Anda di halaman 1dari 21

Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S.

, ITB 2009

Bab 9
Dasar Dasar Pengangkatan Cutting

9.1. Pendahuluan
Dalam proses pemboran langsung, bit yang dipakai selalu menggerus batuan
formasi dan menghasilkan cutting, sehingga semakin dalam pemboran
berlangsung semakin banyak pula cutting yang dihasilkan. Supaya tidak
menumpuk di bawah lubang dan tidak menimbulkan masalah pipe sticking maka
cutting tersebut perlu diangkat ke permukaan dengan baik, yaitu banyaknya
cutting yang terangkat sebanyak cutting yang dihasilkan.
Dalam proses rotary drilling lumpur baru masuk lewat dalam pipa dan keluar ke
permukaan lewat anulus sambil mengangkat cutting, seperti terlihat pada Gambar
9.1 sehingga perhitungan kecepatan minimum yang diperlukan untuk mengangkat
cutting ke permukaan dilakukan di anulus.

Gambar 9.1. Proses Pengangkatan Cutting di Anulus

Cutting yang tidak dapat terangkat dengan baik akan mengendap kembali ke
dasar sumur dan mengakibatkan beberapa masalah dalam pemboran,
diantaranya :
1. Akan terjadi penurunan laju penetrasi dikarenakan penggerusan kembali
cutting yang tidak terangkat (regrinding).
2. Meningkatnya beban drag dan torque karena daya yang diperlukan untuk
memutar drill string semakin berat.
3. Kemungkinan terjadinya pipe sticking, yaitu terjepitnya pipa pemboran
dikarenakan tumpukan cutting yang mengendap.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengangkatan cutting ke permukaan


diantaranya:
 Kecepatan fluida di annulus sebagai fungsi dari luas area annulus
dan rate pemompaan yang diberikan.
 Kapasitas untuk menahan fluida yang merupakan fungsi dari
rheologi lumpur pemboran seperti; densitas lumpur, jenis aliran (laminar
atau turbulen), viskositas, dst.
 Laju penembusan yang dilakukan drill bit (rate of penetration).
 Kecepatan pemutaran pipa pemboran (RPM).

Hidrolika Fluida Pemboran 391


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

 Eksentrisitas drill pipe. Yaitu posisi relatif pipa pemboran terhadap


lubang pemboran, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.2.

Gambar 9.2 Eksentrisitas Pipa Pemboran

 Ukuran rata-rata partikel cutting.


 Konsentrasi cutting di dalam lumpur pemboran.
 Adanya pengaruhi kemiringan pada lubang pemboran.

Sedangkan parameter besaran yang sangat berpengaruh dalam mekanisme


pengangkatan cutting antara lain :
a. Vslip (kecepatan slip) yaitu kecepatan kritik dimana cutting mulai akan
terangkat ke permukaan.
b. Vcut (kecepatan cutting) yaitu kecepatan cutting untuk naik ke permukaan
c. Vmin (kecepatan minimum) yaitu kecepatan slip ditambah dengan
kecepatan cutting sehingga cutting dapat terangkat ke permukaan tanpa
terjadi penggerusan kembali.

Secara umum hubungan antara kecepatan slip, kecepatan cutting, dan kecepatan
minimum adalah sebagai berikut :

392 Hidrolika Fluida Pemboran


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

Gambar 9.3. Pengangkatan Cutting oleh Lumpur Pemboran


Vsl = Vm - Vcut (9-11)
dimana:
Vsl = Kecepatan slip, ft/menit
Vm = Kecepatan lumpur, ft/menit
Vcut = Kecepatan cutting, ft/menit

Dinding lubang yang belum tercasing mempunyai selaput tipis sebagai


pelindung yang disebut mud-cake. Agar selaput yang berguna tersebut tidak
terkikis oleh aliran lumpur, harus diusahakan aliran tetap laminer. Untuk
mencegah terjadinya aliran turbulen, dapat diindikasikan dengan bilangan Reynold
. Dengan bilangan reynold yang tidak lebih dari 2000 aliran akan tetap laminer,
sehingga batas tersebut dijadikan pegangan untuk menentukan kecepatan
maksimum di anulus yang disebut kecepatan kritik.
1, 08 PV + 1 , 08 PV 2 + 9,3 ( d h − d p ) Yb 2 ρ m
[ ] 1/2
V ca =
ρ m (dh − d )
p .............................................(9-12)
Dimana :
Vca = Kecepatan kritik, ft/detik
PV = Plastic viscosity, cp
Yb = Yield point bingham, lb/100 ft2
ρm = Densitas lumpur
dp = Diameter drillpipe, in
dh = Diameter lubang,

9.2. Sumur Vertikal

9.2.1. Kecepatan Slip Metode Moore


Kecepatan slip untuk sumur vertikal dihitung dengan menggunakan
persamaan:


V sl = 1,54 d cut ( ρ sρ−f ρ f ) .........................................................................(9-13)
dimana:
Vsl = Slip velocity, ft/detik
ρ s = Densitas cutting, ppg
ρ f = Densitas fluida (lumpur), ppg
dcut = Diameter cutting, in

Kecepatan slip ini dihitung dengan prosedur sebagai berikut:

9.2.1.1. Penentuan Apparent Viscosity


Friction factor pada korelasi ini didasarkan berdasarkan perhitungan dari
apparent Newtonian viscosity dengan menggunakan persamaan:

Hidrolika Fluida Pemboran 393


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

n
1
μa=
K dh − dp
144 V min ( )
1−n
( )
2+
n
0,0208
..............................................................(9-14)
dimana :
μa = Apparent viscosity , cP
510 ( θ300 )
n
K = Indeks konsistensi = 511
θ600
3 , 32 log
n = Indeks kelakuan aliran = θ300
dh = Diameter lubang, in
dp = Diameter pipa, in
Vmin = Kecepatan minimum , ft/s
θ 600 = Dial reading pada 600 rpm
θ 300 = Dial reading pada 300 rpm

9.2.1.2. Penentuan Reynold Number


Apparent viscosity tersebut digunakan untuk menentukan Reynold Number
dibawah ini:
928 x ρ f x V sl x d cut
N Re =
μa .......................................................................(9-15)
Dimana:
NRe = particle Reynold Number
ρf = densitas fluida, ppg
Vsl = slip velocity, ft/s
μa = apparent viscosity, cP
dcut = diameter cutting , in

Selanjutnya reynold Number ini digunakan untuk menentukan friction factor


dengan menggunakan Gambar 9.4 berikut.

394 Hidrolika Fluida Pemboran


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

Gambar 9.4. Grafik antara Particle Reynold Number terhadap Friction Factor
Gambar 9.4 ini secara matematis memiliki persamaan:
 Untuk NRe > 300 , aliran di sekitar partikel adalah fully turbulent dan friction
factor nya = 1.5
 Untuk NRe < 3 ,aliran laminar dan friction factor-nya :
40
f=
N Re ............................................................................................(9-16)
Untuk 3 < NRe < 300 maka aliran transisi dan friction factor-nya:
22
f=
√ N Re ..........................................................................................(9-17)
faktor friksi ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan Vsl pada
persamaan.

9.2.2. Kecepatan Cutting


Kecepatan Cuttingnya dapat ditentukan dengan persamaan (3):
ROP
V cut =
2
dp
[ ( )]
36 1 −
dh
C conc
..........................................................................(9-18)
dimana;
Vcut = Kecepatan cutting, ft/s
dp = Diameter pipa, in
dh = Diameter lubang, in
Cconc = Konsentrasi cutting, %
ROP = Rate Of Penetration, ft/hr
Dapat juga dinyatakan dengan persamaan lain yaitu:
Jika yang diketahui luas penampang pipa dan lubang

Hidrolika Fluida Pemboran 395


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

ROP
V cut =
A
[ ]
36 1 − pipe Cconc
A hole
..............................................................................(9-19)
dimana :
Apipe = Luas penampang pipa, in2
Ahole = Luas penampang lubang, in2

Jika V cutting dinyatakan dalam ft/menit, maka persamaan (9-18) dapat ditulis:
ROP
V cut =
2
dp
60 1 −
[ ( )]
dh
C conc
..........................................................................(9-20)
dimana:
Vcut = Kecepatan cutting. ft/min

Sehingga kecepatan minimum cutting adalah :


Vmin = Vsl + Vcut .......................................................................................(9-21)

Secara keseluruhan prosedur penentuan Vmin, Vcut dan Vslip pada sumur
vertikal dapat dilihat pada Gambar 9.5 berikut.

396 Hidrolika Fluida Pemboran


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

Gambar 9.5. Flowchart Penentuan V cut, V min, dan V slip untuk Sumur Vertikal

9.3. Sumur Directional dan Horizontal

9.3.1. Metoda Larsen

9.3.1.1. Kecepatan Cutting


Kecepatan Cutting dapat untuk sumur directional dengan inklinasi 55 - 90 o
diperkenalkan oleh T. I. Larsen. Kecepatan cutting Larsen ini diturunkan dari
persamaan yang sama seperti untuk sumur vertikal, yaitu pada persamaan 9-
13.
Akan tetapi Larsen kemudian mengembangkan suatu koreksi tambahan
terhadap laju penembusan mata bor, yang ditunjukkan pada Gambar 9.6
berikut.

Hidrolika Fluida Pemboran 397


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

Gambar 9.6. Hubungan antara Konsentrasi Cutting vs ROP

Hubungan pada Gambar 9.6. dapat dituliskan dengan persamaan :


Cconc = 0,01778 ROP +0,505 ...................................................................(9-22)
dimana :
Cconc = Konsentrasi cutting, %
ROP = Rate Of Penetration, ft/hr

Dengan memasukkan faktor koreksi pada persamaan 9-18, maka didapatkan


persamaan baru untuk sumur directional sebagai berikut:
1
V cut =
2
d pipe
[ 1−
( ) ](
d hole
0. 64 +
18 .16
ROP ) ..............................................................(9-23)

398 Hidrolika Fluida Pemboran


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

9.3.1.2. Kecepatan Slip (Vs) dan Faktor Koreksi


Hubungan kecepatan slip untuk sumur directional diGambarkan dalam
grafik pada Gambar 9.7.

Gambar 9.7. Equivalent Slip Velocity vs Apparent Viscosity

Gambar 9.7 secara matematis dinyatakan dengan persamaan berikut:


V slip = 0,00516 μ a + 3,006 →μ a ≤ 53 cp .....................................................(9-24)
V slip = 0,02554 ( μ a + 53 ) + 3,28 → μ a ≥ 53 cp ...............................................(9-25)
dimana:
μa = Apparent viscosity, cp.
Vslip = Kecepatan slip, ft/s

Gambar 9.7 diperlukan untuk memprediksikan hubungan antara Vmin


dengan Vcut setelah mengetahui prediksi kecepatan slip-nya.
Persamaan yang yang digunakan untuk menentukan apparent viscositynya
berbeda dengan metoda vertikal. Persamaan yang digunakan yaitu:
5 YP ( d h − d p )
μa = PV +
V crit ...........................................................................(9-26)
dimana :
μa = Apparent viscosity,cp
PV = Viskositas plastik, cp
YP = Yield point, lb/100 ft2
dh = Diameter lubang, in
dp = Diameter pipa, in
Vcrit = Kecepatan kritik atau kecepatan slip, ft/s
Korelasi kecepatan slip pada persamaan 9-24 dan 9-26 memerlukan
koreksi terhadap inklinasi, ukuran cutting dan densitas sebagai berikut:
1. Koreksi terhadap inklinasi sumur
C=0.0342θ ang − 0,000233 θ 2ang − 0,213 ................................................(9-27)

Hidrolika Fluida Pemboran 399


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

dimana :
Cang = faktor koreksi terhadap inklinasi
θang = sudut inklinasi, deg

Gambar 9.8. Faktor Koreksi untuk Sudut Inklinasi

2. Koreksi terhadap ukuran cutting


Koreksi ukuran cutting dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
C size =−1,04 x D50 cut + 1,286 ...............................................................(9-28)
dimana :
Csize = Faktor koreksi terhadap ukuran cutting
D50cut = Diameter cutting, in

Gambar 9.9. Faktor Koreksi Ukuran Cutting

3. Koreksi terhadap densitas


C mwt = 1 − 0 ,0333 ( ρ m − 8,7 ) → ρ m > 8,7 .............................................(9-29)

400 Hidrolika Fluida Pemboran


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

C mwt = 1,0 → ρ m < 8,7 ............................................(9-30)


dimana :
Cmwt = Faktor koreksi terhadap densitas mud
ρm = Densitas lumpur, ppg

Gambar 9.10. Faktor koreksi untuk densitas Lumpur

Dengan demikian persamaan yang menyatakan hubungan sepenuhnya


tentang kecepatan slip (Vs) metode Larsen adalah :
V slip = V slip x C ang x C size x C mwt ....................................................................(9-31)
dimana:
Vslip= Kecepatan slip sesudah dikoreksi, ft/s
Vslip= Kecepatan slip sebelum dikoreksi, ft/s

Prosedur penentuan transportasi cutting sumur directional metode Larsen


dapat dilihat pada Gambar 9.11.

Hidrolika Fluida Pemboran 401


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

Gambar 9.11. Flowchart Penentuan Transportasi Cutting Metode Larsen


9.3.2. Metode Rudi Rubiandini dan Shindu L. M.
Kecepatan minimum cutting metode Rudi Rubiandini dan Shindu L.M.
mengkoreksi parameter inklinasi, densitas lumpur dan rotary speed (RPM).
Persamaan ini merupakan pengembangan dari persamaan Moore, Larsen dan
percobaan yang dilakukan Peden. Prinsip pengembangan persamaan ini adalah
402 Hidrolika Fluida Pemboran
Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

membuat plot suatu parameter Vs tak berdimensi. Vs tak berdimensi yaitu


perbandingan Vs directional metoda Larsen dan Peden, dengan Vs vertikal
metoda Moore.

9.3.2.1. Koreksi Inklinasi


Koreksi sudut (Ci) diperoleh dari plot dimensionless Vs cutting sehingga
didapatkan persamaan koreksi sudut yang dikalikan dengan Vs vertikal Moore.
Koreksi sudut (Ci) yang digunakan adalah:
o
Untuk θ ≤ 45 :

(
Ci = 1 +
45 ) ..............................................................................................(9-32)
o
Untuk θ ≥ 45
Ci = 3 ..........................................................................................................(9-33)
dimana:
θ = Sudut inklinasi, deg
Ci = Koreksi sudut.

9.3.2.2. Koreksi Densitas Lumpur


Plot dimensionless Vs terhadap inklinasi metode Larsen dengan berbagai
densitas lumpur dapat ditentukan koreksi densitas lumpur terhadap Vsv.
Dengan mengambil nilai densitas sama dengan 12 ppg dan nilai
Dimensionless Vs sama dengan 3 maka koreksi densitas (Cmw) terhadap Vsv
adalah:
3+ ρ m
C mw =
15 ..........................................................................................(9-34)
dimana:
ρm = Densitas lumpur, ppg
Cmw = Koreksi terhadap densitas lumpur.

9.3.2.3 Koreksi Terhadap RPM


Sedangkan koreksi terhadap rotary speed (RPM) adalah:

C RPM = (600
600
− RPM
) ..............................................................................(9-35)
dimana:
CRPM = Koreksi terhadap RPM
RPM = Kecepatan putar / rotary
Sehingga Vmin untuk sumur vertikal, directional, maupun horizontal dengan
mengembangkan rumus Moore adalah:
Vmin = Vcut + ( Ci x Cmw x CRPM ) Vsv
maka untuk:
o
Untuk θ ≤ 45

Hidrolika Fluida Pemboran 403


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

2θ 3+ρm RPM
(
Vs = 1 + )(
45 15
1−
600 )(
V sv )
........................................................(9-36)
o
Untuk : θ ≥ 45

Vs = 3 (153 + ρ m )(1 − 600RPM ) V sv


..................................................................(9-37)
Prosedur penentuan transportasi cutting dengan metode Rudi dan Sindhu ini
dijelaskan pada Gambar 9.12.

404 Hidrolika Fluida Pemboran


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

Gambar 9.12. Flowchart Penentuan Parameter Transportasi Cutting Metode Rudi-


Sindhu
9.4. CONTOH PERHITUNGAN
Data :
θ = 61,352o
ρm = 15 ppg
ρs = 19,16 ppg
PV = 40 cP

Hidrolika Fluida Pemboran 405


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

YP = 17 lb/100 ft2
μa = 145,7 cP
dh = 6 in
dp = 3,38 in
Dcut = 0,7283 in
ROP = 54 ft/hr
RPM =0
Cconc = 1.5 %
Kec. Pengangkatan Cutting:
V 1
cut =
18.16 .................................................................................................(9-38)
2
dp
[ ( ) ][
1−
dh
0.604+
ROP ]
V 1
cut = =1.5578ft / s
2

[ ( ) ][
1−
3.38
6
0.604+
18.16
54 ]
Asumsi Vslip :
Asumsi Slip Velocity = 0.1 ft/s
Vminiawal = 0,1 + 1,5578 = 1,6578 ft/s
5 Yp . ( Dhole − D pipe )
μa = μ p +
V crit
..................................................................................(9-26)
5 x 17 x (6 −3,38)
μa = 40 + = 174,32 cP
1,6578

Karena μa >53 cP maka digunakan persamaan (8-68)


V sl 2 = 0, 02554 μa + 3 ,28 μa > 53 cP ......................................................................(9-25)
Vsl2 = (0,02554 x 174,32) + 3,28 = 7,731 ft/s
| Vsl2 - Vsl1| = | 7,731 - 0,1| > [0,01], jadi Vsl1 = 7,731 ft/s
Vmin = 7,731 + 1,5578 = 9,289 ft/s

Vmin hasil perhitungan tadi kemudian digunakan untuk menghitung kembali


apparent viscosity dengan menggunakan persamaan (8-68).
5 x 17. (6− 3,38)
μa = 40 + = 63,97 cP
9,289

Karena μa > 53 cP maka digunakan persamaan (8-68)


Vsl2 = (0,02554 x 63,97) + 3,28 = 4,9137 ft/s
| Vsl2 - Vsl1 | = | 4,9137 - 7,731 | > 0,01,
jadi Vsl1 = 4,913 ft/s

Dengan melakukan iterasi sampai | Vsl2 - Vsl1 | < 0,01, didapatkan Vsl = 3,9758 ft/s
Perhitungan Koreksi Vslip
# Koreksi Angle Inclination :

406 Hidrolika Fluida Pemboran


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

Cang = 0,0342 (ang) - 0,000233 (ang)2 - 0,213.....................................................(9-27)


Cang = 0,0342 (61,3526) - 0,0002338 (61,3526 ) 2 - 0,213 = 1,0052

# Koreksi terhadap Ukuran Cutting :


Csize = -1,04 (D50 cutting) + 1,286..........................................................................(9-28)
Csize = -1,04 x 0,7283 + 1,286 = 0,5285

# Koreksi terhadap Mud Weight :


C mwt = 1 ρm > 8,7 .........................................................................................(9-29)
karena ρm > 8,7 ppg
Cmwt = 1

Final Slip Velocity:


Vslip = Vsl . (Cang).(Csize).(Cmwt)...................................................................................(9-31)
Vslip = 3,9758 x 1,0052 x 0,5285 x 1 = 2,1121 ft/s

Final minimum Velocity:


Vmin = Vslip + Vcut.......................................................................................................(9-21)
Vmin = 2,1121 + 1,5578 = 3,669 ft/sec

2. Contoh perhitungan dengan menggunakan Persamaan Rudi-Shindu,


Dengan data yang sama untuk perhitungan Menggunakan Metode Larsen:

Data :
θ = 61,352 o
ρm = 15 ppg
ρs = 19,16 ppg
PV = 40 cP
YP = 17 lb/100 ft2
μa = 145,7 cP
dh = 6 in
dp = 3,38 in
Dcut = 0,7283 in
ROP = 54 ft/hr
RPM = 0
Cconc = 1,5 %

Kecepatan Cutting:
Dengan menggunakan konsentrasi cutting dan ROP yang sama dengan data diatas,
maka Vcut dengan persamaan (8) adalah :
ROP
V cut =
2
D pipe
[ ( )]
36 1 −
D hole
C cone
.................................................................................. (9-18)

Hidrolika Fluida Pemboran 407


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

54
V cut = = 1,4648 ft/s
2
3,38

Asumsi Vslip
[ ( )]
36 1 −
6
1,5

Vsl1 = 0.1 ft/s

Iterasi Slip Velocity:


Vmin = Vs + Vcut
Vmin awal = 0,1 + 1,4648 = 1,5648 ft/s
5 . Yp ( Dhole D pipe )
μa = μp +
V min ...................................................................................(9-26)
5 . 17 x ( 6 −3,38 )
μa = 40 + = 182,31 cP
1,5648
928 . ρm x V Sl1 x d cut
N Re =
μa ....................................................................................(9-15)
928 x15 x 0,1 x 0,7283
N Re =
182,31 = 5.56
NRe > 3 dan NRe <300, jadi aliran yang terjadi menurut Moore transisi
22
f=
√ N Re ..........................................................................................................(9-17)
22
f= = 9,3295
√ 5,5608
Vsv (Slip Velocity Vertikal) dengan Moore :
ρs − ρf
√ ρf )
V Sl 2 =f Dcut ( ........................................................................................(9-13)
19,16 − 15
V Sl 2
√ 15 ) = 4 ,1929 ft /s
=9,3295 0 ,7283 (
| Vsl2 - Vsl1 | = | 4,1929 - 0,1 | > | 0,01 |, jadi
V Sl 1 + V Sl 2
V Sl 1 =
2
0,1+ 4 ,1929
V Sl 1 = =2,1465 ft /s
2
Dengan melakukan iterasi sampai | Vsl2 - Vsl1 | < 0.01, didapatkan Vsl1 = 1,06723 ft/s

Koreksi Sudut, Densitas dan RPM :


Dari koreksi sudut yang didapatkan untuk sudut inklinasi lubang sumur pemboran lebih
besar dari 45o, maka digunakan persamaan. (9-37).

408 Hidrolika Fluida Pemboran


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

( 15ρm )(1 − 600RPM ) V


Vs = 3 3 + sv
.................................................................................(8-80)
15 0
V = 3 (3 + )(1 −
600 )
s x 1,06723 = 12, 8067 ft /s
15

Hidrolika Fluida Pemboran 409


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

DAFTAR PARAMETER DAN SATUAN

μa = Apparent viscosity, cP
ρs = Densitas cutting, ppg
ρm = Densitas lumpur, ppg
ρf = Densitas fluida, ppg
θ600 = Dial reading pada 600 rpm
θ300 = Dial reading pada 300 rpm
Apipe = luas penampang pipa, in2
Ahole = luas penampang lubang, in2
Cconc = Konsentrasi cutting, %
dh = Diameter lubang, in
dp = Diameter pipa, in
dcut = Diameter cutting, in
f = Friction factor
K = Indeks konsistensi
n = Indeks kelakuan aliran
NRe = Particle Reynold Number
PV = Plastic viscosity, cp
Vsl = Kecepatan slip, ft/menit
Vm = Kecepatan lumpur, ft/menit
Vcut = Kecepatan cutting, ft/menit, ft/det
Vca = Kecepatan kritik, ft/detik
Vmin = Kecepatan minimum , ft/s
Yb = Yield point bingham, lb/100 ft2
ROP = Rate Of Penetration, ft/hr

410 Hidrolika Fluida Pemboran


Copyright by Dr. Ir. Rudi Rubiandini R.S., ITB 2009

DAFTAR PUSTAKA
1. Adam T. Bourgoyne Jr., Keith K. Millhelm, Martin E. Chenevert, F.S. Young Jr.,
SPE Textbook Series Vol. 2, "Applied Drilling Engineering",
First Printing Society of Petroleum Engineers, Richardson TX,
1986.
2. Beyer, A.H., et. al, "Flow Behaviour of Foam as Well Circulating Fluid", SPE
Reprint Series 6A, Drilling, SPE of AIME, Dallas, Texas, 1973.
3. Craft, B.C., et.al., "Well Design, Drilling & Production", Prentice Hall Inc., New
Jersey, 1962.
4. Dodge, D.G. and Metzner, A.B. , " Turbulent Flow of Non Newtonian System ",
AIChE J., 1959.
5. Gatlin, Carl., "Petroleum Engineering : Drilling and Well Completions", Prentice
Hall Inc., 1960.
6. J.M. Peden, J.T. Ford, and M.B. Oyenenin, Heriot-Watt U., SPE Paper, "
Comprehensive Experimental Investigation of Drilled Cuttings
Transport in Inclined Wells Including the Effects of Rotation
and Eccentricity", Oktober 1990, SPE No. 20925.
7. Lord, D.L., "Mathematical Analysis of Dynamic & Static Foam Behaviour", SPE
Symposium on Low Gas Permeability Reservoir, Dencer,
Colorado, 1979.
8. Lucky., Shindu, " Persamaan Baru Penentuan Kecepatan Minimum Lumpur
Untuk Mengangkat Cutting Sumur Vertikal, Miring dan
Horizontal", Tugas Akhir, Jurusan Teknik Perminyakan,
FIKTM, 1999.
9. Marsden, S.S., et.al., "The flow of Foam Through Short Porous Media &
Apparent Viscosity Measurements", Trans AIME, 1966.

Hidrolika Fluida Pemboran 411

Anda mungkin juga menyukai