TUJUAN
Tujuan Intuksional Umum ( TIU ) :
Mahasiswa mampu melakukan teknik anamnesis dan konseling DM dengan benar.
Tujuan Intrusional Khusus ( TIK ) :
1. Mahasiswa mampu menerapkan teknik komunikasi dan anamnesis pada kasus DM dengan benar
2. Mahasiswa mampu melakukan konseling penyakit dan penatalaksanaan kasus DM dengan benar.
DIAGNOSIS DM
DM (Diabetes Mellitus) merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diagnosis DM
ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria.
Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena
ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostic yang
berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler.
Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring ditujukan pada mereka yang mempunyai risiko DM namun tidak
menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk menemukan pasien dengan DM,
TGT (toleransi glukosa terganggu), maupun GDPT (glukosa darah puasa terganggu), sehingga dapat
ditangani lebih dini secara tepat.Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut sebagai prediabetes, merupakan
tahapan sementara menuju DM. Kedua keadaan tersebut merupakan factor risiko untuk terjadinya DM dan
penyakit kardiovasculer di kemudian hari.
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok yang memiliki salah satu factor risiko DM sebagai
berikut :
1. Usia ≥ 45 tahun
2. Usia lebih muda, terutama dengan IMT ≥ 23 kg/m2. Yang disertai dengan factor risiko :
Kebiasaan tidak aktif
Turunan pertama dari orang tua dengan dm
Riwayat melahirkan bayi dengan bb lahir bayi ≥ 4000gram, atau riwayat dm gestational
Hipertensi (≥140/90 mmhg)
Kolesterol hdl ≤ 35mg/dl dan atau triglicerida ≥ 250 mg/dl
Menderita polycystic ovarial syndrome (pcos) atau keadaan klinis lain yang terikat dengan resistensi
insulin
Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (tgt) atau glukosa darah puasa terganggu (gdpt)
sebelumnya
Memiliki riwayat penyakit kardiovasculer
Kriteria Diagnostik
Berbagai keluhan dapat diketemukan pada diabetisi. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila
terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini :
1. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsi, polifagi, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya
2. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita
Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu ≥ 200mg/dl (11,1 mmol/l) Glukosa darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
Gejala klasik DM + kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl (7,0mmol/l) Puasa diartikan pasien tidak
mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
Atau
Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11,1mmol/l) TTGO dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Apabila pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka daapt digolongkan ke dalam kelompok
TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh.
TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0mmol/l)
GDPT glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dl (5,6-6,9mmol/l)
Klasifikasi DM
1. DM tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute).
a. Melalui proses imunologik
b. Idiopatik
2. DM tipe 2 (bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai
yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3. DM tipe lain :
a. Defek genetic fungsi sel beta
b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat/zat kimia
f. Infeksi
g. Imunologi
h. Sindroma genetik lain
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup diabetisi.
Tujuan penatalaksanaan :
1. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target
pengendalian glukosa darah.
2. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan
neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas dini DM.
3. Untuk mencapat tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan
dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistic dengan mengajarkan perawatan mandiri dan
perubahan perilaku.
Pilar Penatalaksanaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4
minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan
obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin.
Pada keadaan tertentu OHO dapat diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi.
Dalam keadaan dekompensasi metabolic berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang
menurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.
1. Edukasi
Keberhasilan pengelolaan DM mandiri membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan
masyarakat.Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku.Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan
motivasi.
Topik-topik pokok pembahasan edukasi DM kepada penyandang DM sebagai berikut :
1. Pengetahuan umum tentang diabetes seperti : gejala, diagnosis, klasifikasi dan macam pengobatan
2. Evaluasi nutrisi dan pengembangan perencanaan makan, interaksi obat dan makanan, hubungan
makanan dan kegiatan jasmani.
Perencanaan makan :
Anjuran makan seimbang seperti anjuran makan sehat pada umumnya
Tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan
Teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan
Makanlah makanan sumber karbohidrat dan biasakanlah makan di waktu pagi
Hindari minuman beralkohol
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :
A. Karbohidrat dan pemanis
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energy
Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama yang berserat tinggi
Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari
Tidak dianjurkan pemanis dari bahan yang mengandung fruktosa
B. Lemak
Asupan lemak yang dianjurkan sebesar 20-25% total asupan energy
Diusahakan makanan yang berasal dari asam lemak tidak jenuh tunggal, membatasi makanan dari
asam lemak jenuh maupun asam lemak tidak jenuh ganda
C. Protein
Asupan protein yang dianjurkan sebesar 15-20% total asupan energy
D. Garam
Anjuran asupan garam tidak lebih dari 3000mg sehari atau sama dengan 6-7 g (1 sendok teh garam
dapur)
Pembatasan natrium sampai 2400 mg atau sama dengan 6 gr/hari terutama pada mereka yang
hipertensi
E. Serat
Anjuran serat yang dikonsumsi sebesar ± 25 gr/hari, diutamakan serat larut
Kegiatan jasmani :
Prinsip latihan jasmani bagi pasien DM antara lain :
CRIPE : continuous, rythmic, interval, progressive, endurance
Aerobic, Intensitas ringan-sedang, maximal HR (50-70% resting HR)
Frekuensi : jumlah latihan jasmani per minggu, sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5 kali per minggu
Intensitas : ringan dan sedang, dinilai dari pemeriksaan frekuensi sebelum dan sesudah latihan
jasmani
Time (durasi) : lamanya sekali latihan 30-60 menit
Tipe (jenis) : latihan jasmani yang menjaga kebugaran atau stamina (latihan aerobic seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging dan berenang). Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dl, jangan melakukan
latihan jasmani berat (contoh main sepakbola, lari marathon).
Bila glukosa darah <100 sebelum olahraga berikan asupan karbohidrat.
DM tanpa kontraindikasi apapun dianjurkan resistance training 2-3x/minggu
Kegiatan sehari-hari tidak termasuk kegiatan jasmani
3. Hubungan latihan jasmani/olah raga dan kemungkinan terjadinya hipoglikemia
4. Pemantauan glukosa darah dan keton urin, pemilihan metode-metode pemeriksaan, peralatannya,
pencatatan data dan pemanfaatannya sebagai sumber informasi, perubahan/penyesuaian perencanaan
makanan.
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) :
Tes dilakukan pada waktu : sebelum makan, 2 jam sesudah makan, sebelum tidur malam, keadaan
klinis hipoglikemia
Penyandang DM dengan kontrol buruk/tidak stabil dilakukan tes setiap hari sampai target tercapai
Penyandang DM dengan kontrol baik/stabil dilakukan tes sebanyak 1-2 kali /minggu atau bisa 2
minggu sekali bila penyandang DM belum ditemukan komplikasi kronik atau tidak timbul penyakit
akut yang menyertai.
5. Kerja insulin (atau obat oral). Macam-macam cara pengobatan, pemilihan insulin yang sesuai dengan
indikasi dan teknik penyuntikan insulin yang baik.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) :
Obat diberikan sebagai obat tunggal atau kombinasi. Macam-macam OHO berdasarkan cara kerjanya :
a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : Sulfonilurea, Glinid
b) Penambah sensitivitas insulin : Tiozolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis : Biguanid / metformin
d) Penghambat absorbs glukosa di usus halus : Acarbose
e) Pemicu sekresi insulin, penghambat glukagon: DPP IV inhibitor Sitagliptin
f) Penghambat absorbsi glukosa tubulus distal ginjal: SGLT-2 inhibitor Dapaglifozin
Cara meminum obat :
Sulfonilurea : 15-30 menit sebelum makan
Metformin : pada saat/sesaat sesudah suapan terakhir
Acarbose : bersama suapan pertama makan
Glinid : sesaat/sebelum makan
Tiozolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan
Dosis obat diawali dari dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respon kadar glukosa
darah
Efek samping obat :
Sitagliptin : Tidak bergantung pada jadwal makan
Dapaglifozin : Tidak bergantung pada jadwal makan
Sulfonilurea : berat badan naik, hipoglikemia
Metformin : diare, dyspepsia, asidosis laktat
Acarbose : mudah/sering flatus (kentut)
Glinid : berat badan naik, hipoglikemia
Tiozolidindion : edema perifer
Sitagliptin : Sebah, muntah
Dapaglifozin : dehidrasi, ISK
6. Penyesuaian dosis insulin, sasaran kadar glukosa darah dan HbA1c yang ingin dicapai, keuntungan dan
kerugian pemantauan glukosa darah.Insulin diperlukan pada keadaan :
DM tipe 1
DM tipe 2 dengan penurunan berat badan yang cepat
Komplikasi akut hiperglikemia (ketosis, ketoasidosis, hiperglikemia hiperosmoler non ketotik,
hiperglikemia dengan asidosis laktat)
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard, stroke)
Kehamilan dengan DM/Dm gestational
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
7. Sebab, gejala, pengobatan dan pencegahan terjadinya hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis
diabetic.Sebab-sebab tingginya kadar glukosa darah :
Rendahnya tingkat kepatuhan keteraturan minum obat, misalnya lupa meminum obat, bosan
meminum obat, lupa jumlah tablet obat yang diminum dan kapan harus meminumnya
(sebelum/saat/sesaat sesudah suapan terakhir)
Kurangnya pengetahuan nutrisi, misalnya pemilihan jenis dan jumlah makanan yang tidak sesuai
dengan perencanaan makanan, kebutuhan kalori dalam sehari yang belum sesuai, makan yang kurang
frekuensinya dalam sehari (kurang dari tiga kali sehari dan tidak ada makanan selingan)
Obat : dosis yang belum sesuai, timbul efek samping sehingga pasien tidak mau minum obat (contoh :
meteorismus, mudah/sering kentut)
Penyakit akut atau penyulit lain yang menyertai : pneumonia, ISK, gangrene di telapak kaki/kaki
diabetic, post operasi besar (op. batu ginjal, reseksi usus, dll)
8. Sikap yang perlu diambil bila sedang sakit dan prosedur penanganan gawat darurat.Pengaturan pada
sakit :
Dalam keadaan sakit, glukosa darah cenderung meningkat, oleh karena itu perlu pemeriksaan kadar
glukosa darah dilakukan lebih sering. Kurangnya pemasukan kalori pada keadaan sakit, dapat
menyebabkan hipoglikemia, sehingga perlu pemeriksaan kadar glukosa darah lebih sering guna
penyesuaian dosis OHO ataupun insulin.
9. Komplikasi menahun : deteksi, cara pengobatan, pencegahan dan rehabilitasi. Komplikasi Akut :
a) Hiperglikemi : ketoasidosis diabetic, hiperosmolar non ketotik
b) Hipoglikemi, bila : kadar glukosa darah < 60 mg/dl atau kadar glukosa darah < 80 mg/dl dengan gejala
klinis (gejala neurogenik dan neuroglikopenia).
c) Gejala neurogenik : Cholinergik (berkeringat, lapar, semutan di sekitar oral), adrenergic : tremor,
takikardi, pucat, berdebar-debar, gelisah
d) Gejala neuroglikopenia : lemah, sakit kepala, gangguan visus, bicara lamban dan pelo, vertigo &
dizziness, kesulitan berpikir, lelah, mengantuk, perubahan afektif (depresi, marah), bicara ngaco,
koma, kejang.
Komplikasi Menahun :
a) Makroangiopati yang melibatkan : pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah
otak
b) Mikroangiopati : retinopati diabetic, nefropati diabetic
c) Neuropati
10. Pemeliharaan dan pemeriksaan gigi, kuku dan kulit secara teratur. Elemen kunci edukasi perawatan
kaki termasuk kuku :
Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir
Periksa kaki setiap hari, dan laporkan kepada dokter apabila ada kulit terkelupas atau melepuh,
bengkak, luka atau keluar darah
Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, keringkan dengan handuk termasuk sela-sela jari
Mengoleskan lotion pelembab ke daerah kaki yang kering
Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki
Gunakan alas kaki yang baik yang sesuai ukuran dan enak dipakainya
Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
Hindari pengobatan alternatif, penggunaan bantal atau botol berisi air panas untuk menghangatkan kaki
Gunakan kaos kaki katun tanpa lipatan pada jari kaki
Jangan menggunakan hak tinggi
Sepatu terukur tepat, tidak terlalu besar atau kecil
11. Fasilitas kesehatan yang tersedia, asuransi kesehatan, instansi, organisasi, dan lembaga yang
berhubungan dengan diabetes, mengenai fungsi, keuntungan dan tanggung jawabnya.
12. Strategi perubahan perilaku, sasaran pengobatan, mengurangi factor risiko dan membantu mengatasi/
menyelesaikan masalah.