Anda di halaman 1dari 15

Slip velocity

Sri haryono. ST., M.Eng


• Dalam proses pemboran langsung, bit yang
.
dipakai selalu menggerus batuan formasi dan Cutting
menghasilkan cutting, sehingga semakin dalam
pemboran berlangsung semakin banyak pula
cutting yang dihasilkan. Supaya tidak menumpuk
di bawah lubang dan tidak menimbulkan
masalah pipe sticking maka cutting tersebut
perlu diangkat ke permukaan dengan baik, yaitu
banyaknya cutting yang terangkat sebanyak
cutting yang dihasilkan.
•  
• Dalam proses rotary drilling lumpur baru masuk
lewat dalam pipa dan keluar ke permukaan lewat
anulus sambil mengangkat cutting, seperti
terlihat pada Gambar, sehingga perhitungan
kecepatan minimum yang diperlukan untuk
mengangkat cutting ke permukaan dilakukan di
anulus.

Proses Pengangkatan Cutting


di Anulus
 
Cutting yang tidak dapat terangkat dengan baik akan
mengendap kembali ke dasar sumur dan mengakibatkan
beberapa masalah dalam pemboran,
• diantaranya :
• Akan terjadi penurunan laju penetrasi
dikarenakan penggerusan kembali cutting yang
tidak terangkat (regrinding).
• Meningkatnya beban drag dan torque karena
daya yang diperlukan untuk memutar drill string
semakin berat.
• Kemungkinan terjadinya pipe sticking, yaitu
terjepitnya pipa pemboran dikarenakan
tumpukan cutting yang mengendap.
•  
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengangkatan cutting ke
permukaan diantaranya:
• Kecepatan fluida di annulus sebagai fungsi dari luas
area annulus dan rate pemompaan yang diberikan.
• Kapasitas untuk menahan fluida yang merupakan
fungsi dari rheologi lumpur pemboran seperti; densitas
lumpur, jenis aliran (laminar atau turbulen), viskositas,
dst.
• Laju penembusan yang dilakukan drill bit (rate of
penetration).
• Kecepatan pemutaran pipa pemboran (RPM).
• Eksentrisitas drill pipe. Yaitu posisi relatif pipa
pemboran terhadap lubang pemboran, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar .
Parameter besaran yang sangat berpengaruh dalam
mekanisme pengangkatan cutting antara lain :
• Vslip (kecepatan slip) yaitu kecepatan kritik dimana
cutting terendapkan ke permukaan.
• Vcut (kecepatan cutting) yaitu kecepatan cutting untuk
naik ke permukaan
• Vmin (kecepatan minimum) yaitu kecepatan slip
ditambah dengan kecepatan cutting sehingga cutting
dapat terangkat ke permukaan tanpa terjadi
penggerusan kembali.
•  
• Secara umum hubungan antara kecepatan slip,
kecepatan cutting, dan kecepatan minimum adalah
sebagai berikut :
•  
Vcut = Vm – Vsl

Gambar Pengangkatan Cutting oleh Lumpur Pemboran

dimana:
Vsl = Kecepatan slip, ft/menit
Vm = Kecepatan lumpur, ft/menit
Vcut = Kecepatan cutting, ft/menit
Dinding lubang yang belum tercasing mempunyai selaput tipis sebagai pelindung yang disebut mud-cake. Agar selaput yang
berguna tersebut tidak terkikis oleh aliran lumpur, harus diusahakan aliran tetap laminer. Untuk mencegah terjadinya aliran
turbulen, dapat diindikasikan dengan bilangan Reynold . Dengan bilangan reynold yang tidak lebih dari 2000 aliran akan
tetap laminer, sehingga batas tersebut dijadikan pegangan untuk menentukan kecepatan maksimum di anulus yang disebut
kecepatan kritik.
Menghitung kecepatan slip sebagai
besaran laju jatuhnya cutting
• Menghitung kecepatan slip
• Oleh Moore, Untuk menghitung kecepatan
slip digunakan persamaan berikut :
Vs = 113.4*(Dp(ρp – ρf)/(Cd*ρf))

K = 510 (Q300)/(511)n
DAFTAR PARAMETER DAN SATUAN
P = tekanan gel surge, psi
L = kedalaman sumur, ft
T = gel strength lumpur
Dh = diameter lubang, in
Dp = diameter luar drill pipe, in
V = kecepatan fluida, ft/min
Vp = kecepatan pipa, ft/min
Di = diameter dalam pipa, in
PV = viskositas plastik, cp
Vm = kecepatan fluida maksimum, ft/min
Y = yield point, lbf/100 ft
Q = laju sirkulasi, gal/min
dm = densitas lumpur, ppg
Vs = kecepatan slip partikel, ft/det
Dp = diameter partikel,inch
ρp = densitas partikel, ppg
ρf = densitas fluida pemboran, ppg
Cd = drag koefisien, dimensionless
μ = viskositas lumpur, cp
V = kecepatan annular, ft/det
N
n = indeks kelakuan aliran, dimensionless
K = indeks konsistensi aliran, dimensionless (0.39-0.48 untuk aliran laminer
dan 0.44-0.5 untuk aliran turbulent)
Rh 300 = pembacaan rheometer pada 300 RPM
Rh 600 = pembacaan rheometer pada 600 RPM
NRe= 928*ρvd/μ.
• Penentuan Reynold Number
• Apparent viscosity tersebut digunakan untuk menentukan Reynold
Number dibawah ini:

•  
• Dimana:
• NRe = particle Reynold Number
• = densitas fluida, ppg
• Vsl = slip velocity, ft/s
• = apparent viscosity, cP
• dcut = diameter cutting , in
•  
• Selanjutnya reynold Number ini digunakan untuk menentukan friction
factor dengan menggunakan Gambar berikut
Cd ditentukan dengan

Gambar Grafik antara Particle Reynold Number terhadap Friction Factor

Gambar ini secara matematis memiliki persamaan:


•Untuk NRe > 2000 , aliran di sekitar partikel adalah fully turbulent
dan friction factor nya = 1.5 f=Cd
•Untuk Np < 1 ,aliran laminar dan friction factor-nya :
40 Nre=Np
f
N Re
...............................................................................................................................
Untuk 10 < NRe < 100 maka aliran transisi dan friction factor-nya:
22 ...........................................................................................................................
f faktor friksi ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan Vsl pada persamaan.
N
Re
Kecepatan Slip Metode
= Densitas cutting, ppgMoore

Kecepatan slip untuk sumur vertikal dihitung dengan


menggunakan persamaan

dimana:
Vsl = Slip velocity, ft/detik

s = Densitas cutting, ppg


 f
= Densitas fluida
(lumpur), ppg

dcut = Diameter cutting, in


Kecepatan slip ini dihitung dengan prosedur sebagai berikut
•Untuk Np < 1 ,aliran laminar dan friction factor-nya :
•Vslip = 82.27 Dp²(ρp-ρf)/μa

...............................................................................................................................
Untuk 10 < NRe < 100 maka aliran transisi dan friction factor-nya:

Vslip =
(𝜌𝑝 −𝜌𝑓) 0.663
2.9 ∗𝐷𝑝 0.333 0.333
𝜌𝑓 ∗ 𝜇𝑎
Penentuan Apparent Viscosity
Friction factor pada korelasi ini didasarkan berdasarkan perhitungan dari apparent
Newtonian viscosity dengan menggunakan persamaan:

dimana :
 a = Apparent viscosity , cP
510  300 
K = Indeks konsistensi =
511 n
 600
n = Indeks kelakuan aliran = 3,32 log
 300
dh = Diameter lubang, in
dp = Diameter pipa, in
Vmin = Kecepatan minimum , ft/s
 600 = Dial reading pada 600 rpm
 300 = Dial reading pada 300 rpm
Pemboran dengan kedalaman 3500 ft
Annular velocity 60 ft / sec
Untuk membersihkan lobang bor (sumur),
gunakan Moore Correlations, hitung Vslip
dengan data sebagai berikut;
1
Hole size = 17 in
2
1
Drill pipe = 4 in
2

Mud = 9.0 ppg


Cutting = 0.25 in (diameternya cutting)
Flow rate = 600 gpm (gal per menit)
Densitas partikel =21.0 ppg
Fan Viscometer readings = ϴ600 = 52
readings = ϴ300 = 31

Anda mungkin juga menyukai