Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR II

ACARA PRAKTIKUM KE : 6

KEANEKARAGAMAN ALGA

Nama : Zanuba Khusnalmuna

NIM : 24020122120009

Kelompok : 1 (satu)

Hari, tanggal : Selasa, 2 Mei 2023

Asisten : Bella Sungkawa Zanuar R.

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2023
ACARA VI

KEANEKARAGAMAN ALGA

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati


melimpah karena kesuburan dan kekayaan sumber daya alam serta memiliki
perairan laut tropis. Salah satu organisme yang hidup di perairan Indonesia adalah
alga. Alga merupakan salah satu sumberdaya alam hayati laut yang bernilai
ekonomis dan memiliki peranan ekologis sebagai produsen yang tinggi dalam
rantai makanan karena dapat memproduksi zat-zat organik dan tempat pemijahan
biotabiota laut. Selain itu alga dapat mencegah pergerakan subtrat, dan berfungsi
sebagai penyaring air. (Sufal dkk, 2018). Terdapat berbagai macam jenis alga
yang ada di Indonesia yang terbagi menjadi dua jenis yaitu alga makroalga dan
mikroalga. Makroalga terbagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu terdapat
Chlorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta. Dari ketiga jenis alga tadi, terbagi lagi
menjadi beberapa spesies. Oleh karena itu, dilakukan praktikum “Keanekargaman
Alga” supaya dapat mengetahui berberapa macam spesies alga.

1.2 TUJUAN

Mahasiswa dapat mempelajari keanekaragaman Algae berdasarkan


struktur organisasi tubuhnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alga

(Gambar 1.2 Gambar Alga)

(Zulfikar, 2013)

Alga berasal dari bahasa latin “alga” yang artimya ganggang laut atau sering
dikenal dengan rumput laut. Terdapat beberapa penyebutan alga yang lain yaitu,
misalnya “pond scums”, “frog spittle”, “water mosses”, dan “seaweeds”. Alga
merupakan sekelompok organisme autotrof atau heterotrof yang memiliki organ
dengan perbedaan fungsi yang tidak nyata. Alga digolongkan sebagai tumbuhan
talus. Penyebutan tumbuhan talus disebabkan karena alga tidak memiliki organ
yang dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. (Mudrikah,
2021).

Alga merupakan bagian terbesar dari tumbuhan laut dan termasuk tumbuhan
tingkat rendah. Alga tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar,
batang dan daun meskipun tampak seperti ada perbedaan tapi sebenarnya hanya
bentuk thallus. Struktur tubuh alga hanya terdiri dari 3 bagian utama yaitu, blade,
stipe, dan holdfast. Blade merupakan struktur yang menyerupai daun pipih yang
biasanya lebar. Stipe adalah struktur yang menyerupai batang yang lentur dan
berfungsi sebagai penahan goncangan ombak. Holdfast adalah bagian yang
menyerupai akar dan berfungsi untuk melekatkan tubuhnya pada substrat. (Kepel
dkk, 2019).
2.2 Chlorophyta

(Gambar 1.2 Caulerpa racemosa)

(Meiyasa dan Taringan, 2021)

Chlorophyta atau alga hijau adalah kelompok terbesar dari vegetasi alga
yang sebagian besar hidup di air tawar. Chlorophyta mengandung pigmen klorofil
a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil, bersifat
kosmopolit, terutama hidup di perairan yang cahayanya cukup seperti di kolam,
danau, genangan air hujan, pada air mengalir, sungai, dan selokan. Chlorophyta
ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batuan, tanah lembab,
dan kulit batang pohon yang lembab). Susunan tubuh Chlorophyta bervariasi baik
dalam ukuran, bentuk maupun susunannya, bisa berupa uniselular dan motil
(Chlamydomonas), uniselular dan non motil (Chlorella), sel senobium (Volvox),
koloni tak beraturan (Tetraspora), dan filamen (bercabang: Oedogonium, tidak
bercabang: Pithoptora). (Fauziah dan Laily, 2015).

2.3 Phaeophyta

(Gambar 1.4 Sargassum sp.)

(Satyarsa, 2019)

Phaeophyta atau alga cokelat merupakan alga yang mudah dijumpai di


dasar perairan dangkal hingga kedalaman tertentu di daerah epipelagik yang
masih terjangkau oleh seluruh spektrum cahaya. Alga ini dapat bersifat
multiselular ataupun monoselular. Beberapa spesies dari alga cokelat mempunyai
karakter morfologi yang mirip dengan tumbuhan vaskuler, karena mempunyai
bentuk tubuh yang menyerupai batang, pangkal batang, daun, akar, bunga,
bahkan semacam buah diantara daun-daunnya. Phaeophyta memiliki klorofil
yang berfungsi untuk proses fotosintesis. (Kasim, 2016) . Phaeophyta
merupakan salah satu kelompok makroalga yang tersebar melimpah di
zona intertidal. Alga makrobentik ini memiliki struktur talus yang terdiri atas
bagian holdfast, stipe, dan blade. (Kumalasari, 2018). Blade merupakan bagian
dari talus semacam daun yang berbentuk pipih. Holdfast merupakan bagian
dari talus bagian bawah yang berfungsi untuk melekatkan tubuh pada substrat,
sedangkan stipe merupakan struktur yang mendukung bagian blade. (Aulia dkk,
2021).

2.4 Rhodophyta

(Gambar 1.3 Gracilaria edulis)

(Mornaten, 2019)

Rhodophyta adalah alga yang dapat hidup melekat pada permukaan batu,
tali, atau organisme, memiliki berbagai habitat dari zona intertidal hingga subtidal,
dan menyebar ke seluruh dunia. Rhodophyta merupakan kumpulan besar antara
2.500 dan 6.000 spesies di sekitar 670 sebagian besar genera laut. (Jung dkk,
2013). Salah satu spesies yang termasuk Rhodophyta yairu Bostrychia moritziana
yang termasuk ordo Ceramiales. Spesies ini memiliki warna merah kecoklatan,
talus silinder, terdapat percabangan primer dan sekunder, ujung talus alternate,
pada cabang utama terdapat sel polysiphonus dengan 3 deretan sel perisentral.
Tingkatan deretan sel perisentral ke 5-6 akan terbentuk percabangan lateral atau
percabangan samping, sedangkan percabangan samping memiliki sel perisentral
sebanyak 2 deretan sel. Karakteristik dari Bostrychia moritziana, yaitu terdapat sel
monoshiponous pada setiap ujung talus sebagai tempat perkembangbiakan secara
vegatatif (Ghazali dkk, 2018).

III. METODE PENELITIAN

3. 1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat tulis

3.1.2 Buka laporan sementara

3.1.3 Buku petunjuk praktikum

3.1.4 Alat dokumentasi

3.1.5 Caulerpa sp.

3.1.6 Halimeda sp.

3.1.7 Sargassum sp.

3.1.8 Padina sp.

3.1.9 Gracilaria sp.

3. 2 Cara Kerja

3.2.1 Alat dan bahan disiapkan

3.2.2 Sediaan awetan spesies algae diamati morfologi yang tampak dan
ditunjuk bagian-bagiannya.

3.2.3 Hasil pengamatan digambar pada laporan sementara, diberi keterangan


bagian, serta dilengkapi dengan deskripsi singkat pada setiap spesies.
IV. HASIL PENGAMATAN

No Nama Spesies Gambar Pribadi Gambar Referensi Keterangan


1. Caulerpa sp. (Doc. Pribadi, 2023) 1. Rhizoid
(Syamsurijal, 2015) 2. Ramuli
3. Fronds
4. Stolon

2. Halimeda sp. (Doc. Pribadi, 2023) (Meiyasa dan 1. Thallus


Taringan, 2021) 2. Holdfast
3. Blade
4. Segmen

3. Padina sp. 1. Thallus (entire)


2. Margin
3. Blade (frond)
4. Rhizoidal
(Doc. Pribadi, 2023) holdfast
(Hasanah, 2017)
5. Stipe
6. Garis konsentris
4. Sargassum sp. 1. Holdfast
2. Bottom blades
3. Bottom stipe
4. Vesicle / gas
bladder
(Satyarsa, 2019) 5. Top stipe
6. Top blades
(Doc. Pribadi, 2023)
7. Apical meristem
5. Gracilaria sp. 1. Stipe
2. Spina
3. Holdfast
4. Thallus

(Doc. Pribadi, 2023)


(Nurhajar, 2021)
V. PEMBAHASAN

Praktikum Biologi Dasar II acara I yang berjudul “Keanekaragaman Algae”


telah di laksanakan pada Selasa, 02 Mei 2023 pukul 10.30-13.20 di Laboratorium
Biologi Dasar. Tujuan praktikum Mahasiswa dapat mempelajari beberapa contoh jenis
lichenes. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, buku laporan sementara, buku penuntun
praktikum, alat dokumentasi, Caulerpa sp., Halimeda sp., Sargassum sp., Padina sp.,
dan Gracilaria sp. Cara kerjanya yaitu alat dan bahan disiapkan. Sediaan awetan
spesies algae diamati morfologi yang tampak dan ditunjuk bagian-bagiannya. Hasil
pengamatan digambar pada laporan sementara, diberi keterangan bagian, serta
dilengkapi dengan deskripsi singkat pada setiap spesies.
Alga terbagi menjadi dua jenis yaitu mikroalga dan makroalga. Makroalga
merupakan tumbuhan bertalus sehingga masuk ke dalam regnum Thallophyta. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mornaten (2019) yang menyatakan bahwa, dalam dunia
tumbuhan, makro algae termasuk dalam regnum Thallophyta atau tumbuhan thallus,
karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.
Alga merupakan organisme yang dapat berifat autotrof dan heterotrof dan
memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang tidak nyata. Alga juga tidak memiliki
bagian seperti akar, batang, daun, dan sebagainya sehingga digolongkan tumbuhan
talus. Hal ini sesuai dengan pendapat Mudrikah (2021) yang menyatakan bahwa, alga
adalah sekelompok organisme autotrof atau heterotrof yang memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang tidak nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ
seperti yang dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. Karena itu
alga digolongkan sebagai tumbuhan talus.
Alga tergolong ke dalam tumbuhan tingkat rendah karena tidak memiliki
perbedaan antara akar, batang, dan daun. Tubuh alga sepenuhnya adalah talus yang
terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu blade, stipe, dan holdfast. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kepel dkk, (2019) yang menyatakan bahwa, alga merupakan bagian
terbesar dari tumbuhan laut dan termasuk tumbuhan tingkat rendah yang tidak
memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang dan daun meskipun tampak
seperti ada perbedaan tapi sebenarnya hanya bentuk thallus. Struktur tubuh alga laut
terdiri dari 3 bagian utama, yaitu blade, stipe, dan holdfast. Blade merupakan struktur
yang menyerupai daun pipih yang biasanya lebar. Stipe merupakan struktur yang
menyerupai batang yang lentur dan berfungsi sebagai penahan goncangan ombak.
Holdfast merupakan bagian yang menyerupai akar dan berfungsi untuk melekatkan
tubuhnya pada substrat.
Makroalga bersifat fotosintetik karena memiliki pigmen fotosintetik yaitu
klorofil, karotenoid, dan fikobilin. Menurut pendapat Mornate (2019) yang menyatakan
bahwa, makroalga bersifat fotosintetik karena memiliki tiga macam pigmen
fotosintetik yaitu klorofil, karotenoid, dan fikobilin yang terdapat dalam plastida.
Selain itu, makro algae juga memiliki pigmen lain yaitu Fikosianin (warna biru),
Fikosantin (warna coklat), Fikoeritrin (warna merah), dan Xantofil (warna kuning).
(Mornate, 2019).

5.1 Chlorophyta

Chlorophyta atau alga hijau adalah kelompok terbesar dari vegetasi alga
yang sebagian besar hidup di air tawar. Chlorophyta mengandung pigmen klorofil
a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil, bersifat
kosmopolit, terutama hidup di perairan yang cahayanya cukup seperti di kolam,
danau, genangan air hujan, pada air mengalir, sungai, dan selokan. Chlorophyta
ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batuan, tanah lembab,
dan kulit batang pohon yang lembab). Susunan tubuh Chlorophyta bervariasi baik
dalam ukuran, bentuk maupun susunannya, bisa berupa uniselular dan motil
(Chlamydomonas), uniselular dan non motil (Chlorella), sel senobium (Volvox),
koloni tak beraturan (Tetraspora), dan filamen (bercabang: Oedogonium, tidak
bercabang: Pithoptora). (Fauziah dan Laily, 2015).

5.1.1 Caulerpa sp.

Caulerpa sp. merupakan alga yang tergolong ke dalam makroalga


berjenis Chlorophyta. Alga ini memiliki klorofil yang menyebabkan talus
pada alga ini berwarna hijau. Menurut pendapat Meiyasa dan Taringan (2021)
yang menyatakan bahwa, Caulerpa sp merupakan rumput laut hijau yang
tergolong ke dalam Chlorophyta atau alga hijau. Secara umum makroalga
jenis Caulerpa sp. tergolong kedalam tumbuhan berklorofil yang memiliki
thalus. Caulerpa sp memiliki warna thalus seperti hijau daun hal ini
disebabkan karena pada bagian dalam sel Caulerpa sp terdapat plastida yang
menggandung pigmen klorofil a dan b. Menurut Syamsurijal (2015) yang
menyatakan bahwa alga ini makroalga yang termasuk famili Caulerpaceae dan
divisi Chlorophyta.

Beradsarkan pengamatan, Caulerpa sp memiliki ciri umum berupa


mempunyai bagian thalus berwarna hijau, memiliki stolon, rhizoid meruncing,
dan ramuli yang merupakan percabangan stolon. Menurut pendapat
Syamsurijal (2015) yang menatakan bahwa, ciri umum Caulerpa sp adalah
memiliki tallus utama tumbuh menjalar, meiliki ruas batang ditumbuhi akar
menyerupai akar serabut, dan memiliki bentuk percabangan seperti bentuk
daun yang beragam menyerupai daun tunggal bundar seperti anggur, seperti
daun pakis, seperti daun kelapa dan seperti daun ketela pohon.

Berdasarkan pengamatan, ciri khas Caulerpa sp yaitu memiliki thallus


yang menjalar dan mengandung pigmen hijau berupa klorofil dan karotenoid,
memiliki stolon dengan panjang sekitar 5 cm, rhizoid meruncing seperti paku,
ramuli berdiameter 2-4 mm, dan tumbuh bergerombol. Menurut pendapat
Syamsurijal (2015) yang menyatakan bahwa, Caulerpa sp yang memiliki ciri-
ciri khusus, yaitu berupa tanaman tumbuh yang dapat mencapai ketinggian 8,5
Cm dan cabang yang berdiri memiliki bentuk daun seperti anggur. Caulerpa
sp memiliki tallus yang menjalar dan pada bagian- bagian tertentu dan
terdapat akar rambut yang berfungsi mengambil makanan dari substrat.
Biasanya tumbuh di laut dangkal, bisa tumbuh di substrat karang, atau batu,
hingga substrat berpasir hingga berlumpur.

Berdasarkan pengamatan, bagian tubuh Caulerpa sp memiliki bagian


tubuh berupa rhizoid yang meruncing, stolon, ramuli yang merupakan
percabangan stolon, dan terdapat fronds. Menurut pendapat Syamsurijal
(2015) yang menyatakan bahwa, Caulerpa sp memiliki bagian tubuh berupa
talus yang terbagi menjadi rhizoid, stolon, ramuli, dan fronds. Talus utama
tumbuh menjalar. Kemudian pada ruas batang ditumbuhi akar menyerupai
akar serabut atau disebut rhizoid. Terdapat bentuk percabangan seperti bentuk
daun yang beragam menyerupai daun tunggal bundar seperti anggur, seperti
daun pakis, seperti daun kelapa dan seperti daun ketela pohon.

Caulerpa sp memiliki daur hidup dengan cara bereproduksi secara


seksual maupun aseksual. Secara aseksual yaitu dengan cara fragmentasi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Syamsurijal (2015) yang menyatakan bahwa
Caulerpa sp diketahui bereproduksi secara seksual maupun aseksual dengan
fragmentasi acak. Caulerpa sp dapat menyebar melalui fragmentasi. Caulerpa
sp bisa tumbuh antara 10-13 kali setelah 3 bulan masa pemeliharaan (berat
awal 500 gr menjadi 6000 gr).
Habitat Caulerpa sp yaitu di daerah pantai, terumbu karang, pasir, lumpur, dan
substrat mati.Tumbuhan ini tidak tahan terhadap kekeringan sehingga selalu
terdapat air disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsurijal (2015)
yang menyatakan bahwa marga Caulerpa sp banyak dijumpai pada daerah
pantai yang mempunyai terumbu karang. Tumbuh pada substrat yang mati,
Pecahan karang mati, Pasir lumpur dan lumpur. Kebanyakan jenis ini tidak
tahan pada kekeringan, tumbuh pada kedalaman perairan yang pada saat
pasang surut terendah dan masih tergenang oleh air.

Caulerpa sp dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan karena


mengandung protein dan karotenoid. Alga ini juga dapat dimanfaatkan sebagi
pakan ternak, bahkan dapat digunakan sebagai obat reumatik, darah tinggi,
dan sebagai anti oksidan Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsurijal (2015)
yang menyatakan bahwa alga ini digunakan sebagai bahan pangan, dapat
digunakan sebagai pakan ternak dan obat untuk menurunkan tekanan darah
tinggi, obat reumatik, dan tekanan darah tinggi.. Peranan antioksi dan sangat
penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat
menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul, seperti DNA,
protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu
terjadinya penyakit degeneratif, seperti kanker, jantung, artritis, katarak,
diabetes dan hati. Di negara Jepang dan Philipina, Caulerpa sp dijadikan
sebagai salah satu komoditas perikanan budidaya. Caulerpa sp mengandung
Iodium 480,665 µg dalam 100 g berat basah. Selanjutnya di Jepang dan
Filiphina, Caulerpa sp dimanfaatkan sebagai substansi yang memberikan efek
anastetik dan sebagai bahan campuran untuk obat anti jamur.

5.1.2 Halimeda sp.

Halimeda sp merupakan jenis jamur cholorophyta yang termasuk famili


Udoteaceae dan divisi Cholorophyta. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulfikar
(2013) yang menyatakan bahwa, alga ini termasuk famili Udoteaceae dan
divisi Cholophyta. Halimeda sp merupakan genus calcified coenocytic green
algae. Kelompok algae jenis ini dikenal mempunyai nilai penting secara
ekologis di daerah perairan tropis, dan mempunyai aktivitas anti bakteri, anti
jamur, dan juga kaya akan antioksidan.

Beradasarkan pengamatan, ciri secara umum dari Halimeda sp yaitu


merupakan makroalga yang mempunyai talus bercabang dan berlekuk,
holdfast berbentuk seperti umbi, memiliki blade dan segmen. Alga ini
memiliki tubuh yang bersegmen-segmen seperti bergerombol menyerupai
semak. Hal ini sesuai dengan pendapat Cokrowari dkk (2019) yang
menyatakan bahwa Halimeda sp merupakan salah satu jenis makroalga yang
bewarna hijau yang memiliki thallus seperti ginjal yang bercabang dan
berlekuk. Halimeda sp memiliki distribusi yang paling luas dan memiliki
toleransi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga mampu tumbuh diberbagai
substrat. Jenis substrat yang digunakan adalah berupa kumpulan akar serabut,
batu-batuan dan pasir. Menurut Ira dkk (2018) bahwa Halimeda sp dapat
tumbuh di berbagai substrat seperti batu-batuan dan partikel pasir.

Berdasarkan pengamatan, Halimeda sp memiliki ciri khusus yaitu


memiliki talus berwarna hijau keputihan, bertekstur keras dan kaku,
membentuk lembaran cekung, serta tumbuh bersegmen-segmen seperti
bergerombol menyerupai semak dengan percabangan yang teratur , dan
memiliki holdfast berbentuk menyerupai umbi. Merurut pendapat Zulfikar
(2013) yang menyatakan bahwa, alga ini memiliki talus basal segment dengan
lebar 20 mm dan panjang 15 m. Holdfast berbentuk seperti ubi dengan
diameter 10 mm dan panjang 20 mm. Halimeda sp memiliki bentuk segment
seperti trisula dan tidak memiliki basal segment. Holdfast terdiri dari
kumpulan massa akar serabut yang berfungsi untuk menempel pada substrat.

Halimeda sp mempunyai bagian tubuh berupa talus bercabang dan


berlekuk, holdfast berbentuk seperti umbi, memiliki blade dan segmen. Alga
ini memiliki tubuh yang bersegmen-segmen seperti bergerombol menyerupai
semak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mornaten (2019) yang menyatakan
bahwa bagian tubuh makroalga merupakan talus yang terdiri dari holdfast,
stipe, dan blade. Holdfast adalah jaringan yang berstruktur keras dan panjang
pada makro algae. Fungsi utamanya adalah untuk perlekatan. Stipe adalah
jaringan berongga yang merupakan tempat tumbuhnya blade. Fungsi utama
untuk mendukung blade. Blade adalah jaringan utama pada makro algae
karena terdapat pigmen-pigmen untuk berfotosintesis serta berfungsi sebagai
tempat untuk fotosintesis

Daur hidup Halimeda sp yaitu dengan cara berkembangbiak. Alga ini


dapat berkembangbiak secara seksual maupun aseksual. Salah satunya adalah
dengan cara spora untuk menghasilkan alga baru. Menurut pendapat
Saharuddin (2014) yang menyatakan bahwa Daur hidup Halimeda sp yaitu
dengan cara berkembangbiak yang dapat menghasilkan spora mikroskopik
yang dihasilkan oleh organ pembiakan yang jelas serta nyata. Makroalga
melakukan pembiakan dengan cara seksual ataupun aseksual. Pembiakan
sebagian makroalga adalah kompleks. Pembiakan akan membenarkan populasi
makroalga yang baru tersebar ke kawasan baru dan ini akan mengurangkan
tekanan di kawasan lama yang padat. Ini akan memudahkan makroalga
tersebut menyesuaikan diri terhadap daerah yang sentiasa berubah.

Halimeda sp dapat hidup dihabitat terumbu karang yang bersubstrat


keras maupun bersubstrat pasir. Jenis alga ini tersebar luas di daerah yang
beriklim tropis. Menurut Tampubolon dkk, (2013) yang menyatakan bahwa,
Halimeda sp dicirikan dengan karekteristik talus coenocytic, genus ini
berkembang biak di terumbu karang bersubstrat keras. Talus Halimeda banyak
mengandung kapur dan membentuk koloni-koloni atau berkelompok dan
mempunyai alat perekat berupa rhizoid dan bersegmen. Menurut Zulfikar
(2013) yang menyatakan bahwa, Halimeda sp memiliki penyebaran yang luas
di seluruh daerah tropis dan umumnya mendominasi daerah bersubstrat pasir
yang mengalami sedimentasi.

Alga ini dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri, antioksida, dan


antijamur. Halimeda sp mengandung bahan aktif yang mampu mencegah
serangan dari predator. Hal ini sesuai dengan pendapat Rezeki (2018) yang
menyatakan bahwa, Halimeda sp merupakan salah satu jenis rumput laut yang
memiliki efektivitas sebagai antibakteri, antijamur dan antioksidan. Bahan
aktif yang terdapat pada alga ini sangat efektif untuk mencegah serangan dari
predator. Selain rumput laut Halimeda sp ada juga jenis rumput laut lain yang
dapat dijadikan sebagai antibakteri dan antijamur yaitu Sargassum sp.

5.2 Phaeophyta
Phaeophyta merupakan alga cokelat yang memiliki pigmen karotenoid (coklat
dan hijau zaitun) serta memiliki klorofil a dan b. Alga jenis ini memiliki gelembung
udara untuk membantu agar tetap mengapaung di permukaan air. Alga ini akan
menyimpan makanan berupa manitol atau lamiran. Contoh dari alga ini yaitu
Padina sp, Sargassum sp, dan Turbinaria sp. Menurut pendapat Kasim (2016) yang
menyatakan bahwa, Phaeophyta atau alga cokelat merupakan alga yang mudah
dijumpai di dasar perairan dangkal hingga kedalaman tertentu di daerah epipelagik
yang masih terjangkau oleh seluruh spektrum cahaya. Alga ini dapat bersifat
multiselular ataupun monoselular. Beberapa spesies dari alga cokelat mempunyai
karakter morfologi yang mirip dengan tumbuhan vaskuler, karena mempunyai
bentuk tubuh yang menyerupai batang, pangkal batang, daun, akar, bunga,
bahkan semacam buah diantara daun-daunnya. Phaeophyta memiliki klorofil yang
berfungsi untuk proses fotosintesis.

5.2.1 Padina sp.

Padina sp merupakan alga yang tergolong kedalam alga coklat yang


berada di ordo Dictyotales. Alga ini termasuk ke dalam makroalga. Menurut
pendapat Hasanah (2017) yang menyatakan bahwa, Padina sp. berada pada
ordo Dictyotales. Ordo ini terdiri atas 16 genus, berkembang dengan baik pada
perairan tropis dan subtropis. Padina sp. adalah alga yang mudah dikenali,
tumbuh di laut tropis dan subtropis di seluruh dunia. Ciri khusus dari genus ini
adalah adanya limestone atau endapan kapur di atas permukaan.

Berdasarkan pengamatan, ciri umum Padina sp yaitu berbentuk seperti


kipas yaitu pada bagian blade, memiliki garis konsentris, dan memiliki
holdfast yang berbentuk ckaram kecil yang berserabut. Menurut pendapat
Khalid (2021) yang menyatakan bahwa, morfologi secara umum dari Padina
sp. yaitu memiliki bentuk seperti kipas, membentuk segment lembaran tipis
dengan warna cokelat kekuningan dan bagian atas lobus aga melebar.

Berdasarkan pengamatan, ciri khusus Padina sp yaitu memiliki thalus


berwarna coklat karena memiliki pigmen fukosantin, blade berbentuk seperti
kipas dan terdapat garis konsentris atau garis pertumbuhan, dan memiliki
holdfast berbentuk cakram kecil yang berserabut, serta alga ini memiliki
limestone atau endapan kapur di atas permukaan. Menurut pendapat Khalid
(2021) yang menyatakan bahwa, beberapa dari genus Padina sp. memiliki
segmen-segmen lembaran tipis (lobus). Lobus memiliki garis-garis berambut
radial dan perkapuran yang di bagian atasnya adanya thallus yang memiliki
bentuk seperti kipas. Tipe dari berbagai garis radial ini sebagai pembeda
antara genus pada Padina sp. Selain itu, Padina sp. memiliki akar serabut yang
disebut holdfast dan berfungsi untuk menahan posisi Padina sp. dari ombak.
Menurut pendapat Hasanah (2017) yang menyatakan bahwa, ciri khas dari
tumbuhan ini adalah fan-shaped atau berbentuk kipas angin dan tumbuh dalam
kelompok kecil. Tipe pertumbuhannya adalah dengan apical initials. Ciri
khusus dari genus ini adalah adanya limestone atau endapan kapur di atas
permukaan.

Berdasarkan pengamatan, bagian tubuh dari Padina sp yaitu berupa


talus yang terbagi menjadi beberapa bagian berupa stipe, rhizoidal holdfast,
blade (frond), dan margin. Menurut pendapat Mornaten (2019) yang
menyatakan bahwa, bagian tubuh makroalga berupa talus yang terdiri dari
holdfast, stipe, dan blade. Holdfast adalah jaringan yang berstruktur keras dan
panjang pada makro algae. Fungsi utamanya adalah untuk perlekatan. Stipe
adalah jaringan berongga yang merupakan tempat tumbuhnya blade. Fungsi
utama untuk mendukung blade. Blade adalah jaringan utama pada makro algae
karena terdapat pigmen-pigmen untuk berfotosintesis serta berfungsi sebagai
tempat untuk fotosintesis.

Alga cokelat memiliki daur hidup dengan cara bereproduksi secara


vegetatif dan generatif. Secar vegetatif yaitu membelah atau fragmentasi,
sedangkan secara generatif yaitu dengan membentuk alat reproduksi berupa
spora. Hal ini sesuai dengan pendapat Jannah (2020) yang menyatakan bahwa,
pola reproduksi phaeophyta adalah vegetatif dan generatif. Pola vegetatif
dengan membelah atau fragmentasi, sedangkan pola generatif dengan
membentuk alat reproduksi yang disebut spora (aplanospora dan zoospora).
Reproduksi generatif adalah dalam sel gamet jantan terdapat anteredium dan
di dalam sel gamet betina terdapat oogonium yang menghasilkan ovum.
Spermatozoid membuahi ovum yang menghasilkan zigot.

Padina sp biasanya hidup di daerah intertidal pantai dengan substrat


berbatu dan berpasir. Hal ini sesuai dengan pendapat Khalid (2021) yang
menyatakan bahwa, Padina sp memiliki habitat daerah pesisir pantai sekitaran
batu karang, dan biasanya terdapat genangan air.

Padina sp dapat dimanfaatkan menjadi sumber alginate sebagai


pengemulsi dan pembentuk lapisan tipis yang tahan minyak di berbagai
industri. Menurut pendapat Hasanah (2017) yang menyatakan bahwa Padina
sp dapat digunakan sebagai agen resorpsi kadmium, perunggu, zinc dan
mangan, digunakan sebagai agen yang dapat menghilangkan zat hexalan
kromium, dan digunakan sebagai penghasil alginate, serta digunakan sebagai
antimikroba.

5.2.2 Sargassum sp.


Sargassum sp merupakan golongan alga cokelat atau Phaeophyta dan
termasuk ke dalam kelas Phaeophyceae. Alga jenis ini mudah ditemukan di
daerah interdidal. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasim (2016) yang
menyatakan bahwa, alga coklat yang berjenis Sargassum sp termasuk dalam
kelas Phaeophyceae. Sargassum sp. yang biasa ditemukan di daerah intertidal
dan tak jarang juga ditemukan di daerah subtidal dengan kedalaman 0,5 – 10
meter yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari agar dapat melakukan
proses fotosintesis.

Berdasarkan pengamatan, ciri umum Sargassum sp yaitu memiliki


thalus berwarna coklat, memiliki gelembung udara atau gas bladder, holdfast
berbentuk cakram, blade panjang meruncing, dan stipe berbentuk silindris.
Menurut pendapat Irawan dkk (2017) yang menyatakan bahwa, Sargassum
sp. termasuk dalam alga coklat dengan morfologi tubuh berwarna coklat
kekuningan. Sargassum memiliki pigmen dominan yaitu klorofil a dan
fucoxantin yang memberikan warna coklat. Selain itu warna coklat pada alga
jenis Sargassum juga disebabkan karena adanya klorofil c, betakaroten dan
xantofil lainnya. Menurut pendapat Susila dkk (2019) yang menyatakan
bahwa, Sargassum sp memiliki holdfast, stipe dan bladder yang merupakan
analogi dari akar, batang dan daun dari tanaman tingkat tinggi. Holdfast
memiliki fungsi sebagai pelekat badan Sargassum pada substrat yang keras
seperti batu maupun karang mati yang menjadikan Sargassum tidak terbawa
oleh arus laut, stipe memiliki fungsi untuk menegakkan badan Sargassum,
sedangkan bladder memiliki fungsi untuk mengapung dipermukaan air dan
membantu dalam proses fotosintesis.

Ciri khusus dari Sargassum sp yaitu memiliki thalus dengan panjang 1-


1,5 cm dan berbentuk seperti semak berwarna cokelat. Alga ini memiliki
gelembung udara atau gas bladder untuk membantunya tetap mengapung di
permukaan air. Memiliki holdfast, blade, dan memiliki stipe berbentuk
silindris dengan percabangan utama yang rimbun di area ujung. Hal ini sesuai
dengan penadapat Febriawan (2020) yang menyatakan bahwa, Sargassum sp.
dapat tumbuh setinggi 25 cm dengan panjang thallus 1 – 1,5 cm. Sargassum
sp. memiliki bentuk batang utama yang berbentuk bulat dengan permukaan
yang agak kasar, bentuk daunnya melebar, pinggir daun bergerigi dan
berombak dengan ujung yang melengkung atau meruncing. Sedangkan
holdfast yang menjadi bagian thallus Sargassum yang digunakan untuk
melekatkan thallus pada substart yang berbentuk cakram.

Berdasarkan pengamatan, Sargassum sp memiliki bagian tubuh yaitu


berupa talus yang terdiri dari gas bladder, holdfast, blade, dan stipe. Gas
bladder atau gelembung udara berfungsi supaya alga ini tetap dekat dengan
permukaan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Susila dkk (2019) yang
menyatakan bahwa, pada Sargassum holdfast, stipe dan bladder merupakan
analogi dari akar, batang dan daun dari tanaman tingkat tinggi. Holdfast
memiliki fungsi sebagai pelekat badan Sargassum pada substrat yang keras
seperti batu maupun karang mati yang menjadikan Sargassum tidak terbawa
oleh arus laut, stipe memiliki fungsi untuk menegakkan badan Sargassum,
sedangkan bladder memiliki fungsi untuk mengapung dipermukaan air dan
membantu dalam proses fotosintesis.

Alga cokelat memiliki daur hidup dengan cara bereproduksi secara


vegetatif dan generatif. Secar vegetatif yaitu membelah atau fragmentasi,
sedangkan secara generatif yaitu dengan membentuk alat reproduksi berupa
spora. Hal ini sesuai dengan pendapat Jannah (2020) yang menyatakan bahwa,
pola reproduksi phaeophyta adalah vegetatif dan generatif. Pola vegetatif
dengan membelah atau fragmentasi, sedangkan pola generatif dengan
membentuk alat reproduksi yang disebut spora (aplanospora dan zoospora).
Reproduksi generatif adalah dalam sel gamet jantan terdapat anteredium dan
di dalam sel gamet betina terdapat oogonium yang menghasilkan ovum.
Spermatozoid membuahi ovum yang menghasilkan zigot.

Sargassum sp tumbuh di sekitar terumbu karang dengan substrat


berpasir di lingkungan beriklim tropis dan arus ombak yang aktif. Menurut
pendapat Irawan dkk (2017) yang menyatakan bahwa habitat utama
Sargassum sp. pada zona intertidal atau daerah pasang surut yang
berhubungan dengan sedimen Sargassum sp. dapat tumbuh pada substrat
tertentu berdasarkan karakteristik morfologi yang dimilikinya. Menurut
pendapat Handayani (2019), Sargassum sp. tumbuh dengan cara melekat pada
substrat yang bervariasi mulai dari substrat berpasir, berlumpur, pecahan
karang, karang mati maupun pada daerah lamun yang ada di perairan sehingga
dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Menurut Fauziah (2017) yang
menyatakna bahwa, selain substrat, ada beberapa faktor lingkungan yang
sangat mudah mempengaruhi pertumbuhannya seperti faktor salinitas, suhu,
pH, kecepatan arus, nitrat dan fosfat.
Sargassum sp dapat berperan menjadi sumber bahan baku pembuatan
cangkang kapsul obat karena mengandung senyaea alginate. Menurut
pendapat Pradana dkk (2019) yang menyatakan bahwa Sargassum sp.
memiliki banyak kegunaan karena memiliki banyak manfaat di bidang
farmasi, bidang kosmetik, bidang peternakan maupun bidang industri.
Menurut pendapat Pakidi dkk (2016) yang menyatakan bahwa, Sargassum
memiliki kandungan bahan kimia yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari – hari manusia berupa koloid alginat. Kandungan koloid alginat pada
Sargassum banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku alginat dan industri.
Selain itu Sargassum biasa juga dimanfaatkan sebagai anti kolestrol, anti
virus, biofuel, biofertilizer, anti bakteri, anti tumor, anti kanker, anti fouling
dan krim – krim kosmetik.

5.3 Rhodophyta
Rhodophyta atau alga merah memiliki pigmen fikosianin (biru) yang mampu
menyerap sinar biru dan hijau yang masuk ke perairan yang lebih dalam. Alga ini
juga memiliki fikoeritrin yang melindungi pigmen klorofil a. Dinding sel pada alga
ini mengandung selulosa dan polisakarida. Contoh jenis alga merah yaitu
Gracilaria sp dan Eucheuma sp. Hal ini sesuai dengan pendapat Mornaten (2019)
yang menyatakan bahwa ciri khas dari Rhodophyta atau alga merah yaitu, memilki
pigmen fikoeritrin yang dominan sehingga menyebabkan warna merah, cadangan
makanan berupa tepung floridae, dan dinding sel mengandung selulosa dan
polisakarida. Beberapa jenis algae ini terdapat di daerah sebaran pasang surut, tetapi
pertumbuhan yang subur terdapat di daerah pasang surut. Di Indonesia tercatat 17
marga algae merah yang terdiri dari 34 jenis. Marga algae tersebut diantaranya yaitu
: Acanthophora, Actinotrichia, Amansia, Amphiroa, Chondrcoccu, Corallina,
Euchema, Galaxaura, Gelidiella, Gigartina, Gracilaria, Halymenia, Hypnea,
Laurencia, Rhodimenia, Titanopyra, dan Porpyra.

5.3.1 Gracilaria sp.

Gracilaria sp tergolong Rhodophyta atau alga merah dan termasuk ke


dalam kelas Florideiphyceae. Alga ini hidup dan tumbuh di dasar perairan
sebagai fitobentos. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhajar (2021) yang
menyatakan bahwa, Gracilaria sp. adalah rumput laut yang hidup dan tumbuh
didasar perairan sebagai fitobentos. Alga ini termasuk kedalam alga merah
atau Rhodophyta dan temasuk ke dalam kelas Florideophyceae.

Ciri umum alga ini yaitu memiliki talus yang bercabang yang terdapat
spina di ujungnya. Alga ini tumbuh di sekitar terumbu karang dengan air yang
jernih. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawati (2022) yang menyatakan
bahwa ciri umum dari Gracilaria sp adalah bentuk tallus silindris atau gepeng
dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan
rimbun. Gracilaria sp berwarna merah ungu kehijau-hijauan di atas
percabangan umumnya bentuk thalli. Gracilaria sp tumbuh di rataan terumbu
karang dengan air jernih.

Ciri khusus alga ini adalah bentuk talusnya yang silindris dan terlihat
gepeng serta memiliki banyak percabangan dengan spina diujungnya. Talus
alga ini memiliki diameter berkisaran 0,5-2 mm dan panjang 30 cm lebih. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nurhajar (2021) yang menyatakan bahwa, Ciri
khas rumput laut jenis Gracilaria sp. terletak pada bentuk thallus-nya yang
silindris atau terlihat gepeng yang memiliki ragam percabangan sederhana dan
rimbun. Diatas percabangan thallus, umumnya memiliki bentuk sedikit kecil,
permukaan yang halus dan berbintil. Diameter thallusnya berkisar diantara 0,5
– 2 mm, dan panjangnya mampu mencapai ukuran 30 cm bahkan lebih.

Berdasarkan pengamatan, Gracilaria sp memiliki bagian tubuh berupa


talus yang terbagi menjadi beberapa bagaian yaitu Holdfast, stipe, dan spina.
Spina merupakan percabangan talus yang berbentuk agak mengecil dan
permukaannya halus atau berbintil. Pada alga ini, holdfast berfungsi sebagai
perlekatan Hal ini sesuai dengan pendapat Mornaten (2019) yang menyatakan
bahwa, tubuh makro algae berupa thallus dan memiliki bentuk yang
bermacam-macam. thallus terdiri dari holdfast, stipe, dan blade. Holdfast
adalah jaringan yang berstruktur keras dan panjang pada makro algae. Fungsi
utamanya adalah untuk perlekatan. Stipe adalah jaringan berongga yang
merupakan tempat tumbuhnya blade. Fungsi utama untuk mendukung blade.
Blade adalah jaringan utama pada makro algae karena terdapat pigmen-
pigmen untuk berfotosintesis serta berfungsi sebagai tempat untuk fotosintesis.

Daur hidup alga merah ini bereproduksi dengan cara seksual dengan
karpogonia dan spermatia, serta pertumbuhannya bersifat uniaksial. Hal ini
sesuai dengan pendapat Subagio dkk (2018) yang menyatakan bahwa, rumput
laut atau alga merah dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet
berbulu cambuk, reproduksinya seksual dengan karpogonia dan spermatia,
pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus).

Gracilaria sp daoat tumbuh di sekitar terumbu karang dengan air yang


jernih dan arus cukup, dengan kadar salinitas berkisar 20-28 per mil. Menurut
pendapat Nurhajar (2021) yang menyatakan bahwa, Gracilaria sp. hidup
secara alami dengan (bentik) thallus melekat pada pasir, lumpur, karang,
cangkang, karang mati, batu, atau kayu di permukaan air yang mengandung
garam pada konsentrasi sekitar 12-30‰ pada kedalaman hingga 10-15 meter
di bawah permukaan. Sifat oseanografi seperti air dan sifat kimia-fisik
substrat, bentuk substrat dan dinamika/aliran air merupakan faktor pembatas
yang menentukan pertumbuhan Gracilaria sp.

Gracilaria sp dapat dimanfaatkan untuk membuat agat karena alga ini


mampu menghasilkan metabolit primer berupa senyawa hidrokoloid. Alga ini
juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi obesitas, sembelit, dan
pencemaran lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhajar (2021) yang
menyatakan bahwa, Gracilaria sp. merupakan suplai makanan yang tinggi
serat makanan dan rendah kalori, sehingga ideal untuk diet. Serat Gracilaria
sp. dapat membantu mengurangi sembelit, obesitas, pencemaran lingkungan,
dan kanker saluran cerna, sebagai produk dari metabolisme utamanya,
biasanya terdiri dari agar.
VI. KESIMPULAN
Alga merupakan bagian terbesar dari tumbuhan laut dan termasuk tumbuhan
tingkat rendah. berdasarkan struktur organisasi tubuhnya, alga terbagi menjadi dua
yaitu mikroalga dan makroalga. Makroalga terbagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu,
chlorophyta, phaeophyta, dan rhodophyta. Contoh jenis alga chlorophyta yaitu
Caulerpa sp dan Halimeda sp. Berdasarkan pengamatan, Caulerpa sp yang memiliki
ciri-ciri khusus, yaitu berupa tanaman tumbuh yang dapat mencapai ketinggian 8,5 Cm
dan cabang yang berdiri memiliki bentuk daun seperti anggur. Sedangkan Halimeda sp
memiliki ciri khas berupa talus yang bersegmen seperti bergerombol menyerupai
semak dengan percabangan yang teratur. Contoh dari phaeophyta adalah Padina sp dan
Sargassum sp. Ciri-ciri Padina sp yaitu berbentuk seperti kipas yaitu pada bagian blade
dan memiliki garis konsentris, sedangkan ciri-ciri Sargassum sp yaitu memiliki
gelembung udara atau gas bladder untuk membantunya tetap mengapung di permukaan
air. Contoh dari Rhodophyta yaitu Gracilaria sp yang memiliki ciri-ciri bentuk talusnya
yang silindris dan terlihat gepeng serta memiliki banyak percabangan dengan spina
diujungnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, A., Kurnia, S. K., Mulyana, D. (2021). Identifikasi Morfologi Jenis Anggota
Phaeophyta di Pantai Palem Cibeureum, Anyer, Banten. Tropical Bioscience : Journal
of Biological Science. 1(1):21-28.
Cokrowati, N., Diniarti, N., Setyowati, D. N. A., Waspodo, S., & Marzuki, M. (2019).
Ekplorasi dan Penangkaran Bibit Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Perairan Teluk
Ekas Lombok Timur. Jurnal Biologi Tropis, 19(1), 51-53.
Fauziah, F. (2017). Pertumbuhan Sargassum sp. pada Tipe Habitat dan Berat Koloni berbeda
di Pantai Sakera Bintan. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinang.
Fauziah, S. M., dan Laily, A. N. (2015). Identifikasi Mikroalga dari Divisi Chlorophyta di
Waduk Sumber Air Jaya Dusun Krebet Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.
Jurnal Bioedukasi. 8(1):20-22.
Febriawan, A. (2020). Nilai Penting Makroalga di Muara Pantai Desa Pinotu , Kecamatan
Toribulu Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal UNTAD. 8 (4), 40 – 55.
Ghazali, M., Husna, H., Sukiman. (2018). Diversitas dan Karakteristik Alga Merah
(Rhodophyta) pada Akar Mangrove di Teluk Serewe Kabupaten Lombok Timur.
Jurnal Biologi Tropis. 18(1). 80-90.
Handayani, T. (2019). Peranan Ekologi Makroalga Bagi Ekosistem Laut. Oseana : Majalah
Ilmiah Semi Populer, 44 (1), 1 – 14.
Hasanah, U. (2017). Gambaran Morfologi Permukaan Bahan Cetak Irreversible Hydrocolloid
Berbahan Dasar Alga Coklat Jenis Padina sp. Skripsi. Makassar : Universitas
Hasanuddin.
Ira, I., Rahmadani, R., & Irawati, N. (2018). Komposisi Jenis Makroalga di Perairan Pulau
Hari Sulawesi Tenggara (Spesies Composition of Macroalgae In Hari Island, South
East Sulawesi). Jurnal Biologi Tropis, 18(2), 141-148.
Irawan, S., & Luthfi, O. M. (2017). Identifikasi Jenis Makro Alga Pada Mikro Atoll Karang
Porites di Pantai Kondang Merak Malang. Journal Ilmiah Rinjani, 5 (1), 40 – 46.
Jannah, R. (2020). Makroalga Di Perairan Lhoknga Sebagai Referensi Tambahan Sub Materi
Ganggang Di SMA N 1 Lhoknga. Skripsi. Banda Aceh : UIN Ar-Raniry.
Jung, S. Y., Won, B. Y., Kang, P. J., Kang, J. C., Kim, M. S., Nam, K. W., & Cho, T. O.
(2013). New record of some red algal species (Rhodophyta) from Korea. Journal of
Ecology and Environment, 36(4), 439–448.
Kasim, M. (2016). Kajian biologi, ekologi, pemanfaatan, dan budidaya makroalga. Jakarta
Timur : Penebaran Swadaya.
Kepel, R. C., dan Mantiri, D. M. H. (2019). Biodiversitas Makroalga di Perairan Pesisir Kora-
Kora Kecamatan Lembean Timur, Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Platax.
7(2):383-393.
Khalid, I. (2021). “Suplementasi Asam Alginat Padina sp. dari Perairan Lampung untuk
Meningkatkan Respon Imun Nonspesifik Udang Vaname Penaeus vannamei (Boone,
1931). Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Meiyasa, F., & Tarigan, N. (2021). Keanekaragaman Jenis Makroalga yang Ditemukan di
Perairan Wula-Waijelu Kabupaten Sumba Timur. Quagga: Jurnal Pendidikan Dan
Biologi, 13(2). 60-67.
Mornaten, B. (2019). Studi Kerapatan dan Keragaman Jenis Makro Algae pada Perairan Desa
Jikumerasa, Kabupaten Buru. Jurnal Science Map. 1(2):73-85.
Mudrikah, A. (2021). Modul Pembelajaran Taksonomi Tumbuhan Rendah (Algae). Lampung :
UIN Raden Intan Lampung.
Nurhajar. (2021). Pemanfaatan Rumput Laut (Gracilaria sp.) Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Bandeng (Chanos chanos). Skripsi. Makassar :
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pakidi, C. S., & Suwono, H. suryanto. (2016). Potensi dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga
Cokelat Sargassum Sp. Octopus : Jurnal Ilmu Perikanan, 5 (2), 488 – 498.
Pradana, F., Apriadi, T. R. I., & Suryanti, A. N. I. (2020). Komposisi dan Pola Sebaran
Makroalga di Perairan Desa Mantang Baru, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Jurnal Biospecies. 13 (2), 22 – 31.
Rezeki, P. (2018). Ekstrak Rumput Laut Halimeda micronesica dan Sargassum sp dari
Perairan Teluk Hurun Lampung Sebagai Antijamur Candida albicans. Skripsi.
Inderalaya : Universitas Sriwijaya.
Saharuddin. (2014). Efek Peningkatan Konsentrasi Karbondioksida Terhadap Pertumbuhan
Makroalga Halimeda discoidea Skala Laboratorium di Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Payau Maros Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar :
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Satyarsa, A. B. S. (2019). Potential of Fucoidan From Brown Seaweeds (Sargassum sp.) as
Innovation Therapy on Breast Cancer. Journal of Medicine & Health, 2 (3), 909 – 919.
Setiawati, D. E. (2022). “Studi Komposisi Proksimat, Mineral, Asam Lemak dan Asam Amino
Rumput Laut Merah Gracilaria verrucosa dari Tambak Budidaya di Desa Laikang
Kabupaten Takalar. Skripsi. Makassat : Universitas Hasanuddin.
Subagio., Ham, M. S., Kasim. (2019). Identifikasi Rumput Laut (Seaweed) di Perairan Pantai
Cemara, Jerowaru Lombok Timur Sebagai Bahan Informasi Keanekaragaman Hayati
Bagi Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. 3(1):308-321.
Sufal, D., Ika, K., Fandi., H. (2018). Inventarisasi Jenis-Jenis Makroalga di Pantai Lhok
Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Perikanan Tropis, Vol 5
No. 1
Susila, Wisnu Adhi, M Akbar Hakim Rahma Putra, Maria Ulfah dan Triyanto. (2019).
Sargassum Karakteristik, Biogeografi dan Potensi. Gadjah Mada University Press.
Anggota IKAPI. Anggota APPTI. Yogyakarta.
Syamsurijal. (2015). Optimasi pertumbuhan Caulerpa sp yang dibudidayakan pada substrat
yang berbeda. Skripsi. Makassar : Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tampubolon, Agrialin, Grevo S. Gerung dan Wagey Billy. 2013. Biodiversitas Alga Makro di
Lagun Pulau Pasige, Kecematan Tagulandang, Kabupaten Sitaro. Jurnal Pesisir dan
Laut Tropis. Volume 2 No 1.
Zulfikri. (2013). Identifikasi Peridinin Chlorofil Protein (PCP) Makroalga Laut Halimeda sp
dengan Metode Elektroforesis Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamide Gel (SDS-
PAGE) dan Hemaglutinasi (HA) .Skripsi. Malang : Universitas Brawijaya.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 02 Mei 2023


Mengetahui,
Asisten Praktikan

(Bella Sungkawa Zanuar Riyanti) (Zanuba Khusnalmuna)


NIM. 24020120140051 NIM. 24020122120009
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai