Anda di halaman 1dari 13

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott)

a. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Arales (Spathiflorae)

Famili : Araceae

Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta (L.) Schott

(Backer dan Bakhuizen, 1968).

b. Basionim dan Sinonim

Colocasia esculenta (L.) Schott memiliki basionim, yaitu Arum

esculentum L., sedangkan sinonimnya adalah Colocasia antiquorum Schott

(Jansen dkk., 1996).

c. Nama Daerah dan Nama Asing

Colocasia esculenta di Indonesia secara umum dikenal dengan nama

talas tetapi di Jawa tanaman ini dikenal dengan nama bentul. Selain

disebut talas, tanaman ini memiliki beberapa nama daerah yaitu Sumatera :

eumpene (Aceh), lumbu (Gayo), keladi, sukat, ambargo, sauhat,tale, suwat

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

(Batak), talo (Nias). Jawa : bolang, taleus (Sunda), gelo, linyal, Bali : tales,

Nusa Tenggara : ufi lole (Flores). Sulawesi : paco (Makassar), aladi

(Bugis), Maluku : bete, komo. Irian Jaya : kalen, mom, warimu, nomo,

uma, ifen, fa faine, biau, yefam, buge, hekere, mengkodo (Dalimartha,

2006).

d. Habitat

Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan berbagai

kondisi lahan baik lahan becek maupun lahan kering. Tanah yang memiliki

kandungan humus dan air yang cukup dengan pH antara 4,2-7,5 sangat

cocok untuk pertumbuhan tanaman talas. Talas juga dapat ditanam di

berbagai kondisi curah hujan, namun pertumbuhan tanaman akan lebih

baik lagi apabila ditanam pada tempat-tempat yang hampir selalu dalam

keadaan lembab dengan curah hujan rata-rata 1.000 mm per tahun dan

kelembapan yang tinggi akan mendukung pertumbuhan talas. Tanaman

talas dapat tumbuh pada ketinggian optimal antara 0-1800 m dpl. Talas

bertoleransi pada naungan dan seringkali tumbuh sebagai tanaman sela

dengan tumbuhan pohon (Flach dan Rumawas, 1996; Manner dan Taylor,

2011).

e. Dareah Asal dan Persebaran

Asal mula tanaman ini dari daerah Asia Tenggara. Selanjutnya, talas

menyebar ke Cina (abad pertama), Jepang, daerah Asia Tenggara lainnya

dan beberapa pulau di Samudera Pasifik terbawa oleh migrasi penduduk. Di

Indonesia talas dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

pantai sampai pegunungan di atas 1000 meter dpl., baik liar maupun

ditanam (Purnowo dan Purnamawati, 2007).

f. Morfologi (2) (5) (4)

(1)

(3)

(6)

Gambar 1. Morfologi talas: (1) daun; (2) tangkai daun; (3) pelepah daun; (4)
seludang; (5) tongkol; (6) umbi (Manner dan Taylor, 2011)

1). Umbi Batang

Umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk silinder atau

bulat, berukuran 30 cm x 15 cm, dan berwarna cokelat. Batang di dalam

tanah membentuk umbi, lunak, berwarna cokelat muda dan diseliputi

oleh bulu-bulu yang halus, jarak antar ruas pada batang sangat pendek

(Purnowo dan Purnamawati, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

2). Daun

Memiliki daun lebar dan merupakan daun tunggal. Tangkai daun

silindris dengan panjang 20-60 cm dan berwarna hijau. Daun berbentuk

perisai, berwarna hijau dan keunguan, Pangkal daun berlekuk dan

ujungnya meruncing. Ibu tulang daun besar dan dapat dibedakan

dengan jelas dengan anak-anak tulang daun lainnya. Tepi daun rata

dengan pertulangan daun menyirip. Bagian bawah daun berlapis lilin,

sedangkan bagian atas daun berwarna lebih cerah dari bagian bawahnya

dan memiliki tekstur yang kasap (Dalimartha, 2006).

3). Bunga

Perbungaan tongkol dikelilingi oleh seludang dan didukung oleh

tangkai perbungaan yang lebih pendek dari tangkai daun. Bunga jantan

dan bunga betina terpisah. Bunga betina berada di bawah sedangkan

bunga jantan di bagian atasnya. Pada puncaknya terdapat bunga

mandul, bagian bunga yang tidak sempurna membentuk gada persergi

(Dalimartha, 2006; Purnowo dan Purnamawati, 2007).

4). Buah dan Biji

Buah buni, berbentuk bulat, berwarna kuning. Biji bulat, kecil,

beralur dan warnanya hijau (Dalimartha, 2006).

g. Kandungan Kimia/Nutrisi

Tanaman ini kaya kandungan kimia. Pada umbi dan tangkai daunnya

mengandung polifenol dan saponin sedangkan pada daunnya mengandung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

polifenol. Talas mengandung asam oksalat sehingga dilarang bagi mereka

yang mengalami gangguan ginjal (Dalimartha, 2006).

Sebagai pengganti nasi, talas mengandung banyak karbohidrat dan

protein. Komposisi zat yang terkandung dalam 100 gram umbi talas dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Umbi Talas (Per 100 gram)

Komponen Satuan Talas mentah Talas rebus


Energi Kal 120 98
Protein Gr 1,5 1,4
Lemak Gr 0,3 0,4
Serat Gr 0,7 0,9
Hidrat arang total Gr 28,8 25,0
Kalsium Mg 31 47
Fospor Mg 67 67
Besi Mg 0,7 0,7
Vitamin B Mg 0,05 0,06
Vitamin C Mg 2 4
Air Gr 69,2 72,4
Bagian yang dapat % 85 100
dimakan
Sumber :Depkes, 2011.

h. Manfaat Talas

Umbi talas dan helaian daun bila dimasak lebih dulu dapat dimakan.

Bubur talas dapat melancarkan pencernaan sehingga dapat dikonsumsi

untuk makanan bayi. Saat ini talas merupakan makanan pokok di banyak

pulau di Indonesia termasuk Papua. Daun talas dapat digunakan untuk

membungkus masakan buntil, dapat dimasak dan dimakan sebagai selada

(Flach dan Rumawas, 1996).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

2. Karakter Morfologi

Karakter morfologi merupakan salah satu karakter yang dapat

digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi suatu jenis tanaman dan

dapat juga memberikan penjelasan mengenai asal bentuk dan susunan dari

bagian-bagian tubuh tanaman yang beraneka ragam dengan mata telanjang

(Damayanti, 2009).

Kriteria morfologi masih menjadi tumpuan utama dalam kegiatan

pendeterminasian, karakterisasi, dan penyusunan sistem klasifikasi yang

praktis. Ketersediaan data karakter morfologi lebih merata, lengkap, dan

terperinci dibandingkan dengan data-data yang berasal dari anatomi,

embriologi, sitologi, biokimia, dan lain-lainya (Rifai, 1976; Campbell dan

Mitchell, 2003).

Karakter morfologi ini memberikan jalan tercepat dalam memeragakan

keanekaragaman makhluk. Selain itu, klasifikasi berdasarkan morfologi

ternyata masih dapat dipakai sebagai sistem pengacuan umum karena mampu

menampung pernyataan data-data dari bidang biologi lainnya. Karakter

morfologi juga mudah dilihat sehingga variasinya dapat dinilai dengan cepat

jika dibandingkan dengan karakter-karakter lainnya (Rifai, 1976).

Karakter yang bisa dipilih untuk memisahkan tumbuhan adalah karakter

morfologi vegetatif dan karakter morfologi reproduktif. Karakter morfologi

vegetatif yang biasa digunakan antara lain ukuran dan bentuk daun, tangkai

daun dengan struktur dan macam alat tambahan, sedangkan karakter morfologi

reproduktif antara lain morfologi bunga, ukuran perbungaan termasuk daun

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

gagang (bractea), daun gantilan (brakteola), gantilan (pedicel) (Purwantoro

dan Purnamawati, 2005).

Faktor lingkungan diyakini dapat mempengaruhi terjadinya perubahan

morfologi tanaman, antara lain iklim, suhu, kondisi tanah, ketinggian tempat

dan kelembapan (Sitompul dan Guritno, 1995). Tanaman sejenis akan

bervariasi morfologinya apabila faktor lingkungan lebih dominan

mempengaruhi tanaman dari pada faktor genetik. Tanaman tidak akan

menunjukkan variasi morfologi yang signifikan apabila faktor genetik lebih

dominan mempengaruhi tanaman tersebut (Suranto, 2001). Studi keragaman

berdasarkan karakter morfologi telah dilakukan untuk mengetahui keragaman

pada talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) (Poerbowati, 2003), kimpul

(Xanthosoma spp.) (Nurmiyati dkk., 2009), ganyong (Canna edulis) (Suhartini

dan Hadiatmi, 2010), nilam (Pogostemon cablin) (Haryudin dan Maslahah,

2011) dan sente (Alocasia macrorrhiza (L.) Schott) (Kurniasari, 2013)

3. Karakter Anatomi

Anatomi merupakan salah satu pendekatan untuk membantu

pemecahan masalah taksonomi yang secara morfologi sulit dipisahkan atau

masih meragukan dan karakter ini cukup konstan (Stone, 1976 dalam Rahayu,

2008; Sunarti dkk., 2008). Karakter anatomi digunakan baik untuk praktek

identifikasi maupun untuk menentukan hubungan filogenetik (Judd dkk., 2002

dalam Rahayu, 2008).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Adapun bukti-bukti pendekatannya yang umum digunakan diantaranya

bentuk dan kerapatan stomata, trikoma, bentuk sel epidermis, jumlah lapisan

palisade, ketebalan palisade. Di samping itu masih banyak karakter lain yang

dapat dengan mudah dilihat dengan mikroskop sederhana. Kesemuanya itu

dapat digunakan sebagai penciri yang cukup mantap, karena bukti-bukti

anatomi tersebut bersifat konstan (Sulistiarini, 1989; Sunarti dkk., 2008).

Karakter anatomi juga telah digunakan untuk studi keragaman tanaman seperti

manggis (Garcinia mangostana L.) (Dahlan dkk., 2008; Widiastuti, 2010),

pandan (Pandanus) (Rahayu dan Handayani, 2008), angsana (Pterocarpus

indicus Willd.) (Roziaty, 2009), Hoya spp. (Hafiz, 2012), mangga (Mangifera

indica L.) (Handayani, 2012) dan kawista (Limonia acidissima L.) (Nugroho,

2012).

4. Pola Pita Isozim

Isozim merupakan enzim yang dapat bereaksi dengan substrat yang

sama dan mengubahnya menjadi produk yang sama (Salisbury dan Ross,

1995). Isozim yang dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi

tanaman antara lain esterase dan peroksidase. Esterase (EST) pada tanaman

merupakan enzim hidrolitik yang berfungsi melakukan pemotongan ester

sederhana pada asam organik, asam anorganik dan fenol serta mempunyai

berat molekul yang rendah dan mudah larut dalam air (Cahyarini dkk., 2004)

sedangkan enzim peroksidase (PER) merupakan enzim oksidoreduktase yang

berperan untuk oksidasi substrat sambil mereduksi H2O2 menjadi H2O

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

(Nurmiyati dkk., 2010) dan berfungsi sebagai pengendali pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, dalam berbagai proses seluler termasuk kontruksi dan

lignifikasi dinding sel (Sisecioglu dkk., 2010; Cahyarini dkk., 2004).

Produksi isozim dikontrol oleh gen yang berbeda yang mengontrol

suatu aktivitas metabolisme. Isozim dapat dideteksi dan diisolasi sehingga

dapat digunakan sebagai penanda biokimia untuk membedakan makhluk hidup

(Abdullah, 2001). Hasil data karakterisasi yang baik memerlukan suatu

penanda yang akurat. Penanda biokimiawi seperti isozim merupakan salah satu

alternatif yang dapat digunakan untuk mengkarakterisasi dan

mengklasifikasikan koleksi plasma nutfah, karena isozim relatif stabil terhadap

lingkungan (Aradya dkk., 1994 dalam Hadiati, 2002).

Penggunaan penanda isozim mempunyai kelebihan karena isozim diatur

oleh gen tunggal dan bersifat kodominan dalam pewarisan dan penanda ini

bersifat stabil karena tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, lebih cepat dan

akurat karena tidak menunggu tanaman sampai berproduksi (Julisaniah dkk.,

2008).

Isozim dapat dipisahkan dengan metode elektroforesis. Elektroforesis

pada dasarnya adalah pemisahan protein terlarut atau molekul bermuatan

lainnya dalam medan listrik (Salisbury dan Ross, 1995). Pemisahan dengan

menggunakan metode elektroforesis dapat menggunakan gel pati maupun gel

poliakrilamid. Kelebihan menggunakan gel poliakrilamid adalah stabil pada

kisaran pH, suhu, dan arus listrik tertentu serta jernih sehingga memudahkan

dalam pengamatan (Laely, 2008). Analisis isozim dengan elektroforesis akan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

menghasilkan pita-pita yang dapat dilihat setelah dilakukan pewarnaan. Pita

tersebut adalah hasil dari reaksi enzimatik dari substrat protein yang diamati

(Nanthini dkk., 2011). Pola pita terbentuk karena adanya pergerakan enzim

pada media gel. Pergerakan tersebut disebabkan enzim memiliki muatan listrik

dan akan bergerak ke kutub yang berlawanan dengan muatan yang dimiliki

(Nirwanto, 2012). Zimogram hasil elektroforesis bercorak khas sehingga dapat

digunakan sebagai karakter untuk mencerminkan perbedaan genetik (Indriani

dkk., 2008).

Studi keragaman berdasarkan pola pita isozim tanaman telah dilakukan

untuk mengetahui keragaman dan hubungan pada talas (Colocasia esculenta)

(Trimanto dkk., 2010), kedelai (Glycine max) (Cahyarini dkk., 2004), padi

(Oriza sativa) varietas Rojolele (Widiyanti dkk., 2008), kimpul (Xanthosoma

spp.) (Nurmiyati dkk., 2009), lidah mertua (Sansevieria trifasciata)

(Dewatisari, 2010), dan ubi kayu (Manihot esculenta) (Nirwanto, 2012).

5. Hubungan Kekerabatan

Hubungan kekerabatan mempunyai pengertian sebagai pola hubungan

atau total kesamaan antara kelompok tumbuhan berdasarkan karakter tertentu

dari masing-masing kelompok tumbuhan tersebut. Dalam taksonomi,

kekerabatan secara umum mencakup dua pengertian yaitu hubungan

kekerabatan fenetik dan hubungan kekerabatan filogenetik (Jumari dan

Podjoarinto, 2000). Kekerabatan fenetik didasarkan pada persamaan sifat-sifat

yang dimiliki masing-masing kelompok tumbuhan tanpa memperhatikan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

sejarah keturunannya, sedangkan kekerabatan filogenetik didasarkan pada

asumsi-asumsi evolusi sebagai acuan utama (Stuessy, 1990 dalam Arrijani,

2003).

Hubungan kekerabatan suatu organisme ditunjukkan oleh keragaman

karakter antara organisme satu dengan yang lainnya, sehingga dapat diketahui

nenek moyang maupun proses evolusi yang mungkin terjadi pada organisme

tersebut (Taggart dan Starr, 1992). Perbedaan yang tampak pada tiap anggota

jenis menyebabkan adanya keragaman dalam spesies. Semakin banyak

keseragaman karakter-karakter yang dimiliki semakin dekat kekerabatannya.

Sebaliknya, semakin sedikit keseragaman dalam karakter-karakter yang

dimiliki semakin jauh kekerabatannya (Sofro, 1994).

Analisis hubungan kekerabatan secara molekuler dapat memberikan

informasi genetik tetua yang akan dipilih dalam persilangan sehingga

bermanfaat untuk budidaya tanaman, antara lain untuk perakitan varietas

unggul (Ashary, 2010). Analisis hubungan kekerabatan telah dilakukan untuk

mengetahui keragaman pada mentimun (Cucumis sativus L.) (Julisaniah dkk.,

2008), kelapa (Cocos nucifera L.) (Tenda dkk., 2009), talas (Colocasia

esculenta) (Maxisely dkk., 2009), ciplukan (Physalis angulata L.) (Nadhifah,

2012) dan suweg (Amorphophallus campanulatus Bl. ex Decne) (Permatasari,

2013).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

B. Kerangka Pemikiran

Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) merupakan salah satu tanaman

yang berpontensi sebagai bahan pangan alternatif yaitu umbinya dapat dijadikan

makanan pengganti beras. Selain itu, bagian lain dari tanaman talas yaitu tangkai

daun dan batangnya dapat dijadikan obat. Hal ini menyebabkan perlunya studi

mengenai talas dalam suatu wilayah khususnya di wilayah eks-karesidenan

Surakarta meliputi, Kabupaten Boyolali, Klaten, Karanganyar, Wonogiri, Sragen,

Sukoharjo dan kotamadya Surakarta sehingga dapat menjadi dasar pemuliaan

tanaman talas untuk mengetahui keragamannya melalui karakter morfologi,

anatomi dan analisis pola pita isozim. Pada analisis pola pita isozim menggunakan

2 sistem enzim, yaitu enzim peroksidase dan esterase. Berdasarkan keragaman

dari karakter morfologi, anatomi dan pola pita isozim, maka dapat dianalisis jauh

dekatnya hubungan kekerabatan talas di wilayah eks-karesidenan Surakarta.

Hubungan kekerabatan ini diharapkan dapat dijadikan dasar pemuliaan tanaman

talas untuk memperoleh sifat-sifat unggul tanaman talas sehingga dapat digunakan

dalam pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan manusia. Bagan alir

kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Potensi talas sebagai sumber bahan pangan alternatif dan tanaman obat

Eksplorasi dan penelitian terhadap talas

Koleksi sampel di wilayah eks-karesidenan Surakarta

Studi variasi karakter Studi variasi karakter Analisis pola pita isozim
morfologi anatomi dengan elektroforesis

Isozim Esterase Isozim Peroksidase

Variasi pola pita isozim

Analisis hubungan kekerabatan

Dasar pemuliaan tanaman

Pemenuhan kebutuhan manusia

Gambar 2. Bagan alir kerangka pemikiran penelitian

commit to user

Anda mungkin juga menyukai