BIOLOGI DASAR II
ACARA PRAKTIKUM KE : 6
KEANEKARAGAMAN ALGA
NIM : 24020122120009
Kelompok : 1 (satu)
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
ACARA VI
KEANEKARAGAMAN ALGA
I. PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
2.1 Alga
(Zulfikar, 2013)
Alga berasal dari bahasa latin “alga” yang artimya ganggang laut atau sering
dikenal dengan rumput laut. Terdapat beberapa penyebutan alga yang lain yaitu,
misalnya “pond scums”, “frog spittle”, “water mosses”, dan “seaweeds”. Alga
merupakan sekelompok organisme autotrof atau heterotrof yang memiliki organ
dengan perbedaan fungsi yang tidak nyata. Alga digolongkan sebagai tumbuhan
talus. Penyebutan tumbuhan talus disebabkan karena alga tidak memiliki organ
yang dimiliki tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. (Mudrikah,
2021).
Alga merupakan bagian terbesar dari tumbuhan laut dan termasuk tumbuhan
tingkat rendah. Alga tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar,
batang dan daun meskipun tampak seperti ada perbedaan tapi sebenarnya hanya
bentuk thallus. Struktur tubuh alga hanya terdiri dari 3 bagian utama yaitu, blade,
stipe, dan holdfast. Blade merupakan struktur yang menyerupai daun pipih yang
biasanya lebar. Stipe adalah struktur yang menyerupai batang yang lentur dan
berfungsi sebagai penahan goncangan ombak. Holdfast adalah bagian yang
menyerupai akar dan berfungsi untuk melekatkan tubuhnya pada substrat. (Kepel
dkk, 2019).
2.2 Chlorophyta
Chlorophyta atau alga hijau adalah kelompok terbesar dari vegetasi alga
yang sebagian besar hidup di air tawar. Chlorophyta mengandung pigmen klorofil
a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil, bersifat
kosmopolit, terutama hidup di perairan yang cahayanya cukup seperti di kolam,
danau, genangan air hujan, pada air mengalir, sungai, dan selokan. Chlorophyta
ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batuan, tanah lembab,
dan kulit batang pohon yang lembab). Susunan tubuh Chlorophyta bervariasi baik
dalam ukuran, bentuk maupun susunannya, bisa berupa uniselular dan motil
(Chlamydomonas), uniselular dan non motil (Chlorella), sel senobium (Volvox),
koloni tak beraturan (Tetraspora), dan filamen (bercabang: Oedogonium, tidak
bercabang: Pithoptora). (Fauziah dan Laily, 2015).
2.3 Phaeophyta
(Satyarsa, 2019)
2.4 Rhodophyta
(Mornaten, 2019)
Rhodophyta adalah alga yang dapat hidup melekat pada permukaan batu,
tali, atau organisme, memiliki berbagai habitat dari zona intertidal hingga subtidal,
dan menyebar ke seluruh dunia. Rhodophyta merupakan kumpulan besar antara
2.500 dan 6.000 spesies di sekitar 670 sebagian besar genera laut. (Jung dkk,
2013). Salah satu spesies yang termasuk Rhodophyta yairu Bostrychia moritziana
yang termasuk ordo Ceramiales. Spesies ini memiliki warna merah kecoklatan,
talus silinder, terdapat percabangan primer dan sekunder, ujung talus alternate,
pada cabang utama terdapat sel polysiphonus dengan 3 deretan sel perisentral.
Tingkatan deretan sel perisentral ke 5-6 akan terbentuk percabangan lateral atau
percabangan samping, sedangkan percabangan samping memiliki sel perisentral
sebanyak 2 deretan sel. Karakteristik dari Bostrychia moritziana, yaitu terdapat sel
monoshiponous pada setiap ujung talus sebagai tempat perkembangbiakan secara
vegatatif (Ghazali dkk, 2018).
3. 2 Cara Kerja
3.2.2 Sediaan awetan spesies algae diamati morfologi yang tampak dan
ditunjuk bagian-bagiannya.
5.1 Chlorophyta
Chlorophyta atau alga hijau adalah kelompok terbesar dari vegetasi alga
yang sebagian besar hidup di air tawar. Chlorophyta mengandung pigmen klorofil
a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil, bersifat
kosmopolit, terutama hidup di perairan yang cahayanya cukup seperti di kolam,
danau, genangan air hujan, pada air mengalir, sungai, dan selokan. Chlorophyta
ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batuan, tanah lembab,
dan kulit batang pohon yang lembab). Susunan tubuh Chlorophyta bervariasi baik
dalam ukuran, bentuk maupun susunannya, bisa berupa uniselular dan motil
(Chlamydomonas), uniselular dan non motil (Chlorella), sel senobium (Volvox),
koloni tak beraturan (Tetraspora), dan filamen (bercabang: Oedogonium, tidak
bercabang: Pithoptora). (Fauziah dan Laily, 2015).
5.2 Phaeophyta
Phaeophyta merupakan alga cokelat yang memiliki pigmen karotenoid (coklat
dan hijau zaitun) serta memiliki klorofil a dan b. Alga jenis ini memiliki gelembung
udara untuk membantu agar tetap mengapaung di permukaan air. Alga ini akan
menyimpan makanan berupa manitol atau lamiran. Contoh dari alga ini yaitu
Padina sp, Sargassum sp, dan Turbinaria sp. Menurut pendapat Kasim (2016) yang
menyatakan bahwa, Phaeophyta atau alga cokelat merupakan alga yang mudah
dijumpai di dasar perairan dangkal hingga kedalaman tertentu di daerah epipelagik
yang masih terjangkau oleh seluruh spektrum cahaya. Alga ini dapat bersifat
multiselular ataupun monoselular. Beberapa spesies dari alga cokelat mempunyai
karakter morfologi yang mirip dengan tumbuhan vaskuler, karena mempunyai
bentuk tubuh yang menyerupai batang, pangkal batang, daun, akar, bunga,
bahkan semacam buah diantara daun-daunnya. Phaeophyta memiliki klorofil yang
berfungsi untuk proses fotosintesis.
5.3 Rhodophyta
Rhodophyta atau alga merah memiliki pigmen fikosianin (biru) yang mampu
menyerap sinar biru dan hijau yang masuk ke perairan yang lebih dalam. Alga ini
juga memiliki fikoeritrin yang melindungi pigmen klorofil a. Dinding sel pada alga
ini mengandung selulosa dan polisakarida. Contoh jenis alga merah yaitu
Gracilaria sp dan Eucheuma sp. Hal ini sesuai dengan pendapat Mornaten (2019)
yang menyatakan bahwa ciri khas dari Rhodophyta atau alga merah yaitu, memilki
pigmen fikoeritrin yang dominan sehingga menyebabkan warna merah, cadangan
makanan berupa tepung floridae, dan dinding sel mengandung selulosa dan
polisakarida. Beberapa jenis algae ini terdapat di daerah sebaran pasang surut, tetapi
pertumbuhan yang subur terdapat di daerah pasang surut. Di Indonesia tercatat 17
marga algae merah yang terdiri dari 34 jenis. Marga algae tersebut diantaranya yaitu
: Acanthophora, Actinotrichia, Amansia, Amphiroa, Chondrcoccu, Corallina,
Euchema, Galaxaura, Gelidiella, Gigartina, Gracilaria, Halymenia, Hypnea,
Laurencia, Rhodimenia, Titanopyra, dan Porpyra.
Ciri umum alga ini yaitu memiliki talus yang bercabang yang terdapat
spina di ujungnya. Alga ini tumbuh di sekitar terumbu karang dengan air yang
jernih. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawati (2022) yang menyatakan
bahwa ciri umum dari Gracilaria sp adalah bentuk tallus silindris atau gepeng
dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit dan
rimbun. Gracilaria sp berwarna merah ungu kehijau-hijauan di atas
percabangan umumnya bentuk thalli. Gracilaria sp tumbuh di rataan terumbu
karang dengan air jernih.
Ciri khusus alga ini adalah bentuk talusnya yang silindris dan terlihat
gepeng serta memiliki banyak percabangan dengan spina diujungnya. Talus
alga ini memiliki diameter berkisaran 0,5-2 mm dan panjang 30 cm lebih. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nurhajar (2021) yang menyatakan bahwa, Ciri
khas rumput laut jenis Gracilaria sp. terletak pada bentuk thallus-nya yang
silindris atau terlihat gepeng yang memiliki ragam percabangan sederhana dan
rimbun. Diatas percabangan thallus, umumnya memiliki bentuk sedikit kecil,
permukaan yang halus dan berbintil. Diameter thallusnya berkisar diantara 0,5
– 2 mm, dan panjangnya mampu mencapai ukuran 30 cm bahkan lebih.
Daur hidup alga merah ini bereproduksi dengan cara seksual dengan
karpogonia dan spermatia, serta pertumbuhannya bersifat uniaksial. Hal ini
sesuai dengan pendapat Subagio dkk (2018) yang menyatakan bahwa, rumput
laut atau alga merah dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet
berbulu cambuk, reproduksinya seksual dengan karpogonia dan spermatia,
pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus).
Aulia, A., Kurnia, S. K., Mulyana, D. (2021). Identifikasi Morfologi Jenis Anggota
Phaeophyta di Pantai Palem Cibeureum, Anyer, Banten. Tropical Bioscience : Journal
of Biological Science. 1(1):21-28.
Cokrowati, N., Diniarti, N., Setyowati, D. N. A., Waspodo, S., & Marzuki, M. (2019).
Ekplorasi dan Penangkaran Bibit Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Perairan Teluk
Ekas Lombok Timur. Jurnal Biologi Tropis, 19(1), 51-53.
Fauziah, F. (2017). Pertumbuhan Sargassum sp. pada Tipe Habitat dan Berat Koloni berbeda
di Pantai Sakera Bintan. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjung Pinang.
Fauziah, S. M., dan Laily, A. N. (2015). Identifikasi Mikroalga dari Divisi Chlorophyta di
Waduk Sumber Air Jaya Dusun Krebet Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.
Jurnal Bioedukasi. 8(1):20-22.
Febriawan, A. (2020). Nilai Penting Makroalga di Muara Pantai Desa Pinotu , Kecamatan
Toribulu Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal UNTAD. 8 (4), 40 – 55.
Ghazali, M., Husna, H., Sukiman. (2018). Diversitas dan Karakteristik Alga Merah
(Rhodophyta) pada Akar Mangrove di Teluk Serewe Kabupaten Lombok Timur.
Jurnal Biologi Tropis. 18(1). 80-90.
Handayani, T. (2019). Peranan Ekologi Makroalga Bagi Ekosistem Laut. Oseana : Majalah
Ilmiah Semi Populer, 44 (1), 1 – 14.
Hasanah, U. (2017). Gambaran Morfologi Permukaan Bahan Cetak Irreversible Hydrocolloid
Berbahan Dasar Alga Coklat Jenis Padina sp. Skripsi. Makassar : Universitas
Hasanuddin.
Ira, I., Rahmadani, R., & Irawati, N. (2018). Komposisi Jenis Makroalga di Perairan Pulau
Hari Sulawesi Tenggara (Spesies Composition of Macroalgae In Hari Island, South
East Sulawesi). Jurnal Biologi Tropis, 18(2), 141-148.
Irawan, S., & Luthfi, O. M. (2017). Identifikasi Jenis Makro Alga Pada Mikro Atoll Karang
Porites di Pantai Kondang Merak Malang. Journal Ilmiah Rinjani, 5 (1), 40 – 46.
Jannah, R. (2020). Makroalga Di Perairan Lhoknga Sebagai Referensi Tambahan Sub Materi
Ganggang Di SMA N 1 Lhoknga. Skripsi. Banda Aceh : UIN Ar-Raniry.
Jung, S. Y., Won, B. Y., Kang, P. J., Kang, J. C., Kim, M. S., Nam, K. W., & Cho, T. O.
(2013). New record of some red algal species (Rhodophyta) from Korea. Journal of
Ecology and Environment, 36(4), 439–448.
Kasim, M. (2016). Kajian biologi, ekologi, pemanfaatan, dan budidaya makroalga. Jakarta
Timur : Penebaran Swadaya.
Kepel, R. C., dan Mantiri, D. M. H. (2019). Biodiversitas Makroalga di Perairan Pesisir Kora-
Kora Kecamatan Lembean Timur, Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Platax.
7(2):383-393.
Khalid, I. (2021). “Suplementasi Asam Alginat Padina sp. dari Perairan Lampung untuk
Meningkatkan Respon Imun Nonspesifik Udang Vaname Penaeus vannamei (Boone,
1931). Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Meiyasa, F., & Tarigan, N. (2021). Keanekaragaman Jenis Makroalga yang Ditemukan di
Perairan Wula-Waijelu Kabupaten Sumba Timur. Quagga: Jurnal Pendidikan Dan
Biologi, 13(2). 60-67.
Mornaten, B. (2019). Studi Kerapatan dan Keragaman Jenis Makro Algae pada Perairan Desa
Jikumerasa, Kabupaten Buru. Jurnal Science Map. 1(2):73-85.
Mudrikah, A. (2021). Modul Pembelajaran Taksonomi Tumbuhan Rendah (Algae). Lampung :
UIN Raden Intan Lampung.
Nurhajar. (2021). Pemanfaatan Rumput Laut (Gracilaria sp.) Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Bandeng (Chanos chanos). Skripsi. Makassar :
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pakidi, C. S., & Suwono, H. suryanto. (2016). Potensi dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga
Cokelat Sargassum Sp. Octopus : Jurnal Ilmu Perikanan, 5 (2), 488 – 498.
Pradana, F., Apriadi, T. R. I., & Suryanti, A. N. I. (2020). Komposisi dan Pola Sebaran
Makroalga di Perairan Desa Mantang Baru, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Jurnal Biospecies. 13 (2), 22 – 31.
Rezeki, P. (2018). Ekstrak Rumput Laut Halimeda micronesica dan Sargassum sp dari
Perairan Teluk Hurun Lampung Sebagai Antijamur Candida albicans. Skripsi.
Inderalaya : Universitas Sriwijaya.
Saharuddin. (2014). Efek Peningkatan Konsentrasi Karbondioksida Terhadap Pertumbuhan
Makroalga Halimeda discoidea Skala Laboratorium di Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Payau Maros Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar :
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Satyarsa, A. B. S. (2019). Potential of Fucoidan From Brown Seaweeds (Sargassum sp.) as
Innovation Therapy on Breast Cancer. Journal of Medicine & Health, 2 (3), 909 – 919.
Setiawati, D. E. (2022). “Studi Komposisi Proksimat, Mineral, Asam Lemak dan Asam Amino
Rumput Laut Merah Gracilaria verrucosa dari Tambak Budidaya di Desa Laikang
Kabupaten Takalar. Skripsi. Makassat : Universitas Hasanuddin.
Subagio., Ham, M. S., Kasim. (2019). Identifikasi Rumput Laut (Seaweed) di Perairan Pantai
Cemara, Jerowaru Lombok Timur Sebagai Bahan Informasi Keanekaragaman Hayati
Bagi Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. 3(1):308-321.
Sufal, D., Ika, K., Fandi., H. (2018). Inventarisasi Jenis-Jenis Makroalga di Pantai Lhok
Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Perikanan Tropis, Vol 5
No. 1
Susila, Wisnu Adhi, M Akbar Hakim Rahma Putra, Maria Ulfah dan Triyanto. (2019).
Sargassum Karakteristik, Biogeografi dan Potensi. Gadjah Mada University Press.
Anggota IKAPI. Anggota APPTI. Yogyakarta.
Syamsurijal. (2015). Optimasi pertumbuhan Caulerpa sp yang dibudidayakan pada substrat
yang berbeda. Skripsi. Makassar : Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tampubolon, Agrialin, Grevo S. Gerung dan Wagey Billy. 2013. Biodiversitas Alga Makro di
Lagun Pulau Pasige, Kecematan Tagulandang, Kabupaten Sitaro. Jurnal Pesisir dan
Laut Tropis. Volume 2 No 1.
Zulfikri. (2013). Identifikasi Peridinin Chlorofil Protein (PCP) Makroalga Laut Halimeda sp
dengan Metode Elektroforesis Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamide Gel (SDS-
PAGE) dan Hemaglutinasi (HA) .Skripsi. Malang : Universitas Brawijaya.
LEMBAR PENGESAHAN