Aeda Ernawati
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pati
Email : aeda.ernawati@yahoo.com
Naskah Masuk: 8 Maret 2018 Naskah Revisi:11 April 2018 Naskah Diterima:16 April 2018
ABSTRACT
The number of pregnant women with chronic energy deficiency in Pati Regency increases in the last
three years.The purpose of this study is to analyze the relationship the age factor and the
occupation of pregnant women towardchronic energy deficiency in pregnant women in Puskesmas
Gabus I. This studi uses a quantitative approach with cross sectional design.The study is conducted
at Puskesmas Gabus I.The populationare 194 pregnant women and 132 of them are used as the
study sample obtained by simple random sampling. Statistical test uses chi square and risk
estimation uses rasio prevalence. The results show that there is a correlationbetween maternal age
and occupationn chronic energy deficiency in pregnant women. Mothers who are pregnant at too
young (<20 years) or too old (>35 years) have risk experiencing chronic energy deficiency. In
addition, the pregnant women without job. Therefore, it is important to promote pregnancy at a
healthy reproductive age as well as to improve household’s incomes.
Keywords:chronic energy deficiency, maternal age, occupational status, pregnant women
ABSTRAK
Prevalensi ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Kabupaten Pati
mengalami peningkatan. Data prevalensi ibu hamil KEK dari tahun 2014 sampai 2016 berturut-
turut yaitu 6,43%, 7,47%, dan 8,03%.Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor usia ibu hamil
dan status pekerjaan terhadap kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Gabus I. Penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Lokasi penelitian di
Puskesmas Gabus I Jumlah populasi sebanyak 194 ibu hamil dan diambil sampel sebanyak 132
orang dengan teknik simple random sampling. Uji statistic menggunakan chi square dan estimasi
risiko menggunaka rasio prevalence. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan usia ibu hamil
dan status pekerjaan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Ibu yang hamil pada usia terlalu muda
(< 20 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun) berisiko mengalami KEK. Selain itu ibu hamil yang
hanya beraktivitas sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja)berisiko mengalami KEK. Perlu upaya
promosi kesehatan tentang pentingnya kehamilan di usia reproduksi sehat dan upaya
peningkatanpenghasilan pada ibu rumah tangga.
Kata kunci : ibu hamil, kurang energi kronis, status pekerjaan, usia ibu
27
Hubungan Usia dan Status Pekerjaan … Aeda E
28
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1 Juni 2018: 27-37
29
Hubungan Usia dan Status Pekerjaan … Aeda E
karena itu, ibu hamil membutuhkan zat Angka Kecukupan Gizi ibu hamil
gizi yang lebih banyak dibandingkan merupakan penjumlahan dari kebutuhan
dengan keadaan tidak hamil. Jenis gizi ibu hamil (sesuai dengan umur, berat
konsumsi pangannya tetap badan dan tinggi badan) dan penambahan
beranekaragam dan seimbang dalam kebutuhan zat gizi sesuai usia kehamilan.
jumlah dan proporsinya. Janin tumbuh Penambahan energi pada trimester 1
dengan mengambil zat-zat gizi dari sebanyak 180 kkal/hari, sedangkan pada
makanan yang dikonsumsi oleh ibunya trimester 2 dan 3 sama banyak yaitu
dan dari simpanan zat gizi yang berada di masing-masing300kkal/hari. Adapun
dalam tubuh ibunya melalui plasenta. Penambahan kebutuhan protein pada
Selama hamil, ibu harus menambah trimester 1, trimester 2, dan trimester 3
jumlah dan jenis makanan yang dimakan besarnya sama yaitu masing-masing 20
untuk mencukupi kebutuhan gram/hari.
pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu Jika kebutuhan gizi ibu hamil tidak
serta untuk memproduksi ASI. Bila terpenuhi, maka dapat terjadi masalah
makanan ibu sehari-hari tidak gizi pada ibu hamil. Masalah gizi yang
mengandung zat gizi yang cukup sesuai dialami ibu hamil dapat mengganggu
kebutuhan, maka janin atau bayi akan kesehatan ibu dan janin, sehingga
mengambil persediaan yang ada di dalam pemenuhan gizi pada ibu hamil menjadi
tubuh ibunya, seperti sel lemak ibu penting. Saat ini masih banyak ibu
sebagai sumber kalori dan zat besi dari hamildi Indonesia yang mengalami
simpanan di dalam tubuh ibu sebagai masalah gizi khususnya gizi kurang
sumber zat besi bagi janin atau bayi. seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan
Oleh karena itu, ibu hamil harus anemia (Kementerian Kesehatan, 2014b).
mempunyai status gizi yang baik
Kekurangan Energi Kronis (KEK)
sebelum hamil dan mengonsumsi
makanan yang beranekaragam Malnutrisi adalah keadaan
(Kemenkes RI, 2014b). patologis akibat kekurangan atau
Peraturan Menteri Kesehatan kelebihan secara relatif atau absolut satu
Republik Indonesia, Nomor 75 Tahun atau lebih zat gizi. KEK merupakan salah
2013 tentang Angka Kecukupan Gizi satu keadaan malnutrisi (Supriasa dkk,
yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia 2016). KEK merupakan salah satu
memberi panduan tentang angka masalah kurang gizi yang sering
kebutuhan gizi berdasarkan jenis kelamin terjadipada wanita hamil, yang
dan umur (berdasarkan berat badan & disebabkan oleh kekurangan energi
tinggi badan). Salah satu kebutuhan zat dalam jangka waktu yang cukup lama.
gizi yang meningkat selama kehamilan KEK pada wanita di negara berkembang
adalah kebutuhan energi. Pertambahan merupakan hasil komulatif dari keadaan
energi terutama terjadi pada trimester II kurang gizi sejak masa janin, bayi,
dan III. Penambahan konsumsi energi kanak-kanak dan berlanjut hingga
pada trimester II diperlukan untuk dewasa (Hasanah dkk, 2013).
pertumbuhan jaringan ibu seperti Jenis antropometri yang digunakan
penambahan volume darah, pertumbuhan untuk mengukur risiko KEK pada wanita
uterus dan payudara, serta penumpukan usia subur (WUS)/ibu hamil adalah
lemak. Adapun penambahan konsumsi lingkar lengan atas (LiLA). WUS di
energi sepanjang trimester III digunakan Indonesia berisiko menderita KEK jika
untuk pertumbuhan janin dan plasenta ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm atau di
(Arisman, 2007). bagian merah pita LiLA. Apabila hasil
30
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1 Juni 2018: 27-37
pengukuran LiLA lebih dari 23,5 cm Kebutuhan energi dan zat gizi
maka WUS tersebut tidak berisiko lainnya meningkat selama kehamilan.
menderita KEK atau status gizinya dalam Peningkatan energi dan zat gizi lainnya
kategori baik (Supariasa dkk, 2016). yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan janin
Akibat KEK
tidak sempurna.Akibat lain dari KEK
KEK pada ibu hamil berdampak adalah kerusakan struktur susunan syaraf
pada kesehatan ibu dan janin yang pusat terutama pada tahap pertama
sedang dikandungnya. Wijanti, dkk pertumbuhan otak (hiperplasia) yang
(2016) menyatakan ibu hamil yang terjadi selama dalam kandungan. Masa
menderita KEK mempunyai risiko rawan pertumbuhan sel-sel saraf terjadi
kematian mendadak pada masa perinatal, pada trisemester 3 kehamilan sampai
kematian saat persalinan, pendarahan, sekitar 2 tahun setelah lahir. Kekurangan
pasca persalinan yang sulit karena lemah gizi pada masa dini perkembangan otak
dan mudah mengalami gangguan akan menghentikan sintesis protein dan
kesehatan. Penelitian Aminin, dkk (2014) DNA. Akibatnya pertumbuhan otak
menunjukkan ada hubungan KEK pada terganggu sehingga sel-sel otak yang
ibu hamil dengan anemia. Selain itu KEK berukuran normal lebih sedikit.
pada ibu hamil juga dapat meningkatkan Dampaknya akan terlihat pada struktur
risiko terjadinya Berat Bayi lahir Rendah dan fungsi otak di masa mendatang yang
(BBLR). Bayi Lahir Rendah (BBLR) berpengaruh pada intelektual anak
adalah bayi dengan berat lahir kurang (Soetjiningsih, 2009).
dari 2500 gram. Kejadian BBLR di
Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas Faktor-faktor yang Mempengaruhi
(2013) menunjukkan persentase balita (0- KEK
59 bulan) yang mengalami BBLR Beberapa penelitian menunjukkan
sebesar 10,2%. Bayi dengan BBLR usia ibu hamil dan status pekerjaan ibu
mempunyai risiko kematian lebih tinggi berhubungan dengan kejadian KEK pada
dari bayi yang lahir normal. BBLR ibu hamil. Semakin muda dan semakin
diperkirakan menyebabkan kematian 20 tua umur seseorang ibu yang sedang
kali dibandingkan dengan bayi yang hamil akan berpengaruh terhadap
beratnya lebih dari 2500 gram. BBLR kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur
merupakan masalah kesehatan karena muda perlu tambahan gizi yang banyak
BBLR menjadi salah satu penyebab karena selain digunakan pertumbuhan
utama kematian neonatal. Depkes RI dan perkembangan dirinya sendiri, juga
(2008) menyebutkan sebanyak 15-20% harus berbagi dengan janin yang sedang
kematian bayi di Indonesia disebabkan dikandung. Sedangkan untuk umur tua
karena BBLR. Selain itu, BBLR dapat perlu energi yang besar juga karena
menurunkan kualitas generasi yang akan fungsi organ yang melemah dan
datang karena memperlambat diharuskan untuk bekerja maksimal,
pertumbuhan dan perkembangan mental maka memerlukan tambahan energi yang
anak serta menyebabkan penurunan cukup guna mendukung kehamilan yang
kecerdasan (IQ) 10-13 poin (Amalia, sedang berlangsung. Sehingga usia yang
2011). Hasil penelitian Nova, (2011) paling baik adalah lebih dari 20 tahun
menunjukkan anak SD dengan riwayat dan kurang dari 35 tahun, denganharapan
BBLR mempunyai skor IQ yang lebih gizi ibu hamil akan lebih baik.
rendah dibandingkan anak SD dengan Aktifitas dan gerakan seseorang
riwayat lahirdengan berat badan cukup. berbeda-beda. Seseorang yang bergerak
31
Hubungan Usia dan Status Pekerjaan … Aeda E
otomatis memerlukan energi yang lebih bahwa sebagian besar ibu hamil di
besar dari pada mereka yang hanya Puskesmas Gabus I mempunyai status
duduk diam saja. Setiap aktifitas gizi yang baik yaitu sebanyak 107 orang
memerlukan energi, maka apabila (81,1%). Adapun ibu hamil yang
semakin banyak aktifitas yang dilakukan, mengalami KEK sebanyak 25 orang
energi yang dibutuhkan juga semakin (18,9%). Angka ini lebih rendah dari
banyak. Kebutuhan gizi ibu hamil yang angka prevalensi risiko KEK wanita
bekerja tentunya lebih tinggi dari ibu hamil usia 15-49 tahun di Indonesia
hamil yang tidak bekerja. Seorang ibu tahun 2013 yaitu sebanyak 24,2%.
hamil yang bekerja membutuhkan zat
Umur ibu
gizi untuk aktivitas kerja, kesehatan ibu
hamil dan janin (Depkes RI, 1991). Umur ibu hamil digolongkan
menjadi dua yaitu berisiko dan tidak
METODE PENELITIAN berisiko. Umur berisiko maksudnya umur
Penelitian ini menggunakan ibu hamil mempunyai risiko tinggi jika
pendekatan kuantitatif dengan desain mengalami kehamilan. yaitu umur terlalu
studi cross sectional. Variabel terikatnya muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35
kejadian ibu hamil KEK, sedangkan tahun). Umur tidak berisiko maksudnya
variabel bebasnya adalahusia ibu hamil umur ibu yang dianjurkan untuk
dan status pekerjaan ibu.Populasi dalam mengalami kehamilan yaitu usia 20-35
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil tahun. Hasil penelitian menunjukkan
yang tercatat di wilayah Puskesmas bahwa sebagian besar ibu hamil berumur
Gabus I Kabupaten Pati pada bulan April 20-35 tahun yaitu sebanyak 103 orang
2017 yaitu sebanyak 194 ibu hamil. (78%) dan ibu hamil yang berumur <20
Sampel dihitung berdasarkan tabel tahun atau >35 tahun sebanyak 29 orang
krejcie dengan tingkat kesalahan 5% (22%). Hasil penelitian ini lebih tinggi
sehingga didapatkan jumlah sampel dari hasil penelitian Musni, dkk (2017)
minimal sebanyak 132 orang. Instrumen di UPT Puskesmas Ajangale Kabupaten
penelitian yang digunakan dalam Bone Provinsi Sulawesi Selatan yang
penelitian ini adalah lembar cek list dan menunjukkan ibu hamil yang termasuk
KMS ibu hamil.Analisis data usia berisiko mengalami KEK yaitu
menggunakan uji statistik chi sebanyak 20,3%.
square(Sugiyuno, 2013). Kehamilan di usia muda terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN karena pernikahan dilakukan pada usia
muda. Djamilah dan Kartikawati (2014)
Status gizi ibu hamil menyatakan bahwa dampak signifikan
Status gizi ibu hamil digolongkan dari pernikahan usia muda adalah ibu
menjadi ibu hamil dengan status gizi baik muda tidak tahu atau tidak memahami
dan ibu hamil yang mengalami masalah kehamilan. Ibu tidak memahami
kekurangan energi kronis (KEK). Ibu kebutuhan gizi bagi ibu hamil. Kondisi
hamil yang memiliki ukuran LILA ≥ 23,5 ini dapat menyebabkan anak yang
cm menunjukkan bahwa ibu hamil dilahirkan menjadi kurang gizi yaitu bayi
mempunyai status gizi baik sedangkan lahir dengan berat badan yang rendah
ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA (BBLR).
kurang dari 23,5 cm dikategorikan Sementara saat ini kehamilan di
sebagai ibu hamil yang mengalami usia 35 tahun atau lebih cenderung
Kurang Energi Kronis (KEK). meningkat. Kondisi ini kemungkinan
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui disebabkan semakin berkembangnya
32
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1 Juni 2018: 27-37
33
Hubungan Usia dan Status Pekerjaan … Aeda E
pada saat usia remaja atau kurang dari 20 Hubungan status pekerjaan ibu
tahun memerlukan zat gizi yang banyak dengan KEK pada ibu hamil
untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan Ibu hamil yang mengalami KEK di
janin yang sedang dikandungnya.Hal ini Puskesmas Gabus 1 Kabupaten Pati
terjadi karena ibu masih dalam usia sebagian besar terdapat pada kelompok
pertumbuhan (Mahirawati, 2014). ibu yang tidak bekerja atau beraktivitas
Pertumbuhan dan perkembangan yang sebagai ibu rumah tangga. Hasil uji
pesat terjadi pada usia remaja. Usia statistik diperoleh nilai p= 0,012 dan nilai
kurang dari 20 tahun termasuk usia Rasio prevalens sebesar 9,286. Artinya
remaja (Notoatmodjo, 2011). ibu hamil yang tidak bekerja berisiko
Adapun ibu hamil yang berusia
mengalami KEK sebesar 9,286 kali
lebih dari 35 tahun memiliki organ tubuh
dibandingkan ibu hamil yang bekerja.
yang fungsinya semakin melemah.
Hasil penelitian Permatasari, dkk
Pengaruh proses penuaan juga mulai
(2008) menunjukkan bahwa perempuan
muncul. Kondisi ini ditandai adanya
penyakit hipertensi dan diabetes mellitus yang bekerja memiliki kemampuan untuk
yang dapat menghambat masuknya mengenali masalah kesehatan keluarga.
makanan bagi janin melalui plasenta. Pengetahuan perempuan bekerja tentang
Oleh karena itu wanita yang hamil pada masalah kesehatan didapatkan dari buku,
usia lebih dari 35 tahun memerlukan majalah, koran, radio dan televisi.
energi yang besar untuk mendukung Perempuan yang bekerja memiliki
kehamilannya (Kristiyanasari, 2010; kemampuan mengambil keputusan untuk
Yana dkk, 2016). mengatasi masalah kesehatan yang
Hasil penelitian ini selaras dengan dihadapi. Oleh karena itu wanita yang
hasil penelitian Handayani & berperan sebagai pekerja sekaligus
Budianingrum (2011) yang menyatakan sebagai seorang istri dan ibu rumah
bahwa ada hubungan antara umur ibu tangga umumnya memiliki kesehatan
hamil dengan KEK pada ibu hamil di yang lebih baik (Najoan & Manampiring,
wilayah Puskesmas Wedi Klaten. 2011).
Tabel 2.
Hasil Uji Statistik Variabel yang Diteliti
Ibu Hamil
Rasio
Variabel KEK Tidak KEK Nilai P
Prevalens
n % n %
Umur ibu hamil
<20 atau >35 10 40,0 15 60,0 0,003 4,089
20-35 tahun 15 14,0 92 86,0
Status Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 20 26,3 56 73,7 0,012 9,286
Bekerja 1 3,7 26 96,3
Sumber: Data Penelitian (2017)
Seseorang yang bekerja dapat 2007). Pernyataan ini sesuai dengan
meningkatkan pengetahuan karena hasil penelitian Permatasari, dkk (2008)
pengalaman dan pergaulan serta dan yang menyebutkan bahwa motivasi
interaksi sosial yang luas (Notoatmodjo, perempuan untuk bekerja adalah untuk
34
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1 Juni 2018: 27-37
memperluas pergaulan dan menambah proporsi ibu hamil yang bekerja dan
wawasan. Perubahan pengetahuan akan mengalami KEK. Ada hubungan usia ibu
membawa perubahan pada sikap, hamil dan status pekerjaan dengan
perilaku, pendapatan, dan pola makan. kejadian KEK pada ibu hamil di
Perubahan tersebut akan mempengaruhi Puskesmas Gabus I Kabupaten Pati. Ibu
pemilihan jenis dan jumlah makanan yang hamil pada usia terlalu muda (< 20
yang dikonsumsi. Selain itu ibu yang tahun) atau terlalu tua (>35 tahun)
bekerja dapat meningkatkan status sosial berisiko mengalami KEK. Ada hubungan
ekonomi keluarga. Ibu bekerja status pekerjaan dengan kejadian KEK
mempunyai penghasilan sendiri sehingga pada ibu hamil di Puskesmas Gabus I
untuk memenuhi kebutuhan gizinya tidak Kabupaten Pati. Ibu hamil yang hanya
bergantung pada suaminya. Kondisi ini beraktivitas sebagai ibu rumah tangga
sesuai dengan pendapat Arisman (2007) (tidak bekerja) berisiko mengalami KEK.
yang menyebutkan bahwa pekerjaan
Saran
berpengaruh terhadap status ekonomi.
Kebutuhan kesehatan seperti Dinas Kesehatan perlu melakukan
terpenuhinya sarana kesehatan dan upaya promosi kesehatan tentang
kebutuhan gizi dapat terpenuhi jika pentingnya kehamilan di usia reproduksi
keluarga memiliki kemampuan secara sehat dan pentingnya pengetahuan
ekonomi. tentang faktor yang berhubungan dengan
Hasil penelitian ini sejalan dengan KEK. Selain itu perlu usaha peningkatan
penelitian Musni, dkk (2017) di UPT penghasilan ibu rumah tangga misalnya
Puskesmas Ajangale Kabupaten Bone melalui pelatihan ketrampilan yang dapat
Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan di lingkungan rumah tangga.
tersebut menyatakan ada hubungan Ketrampilan yang dimiliki ibu rumah
pekerjaan dengan kejadian KEK pada ibu tangga bisa dimanfaatkan untuk
hamil. Hasil penelitian menunjukkan meningkatkan ekonomi keluarga
semua kejadian KEK pada ibu hamil sehingga kebutuhan kesehatan dan gizi
terjadi pada ibu hamil yang tidak bekerja. keluarga terpenuhi.
Hasil penelitian Indriyani, dkk (2014) DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan hasil yang sama yaitu
Amalia, L. (2011). Faktor Risiko
proporsi ibu hamil yang mengalami KEK
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
lebih banyak terjadi pada kelompok ibu (BBLR) di RSU Dr. MM Dunda
hamil yang tidak bekerja. Limboto Kabupaten Gorontalo.
KESIMPULAN DAN SARAN Jurnal Saintek, 6(3)
Kesimpulan Aminin, F., Wulandari, A., Lestari, R. P.
(2014). Pengaruh Kekurangan
Sebanyak 18,9% ibu hamil di Energi Kronis (KEK) dengan
Puskesmas Gabus I mengalami KEK. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil.
Proporsi ibu hamil berusia kurang dari Jurnal Kesehatan, V(2), 167-172
20 tahun dan lebih dari 35 tahun yang
mengalami KEK lebih tinggi dari pada Arisman. (2007). Gizi dalam Daur
proporsi ibu hamil yang berusia 20-35 Kehidupan. Jakarta: EGC;
tahun yang mengalami KEK. Proporsi Departemen Kesehatan RI. (2008).
ibu hamil yang bekerja (beraktivitas Manajemen Bayi Berat Lahir
sebagai ibu rumah tangga) dan Rendah (BBLR) untuk Bidan Desa:
mengalami KEK lebih tinggi dari pada Buku Acuan: Jakarta: Depkes RI.
35
Hubungan Usia dan Status Pekerjaan … Aeda E
36
Jurnal Litbang Vol. XIV, No.1 Juni 2018: 27-37
37