Anda di halaman 1dari 14

Makalah struktur ilmu-ilmu sosial

I. SEJARAH

a. Pengertian Sejarah

Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (‫شجرة‬: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa
Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (‫)تاريخ‬. Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang
lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang
berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu
manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi. Dalam
istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia
itu terdapat beberapa variasi. Meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal-
muasal dalam bahasa Yunani yaitu historia. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis
historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte yang berarti yang terjadi, dan bahasa Belanda
dikenal gescheiedenis. Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat
ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa.

Berikut ini adalah pengertian sejarah dari ahli seajarah. W.H. Walsh mendeskripsikan Sejarah itu menitik
beratkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-
tindakan dan pengalaman pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga
merupakan cerita yang berarti. Sedangkan, Moh. Ali; Dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia,
dipertegas pengertian sejarah adalah sebagai berikut:

1) jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.

2) cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.

3) ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau peristiwa dalam
kenyataan di sekitar kita.

b. Konsep Dasar Sejarah

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan
perkembangan proses perubahan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya
yang terjadi di masa lampau. Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati.
Masa lampau selalu terkait dengan konsep-konsep dasar berupa waktu, ruang, manusia, perubahan, dan
kesinambungan atau when, where, who, what, why, dan How (no name. 2012.
http:/direktoratfile.UPI/html).

Beberapa konsep yang dikembangkan dalam ilmu sejarah seperti:

1) Perubahan, Konsep perubahan merupakan istilah yang mengacu kepada sesuatu hal yang menjadi
“tampil berbeda”.

2) Peristiwa, Konsep peristiwa memiliki arti sebgaai suatu kejadian yang menarik maupun luar biasa
karena memiliki keunikan.

3) Sebab dan Akibat, Istilah sebab merujuk kepada pengertian faktor-faktor determinan fenomena
pendahulu yang mendorong terjadinya sesuatu perbuatan, perubahan, maupun peristiwa berikutnya,
sekaligus sebagai suatu kondisi yang mendahului peristiwa. Sedangkan akibat adalah sesuatu yang
menjadikan kesudahan atau hasil suat perbuatan maupun dampak dan peristiwa.

4) Nasionalisme, Konsep nasionalisme, secara sederhana memiliki arti rasa kebangsaan, dimana
kepentingan negara dan bangsa mendapat perhatian besardalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

5) Kemerdekaan/ Kebebasan, Konsep kemerdekaan atau kebebasan adalah nilai utama dalam
kehidupan politik bagi setiap negara dan bangsa maupun umat manusia yang senantiasa diagung-
agungkan, sekalipun tidak selamanya dipraktikkan.

6) Kolonialisme, Konsep kolonialisme merujuk kepada bagian imperialisme dalam ekspansi bangsa-
bangsa Eropa Barat ke berbagai wilayah lainnya di dunia sejak abad ke-15 dan 16.

7) Revolusi, Konsep revolusi menunjuk pada suatu pengertian tentang perubahan sosial politik yang
radikal, berlangsung cepat, dan besar-besaran.

8) Fasisme, Konsep fasisme atau facism adalah nama pengorganisasian pemerintah dan masyarakat
secara totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat memiliki rasa nasionalis yang sempit,
rasialis, militeristis, dan imperialis.

9) Komunisme, Pada dasarnya, konsep dari istilah komunisme merujuk kepada setiap pengaturan
sosial yang didasarkan pada kepemilikan, produksi, konsumsi, dan swapemerintahan yang diatur secara
komunal atau bersama-sama.

10) Peradaban, Konsep peradaban atau civilization merupakan konsep yang merujuk pada suatu entitas
kultural seluruh pandangan hidup manusia yang mencakup nilai, norma, institusi, dan pola pikir
terpenting dari suatu masyarakat yang terwariskan dari generasi ke generasi (Bozeman dalam
Hungtinton, 1998:41).

11) Perbudakan, Pada hakikatnya, konsep perbudakan atau siavery adalah istilah yang meggambarkan
suatu kondisi dmana seseorang maupun kelompok tidak memiliki kedudukan dan peranan sebagai
manusia yang memiliki hak asasi sebagai manusia yang layak.
12) Waktu, Konsep waktu dalam hal ini (hari,tanggal, bulan, tahun, windu, dan ahad) merupakan
konsep esensial dalam sejarah.

13) Fenimisme, fenimisme adalah nama suatu gerakan emansipasi wanita dari subordinasi pria.

14) Liberalisme, Konsep liberalisme mengacu kepada sebuah doktrin yang maknanya hanya dapat
diungkapkan melalui penggunaan kata-kata sifat yang menggambarkan nuansa-nuansa khusus.

15) Konservatisme, Istilah konservatisme merujuk kepada doktrin yang menyakini bahwa realitas suatu
masyarakat dapat ditemukan pada perkembangan sejarahnya.

II. GEOGRAFI

a. Pengertian Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi)
keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa
Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("tulisan", atau "menjelaskan"). Paul Vidal de La Blance
berpendapat bahwa Geografi adalah studi tentang kualitas negara-negara, di mana penentuan suatu
kehidupan tergantung bagaimana manusia mengelola alam ini. Sedangkan Prof. Bintarto berpendapat
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun
yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan,
kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan
dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan
dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia.
Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

b. Prinsip Geografi

Terdapat empat prinsip geografi, yaitu : 1) Prinsip Penyebaran : Gejala geografi baik tentang alam,
tumbuhan, hewan, dan manusia yg tersebar secara tidak merata di muka bumi. Contoh : Timah di Pulau
Bangka, pohon bakau di pantai. 2)Prinsip Interelasi: Hubungan yg saling terkait antara gejala yg satu dgn
gejala yg lain dlm satu ruang tertentu. Contoh : hutan gundul terjadi karena penebangan liar. 3)Prinsip
Korologi ( Keruangan ) : Bahwa setiap prinsip ini gejala – gejala, fakta – fakta, dan masalah – masalah
geografi ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dan hubungan itu terdapat pada
ruang tertentu. Contoh : Padi hidup subur di daerah dataran rendah. 4)Prinsip Deskriptif: Prinsip untuk
memberikan pelajaran atau gambaran lebih jauh tentang gejal – gejala, atau masalah – masalah yg
diselidiki dlm bentuk tulisan atau kata – kata yg dapat dilengkapi dgn : diagram, grafik, table, gambar,
dan peta.

c. Konsep Dasar Geografi

Konsep Dasar Geografi adalah sekelompok fenomena atau gejala-gejala sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan berbagai gejala yang sama. Konsep Dasar Geografi atau Konsep Esensial Geografi
dibagi menjadi 10 konsep yaitu :

1) Konsep lokasi adalah letak dimuka bumi, konsep lokasi dibagi menjadi 2, yaitu : Lokasi relatif,
contoh indonesia terletak di antara benua asia dan benua australia. Lokasi absolut adalah lokasi
berdasarkan letak astronomi.

2) Konsep Jarak adalah jarak dari suatu tempat ke tempat lain yang dapat mempengaruhi nilai suatu
objek, contoh : tanah yang letaknya jauh dari jalan raya harganya akan lebih murah.

3) Konsep Pola Berkaitan dengan fenomena geografi di permukaan bumi, contoh : pola sungai di
daerah lipatan.

4) Konsep morfologi berkaitan dengan bentuk muka bumi, contoh : daratan tinggi Bogor digunakan
untuk perkebunan teh.

5) Konsep aglomerasi adalah penyebaran yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah, contoh :
Orang Kalimantan mengelompok di aliran sungai.

6) Konsep keterjangkauan berkaitan dengan kondisi permukaan bumi, contoh : suatu daerah yang
letaknya dipegunungan akan sulit di tembus.

7) Konsep Nilai Guna adalah kegunaan fenomena geografi dipermukaan bumi, contoh : laut lebih
bermanfaat untuk nelayan dari pada untuk petani.

8) Konsep interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih, contoh : desa
menghasilkan barang baku, kemudian kota menghasilkan barang industri.

9) Konsep diferensiasi area adalah perbedaan corak antar wilayah dipermukaan bumi, contoh : jenis
tanaman yang dibudidayakan di suatu wilayah berbeda-beda.

10) Konsep keterkaitan ruang adalah hubungan antara fenomena fisik dan non fisik, contoh : penduduk
kota membutuhkan nasi dan desa membutuhkan barang barang produksi dari kota.

III. EKONOMI
a. Konsep Dasar Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran.
Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas
dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan
timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity).

Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan
νόμος (nomos), atau “peraturan, aturan, hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan
rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga.” Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau
ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.

Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah
mikroekonomi vs makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif (deskriptif)
vs normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya. Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan
dalam manajemen keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam bidang-
bidang selain bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian,
politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya
ekonomi — seperti yang telah disebutkan di atas — adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia.

Ada sebuah peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan metode ekonomi dalam konteks yang
lebih luas. Fokus analisa ekonomi adalah “pembuatan keputusan” dalam berbagai bidang dimana orang
dihadapi pada pilihan-pilihan. misalnya bidang pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal,
perang, dan agama. Gary Becker dari University of Chicago adalah seorang perintis trend ini. Dalam
artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok
persoalannya, tetapi sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku manusia.
Pendapatnya ini terkadang digambarkan sebagai ekonomi imperialis oleh beberapa kritikus.

Banyak ahli ekonomi mainstream merasa bahwa kombinasi antara teori dengan data yang ada sudah
cukup untuk membuat kita mengerti fenomena yang ada di dunia. Ilmu ekonomi akan mengalami
perubahan besar dalam ide, konsep, dan metodenya; walaupun menurut pendapat kritikus, kadang-
kadang perubahan tersebut malah merusak konsep yang benar sehingga tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada. Hal ini menimbulkan pertanyaan “apa seharusnya dilakukan para ahli ekonomi?” The
traditional Chicago School, with its emphasis on economics being an empirical science aimed at
explaining real-world phenomena, has insisted on the powerfulness of price theory as the tool of
analysis. On the other hand, some economic theorists have formed the view that a consistent economic
theory may be useful even if at present no real world economy bears out its prediction.

IV. ANTROPOLOGI

a. Konsep Dasar Antropologi


Antropologi adalah disiplin ilmu sosial yang mempelajari tentang manusia yakni tentang bagaimana
manusia hidup dan berprilaku. Antropologi mempelajari manusia dari dua sudut pandang, yakni fisik dan
budaya. Antropologi fisik merupakan cabang antropologi yang mempelajari tentang evolusi manusia dan
perbedaan (fisik) manusia di muka bumi. Sedangkan antropologi budaya memusatkan perhatian pada
apa yang telah dan sedang dilakukan manusia untuk beradaptasi dan tetap hidup di lingkungannya.

Sebagaimana ilmu-ilmu sosial lainnya, penggunaan konsep dalam antropologi adalah penting karena
pengembangan konsep yang terdefinisikan dengan baik merupakan tujuan dari setiap disiplin ilmu.
Walaupun menurut Keesing (1958 : 152), “Tidak ada dua ahli antropologi yang berfikirnya sama persis,
atau menggunakan dengan tepat pengoperasian konsep-konsep atau simbol-simbol yang sama.”
Adapun yang merupakan contoh konsep-konsep antropologi diantaranya :

1) Kebudayaan. Konsep paling esensial dalam antropologi adalah konsep kebudayaan. Pada tiap
disiplin ilmu sosial terdapat konsep kebudayaan, yang didefinisikan menurut versi yang berbeda-beda.
Dalam antropologi, menurut Koentjaraningrat (1990 : 80), yang disebut kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar. Tiap orang hanya dapat memperoleh (menguasai) unsur-unsur
kebudayaan dengan jalan belajar. Tidak ada satupun unsur kebudayaan dapat dimiliki oleh seseorang
tanpa belajar. Belajar dapat terjadi baik dalam proses sosialisasi yang bersifat informal maupun dalam
pengajaran yang bersifat formal (Banks & Clegg, 1977:273).

2) Tradisi. Tradisi adalah suatu pola perilaku atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari suatu
budaya yang telah lama dikenal sehingga menjadi adat istiadat dan kepercayaan secara turun-temurun
(Soekanto, 1993:520). Misalnya saja tradisi mappaccing yang dilaksanakan sehari sebelum hari akad
nikah di Sulawesi Selatan.

3) Difusi. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas sehingga
melewati batas tempat di mana kebudayaan itu timbul (Soekanto, 1993:150). Dalam proses difusi ini
erat kaitannya dengan konsep inovasi (pembaharuan). Sedangkan menurut Everett M. Rogers dalam
karyanya Diffusion of Innovation (1983), cepat tidaknya suatu proses difusi sangat erat hubungannya
dengan empat elemen pokok, yaitu : Sifat inovasi, Komunikasi dengan saluran tertentu, Waktu yang
tersedia, Sistem sosial warga masyarakat.

4) Akulturasi. Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun saling memengaruhi dari suatu
kebudayaan asing yang berbeda sifatnya sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun
diakomodasikan dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya
sendiri (Koentjaraningrat, 1990:91). Dalam akulturasi terjadi proses seleksi. Suatu kebudayaan hanya
dapat menerima unsur-unsur kebudayaan lain dalam batas-batas tertentu, ialah unsur-unsur yang dapat
dilebur bersama atau diintegrasikan dengan unsur kebudayaan sendiri. Apabila suatu kebudayaan akan
mengambil atau memakai unsur-unsur kebudayaan asing tertentu, maka unsur-unsur asing tersebut
dimodifikasi sehingga menjadi serasi dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Apabila terjadi
pemaksaan dalam penerimaan unsur-unsur kebudayaan asing, maka akan berakibat negatif terhadap
kebudayaan penerima, bahkan bisa menyebabkan kehancuran kebudayaan penerima tersebut.
5) Etnosentrisme. Tiap-tiap kelompok cenderung untuk berfikir bahwa kebudayaan dirinya itu adalah
superior (lebih baik dan lebih segalanya) dari pada semua budaya yang lain. Inilah yang disebut
etnosentrisme. Seorang ahli komunikasi interkultural, Fred E. Jandt dalam karyanya Intercultural
Communication : An Introduction (1998:52) mengemukakan etnosentrisme merupakan sikap secara
negatif menilai aspek budaya orang lain oleh standar kultur diri sendiri.

V. SOSIOLOGI

a. Pengertian Sosiologi

Auguste Comte sebagai bapak sosologi berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
interaksi manusia di dalam masyarakat (antarndividu, antar individu dan kelompok, dan antara
kelompok dan kelompok). Sedangkan, G.A. Lunberg memiliki pendapat yang lebih sederhana bahwa
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku sosial orang-seorang dan kelompok. dan Prof. Selo
Soemardjan sebagai ahli sosiologi di negeri kita berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial, proses sosial, dan perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga
sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan soial. Proses sosial adalah pengaruh timbal-balik dari
berbagai segi kehidupan sosial (ekonomi dan politik,hukum,dan agama).

b. Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Ciri-ciri pokok sosiologi sebagai berikut:

1) Sosiologi bersifat empiris,artinya didasarkan pada observasi-observasi segala kenyataan di


masyarakat.

2) Sosiologi bersifat teoritis,artinya merupakan abstraksi dari hasil-hasil observasi yang menjelaskan
hubungan kausalitas.

3) Sosiologi bersifat kumulatif,artinya teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori lama yang
kemudian disempurnakan.

4) Sosiologi bersifat nonetis,artinya yang dipersoalkan bukan baik buruknya fakta, tetapi bertujuan
untuk menjelaskan fakta-fakta secara analisis.

Adapun sifat-hakikat sosiologi sebagai berikut:

1) Sosiologi termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial yang objek studinya adalah masyarakat.

2) Sosiologi bukan disiplin ilmu yang normatif,tetapi kategoris.Artinya sosiologi hanya membatasi diri
pada apa yang trjadi dewasa ini dan bukan yang seharusnya terjadi.
3) Sosiologi merupakan ilmu murni dan bukan ilmu terapan,artinya sosiologi bertujuan untuk
mengembangkan ilmu secara teoritis.

4) Sosiologi bersifat abstrak,artinya yang diperhatikan adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam
masyarakat.

5) Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum sehingga


berupa ilmu umum.

c. Kegunaan dan Tujuan mempelajari sosiologi

1) Dapat dijadikan alat dan sarana untuk memahami masyarakat tertentu (petani, pedagang, buruh,
pegawai, komunitas keagamaan, militer, dan sebagainya).

2) Sebagai alat untuk memahami struktur masyarakat, pola-pola interaksi, serta stratifikasi sosial.

3) Hasil studi sosiologi terhadap kondisi masyarakat dapat digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan suatu kebijakan (dari pemerintah,perusahaan,badan dunia,dan sebagainya).

4) Hasil kajian sosiologi dapat dijadikan pertimbangan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

5) Data-data masyarakat dapat membantu kegiatan pembangunan,mulai dari perencanaan,


pelaksanaan sampai dengan evaluasi hasil-hasilnya. Sedangkan tujuan sosiologi adalah meningkatkan
pemahaman terhadap ciri-ciri dan sifat-sifat masyarakat seta meningkatkan daya adaptasi diri dengan
lingkungan hidupnya, terutama lingkungan sosial budayanya. Caranya adalah dengan mengembangkan
pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala masyarakat yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah-masalah sosial.

VI. POLITIK

a. Konsep Dasar Politik

Terdapat banyak sekali konsep-konsep yang dapat kita gunakan dalam kajian tentang politik, antara lain:
negara, kekuasaan, kedaulatan, kelas sosial, partai, kemerdekaan, dan sebagainya. Namun demikian
dalam pembahasan ini kita hanya membahas konsep-konsep pokok yang sering digunakan untuk
menelaah politik.

1) Negara, menurut Mirriam Budiarjo (1992:9) merupakan suatu organisasi dalasm suatu wilayah
yang mempunyai kekuasaan tertinggi yangs ah dan ditaati oleh rakyatnya. Sebagai sebuah organisasi
masyarakat, negara memiliki kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan hubungan manusia
dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat.
2) Kekuasaan (Budiardjo, 1992:35) adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkat lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah lakunya
itu sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu sendiri. Sumber-
sumber kekuasaan itu sendiri, sangat beranekaragam. Bertrand Russel (1988) diantaranya menyebutkan
bahwa kekuasaan itu bersumber dari sumber ilahiah (Tuhan), ekonomi, pemikiran, dan nilai budaya.
bahkan, untuk jaman modern ini, teknologi dan kekuatan militer pun menjadi salah satu sumber
kekuasaan yang bisa membantu manusia untuk menguasai orang atau kelompok lain. Dengan variasi
sumber kekuasaan ini, melahirkan adanya sejumlah teori tentang kekuasaan dalam ilmu politik.

3) Kebijakan dan Pengambilan Keputusan, Ilmu politik bukanlah ilmu pasti. Berpolitik adalah
bertindak sesuai dengan kondisi dan situasi tertentu dalam mengarahkan tindakan pada sebuah tujuan.
Tanpa harus menghalalkan segala cara sebagaimana Machieveli, berpolitik itu sendiri tetap memiliki
makna adalah memilih alternatif keputusan yang dapat mencapi sebuah tujuan. Dalam konteks inilah,
sejalan dengan pemikiran Mirriam Budiardjo (1992:11) yang mengatakan bahwa keputusan (decision)
adalah membuat pilihan di antara beberapa aklterntif, dan politik –Joys Micthel- adalah collective
decision making or the making of public policies for entire society. Pendapat ini sejalan dengan Karl W.
Deutsch dalam bukunya Politics and Government, How people decide their Fate menyatakan: “Politics is
the making of decisions by publics means”.

4) Konflik dan Kerjasama, dalam sebuah negara atau masyarakat terdapat lebih dari satu orang, atau
lebih dari satu kelompok. Variasi kelompok ini, berpotensi dan adalah alamiah, memiliki sejumlah
kepentingan, sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Relasi antar kepentingan kelompok itulah
yang kemudian akan melahirkan dua kemungkinan, yaitu kerjasama atau konflik.

5) Penyaluran (Distribution) dan Penempatan (Allocation). Ada dua asumsi dasar yang
menghantarkan pentingnya konsep distribusi dan alokasi sebagai bagian dari konsep ilmu politik.
Pertama, terkait dengan kewajiban pemerintah. Misalnya salam ekonomi, pemerintah memiliki
kewajiban untuk distribusi bahan bakar, distribusi hasil pertanian, alokasi dana pembangunan dan
sebagainya. Dalam bidang poltik, ada distribusi kekuasaan antara rakyat, dan pejabat publik. Dalam
birokrasi dan administrasi ada kewajiban untuk menjelaskan distribusi kekuasaan antar lembaga politik
yang ada dalam struktur pemerintahan. Pada sisi kedua, yaitu terkait dengan hakikat politik dan negara
itu sendiri. sebagai sebuah organisasi sosial yang terdiri dari berbagai kepentingan, maka masalah
distribusi kekuasaaan dan alokasi menjadi hal yang sangat penting. Bukan hanya dalam sisi ekonomi,
tetapi juga dari sisi kekuasaan politik itu sendiri.

VII. PSIKOLOGI SOSIAL

Interaksi sosial manusia di masyarakat, baik itu antar individu, antara individu dengan kelompok atau
antarkelompok, tidak dapat dilepaskan dari fenomena kejiwaan yang timbul dari orang per orang dan
dalam kelompok. Reaksi emosional, sikap, kemauan, perhatian, motivasi, harga diri dan sebangsanya
sebagai fenomena kejiwaan yang tercermin pada perilaku orang perorang serta kelompok tadi,
merupakan fenomena yang melekat pada kehidupan berbudaya dan bermasyarakat. Perilaku kejiwaan
manusia dalam konteks sosial ini, merupakan objek kajian psikologi sosial.

Psikologi sosial sebagai salah satu bidang ilmu sosial, menurut Harold A. Phelps (Fairchild, H.P., dkk.:
1982:290) “Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang proses mental manusia sebagai makhluk
sosial”. Dengan demikian, objek yang dipelajari oleh psikologi sosial itu seperti telah dikemukakan tadi,
meliputi perilaku manusia dalam konteks sosial yang terungkap pada perhatian, minat, kemauan, sikap
mental, reaksi emosional, harga diri, kecerdasan, penghayatan, kesadaran, dan demikian seterusnya.

Mengenai psikologi sosial ini selanjutnya, secara singkat Krech, Crutfield dan Ballachey (1982:5)
mengemukakan “Psikologi sosial dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang peristiwa perilaku antar
personal”. Ungkapan ini tidak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Phelps tadi. Titik berat
perhatian kajiannya itu tertuju pada perilaku manusia dalam hubungan sosialnya. Dari pernyataan dan
kenyataan yang dapat kita amati serta kita hayati, antara psikologi sosial dengan sosiologi, sangat erat
kaitannya, kalau tidak dapat dikatakan sebagai ilmu yang dwitunggal. Pada kenyataannya, interaksi
sosial antarwarga masyarakat, tidak dapat selalu dilandasi oleh dorongan kejiwaan, apakah itu namanya
perhatian, minat, harga diri atau kemauan lainnya.

Kondisi emosional selalu menyertai proses yang kita sebut interaksi sosial. Selanjutnya, dorongan untuk
berinteraksi sosial itu juga tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi proses kejiwaan saja, melainkan
dipengaruhi Juga oleh faktor lingkungan (Krech, Crutfield, Baltachey (1982: 478-483). Ke dalam faktor
lingkungan, termasuk manusia di sekitarnya (lingkungan sosial), nilai, norma, peraturan yang berlaku
(lingkungan budaya), dan kondisi cuaca pepohonan-sumber daya air-ketinggian dari permukaan laut
(lingkungan alam).

Lingkungan-lingkungan tadi sangat berpengaruh terhadap kebanggaan, harga diri, sikap mental,
dorongan berprestasi, etos kerja, semangat hidup, kesadaran seseorang ataupun kelompok dalam
kehidupan sehari-hari. Betapa bermaknanya keluarga sebagai lingkungan sosial terhadap dorongan
berprestasi seorang anggotanya. Demikian pula peranan lingkungan sosial lainnya, seperti teman
sepermainan, teman sejawat dalam pekerjaan atas dorongan kepada seseorang untuk tetap hidup
bersemangat, berprestasi, dan akhirnya mencapai keberhasilan Proses dan dinamika kejiwaan yang
demikian itu, wajib mendapatkan perhatian, dalam upaya meningkatkan kualitas SDM di hari-hari
mendatang. Sebagai satu kesatuan mental-psikologi dengan fisik-biologis fenomena kejiwaan seseorang,
terpadu dalam dirinya sebagai kepribadian. Pada kesatuan kepribadian ini, kita dapat mengamati dan
menelaah hubungan antara faktor dalam diri seseorang (potensi mental-psikologis dan fisik biologis)
dengan faktor luar yang disebut lingkungan (sosial, budaya, alam). Keunikan kepribadian seseorang yang
terpencar pada perilakunya, merupakan hasil perpaduan kerja sama antara potensi dari dalam diri
dengan rangsangan dari lingkungan (hukum konvergensi). Psikologi sebagai salah satu bidang ilmu
sosial, berperan strategis dalam mengamati, menelaah, menganalisis, menarik kesimpulan dan
memberikan arahan alternatif terhadap masalah sosial yang merupakan ungkapan aspek kejiwaan.
Patologi sosial yang pernah didiskusikan pada waktu membicarakan sosiologi, sesungguhnya juga
menjadi salah satu garapan psikologi sosial. Setelah kita membicarakan apa dan bagaimana psikologi
sosial itu, selanjutnya marilah kita memperhatikan konsep-konsep dasar psikologi sosial itu, yang
menjadi salah satu bagian dan kajian ilmu sosial. Konsep-konsep dasar tersebut dapat diikuti berikut ini.

1) Emosi terhadap objek sosial.

2) Perhatian.

3) Minat.

4) Kemauan

5) Motivasi.

6) Kecerdasan dalam menanggapi persoalan sosial.

7) Penghayatan.

8) Kesadaran.

9) Harga diri.

10) Sikap mental.

11) Kepribadian.

12) Masih banyak fenomena kejiwaan yang lain yang dapat kita gali lebih lanjut.

Tiap individu yang normal, memiliki potensi psikologis yang berkembang dan dapat dikembangkan.
Kadar potensi tadi bervariasi antara seseorang dengan yang lainnya bergantung pada kondisi kesehatan,
mauppun mental-psikologisnya. Mereka yang kesehatan jasmani dan rohaninya prima, peluang
pengembang potensi psikologisnya lebih baik daripada mereka yang kurang sehat. Selain daripada hal
tersebut, faktor lingkungan dalam anti yang seluas-luasnya juga sangat berpengaruh. Ketajaman emosi
dan reaksi emosional seseorang, sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seperti telah
digambarkan tadi. Emosi dan reaksi emosional dengan pengendaliannya, sangat penting kedudukannya
dalam kehidupan sosial termasuk dalam interaksi sosial. Emosi dengan reaksi emosional, merupakan
konsep dasar psikologi sosial yang peranannya besar dalam mengembangkan potensi psikologis lainnya.
Perhatian dan minat seseorang terhadap sesuatu benda, fenomena sosial, interaksi sosial dan lain-
lainnya. Tinggi-rendahnya, terkendali-tidaknya emosi seseorang, sangat berpengaruh terhadap perilaku
sosial yang bersangkutan. Oleh karena itu, emosi sebagai suatu potensi kepribadian wajib diberi
santapan dengan berbagai pembinaan psikologis, termasuk santapan keagamaan. Perhatian dan
sekaligus juga minat sebagai konsep dasar psikologi sosial, secara sepintas telah dibahas di atas. Dalam
pengembangan sumber daya manusia (SDM), khususnya berkenaan dengan peningkatan kualitas
kemampuan intelektual, perhatian dan minat tersebut, memegang peranan yang sangat bermakna.
Tanpa perhatian dan minat dari SDM yang bersangkutan, pengembangannya mustahil tercapai secara
optimum. Oleh karena itu, Anda dan kita semua selaku guru IPS, wajib memperhatikan minat peserta
didik, agar tujuan Instruksional dan tujuan pendidikan dapat irealisasikan seoptimal mungkin.
Kemauan sebagai konsep dasar psikologi sosial, merupakan suatu potensi pendorong dan dalam diri
individu untuk memperoleh dan mencapai suatu yang diinginkan. Kemauan yang kuat. merupakan
modal dasar yang berharga dalam memperoleh suatu prestasi. Anda tentu ingat akan ungkapan “di
mana ada kemauan, di situ ada jalan”. Kemauan yang terbina dan termotivasi pada diri seseorang
termasuk pada diri Anda serta kita semua, menjadi landasan yang kuat mencapai sesuatu, terutama
mencapai cita-cita luhur yang menjadi idaman masing-masing.

Orang-orang yang kemauannya lemah, bagaimanapun sukar mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi
sebagai suatu konsep dasar, selain timbul dari dalam diri individu masing-masing, juga dapat datang dari
lingkungan, khususnya lingkungan sosial dan budaya. Seperti telah dikemukakan di atas, motivasi diri itu
juga merupakan kekuatan yang mampu mendorong kemauan. Jika Anda dan kita semua memiliki
motivasi diri yang kuat, mempunyai harapan yang kuat juga berkemauan keras mencapai suatu cita-cita.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi Anda untuk memotivasi peserta didik dengan berbagai cara,
agar mereka memiliki kemauan yang kuat untuk mencapai suatu potensi sesuai dengan cita-citanya.
Dalam hal ini Anda selaku guru IPS berperan sebagai motivator bagi peserta didik yang menjadi
tanggung jawab Anda.

Kecerdasan sebagai potensi psikologis bagi seorang individu, merupakan modal dasar mencapai suatu
prestasi akademis yang tinggi dan untuk memecahkan permasalahan sosial. Kecerdasan sebagai unsur
kejiwaan dan aset mental, tentu saja tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan unsur-unsur
serat potensi psikologis lainnya. Dibandingkan dengan potensi psikologis yang lain, kecerdasan ini relatif
lebih mudah dipantau, dievaluasi dari ungkapan perilaku individu, untuk Anda selaku guru tentu saja
dan perilaku peserta didik. Potensi dan realisasi kecerdasan yang karakternya kognitif, relatif lebih
mudah diukur. Sedangkan potensi dan realisasi mental yang sifatnya afektif, lebih sukar dievaluasi
dibandingkan dengan aspek kecerdasan. Kecerdasan sebagai konsep dasar psikologi sosial, memiliki
makna yang mendalam bagi seorang individu, karena kecerdasan tersebut menjadi unsur utama
kecendekiaan. Sedangkan kecendekiaan; merupakan modal yang sangat berharga bagi SDM menghadapi
kehidupan yang penuh masalah dan tantangan seperti yang kita alami dewasa ini. Proses kejiwaan yang
sifatnya mendalam dan menuntut suasana yang tenang adalah penghayatan. Proses ini tidak hanya
sekadar merasakan, memperhatikan, dan menikmati, melainkan lebih jauh daripada itu. Hal-hal yang
ada di luar diri Anda dan kita masing-masing, menjadi perhatian yang mendalam, dirasakan serta diikuti
dengan tenang sehingga menimbulkan kesan yang juga sangat mendalam pada diri kita masing-masing.
Proses penghayatan ini tidak dapat dilepaskan dari kondisi diri kita yang penuh kesadaran. Tanpa
kesadaran, penghayatan itu sukar terjadi atau sukar kita lakukan.

Dengan penuh kesadaran kita dapat melakukan penghayatan tentang sesuatu, contohnya berkenaan
dengan penghayatan Pancasila. Hasil penghayatan yang mendalam, meningkatkan kesadaran kita
tentang sesuatu tadi, khususnya berkenaan dengan Pancasila. Oleh karena itu, proses kejiwaan yang
tersimpan pada konsep dasar penghayatan, sukar dipisahkan dari konsep kesadaran. Dua konsep ini
sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sebagai contoh dapat dikemukakan tentang
kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Kesadaran tersebut tidak cukup hanya
merasakan, memahami dan memikirkan tentang hak dan kewajiban itu, melainkan lebih jauh lagi
mengkhayatinya. Dengan penghayatan tersebut kesadaran akan bermakna dan mendalam, sehingga
mampu memenuhi serta melaksanakan apa yang menjadi kewajiban tersebut. Anda selaku guru IPS
wajib menghayati dan menyadari hal itu. Harga diri dan sikap mental, merupakan dua konsep dasar yang
mencirikan manusia sebagai makhluk hidup yang bermartabat. Oleh karena itu, harga diri ini jangan
dikorbankan hanya untuk sesuatu yang secara moral tidak berarti. Harga diri Anda dan kita semua yang
terbina serta terpelihara, merupakan martabat kemanusiaan kita masing-masing yang selalu akan
diperhitungkan oleh pihak atau orang lain. Harga diri yang dikorbankan sampai kita tidak memiliki harga
diri di mata orang lain, akan menjatuhkan martabat kita yang tidak jarang dimanfaatkan orang lain untuk
memperoleh keuntungan.

Masalah ini wajib disadari dan dihayati oleh tiap orang yang ingin mempertahankan martabatnya.
Selanjutnya, sifat atau sikap mental, merupakan reaksi yang timbul dari diri kita masing-masing jika ada
rangsangan yang datang kepada kita. Reaksi mental atau sikap mental dapat bersifat positif, negatif dan
juga netral, bergantung pada kondisi diri kita masing-masing serta bergantung pula pada sifat
rangsangan yang datang. Menjadi kewajiban Anda dan kita selaku guru, membina serta
mengembangkan sikap mental peserta didik serta positif-aktif-kreatif sebagai SDM masa yang akan
datang yang sudah pasti akan penuh masalah, tantangan dan persaingan. Konsep dasar yang merupakan
komprehensif adalah kepribadian. Secara singkat, Brown & Brown (1980:149) mengemukakan bahwa
“kepribadian tidak lain adalah pola karakteristik, sifat atau atribut yang dimiliki individu yang ajeg dari
waktu ke waktu”. Sedangkan Honnel Hart (Fairchild, H.P. dkk.: 1982:218) secara lebih rinci
mengemukakan: Kepribadian yaitu organisasi gagasan yang dinamika, sikap, dan kebiasaan yang dibina
secara mendasar oleh potensi biologis yang diwariskan melalui mekanisme psiko-fisikal organisme
tunggal dan yang secara sosial ditransmisikan melalui pola budaya, serta yang terpadu dengan semua
penyesuaian, motif, kemauan dan tujuan individu berdasarkan keperluan serta kemungkinan dari
Lingkungan sosialnya.

Konsep dasar kepribadian yang dikemukakan oleh Brown & Brown hanya sebagai ungkapan denotatif,
sedangkan yang diketengahkan oleh Hart dalam pengertian konotatif yang lebih komprehensif.
Berdasarkan apa yang dapat kita simak konsep tersebut, kepribadian itu bersifat unik yang memadukan
potensi internal sebagai warisan biologis dengan faktor eksternal berupa lingkungan yang demikian
terbukanya. Pada kondisi kehidupan yang demikian terbuka terhadap pengaruh yang sedang mengarus
secara global, faktor lingkungan itu sangat kuat. Oleh karena itu, pendidikan sebagai salah satu faktor
lingkungan, wajib terpanggil dan berperan aktif memberikan pengaruh positif-aktif-kreatif terhadap
pembinaan kepribadian peserta didik. Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda yang menjadi subjek
pembangunan masa yang akan datang, wajib memiliki kepribadian yang kukuh-kuat, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar selalu siap serta sigap menghadapi masalah-tantangan-
persaingan. Secara ideal SDM yang memiliki kepribadian yang demikian itu, dapat diandalkan sebagai
penyelamatan kehidupan yang telah makin menyimpang dan kebenaran yang hakiki yang
“mengorbankan nilai-nilai moral demi mencapai tujuan material semata”. Panggilan dan tugas
pendidikan memang berat, namun sangat mulia.

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia Bahasa Indonesia. “Geografi.” Id.wikipedia.org. [Online] Tersedia
<http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi; [diakses 17 Oktober 2013].

Orinaru. “Konsep Dasar Sejarah.” Orinaru.wordpress.com. [Online] Tersedia


<http://orinaru.wordpress.com/2012/09/28/konsep-dasar-sejarah/; [diakses 28 September 2012].

Sofa. “Konsep Dasar Ilmu Politik.” Massofa.wordpress.com. [Online] Tersedia


<http://massofa.wordpress.com/2012/01/17/konsep-dasar-ilmu-politik/; [diakses 17 Januari 2012].

Fazrul, M. “Konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial.” [Online] Tersedia


<http://mfazrul99.blogspot.co.id/2013/11/konsep-dasar-ilmu-ilmu-sosial.html . [diakses 03 November
2013].

Anda mungkin juga menyukai