika itu sulit, karena penuh dengan rumus-rumus. Jika

pemikiran awal sudah seperti itu, maka seseorang akan menjadi malas untuk

belajar matematika karena sejak awal sudah ada perasaan takut tidak bisa

memahami pelajaran.

Tidak semua orang menyukai pelajaran matematika. Bagi yang tidak

suka, matematika adalah soal-soal yang sulit dipecahkan. Melihat angka

berderet saja sudah membuat pusing duluan, apalagi menghitungnya. Padahal,

belajar matematika tidak hanya mengasah kecerdasan, tetapi juga berdampak

bagi kesehatan khususnya fungsi otak.

Prestasi belajar, khususnya matematika tidak mungkin bisa dicapai

oleh seseorang tanpa kesungguhan dan kerja keras. Faktor terbesar justru ada

pada diri sendiri. Untuk meraih prestasi yang maksimal tidak semudah
5

membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan dan hambatan yang harus

dihadapi untuk meraihnya.

Pada sisi lain, menghafal Al-Quran juga memiliki relevansi terhadap

kecerdasan kognitif seseorang. Dalam dunia akademik, penghafal Al-Quran

rata-rata lebih menonjol prestasinya dibandingkan mereka yang tidak

menghafal Al-Quran. Dengan menghafal Al-Quran, akan dapat meningkatkan

kemampuan mengingat dan juga berfikir secara lebih kritis dan terukur.

Pendapat yang salah jika ada yang mengatakan orang yang

menghafal Al-Quran akan terganggu kecerdasan berfikirnya. Justru

sebaliknya, orang yang menghafal Al-Quran akan meningkatkan

kecerdasannya. Sebagai contoh, Al-Khawarizmi, tokoh matematika yang

sampai saat ini teorinya dipakai oleh matematikawan dunia. Ada lagi, Ibnu

Sina yang teori kedokterannya digunakan sebagai pedoman pembelajaran

ilmu kedokteran hingga saat ini. Mereka berdua terlebih dahulu menghafal

Al-Quran sebelum menciptakan teori mereka. Dan masih banyak lagi contoh

ilmuwan yang tidak hanya menguasai satu disiplin ilmu saja, yang mereka

semua mengawalinya dengan menghafal Al-Quran.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sekretaris Jenderal

Kementerian Kerohanian Islam (Riyadh), tentang perbandingan standar

(akademik) alumni sekolah umum dan alumni sekolah-sekolah tahfidh Al-

Quran. Ada perbedaan yang luar biasa besar, meskipun kedua lembaga

pendidikan tersebut berada dalam satu naungan yang sama.7

7
Ahmad Baduwailan, Menjadi Hafizh, (Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 2018), h. 266
6

Otak manusia ini hebat dan luas sekali. Jika saja seluruh informasi

buku perpustakaan di dunia atau seluruh informasi jaringan telekomunikasi di

dunia ini kita masukkan ke dalam otak, otak manusia tidak akan penuh.

Masih banyak ruang yang tersisa untuk menyimpan informasi. Atau, jika

setiap detik kita masukkan 10 informasi sampai kita meninggal ke dalam otak

kita, misalnya sampai umur 100 tahun, otak manusia belum terisi sepenuhnya.

Untuk itu, kapasitas otak manusia adalah angka satu diikuti angka nol yang

panjangnya 10 pangkat 5 juta kilometer angka standar.8

Salah satu pondok pesantren yang memiliki program menghafal Al-

Quran adalah Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI Mojokerto. Di kelas

khusus tahfidh Al-Quran, setiap santrinya memiliki target menghafal 30 juz

Al-Quran dalam waktu dua tahun. Sedangkan materi pelajaran selain

‘ulumuddin, termasuk matematika akan diajarkan selama satu tahun sebelum

mereka lulus dari jenjang pendidikan SMP atau SMA.

Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI menerapkan sistem bahwa

setiap santrinya tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi, dan

setiap santri hanya memiliki kesempatan dijenguk orang tua dua kali dalam

sebulan sesuai hari yang sudah ditentukan. Hal ini akan membantu santri

untuk fokus dalam menghafal Al-Quran dan tidak memikirkan hal-hal yang

bersifat duniawi.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di Pondok Pesantren

Islamic Center eLKISI Pungging Mojokerto sebelumnya, ternyata semangat

8
As’adi Muhammad, Melakukan Hipnoterapi Agar Daya Ingat Anda Sekuat Cakram,
(Yogyakarta: DIVA Press, 2011), h. 28
7

para santri di kelas khusus tahfidh Al-Quran dalam belajar matematika cukup

tinggi. Para santri cukup cepat dalam menghafal dan memahami materi

matematika yang diajarkan oleh gurunya. Bahkan, prestasi ujian nasional

mata pelajaran matematika bagi santri di kelas khusus tahfidh Al-Quran

terlihat cukup baik dan membanggakan. Tidak jarang, nilai tertinggi

matematika didominasi santri di kelas ini. Hal ini membuktikan bahwa

penghafal Al-Quran memiliki kecerdasan kognitif yang baik.

Barangkali muncul pertanyaan, mengapa santri yang menghafal Al-

Quran lebih mudah menangkap materi yang diajarkan dan lebih cepat

mengerti? Logika yang digunakan cukup sederhana. Jika Al-Quran yang

tebalnya lebih dari 600 halaman saja mampu dihafalkan dalam waktu yang

relatif singkat, maka tidak terlalu sulit bagi penghafal Al-Quran untuk

menghafal rumus phytagoras, lingkaran, bangun ruang, dan rumus-rumus

matematika lainnya.

Untuk membuktikan adanya pengaruh menghafal Al-Quran terhadap

prestasi belajar matematika, serta untuk meningkatkan semangat belajar

matematika bagi santri kelas khusus tahfidh Al-Quran, penulis mengajukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Hafalan Al-Quran Terhadap Prestasi

Belajar Matematika Santri Kelas Khusus Tahfidh Al-Quran SMP

eLKISI IIBS Mojokerto.”

B. Rumusan Masalah
8

Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang

berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hafalan Al-Quran di kelas khusus tahfidh Al-Quran?

2. Bagaimana prestasi belajar matematika di kelas khusus tahfidh Al-

Quran?

3. Bagaimana pengaruh hafalan Al-Quran terhadap prestasi belajar

matematika di kelas khusus tahfidh Al-Quran?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan hafalan Al-Quran di kelas

khusus tahfidh Al-Quran.

2. Untuk memahami dan mendeskripsikan prestasi belajar matematika di

kelas khusus tahfidh Al-Quran.

3. Untuk memahami dan menganalisis pengaruh hafalan Al-Quran terhadap

prestasi belajar matematika di kelas khusus tahfidh Al-Quran.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi

keilmuan baik secara teoretis maupun praktis.

1. Secara teoretis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran, khususnya bagi para pendidik, tentang pengaruh hafalan


9

Al-Quran terhadap prestasi belajar matematika, dan hasil penelitian ini

diharapkan bisa menjadi pijakan untuk meningkatkan prestasi belajar

matematika melalui pendekatan menghafal Al-Quran.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan bagi

masyarakat luas, acuan serta referensi bagi penelitian selanjutnya yang

sejenis.

2. Secara praktis

a. Menjadi bahan referensi bagi kepala sekolah dan guru dalam

mengembangkan kurikulum, terutama kurikulum yang berlandaskan

pendidikan Islam untuk melaksanakan pembelajaran menghafal Al-

Quran.

b. Penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi kepala sekolah dan

guru, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan program tahfidhul

Quran.

c. Penelitian ini mampu memotivasi santri kelas khusus tahfidh Al-

Quran eLKISI IIBS untuk meningkatkan hafalan Al-Quran.

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam memahami istilah-istilah dalam judul

penelitian ini, maka perlu dijabarkan pengertian beberapa istilah sebagai

berikut:

1. Pengaruh, pengertiannya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau
10

benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang.9

2. Hafalan Al-Quran adalah hafalan kalam Allah yang bertujuan menghafal

pengetahuan tentang Allah, tentang pengetahuan yang mampu

memecahkan semua persoalan hidup, mengatasi semua masalah, dan

mewujudkan kebahagiaan dan kehidupan yang baik bagi manusia.10

Hafalan Al-Quran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari

kegiatan menghafalkan Al-Quran santri.

3. Prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai yang ditunjukkan dalam

pengetahuan, sikap, dan keahlian. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan,

jika tidak melakukan suatu kegiatan. Untuk mendapatkan prestasi

dibutuhkan keuletan dan kegigihan. Prestasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah hasil belajar matematika santri. Prestasi merupakan

hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, baik secara individu

maupun kelompok.11 Prestasi juga diartikan hasil dari suatu kegiatan yang

telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh

dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok,

dalam bidang kegiatan tertentu.12

F. Penelitian Terdahulu

9
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Balai Pustaka, 2005), 849
10
Khalid Abdul Karim Al-Lahim dan Asma’ binti Rasyid Ar-Ruwaisyid, Panduan Tadabur Al-
Quran, (Solo: Kiswah Media, 2016), 112
11
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 137
12
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,
2012), 21
11

Dalam penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yakni penelitian-

penelitian yang dilakukan sebelumnya yang membicarakan tentang

menghafal Al-Quran atau pengaruh menghafal Al-Quran, antara lain:

1. Skripsi yang ditulis Itqonus Sidqiyah, berjudul Pengaruh Tradisi

Menghafal Al-Quran terhadap Hasil Belajar Matematika di MI Nurul

Quran Kraksaan Probolinggo, tahun 2014. Penelitian ini menyimpulkan,

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tradisi menghafal

Al-Quran terhadap hasil belajar matematika, dengan kontribusi sebesar

71,4% terhadap hasil belajar siswa dan 28,6% ditentukan oleh faktor lain.

2. Skripsi yang ditulis Agung Cahyono, berjudul Hubungan Kemampuan

Hafalan Al-Quran dengan Prestasi Pelajaran Matematika di Kelas 1 MTs

Al Irsyad Tengaran, tahun 2007. Penelitian ini menyimpulkan, terdapat

hubungan positif yang tidak signifikan antara kemampuan hafalan Al-

Quran dengan prestasi pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan

rendahnya nilai korelasi antara dua variabel sehingga korelasi dikatakan

tidak signifikan.

3. Journal of Mathematics and Mathematics Education, Dewi Dwi

Adiwijayanti, Heni Purwati, Sugiyanti, berjudul Pengaruh Hafalan Al-

Quran terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa MTs, tahun 2019,

Volume 1 Nomor 2. Penelitian ini menyimpulkan, terdapat pengaruh

positif dan signifikan antara hafalan Al-Quran terhadap prestasi belajar

matematika siswa MTs Yanbu’ul Quran 2 Muria, dengan sumbangan

efektif 34,7%, sedangkan 65,3% ditentukan oleh faktor lain.


12

Dari penelitian terdahulu tersebut di atas, obyek yang diteliti adalah

siswa dengan target hafalan 1 s/d 15 juz, belum ada yang meneliti siswa

dengan target hafalan 30 juz Al-Quran. Oleh karena itu, penelitian ini masih

relevan untuk dilakukan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif mempunyai ciri-ciri utama sebagai berikut:

a. Dilakukan dengan menggunakan rancangan yang terstruktur, formal,

dan spesifik.

b. Data yang dikumpulkan dapat dikuantitatifkan dengan menghitung

atau mengukur.

c. Menggunakan selang waktu tertentu.

d. Membutuhkan hipotesis atau pertanyaan yang perlu dijawab.

e. Menggunakan statistik.

f. Berorientasi kepada produk dari proses.

g. Sampel yang digunakan luas, random, akurat, dan representatif.

h. Menganalisis data secara deduktif, dari umum ke khusus.

i. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data hendaklah

dapat dipercaya (valid).13

13
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), 58-60
13

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil dari

analisis yang disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian

dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan antara Februari sampai dengan Agustus

2021, di Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI, Jalan Raya Mojosari

Trawas KM 8 Dusun Kemuning Desa Mojorejo Kecamatan Pungging

Kabupaten Mojokerto.

3. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk

maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang

ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari

sumber pertama atau tempat obyek penelitian dilakukan.

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini

berupa angket yang diperoleh dari santri, informasi dari ustadz atau

ustadzah yang membimbing santri dalam proses menghafal Al-Quran,

serta guru matematika SMP eLKISI Mojokerto. Selain itu, buku-buku


14

terkait cara praktis menghafal Al-Quran, metodologi penelitian

kuantitatif, serta buku tentang cara agar daya ingat kita menjadi kuat,

juga menjadi sumber data primer.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan untuk

maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini

dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi

sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs di

internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.14

Dalam penelitian ini, yang menjadi data pendukung (sekunder)

adalah dokumentasi (foto) kegiatan belajar santri, buku dan majalah

ilmiah, juga artikel dari media sosial dan internet.

4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen yang akan dijadikan

wilayah inferensi/generalisasi. Elemen populasi adalah keseluruhan

subyek yang akan diukur, yang merupakan unit yang diteliti. Populasi

bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang

lain. Populasi juga bukan sekadar jumlah yang ada pada obyek/subyek

yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang

14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), 137
15

dimiliki oleh subyek atau obyek itu.15 Populasi dalam penelitian ini

adalah semua santri SMP eLKISI, sebanyak 483 santri.

Tabel 1.1

Populasi Penelitian

Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Putra Putri

VII 72 80 152
VIII 93 80 173
IX 66 92 158

Total 231 252 483

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi

harus betul-betul representatif (mewakili).16

Sampel juga diartikan sebagian dari populasi yang terpilih dan

mewakili populasi tersebut. Dalam menentukan ukuran sampel, dapat

digunakan beberapa rumusan statistik, sehingga sampel yang diambil

benar-benar memenuhi persyaratan tingkat kepercayaan yang dapat

diterima dan kadar kesalahan sampel yang mungkin ditoleransi. 17

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah santri yang

memilih kelas khusus tahfidh Al-Quran, dengan jumlah 60 santri.

15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2019), 145
16
Ibid, 146
17
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), 150
16

Tabel 1.2

Sampel Penelitian

Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Putra Putri

VII 8 10 18
VIII 12 12 24
IX 8 10 18

Total 28 32 60

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode

dalam pengumpulan data, yaitu dengan cara angket, observasi, dan

dokumentasi.

a. Angket

Angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data

secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan

responden). Dengan kata lain, angket merupakan daftar pertanyaan

lengkap mengenai banyak hal yang diperlukan oleh peneliti untuk

mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian.18

Dalam penelitian ini, angket diberikan kepada santri kelas

khusus tahfidh Al-Quran sebanyak 60 anak, untuk mencari data yang

berhubungan dengan riwayat pendidikan santri SMP eLKISI yang

berada di kelas khusus tahfidh Al-Quran, jumlah hafalan yang

18
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2019), 217
17

dimiliki, waktu menghafal perhari, kendala dalam menghafal dan

murojaah hafalan, bagaimana dukungan lingkungan terhadap hafalan

mereka, serta pengaruh tradisi menghafal mereka terhadap hasil

belajar khususnya pelajaran matematika.

b. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan angket/kuesioner. Kalau wawancara dan

angket/kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi

tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek alam yang lain.19

Dalam penelitian ini, yang diobservasi adalah bagaimana

tradisi menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Islamic Center

eLKISI, dan bagaimana model belajar matematika bagi santri kelas

khusus tahfidh Al-Quran.

c. Dokumentasi

Ada bermacam-macam dokumen yang bisa membantu dalam

mengumpulkan data penelitian, terutama yang ada kaitannya dengan

permasalahan dalam penelitian tindakan kelas. Misalnya, rencana

pembelajaran (silabus), laporan tugas siswa, berbagai macam ujian

19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2019), 238
18

dan tes yang dilakukan, juga laporan rapat dan diskusi-diskusi

mengenai kurikulum.20

Dokumentasi terkait penelitian ini adalah foto kegiatan belajar

santri, laporan capaian hafalan Al-Quran masing-masing santri kelas

khusus tahfidh Al-Quran, serta laporan hasil belajar matematika

santri kelas khusus tahfidh Al-Quran.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah metode atau cara untuk mendapatkan

sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut

menjadi mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan

solusi permasalahan, terutama masalah dalam sebuah penelitian.

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan

setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari

seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk

penelitian yang tidak merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak

dilakukan.21

20
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), 121
21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2019), 241
19

Analisis data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan

penelitian yang sangat menentukan ketepatan dan kesahihan hasil

penelitian. Teknik yang benar dengan data yang tidak valid dan reliabel

akan memberikan hasil yang berlawanan atau bertentangan dengan

kenyataan yang ada di lapangan. Sebaliknya, perumusan masalah dan

pemilihan sampel yang tepat, belum tentu akan memberikan hasil yang

benar, apabila peneliti memilih teknik yang tidak sesuai dengan data yang

ada.22

Teknik yang paling sesuai untuk digunakan apabila peneliti ingin

melihat hubungan dua variabel dan ingin mencari korelasi dua variabel

dengan menggunakan deviasi skor, yaitu Product Moment Correlation.

Rumus yang digunakan adalah:

rxy = Σxy
(Σx²) (Σy²)

Di mana:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.

Σxy = Jumlah perkalian deviasi x dan y.

Σx² = Jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor x dari rata-rata X.

Σy² = Jumlah kuadrat deviasi masing-masing skor y dari rata-rata Y.23

H. Sistematika Pembahasan

22
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), 255
23
Ibid, 289
20

Agar penelitian ini dapat tersusun secara sistematis dan terarah, maka

penulis akan menjelaskan sistematika pembahasan. Dalam penelitian ini

terdapat 5 bab yang didalamnya terdapat beberapa sub bab. Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

 Bab I: Bab Pendahuluan, yang pembahasannya meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional, penelitian terdahulu, sistematika pembahasan, dan

rancangan outline penelitian.

 Bab II: Bab Landasan Teori, yang terbagi dalam tiga sub bab

pembahasan, yakni hafalan Al-Quran, prestasi belajar, dan pengaruh

hafalan Al-Quran terhadap prestasi belajar. Tinjauan tentang hafalan Al-

Quran memuat: 1) pengertian hafalan Al-Quran, 2) hukum menghafal Al-

Quran, 3) manfaat menghafal Al-Quran, dan 4) faktor yang

mempengaruhi hafalan Al-Quran. Sedangkan tinjauan tentang prestasi

belajar memuat: 1) pengertian prestasi belajar, dan 2) faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar.

 Bab III: Bab Metode Penelitian, yang terdiri atas: jenis penelitian, waktu

dan tempat penelitian, sumber data, populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

 Bab IV: Bab Paparan Data dan Analisis Hasil Penelitian. Pada bab ini

memuat tiga sub bab, yakni gambaran umum obyek penelitian, penyajian

data yang berisi deskripsi data dari masing-masing variable, dan analisis

data penelitian.
21

 Bab V: Bab Penutup yang memuat kesimpulan dari penelitian dan saran

peneliti.

I. Rancangan Outline Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif yang penulis teliti, rancangan outline

penelitiannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

1.4. Manfaat Penelitian

1.5. Definisi Operasional

1.6. Penelitian Terdahulu

1.7. Sistematika Pembahasan

1.8. Rancangan Outline Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Hafalan Al-Quran

2.1.1. Pengertian Hafalan Al-Quran

2.1.2. Hukum Menghafal Al-Quran

2.1.3. Manfaat Menghafal Al-Quran

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Hafalan Al-Quran

2.2. Prestasi Belajar


22

2.2.1. Pengertian Prestasi Belajar

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

2.3. Pengaruh Hafalan Al-Quran terhadap Prestasi Belajar

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.3. Sumber Data

3.4. Populasi dan Sampel

3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.6. Teknik Analisis Data

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.2. Penyajian Data

4.3. Analisis Data

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP (BIOGRAFI) PENULIS


23

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2005

Al-Lahim, Khalid Abdul Karim dan Asma’ binti Rasyid Ar-Ruwaisyid, Panduan
Tadabur Al-Quran, Solo: Kiswah Media, 2016

Baduwailan, Ahmad, Menjadi Hafizh, Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 2018

Djamarah, Syaiful Bahri, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya:


Usaha Nasional, 2012
24

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011

Mahfud, Rois, Al-Islam: Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga,


2011

Muhammad, As’adi, Melakukan Hipnoterapi Agar Daya Ingat Anda Sekuat


Cakram, Yogyakarta: DIVA Press, 2011

Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Quran, Jakarta: Gema Insani, 2008

Sudaryono, Metodologi Penelitian, Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2019

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,


2009

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2019

Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 2014

Yasin, Arham bin Ahmad, Agar Sehafal Al-Fatihah, Bogor: CV. Hilal Media
Group, 2014

Yusuf, A. Muri, Metode Penelitian, Jakarta: Prenadamedia Group, 2019

Anda mungkin juga menyukai