Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No.

I Juni 2003 : 64 - 74 64

DEFENSIBLE SPACE :
Operasionalisasi Model Pencegahan Kejahatan
Secara Kolektif di Perumahan*

Dadang Sudiadi

Abstract

This article is made for the purpose of introducing a situational approach crime
prevention model. Despite many books have explored the defensible space theory, none
have elaborated that concept satisfactorily. This theory is tested in preventing crime
occured in housing areas, especially the ones which are residenced by homogenous
and cohesive group of people. This theory may also beneficial to be applied relating
areas which are heterogenous but having opportunity to create a collective effort based
crime prevention.

Pendahuluan tujuan untuk melindungi bangsa


Pemikiran tentang usaha Cina dari serangan bangsa
pencegahan kejahatan telah ada Mongolia.
jauh sebelum konsep pencegahan Sedangkan pemikiran tentang
kejahatan melalui desain lingkungan Pencegahan Kejahatan Melalui
(Block, 1981, hal 299) terpikirkan. Desain Lingkungan, baru dimulai
Gua, sebagai tempat tinggal, dengan pada sekitar tahun 1960-an, yaitu
hanya satu tempat masuk/keluar melalui pemikiran yang diajukan oleh
serta tidak adanya jendela, dianggap Elizabeth Wood, berdasarkan
memiliki keamanan yang baik oleh pengalamannya di bidang
orang-orang zaman dahulu. Begitu Perumahan Rakyat di Chicago,
juga dengan beberapa gua yang GHQJDQ PHQJHPEDQJNDQ D ³VRFLDO
berada di atas karang yang terjal. design theory.´ Ia menekankan
Dalam perkembangan selanjutnya, pentingnya desain fisik dipertim-
sebagai upaya pengamanan diri, bangkan dalam rangka pencapaian
dibangunlah rintangan-rintangan tujuan sosial. Disusul kemudian oleh
yang berfungsi untuk menghalangi Jane Jacob, yang tertarik untuk
atau menghambat datangnya menjadikan jalan-jalan sebagai
ancaman keamanan. Tembok Besar bagian lingkungan yang aman,
Cina, misalnya, dibangun dengan
*
Penyajian kembali dari Bab II tesis penulis yang berjudul : Pencegahan Kejahatan Melalui
Desain Lingkungan : Suatu Analisis terhadap Penerapan Konsep Defensible Space-nya Newman
dalam Upaya Pencegahan Kejahatan di Kompleks Pesona Depok I, dengan berbagai
penyempurnaan
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 65

dengan mempublikasikan The Death melalui pencegahan kejahatan


and Life of Great American Cities. kolektif.
Selanjutnya pemikiran dari Kata kolektif ini mengandung
keduanya ditindaklanjuti oleh Oscar arti 'bersama-sama untuk
Newman dan Roger Montgomery, kepentingan dan tujuan bersama,'
keduanya arsitek, melalui diskusinya sehingga apabila ada salah seorang
dengan dua orang sosiolog, yaitu warga masyarakat yang menjadi
Lee Rainwater dan Roger Walker, korban kejahatan di lingkungan
tentang proyek perumahan. Mereka tersebut, warga yang lain,
kemudian menghasilkan konsep menganggap bahwa ancaman
Defensible Space (ruang yang tersebut juga dirasakan warga
terjaga), pada tahun 1964. Konsep lainnya secara keseluruhan. Dengan
ini kemudian dikaji lebih jauh oleh begitu, upaya penanganan dan
Newman dan menghasilkan sebuah pencegahan kejahatannya pun
buku, Defensible Space (1972). dilakukan melalui tindakan kolektif.
Kajian Newman inilah yang Sederhananya, seperti grup band
memunculkan kesadaran akan yang sedang memainkan suatu
adanya hubungan antara desain aliran musik, dangdut misalnya, yang
lingkungan dengan kejahatan. terdengar adalah alunan musik
Menurut Newman, defensible dangdut secara utuh, bukan bunyi
space adalah (NCPI, 1986, 121): tam-tam yang terlalu menonjol atau
seruling yang memekakan telingan
³«VXUURJDWH WHUP IRU WKH UDQJH dan lain-lain. Begitu juga dengan
of mechanisms ± real and tindakan kolektif dalam melakukan
symbolic barriers, strongly pencegahan kejahatan.
defined areas of influence, Konsep defensible space ini
improved opportunity for terlahir berawal dari penelitian-
surveilance - that combine to penelitian yang dilakukan oleh para
bring an environment under pakar dari Chicago School (Williams,
the control of its recidennts. A 1991), yang memunculkan konsepsi
defensible space is a living The Ecology of Crime, dimana
recidential environment which menurut mereka ada lingkungan
can be employed by inhabitants tertentu yang dapat menyebabkan
for the enhancement of their terjadinya kejahatan, tetapi ada juga
live, while providing security for lingkungan yang lain yang
their families, neighbors, and menyebabkan sulitnya dilakukan
IULHQGV« kejahatan.
Dari pengertian di atas terlihat Beberapa tokoh aliran
bahwa defensible space ini Chicago School ini antara lain :
merupakan mekanisme pencegahan Henry Meyhew, yang mempelajari
kejahatan yang dilakukan melalui tentang Ecology of Crime di London
kontrol sosial informal. Mekanisme (1892). Demikian pula Robert Park
ini mensyaratkan adanya peran serta (1952), yang melihat bahwa sebuah
masyarakat untuk mengamankan kota tidak hanya terdiri dari
dirinya, miliknya serta lingkungannya sekumpulan gedung-gedung dalam
VXDWX ORNDVL WHWDSL MXJD VHEDJDL ³ D
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 66

OLYLQJ HFRORJ\ HQYLURQPHQW´ DWDX faktor tersebut tidak menyebabkan


VHEDJDL ³VHPDFDP VHEXDK timbulnya kejahatan secara
organisme sosial.´ Juga Burgess sedemikian rupa, sehingga
(1928) yang melihat kota sebagai menciptakan kondisi untuk semakin
sebuah organisme yang tumbuh dan kecilnya kesempatan dilakukannya
berkembang dari suatu pusat yang kejahatan, baik dengan membangun
membentuk lingkaran konsentrik rintangan, menumbuhkan kohesi
(concentric circles) dan kemudian sosial untuk memunculkan rasa
Shaw and Mckay (1942 dan 1969) saling memilki, mengawasi dan
yang meneliti tentang kenakalan melindungi serta memudahkan polisi
anak dalam hubungannya dengan untuk melaksanakan tugasnya
lingkungan. berpatroli atau melakukan tindakan-
Hasil penelitian mereka (Vito tindakan kepolisian.
dan Holmes, 1994), menyimpulkan Pengopersionalan konsep defensible
sebagai berikut: space, memungkinkan untuk
terciptanya kondisi tersebut.
1. Stable community have lower
rates of delinquency; Operasionalisasi Konsep
2. Community with higher rates of Defensible Space
delinquency have social values Konsep defensible space
that differ those with lower rates of dibagi dalam empat kategori utama,
delinquency; yaitu (Block, 1981; Dermawan,
3. Lower-income areas with a high 1994):
rate of frustration and deprivation 1. Territoriality, yang mengacu pada
have a higher level of sikap untuk mempertahankan
delinquency; wilayah. Para penduduk
4. Social condition in community merasakan keterpaduan dan
(such as overcrowding, physical keakraban yang kuat dan bersatu
deterioration, and concentration dalam orientasi mereka sendiri
of foreign-born and black untuk melindungi wilayah mereka.
population) are directly to the rate Dengan adanya territorality ini,
of delinquency; maka jika terdapat adanya
5. In lower-income areas , no stable pendatang baru, akan mudah
values unify the community, so dikenali.
delinquency is seen as legitimate 2. Natural Surveillance, yang
alternative to a law-abiding mengacu pada kemampuan
posture; penduduk untuk mengawasi dan
6. The etiology (i.e., cause of origin) mengamati secara sambil lalu
of American delinquency is maupun terus menerus,
culturally unique. lingkungan umum wilayaah
mereka.
Kesimpulan dari penelitian 3. Image and Milieu, meliputi
Shaw and Mckay memperlihatkan kemampuan tentang desain
bahwa penting sekali mendesain lingkungan yang dapat
lingkungan tertentu dengan meniadakan persepsi tentang
memperhatikan faktor-faktor korelatif proyek perumahan yang menjadi
kriminogen. Tujuannya adalah agar
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 67

terisolasi dan penghuninya mudah rasionalan konsep ini dilakukan


diserang kejahatan dengan memahami terlebih dahulu
4. Safe Area, adalah wilayah yang definisi konsep defensible space dan
memungkinkan pengamatan dan definisi dari keempat kategori utama.
pengawasan yang cermat oleh Operasionalisasi berikut merupakan
polisi dalam menjamin upaya yang dapat dilakukan oleh
keselamatan seseorang dari penulis berdasarkan pemahaman
kejahatan. penulis terhadap konsep defensible
space.
Keempat kategori ini
merupakan gradasi, sehingga Territoriality
menempatkan territoriality sebagai Untuk mengoperasionalkan
kategori pertama dan yang utama, konsep territoriality, sebaiknya
untuk dapat menciptakan dan diingatkan kembali pengertian dari
mengkondisikan kategori territoriality. Konsep ini sangat
selanjutnya. Namun perlu diingat menekankan pentingnya hubungan
bahwa defensible space mungkin antara lingkungan fisik dengan
sudah dapat tercipta ketika tindak kejahatan. Menurut Gardiner
lingkungan tertentu baru mencapai (Block, 1981), konsep territoriality
kondisi natural surveillance, paling tidak melibatkan tiga kondisi,
misalnya. Dengan kata lain, yaitu:
defensible space mungkin sudah
tercipta sebelum keempat kategori 1. All recidents must take a genuine
utama tersebut tercipta semuanya. interest and feel a certain
Dalam kaitan kepentingan amount of responsibility for an
penelitian dan penerapan strategi area that goes beyond that their
pencegahan kejahatan, terutama di own front door,
kompleks perumahan, perlu kiranya 2. Recidents must be willing to take
pengoperasionalan konsep action when they believe this
defensible space ini dalam indikator- territory to be threatened by
indikator dari masing-masing intruders,
kategori yang telah terurai di atas. 3. The above two factors must be
Pengoperasionalan ini dilakukan strong enough so that potential
karena, dari banyak buku yang offenders are able to perceive the
membahas tentang Defensible fact that any inrusions is likely to
Space yang pernah saya baca (saya be noticed.
belum berhasil membaca buku asli
Defensible Space), belum ada satu Sedangkan menurut
pun yang menguraikan dengan jelas Stephanie Mann with M.C. Blakeman
indikator-indikator apa saja yang (1993), territoriality adalah:
dapat digunakan untuk mengukur
empat kategori utama dari ³If recidents can extend their
defensible space. idea of property ownership
Tulisan ini ditujukan untuk beyond their front doors, they
mengoperasionalisasikan konsep can create buffer zone between
Defensible Space. Pengope- the public street or hallway and
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 68

the privacy of their homes. The element include watch or sentry


idea is to put distance between dogs and guards who may be
SHRSOH¶V KRPHV DQG FULPLQDOV stationed on the premises, and
who use the public area, local law enforcement officers
making it harder for private and private security forces who
areas to be invaded." are off-premises. The material
component of barriers may be
Dari pengertian tersebut, psychological in nature, which
dapat dipahami bahwa territoriality are bsically deterrent factors
mengacu pada sikap untuk resulting from the material
mempertahankan wilayah. bariers, or they may be physical
Penduduk merasakan keterpaduan barriers that protect the
dan keakraban yang kuat dan premises againts actual
bersatu dalam orientasi mereka physical attack. Doors,
sendiri untuk melindungi wilayah windows, wall, roofs and locks
mereka. Dengan territoriality, batas- are all the examples of physical
batas wilayah publik baik secara fisik barriers."
maupun sosial akan segera
diketahui. Terlepas dari fungsinya,
Berdasarkan pemahaman kejelasan tentang batas-batas fisik
terhadap konsep territoriality di atas, sangat mempengaruhi muncul dan
saya mengoperasionalkan konsep ini terbentuknya sense of territoriality,
dalam dua kategori utama yaitu : sebagai perasaan bahwa seorang
fisik dan sosial. Secara fisik, individu merupakan bagian dari
keberadaan pembatas, baik pagar suatu wilayah pemukiman, yang
rumah, portal sektor/blok dan kemudian membawa kita terhadap
benteng kompleks perumahan pemahaman territoriality secara
diakui mempunyai pengaruh sosial.
terhadap tingkat kesulitan Secara sosial, konsep
dilakukannya kejahatan. Beberapa territoriality ini bisa dioperasionalkan
referensi menunjukkan hal tersebut. melalui pemahaman tentang kohesi
Seperti dikemukakan Block (1981) : sosial (kedekatan sosial), yang
«7KH VLJQLILFDQW DPRXQW RI sangat menentukan keberhasilan
environment security is dari terlaksananya pencegahan
accomplished through the creation kejahatan secara kolektif. Beberapa
RI EDUULHUV « 7KH REMHFWLYH RI fakta menunjukkan, pencegahan
barriers is to prevent or delay the un kejahatan secara kolektif lebih
DXWKRUL]HG DFFHVV WR SURSHUW\« efektif dibandingkan dengan
Menurut Hall (Block, 1981) : pencegahan kejahatan secara
individual. Berkenaan dengan
³$ EDUULHU DV D V\VWHP RI GHYLFH kegiatan kolektif dalam upaya
or characteristics constructed to pencegahan kejahatan, kegiatan
with stand attack for a specified seperti ini dinamakan oleh Moore
SHULRG RI WLPH«D EDUULHU DV (Moore dalam Dermawan, 1994;
being comprised of living and 6DUWRPR VHEDJDL ³VHOI-help".
material elements. The living Lebih lanjut Moore
menyatakan bahwa self-help paling
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 69

tidak mempunyai tiga sifat penting, rekreasi bersama dan adanya


yaitu: kegiatan pencegahan kejahatan
yang dilakukan oleh warga secara
1. Dilakukan atas nama hukum. Hal bersama-sama atau bergiliran
ini secara rasional sesuai dengan (misalnya ronda malam/ronda
pendapat tentang perlindungan siang).
hak-hak warga negara, tentang
apa yang seharusnya terjadi, atau Natural Surveillance
pembalasan atau penuntutan Stephanie Blakeman (1993)
terhadap orang yang bersalah. menyatakan bahwa:
2. Bahwa "self-KHOS´ DGDODK VLVL \DQJ
keras dari tindakan perdamaian. ³:KHQ D FULPLQDO NQRZV KH LV
Pada umumnya para pelaku atau being watched ± or thinks he
partisipan mempunyai pertim- could be watched ± he is less
bangan rasional untuk melakukan likely to attempt a crime. If
XVDKD ³VHOI-KHOS´ WHUVHEXW 6HODLQ walls, windows and fences
alasan moral dan pragmatis, make it possible for recidents or
masyarakat juga mempunyai neighbors to survey their
pertimbangan keamanan bagi diri territory, or suggest to the
mereka sendiri. criminal that they can see him,
3. 3DGD DNKLUQ\D ³VHOI-KHOS´ GDSDW WKLV FDQ EH GHWHUUHQW WR FULPH ´
bermakna sebagai pertangung-
jawaban kolektif. Dengan kata lain, natural
surveillance mengacu pada
Melihat ketiga sifat penting kemampuan penduduk untuk
GDUL ³VHOI-KHOS´ VHSHUWL WHUXUDL GL mengawasi dan mengamati secara
atas, dapat dinyatakan bahwa sambil lalu maupun terus menerus
NHJLDWDQ ³VHOI-KHOS´ PHUXSDNDQ lingkungan umum wilayah mereka.
salah satu elemen dari kontrol sosial Oleh karena itu apabila ada orang
informal, yang sangat erat kaitannya yang tidak mereka kenal atau yang
dengan kohesi sosial. Seperti mereka ketahui sebagai orang luar,
dinyatakan oleh Nauta, Nixon, serta akan serta merta mereka ketahui.
Zander (Sartomo, 1997). Menurut Sehingga apabila orang tersebut
Sartomo (1997), kohesi sosial kemudian melakukan kejahatan,
masyarakat diartikan sebagai tingkat akan mudah dan segera diketahui.
kebersatuan, kedekatan dan Untuk mengoperasionalkan
keakraban antar warga masyarakat konsep ini, saya juga membagi dua
wilayah pemukiman. kategori yang memungkinkan
Beberapa kegiatan yang terjadinya natural surveillance, yaitu :
diduga dapat mengambarkan secara fisik dan secara sosial.
kohesifitas masyarakat adalah: Secara fisik, beberapa penelitian
adanya arisan bersama, adanya menunjukkan bahwa ada hubungan
tempat ibadah yang dapat antara pencahayaan dengan
dipergunakan oleh semua warga, keinginan untuk melakukan
adanya peringatan-peringatan hari kejahatan. Seperti dikemukakan oleh
besar agama maupun nasional, Block (1981):
adanya kegiatan olah raga bersama,
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 70

³,OOXPLQDWLRQ LV PRVW LPSRUWDQW bisa memperkecil kemungkinan


is discouraging criminal activity dlakukannya kejahatan.
and enhancing public safety. Secara sosial, bila tanggung
Ample documentation of the jawab keamanan lebih banyak
efect of lighting on criminal dibebankan pada petugas Satpam,
activity is provided by a maka petugas tersebut harus
comparison of day and night mengenal dengan baik warganya.
crime rates and by the effects Begitu juga dengan warga, harus
of an electrical blackout in a mengenal dengan baik Satpam-nya.
city. Lighting is one of the most Apabila Satpam dan warga tidak
effective deterrents to certaint saling mengenal, maka keduanya
types of crime, such as bisa tertipu oleh calon pelaku
vandalism, burglary and kejahatan yang akan melakukan
muggings. Two ways that kejahatan di sebuah kompleks
lighting can used to prevent perumahan.
crime are : 1) to increase the Warga juga harus saling
probability of criminal activity mengenal, paling tidak untuk satu
being observed, and 2) to sektor atau blok. Dengan demikian,
enable an empty structure to kohesi sosial juga akan tercipta
assume the semblance of dengan sendirinya. Kohesi sosial
being occcupied. A person sangat berpengaruh terhadap kuat-
intending to commit naturally lemahnya upaya pencegahan
desires to minimize the kejahatan yang dilakukan oleh warga
probability of being observed secara kolektif, bukan individual.
either by law enforcement
RIILFHUV RU SULYDWH FLWL]HQV ³ Image dan Milieu
Oleh karena itu keberadaan Image dan milieu ini mengacu
dari lampu-lampu penerangan pada kemampuan lingkungan (fisik
menjadi sesuatu yang penting. maupun sosial) yang dapat
Bagitu juga dengan keberadaan dari meniadakan persepsi tentang
pohon-pohon yang rindang, proyek perumahan yang menjadi
sehingga menyulitkan peman- terisolasi dan penghuninya mudah
dangan. Letak rumah yang saling diserang kejahatan.
berhadapan juga sangat Bila kita akan memasuki
berpengaruh, dengan kemungkinan suatu kompleks perumahan dan
saling mengawasi antar tetangga hanya ada satu pintu keluar masuk
maupun terhadap lingkungan. dengan penjagaan satpam, maka
Keberadaan alat-alat elektronik paling tidak kita bertanya-tanya
untuk memantau keamanan, juga apakah saya akan diperbolehkan
disinyalir cukup menjadi perhitungan masuk atau tidak. Oleh karena itu
para calon pelaku kejahatan dan perumahan yang hanya terdapat
memudahkan penghuni rumah untuk satu pintu masuk dan juga satu pintu
memantau tamu yang akan masuk. ke luar, akan dipersepsikan terjaga.
Lain dari itu, keberadaan alat Apalagi, bila terdapat benteng yang
komunikasi dengan petugas kokoh atau batas alam yang
keamanan juga banyak dipercaya
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 71

membuat sulit untuk memasuki 6\VWHP¶ µ1LJKW :DWFKPDQ RQ


kompleks dari sembarang tempat. 'XW\¶ µ1R /RLWHULQJ $OORZHG¶
Keberadaan portal juga µ%HZDUH RI 3ROLFH 'RJ¶ µ1R
dipercaya mempunyai efek 7UHSDVVLQJ ¶ 6LJQV VKRXOG
antisipatif dan menumbuhkan image strategically be placed at
tentang lingkungan yang terjaga. entryways and other
Adanya polisi tidur, menyebabkan vulnerable locations on the
kendaraan yang akan melewati outside grounds. Signs can
jalan-jalan kompleks menjadi tidak also be used on the inside of
bisa dengan kecepatan tinggi dan ini structures to promote security
juga akan menumbuhkan image and, in effect, to control
tentang rintangan yang sangat DFFHVV ´
besar bagi calon pelaku kejahatan,
bila yang bersangkutan melakukan Secara sosial, orang luar
kejahatan di tempat tersebut. Begitu mempersepsikan bahwa kompleks
juga dengan keberadaan pos-pos perumahan terjaga, begitu juga
keamanan yang terlihat tersebar orang dalam. Sehingga misalnya bila
keberadaannya di dalam kompleks. ada orang yang akan memasuki
Keberadaan pos-pos keamanan ini kompleks, satpam akan
fungsinya hampir sama dengan menanyakan tujuan dan tamu
keberadaan patung-patung polisi di diminta untuk meningalkan KTP.
pinggir jalan raya atau billboard atau Dalam beberapa hal adanya
patung mobil polisi yang juga kumpulan anak-anak muda di pinggir
ditempatkan di pinggir jalan raya . jalan, mungkin akan dipersepsikan
Satu hal yang tidak kalah adanya potential offender, tetapi di
pentingnya adalah publisitas yang lain pihak keberadaan mereka dapat
menggambarkan situasi yang tidak menjadi alat untuk memunculkan
kondusif untuk dilakukannya image bahwa bila masuk lingkungan
NHMDKDWDQ 0LVDOQ\D ³:DUJD tersebut, pasti akan berurusan
Kompleks ini Menentang Segala dengan anak-anak muda tersebut.
Macam Kejahatan dan Keberadaan fasilitas umum
.HPDNVLDWDQ ´ DWDX ³7DPX ; yang dapat dipergunakan oleh orang
-DP +DUDS /DSRU 57´ ³7DPX luar kompleks, juga dapat
Kompleks Harus Melapor dan mempengaruhi dan bahkan
0HQLQJJDONDQ .73 ´ %LVD MXJD SHVDQ menurunkan image bahwa
yang berisi perintah, misalnya : lingkungan itu merupakan
³.DFD 0RELO +HOP GDQ .DFD 0DWD lingkungan yang terjaga. Misalnya
+DUDS 'LEXND ´ adanya tempat praktek dokter,
Berkenaan dengan publisitas praktek notaris, salon kecantikan
dan pesan-pesan ini Block (1981) dan pusat kebugaran serta jalan
menyatakan : umum yang tersedia dan fasilitas
umum lainnya. Fasilitas±fasilitas
³Messages provided through seperti ini dapat menyulitkan dalam
the use of signs vary. melakukan natural surveillance.
Commonly used one includes :
µ3URYHUW\ 3URWHFWHG E\ $ODUP Safe Area
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 72

Stephanie Mann dan M.C. anxiety at the prospect of being


Blakeman (1993) menyatakan KDUPHG ´
bahwa:
Wurff dan Stringer (Evans,
³A Safe Zone can sometimes ibid.) menekankan ada tiga
be created by converting an komponen yang merupakan bagian
isolated area into one that dari fear of crime, yaitu:
people use frequenly. An area
in a public park where tall trees ³7KH H[LVWHQFH RI D FHUWDLQ
cast dark shadows at dusk element of well-being; the
could be made safer by adding perception of threat to that well-
a baseball diamond, under being, and feeling of inability to
bright lights where people VFRSH ZLWK WKDW WKUHDW«,Q YDQ
fUHTXHQO\ JDWKHU IRU UHFUHDWLRQ ´ GHU :XUII DQG 6WULQJHU¶V model
of fear of crime, they refers to
Safe area ini menunjuk pada two comparative judgements :
kondisi-kondisi behavioral, yang RQH¶V RZQ VWUHQJWK VSHHG DQG
menunjukkan tempat atau skill with that of potential
pemukiman tersebut berada dalam RIIHQGHUV ´
kondisi yang aman, tenang, nyaman
dan terbebas dari ketakutan akan Secara sederhana, kondisi ini
kejahatan (fear of crime). Garofalo memungkinkan penghuni kompleks
membedakan antara "ketakutan untuk melakukan semua aktifitas
aktual" (actual fear) dengan dan menyimpan semua barang
"ketakutan potensial" (potential fear). berharga miliknya dengan tenang,
Kemudian Maxfield manyatakan nyaman dan aman. Safe area ini
EDKZD ³«WKH ODWWHU HPRWLRQ LV merupakan tingkatan yang paling
experienced by someone who tinggi dari defensible space dan
anticipates the possibility of a risky sekaligus merupakan kondisi ideal.
VLWXDWLRQ«VXFK DQWLFLSDWHG IHDU LV Namun untuk terciptanya safe area
closer to what most people might ini harus terlebih dahulu tercapai
WKLQN RI DV IHDU RI FULPH ´ (YDQV territoriality, natural surveillance, dan
Library of Congres Catalog Card image and milieu.
Number :95-78424) Dengan mengetahui indikator-
Sementara itu Smith (Evans, indikator dari keempat kategori
ibid.) menyatakan bahwa: utama defensible space tersebut di
atas, diharapkan para penghuni
³6XUYH\V XVXDOO\ PHDVXUH IHDU kompleks perumahan ataupun
by asking how safe people feel pengembang perumahan dan para
in different circumtance and arsitek mengetahui dan kemudian
how much they worry about mempraktekkannya untuk kepen-
different types of crime. tingan praktis pencegahan kejahatan
Broadly, what is being tapped is di perumahan. Harus diakui bahwa
an emotional response to defensible space ini lebih cocok
WKUHDW«$QG DQ H[SUHVVLRQ RI diterapkan dikompleks perumahan
RQH¶V VHQVH RI GDQJHU DQG karena mensyarakatkan adanya
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 73

tindakan kolektif, yang baru dapat demikian, kondisi dan situasi


terjadi apabila individu-individu yang lingkungan tempat dilakukannya
berada di suatu pemukiman, saling kejahatan atau tempat yang kondusif
mengenal dan merasa memiliki untuk dilakukannya kejahatan
sense of community. Kondisi seperti merupakan fokus perhatiannya.
itu baru dapat tercipta untuk Selain model defensible space,
kompleks-kompleks perumahan masih ada model lain lagi yang
yang penghuninya relatif homogen, hampir mirip, yaitu Crime Prevention
baik pekerjaan, penghasilan maupun Through Environmental Design
usia. (CPTED) dari C. Ray Jeffrey, yang
Bagi pemukiman-pemukiman lebih menekankan setting-setting
yang penghuninya relatif heterogen, fisik, dan elektronik dalam upaya
kemungkinan terciptanya tindakan melakukan pencegahan kejahatan.
kolektif dalam melakukan kejahatan Model pencegahan kejahatan
agak sulit, hal ini dikarenakan dengan pendekatan situational ini
perumahan dengan karakteristik telah menjadi bagian penting dari
penghuni seperti itu biasanya agak strategi pencegahan kejahatan.
sulit mencapai kohesi sosial. Oleh Walaupun demikian, dalam
karena itu biasanya mereka perkembangannya telah mendapat
menyerahkan tanggung jawab kritik yang cukup tajam menyangkut
keamanannya kepada petugas difusi kejahatan dan pengabaian
Satpam. terhadap kajian-kajian disposisional
Untuk perumahan-perumahan yang mengkaji tentang sebab
yang penghuninya menyerahkan musabab fundamental dari
tanggung jawab keamanannya kejahatan terutama berkenaan
kepada Satpam, hal yang dapat dengan akar penyebab atau yang
dilakukan agar tercipta safe area, melatar belakangi seseorang
adalah menjadikan satpam-satpam melakukan kejahatan. Atas kritik
tersebut memiliki pengetahuan dan tersebut, penganut pencegahan
kemampuan untuk dapat memiliki kejahatan secara situasional
sense of territoriality, natural kemudian menjawab bahwa
surveillance, image and milieu pencegahan kejahatan secara
sehingga mengesankan bahwa disposisional tidak membumi dan
suatu daerah merupakan daerah cenderung kurang memperhatikan
yang dianggap terjaga konteks kejahatan, dengan demikian
keamanannya. hasilnya tidak dapat langsung
dirasakan.
Penutup
Defensible space merupakan
salah satu model pencegahan Daftar Pustaka
kejahatan dengan pendekatan
situasional (Situational Crime Clark, Ronald V. (ed.)
Prevention) yang lebih 1997 Situational Crime
mementingkan intervensi terhadap Prevention: Successful
kesempatan yang tersedia untuk Case Studies, 2nd Edition,
dilakukannya kejahatan. Dengan
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 3 No. I Juni 2003 : 64 - 74 74

Guilderland, New York :


Harrow and Heston Pub.

Dermawan, M. Kemal
1994 Strategi Pencegahan
Kejahatan, Bandung : Citra
Aditya Bakti.

Felson, Marcus
1998 Crime and Everyday Life,
Thousand Oaks: Pine Forge
Press.

Mann, Stephanie, and M.C.


Blakeman
1993 Safe Home Safe
Neighbourhoods:
Stopping Crime Where
You Live, Berkeley: Noto
Press.

National Crime Prevention Institute


1986 Understanding Crime
Prevention, Boston:
Butterworths.

2¶Block, Robert L.
1981 Security and Crime
Prevention, St. Louis: The
C.V. Mosby Company.

Vito, Gennaro F. and Ronald M.


Holmes
1994 Criminology : Theory,
Research and Policy,
Belmont: Wadsworth
Publishing Co.

Anda mungkin juga menyukai