Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Advokasi Vol. 5 No.

2 September 2015 109

PERKEMBANGAN HUKUM INDONESIA DALAM MENCIPTAKAN UNIFIKASI


DAN KODIFIKASI HUKUM

Oleh :

Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, S.H., M.H.


Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstract

Indonesian legal development is the creations of legal expectations are aligned and
balanced for all aspects of life. The history of the development of law in Indonesia has
shown unification and codification very difficult to apply in Indonesia, because of the
complex Indonesian society. In addition , the applicable legal pluralism in Indonesia led to
thorough unification difficult to apply whereas codification can only be done partially.

Keywords : Indonesian Legal Development, Unification, Codification.

Abstrak

Perkembangan hukum Indonesia merupakan pengharapan terciptanya hukum yang


selaras dan seimbang bagi segala aspek kehidupan. Sejarah perkembangan hukum
Indonesia telah memperlihatkan unifikasi maupun kodifikasi sangat sulit diterapkan di
Indonesia karena kompleksnya masyarakat Indonesia. Selain itu, pluralism hukum berlaku
di Indonesia, sehingga unifikasi menyeluruh sulit dilakukan, sedangkan kodifikasi hanya
dapat dilakukan secara parsial.

Kata Kunci : Perkembangan Hukum Indonesia, Unifikasi, Kodifikasi.

A. PENDAHULUAN beragam untuk mengarahkan hukum

1. Latar Belakang Masalah Indonesia menuju suatu system yang bisa

Perkembangan hukum Indonesia mendukung semangat bangsa.

merupakan pengharapan menciptakan Terpeliharanya hukum adat, berlakunya

hukum yang menjiwai bangsa. Sebagai hukum Islam atau unifikasi hukum

Negara yang sedang berkembang, maka merupakan pilihan-pilihan hukum yang

system hukum Indonesia masih terus sering menjadi perdebatan. Aneka ragam

mengalami perubahan mencari suatu bentuk hukum yang terdapat di Indonesia

system hukum yang tepat untuk menyebabkan banyak terjadinya konflik

diterapkan. Banyaknya pemikiran yang hukum yang berkembang baik antara


110 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

hukum yang tertulis maupun hukum tidak berkembang sehingga seringkali

tertulis (hukum adat/hukum kebiasaan). diselesaikan dengan cara kekerasan.

Sebagai Negara hukum, Indonesia d. Otonomi daerah menyebabkan

merupakan Negara yang kaya akan perpecahan karena membentuk opini

budaya termasuk di dalamnya budaya tentang putra daerah dan putra

hukum yang plural dan majemuk, tapi pendatang sehingga memunculkan

pluralisme hukum yang ada dalam sejarah diskriminasi.

hukum Indonesia menyebabkan beberapa e. Sifat kedaerahan sangat menyulitkan

hal yaitu : menciptakan sistem hukum yang

a. Sulitnya mencari kepastian hukum berjiwa kebangsaan.

karena kemajemukan yang berbeda Sebab-sebab itu membawa akibat

tersebut mengakibatkan hukum di yang cukup untuk membentuk system

Indonesia menjadi beragam dan sulit hukum yang diinginkan. Akibat-akibatnya

diatur. menimbulkan beberapa hal yang

b. Persatuan dan kesatuan bangsa berimplikasi pada saat timbulnya suatu

menjadi pertaruhan yang cukup konflik, yaitu :

menyulitkan dalam menyamakan a. Tidak adanya kepercayaan terhadap

persepsi masyarakat tentang suatu hal hukum Negara dan lebih

karena sifat kedaerahan yang masih mengedepankan hukum adat.

cukup kuat. b. Menganggap hukum daerahnya lebih

c. Penyelesaian konflik menjadi bagian baik dari yang lain.

yang teramat rumit untuk c. Menyempitkan cara berpikir karena

diselesaikan karena banyak lebih mengutamakan

kepentingan dan system hukum yang mempertahankan hukum adat


Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 111

masing-masing daripada memperoleh kekuasaannya bukanlah dari

mengedepankan hukum Negara. Tuhan ataupun dari raja maupun Negara,

Sebagai Negara yang memiliki akan tetapi berdasarkan atas hukum; yang

wilayah yang cukup besar dan jumlah berdaulat adalah hukum, baik pemerintah

penduduk yang banyak, menyebabkan maupun rakyat memperoleh kekuasaan

Indonesia menjadi kaya akan banyak hal dari hukum1.

termasuk adat istiadat yang berkembang Sedangkan konsep Negara hukum

di masing-masing wilayah dengan ragam menurut Frederich Julius Stahl memiliki

budaya yang menarik dan berkembang empat unsur yaitu :

sebagai suatu kekayaan bangsa tapi a. Hak-hak Dasar Manusia.

seringkali hal itu menyulitkan untuk b. Pembagian Kekuasaan.

membangun sistem hukum yang c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-

menaungi dan menjiwai bangsa Indonesia. peraturan, dan

2. Rumusan Masalah d. Peradilan Tata Usaha dan

Berdasarkan latar belakang di atas, Perselisihan2.

maka dapat dirumuskan beberapa masalah Ada dua asas hukum sebagai

yaitu : bagian dari hidup kejiwaan manusia,

a. Bagaimanakah sejarah hukum dalam asas hukum ada cita-cita hukum

Indonesia ? yang ingin diraih yaitu :

b. Bagaimanakah membangun hukum a. Asas hukum umum yaitu asas hukum

Indonesia dalam menciptakan yang berhubungan dengan seluruh

unifikasi hukum ? bidang hukum.

3. Kerangka Teoritis
1
Kansil,C.S.T., Christine S.T. Kansil,
Teori Kedaulatan Hukum menurut 2004, Ilmu Negara (Umum dan Indonesia),
Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 139-140.
2
Krabbe yaitu bahwa pemerintah Mukthie Fadjar, 2005, Tipe Negara
Hukum, Banyumedia Publishing, Malang, hal. 42.
112 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

b. Asas hukum khusus berfungsi dalam B. PEMBAHASAN

bidang yang lebih sempit seperti 1. Sejarah Hukum Indonesia

dalam bidang hukum perdata, hukum Ketika pemerintah Hindia Belanda

pidana dan sebagainya, sering pada tahun 1942, akibat kalah berperang

merupakan penjabaran asas hukum dengan pemerintah Jepang, terpaksa

umum.3 meninggalkan wilayah Indonesia, maka

Dalam tata hukum Hindia system hukum yang ditinggalkan di

Belanda, ditemukan adatrecht, terdiri atas Indonesia masih merupakan hukum yang

bagian-bagian : beraneka warna (pluralisme hukum).

a. Hukum asli dari bangsa Malaio- Menurut Soepomo, di Hindia

polynesia umumnya, bangsa Belanda terdapat lima tatanan peradilan

Indonesia khususnya, dan mengenai yaitu :

orang Timur asing yang ada di a. Peradilan Gubernemen yang


meliputi seluruh wilayah Hindia
Hindia-Belanda juga hukum Belanda.
b. Peradilan Pribumi : di bagian-
rakyatnya sendiri. bagian Hindia Belanda di mana
rakyatnya “dibiarkan
b. Unsur-unsur hukum agama di daerah- menyelenggarakan peradilannya
sendiri terdapat hakim-hakim
daerah dan mengenai hal-hal serta pribumi yang mengadili menurut
tatanan peradilan pribumi, di
sebanyak yang di situ hukum aslinya samping hakim-hakim
gubernemen.
telah dirubah bentuknya atau didesak c. Di dalam kebanyakan daerah
swapradja di samping tatanan
oleh hukum agama itu4. peradilan gubernemen terdapat
juga tatanan Peradilan
Swapradja.
d. Peradilan Agama : baik di
bagian-bagian Hindia Belanda di
mana terdapat peradilan
3
gubernemen maupun di daerah-
Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan
Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
daerah di mana peradilan agama
hal. 10-11. merupakan bagian dari peradilan
4
Kusumadi Pudjosewojo, 2008, Pedoman pribumi, atau di dalam daerah-
Pelajaran Tata Hukum Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, hal. 80.
Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 113

daerah Swapradja sebagai bagian terarah pada satu tujuan, yakni


dari peradilan swapradja itu.
e. Peradilan Desa : yang terdapat di kepentingan peperangan Pemerintah
kebanyakan masyarakat desa5.
Militer Jepang6.
Keanekaragaman hukum dan
Dengan Proklamasi Kemerdekaan
pengadilan, mengakibatkan perlunya
pada tanggal 17 Agustus 1945,
pengaturan yang membantu hakim dan
terbentuklah sebuah Negara baru yaitu
pejabat administrasi pemerintah
Indonesia. Dan dengan itu tatanan hukum
(birokrasi) eksekutif untuk menentukan
colonial Belanda terhapus dengan
hukum mana yang berlaku.
sendirinya, dan di atasnya terbentuk
Pada masa penguasaan Jepang,
tatanan hukum baru. Tatanan hukum baru
tata hukum Hindia Belanda masih tetap
tersebut tidak segera berwujud perangkat
berlaku sebagai hukum positif. Perubahan
kaidah hukum positif yang tertulis,
penting yang dilakukan oleh penguasa
melainkan masih merupakan tatanan
militer Jepang tidak banyak, hanya
hukum tidak tertulis yang belum
terbatas pada perubahan susunan badan-
memperlihatkan bentuk yang jelas dan,
badan pengadilan dengan penyesuaian
karena itu, memerlukan pemositivan lebih
hukum acaranya serta menetapkan
lanjut. Pada dasarnya, tata hukum
hukuman yang lebih berat terhadap
Indonesia yang ada dan berlaku pada saat
pelanggaran di bidang hukum pidana.
itu adalah kaidah dan pranata Hukum
Tatanan hukum pada masa Interregnum
Adat setempat serta Hukum Agama
ini dapat dikualifikasi termasuk tipe
sejauh sudah diresapi ke dalam Hukum
Tatanan Hukum Represif, sebab semua
Adat. Pada tanggal 18 Agustus 1945
keputusan dan pertimbangannya hanya
6
Bernard Arief Sidharta, 2000, Refleksi
Tentang Struktur Ilmu Hukum Sebuah Penelitian
5
Sunaryati Hartono, 2006, Bhinneka tentang fundasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan
Tunggal Ika Sebagai Asas Hukum bagi Ilmu Hukum sebagai Landasan Pengembangan
Pembangunan Hukum Nasional, Citra Aditya Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar Maju,
Bakti, Bandung, hal. 15. Bandung, hal. 55.
114 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

ditetapkan dan diberlakukan Undang- dapat dipandang sebagai strategi politik

Undang Dasar 1945, dan dengan itu untuk mempersatukan Indonesia di bawah

menjadi jelas sosok kepositivitasan satu kekuasaan nasional. Pada masa itu,

tatanan hukum Negara Indonesia. mulai merebak ke permukaan

Pada masa 1950 terjadi perubahan pertentangan antara tiga jajaran penegak

penting dalam bidang penyelenggaraan hukum yang juga ikut membawa dampak

hukum pada masa itu adalah negative pada perkembangan tatanan

penyederhanaan dan unifikasi badan hukum dan mutu pelaksananaan

pengadilan ke dalam Pengadilan Negeri, peradilan. Pertama-tama pertentangan

Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, antara hakim dan jaksa yang berkaitan

dengan penunjukan hukum acaranya. Hal dengan masalah kedudukan dan citra.

ini dilakukan dengan Undang-Undang No. Persoalan kedua pertentangan yang

7 / 1947 (27 Februari 1947) tentang berlangsung antara jaksa dan polisi,

organisasi dan Kekuasaan Mahkamah sesungguhnya dalam hal ini yang menjadi

Agung dan Kejaksaan Agung, yang dasar permasalahan berkaitan dengan

kemudian diintegrasikan ke dalam status dan prestise. Tetapi, persoalan yang

Undang-Undang No. 19 / 1948, yakni dimunculkan adalah pembagian

Undang-Undang tentang Susunan dan kekuasaan antara pihak kepolisian dan

Kekuasaan Badan-badan Kehakiman dan pihak badan penuntut umum. Berlakunya

Kejaksaan, yang mencakup langkah Undang-Undang Dasar Sementara 1950

pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi menetapkan bahwa Republik Indonesia

pengadilan. Adanya kehendak untuk adalah Negara Hukum yang demokratis

mengunifikasikan badan peradilan yang dan berbentuk Negara kesatuan dengan

mencerminkan semangat persatuan desentralisasi dan dekonsentrasi, serta

nasional . Reorganisasi badan pengadilan menganut system pemerintahan


Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 115

parlementer dan system multipartai yang Pada masa 1965, disahkannya

liberalistik. Selain itu, UUDS-1950 juga undang-undang no 19 tahun 1964 tentang

mengharapkan kodifikasi untuk beberapa Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan

bidang hukum tertentu tanpa secara Kehakiman pada pasal 1 Ayat (1)

eksplisit mengharuskan unifikasi hukum. ditetapkan bahwa :

Sehubungan dengan ini, berkenaan Pasal 1

dengan politik hukum yang ditempuh, di (1) Semua peradilan di seluruh wilayah
Republik Indonesia adalah peradilan
kalangan para yuris Indonesia pada masa Negara, yang ditetapkan dengan
Undang-Undang.
itu terdapat perbedaan pendapat yang
Dalam hal ini dimaksudkan adalah
hingga derajat tertentu. Di bawah
peradilan dimaksudkan sebagai peradilan
pengaruh Mazhab Sejarah dan relativisme
Negara, yang menjalankan dan
budaya, menghendaki agar bagi rakyat
melaksanakan fungsi hukum sebagai
Indonesia tetap berlaku Hukum Adatnya
pengayoman dalam Negara Republik
masing-masing untuk melindungi bangsa
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Indonesia asli dari kemungkinan Manipol/Usdek yang menuju masyarakat
dirugikan dalam dinamika perdagangan Sosialis Indonesia. Tidak ada tempat bagi
liberal. Pandangan yang bertujuan baik ini peradilan swapraja yang bersifat

dalam dirinya sendiri mengandung feodalistis, atau peradilan Adat yang

dampak merugikan bangsa Indonesia, dilakukan bukan alat perlengkapan

karena, dalam implementasinya, Negara. Undang-Undang ini juga

menyebabkan bangsa Indonesia terasing berdampak besar terhadap proses

dari perkembangan dunia dan juga penyelenggaraan peradilan dan

menghambat proses interaksi dan merosotnya kehidupan hukum di

Indonesia. Ketentuan ini juga membuka


integrasi cultural bangsa Indonesia7.
jalan untuk adanya campur tangan dari
7
Ibid, hal. 61-62.
116 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

Presiden untuk mencampuri proses Namun, sebaliknya sulit disangkal bahwa

peradilan dengan alasan kepentingan rentang waktu sejak Proklamasi

revolusi, yang dalam praktek berdampak Kemerdekaan hingga tahun 1993 adalah
selain melemahkan posisi, juga periode formatif tatanan politik Negara
mempercepat proses demoralisasi, para Republik Indonesia yakni periode yang di
hakim dan penegak hukum lainnya.
dalamnya berlangsung berbagai upaya
Perkembangan hukum Indonesia
untuk membangun suatu tatanan
berlanjut pada pemerintahan orde baru.
politik sebagai pengorganisasian
Keinginan untuk mewujudkan Negara
penyelenggaraan kehidupan suatu bangsa
Hukum dengan rule of law-nya dan
yang baru menghadirkan diri sebagai
pemerintahan yang kuat, bersih dan
bangsa yang merdeka yang berkeinginan
berwibawa. Berbagai usaha dilakukan
untuk mengatur diri sendiri secara
untuk menata ulang penyelenggaraan
mandiri, yang asas-asas pokoknya dan
kehidupan bernegara. Dengan semangat
kerangka umum struktur dasarnya
perjuangan untuk mewujudkan Pancasila
dicantumkan dalam UUD 1945.
dan Undang-Undang Dasar 1945 secara
Sementara itu, dalam keadaan
murni dan konsekuen. Perkembangan
apapun masyarakat akan selalu
hukum Indonesia memperlihatkan ciri-ciri
memerlukan hukum, meskipun dengan
Tatanan Hukum Represif, yang pada
kualitas yang tidak sesuai dengan
dasarnya bertentangan dengan cita-cita
harapan. Karena itu, dalam kaitan dengan
tentang tatanan hukum yang terkandung
kenyataan kemasyarakatan dewasa ini,
dalam Undang-Undang dasar 1945, yakni
kehadiran tatanan hukum yang
tatanan hukum yang mandiri namun
memperlihatkan ciri-ciri yang represif
responsif terhadap perkembangan tuntutan
hingga tahun 1993 itu tampaknya
kebutuhan hukum Bangsa Indonesia.
memang tidak dapat dielakkan.
Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 117

2. Membangun Hukum Indonesia pluralistik, yakni konfigurasi yang


Untuk Menciptakan Unifikasi
Hukum tersusun atas produk perundang-undangan

Berdasarkan teori kedulatan nasional sesudah Proklamasi

hukum, pemerintahan mendapatkan kemerdekaan, produk perundang-

kedaulatan dari hukum bukan karena undangan dan yurisprudensi zaman

kekuasaan raja atau dari Tuhan tapi dari Hindia Belanda, hukum adat lokal, dan

hukum yang dibentuk oleh pihak yang hukum Islam, ditambah sejumlah

berwenang. Oleh karena itu, konvensi internasional dan pranata hukum

pembangunan hukum merupakan bagian asing. Tentang hal ini, GBHN 1993

untuk pengembangan hukum dan mengamanatkan agar secepat mungkin

menciptakan aktualisasi hukum untuk dengan memperhatikan pertimbangan

semua unsur system hukum, baik lunak prioritas, seluruh produk perundang-

maupun keras. Secara formal, sebagian undangan zaman Hindia Belanda diganti

besar pembangunan unsur operasional dengan produk perundang-undangan

(kelembagaan hukum) sudah dilaksanakan nasional. Bangunan tata hukum Indonesia

berupa sudah diberlakukannya berbagai yang tersusun secara hierarkis dan

undang-undang yang mengatur kehidupan berintikan Cita hukum Pancasila, dan

masyarakat Indonesia. Yang masih harus dioperasionalkan ke dalam kenyataan

dilakukan adalah melengkapi melalui asas-asas hukum nasional pada

kekurangannya serta mengkaji ulang yang proses pembentukan hukum positif

sudah terlaksana untuk menyempurnakan, melalui perundang-undangan dan

baik segi kualitas substansi maupun segi yurisprudensi. Asas-asas hukum nasional

kualitas konsistensinya. ini terdiri atas asas-asas hukum (yang

Tentang materi hukum, hingga berlaku atau diakui secara) universal,

kini tata hukum Indonesia masih asas-asas hukum yang didistilasi dari
118 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

hukum adat, asas-asas hukum yang sedangkan bagian-bagian yang sensitif

diderivasi secara langsung dari Pancasila dibiarkan tumbuh sendiri dulu, sampai

dan asas-asas hukum teknis sektoral.8 kelak menjadi yurisprudensi atau

Tata hukum yang akan dibangun secara dijadikan undang-undang.9 Ketika

hierarkis piramidal tersusun atas Cita berbicara tentang unifikasi, Umar Said

Hukum Pancasila, asas Hukum Nasional, menyebutkan bahwa unifikasi adalah

dan kaidah-kaidah Hukum Positif yang penyatuan hukum yang berlaku secara

terdiri atas perundang-undangan, nasional;atau penyatuan pemberlakuan

yurisprudensi, pranata dan kaidah Hukum hukum secara nasional10. Penyatuan

Adat sepanjang masih hidup dalam hukum secara nasional untuk hukum-

kenyataan dan belum diangkat menjadi hukum yang bersifat sensitif yaitu hukum-

ketentuan undang-undang, kaidah-kaidah hukum yang mengarah kepada

hukum Islam sejauh sudah diresepsi pelaksanaan hukum kebiasaan sangat sulit

dalam Hukum Adat atau sudah menjadi untuk diunifikasi karena masing-masing

ketentuan undang-undang dan hukum daerah memiliki adat istiadat yang

kebiasaan. berbeda seperti contohnya Undang-

Pengembangan hukum Indonesia Undang tentang Pornografi yang banyak

yang masih pluralisme, menurut Mochtar mendapat penolakan dari masyarakat di

Kusumaatmadja, hukum Indonesia daerah yang menganggap jika UU

semestinya unifikasi dan kodifikasi tersebut dilaksanakan akan mempengaruhi

parsial, dalam arti bahwa hanya bidang- esensi pelaksanaan kegiatan adat di

bidang hukum yang tidak sensitif saja, daerah mereka. Sejarah perkembangan

seperti hukum kontrak, hukum perbankan,


9
Sunaryati Hartono, Op.cit, hal. 25.
dan hukum pidana yang dikodifikasi, 10
Umar Said, 2009, Pengantar Hukum
Indonesia Sejarah dan Dasar-Dasar Tata Hukum
Serta Politik Hukum Indonesia, Cetakan Pertama,
8
Ibid, hal. 81. Setara Press, Malang, hal. 30.
Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 119

Hukum ketika Belanda menjajah kulturnya dimana hukum sebagai

Indonesia juga kesulitan untuk sarananya. Transformasi tersebut

memberlakukan hukum Perdata secara ditempuh melalui berbagai cara dan

unifikasi sehingga terjadi tiga pembagian tindakan yaitu :

golongan masyarakat dimana bagi a. Masyarakat dibiarkan


berkembang secara alami tanpa
golongan pribumi masih menggunakan campur tangan dari pihak
manapun. Cara ini biasanya
hukum adat. Kemajemukan masyarakat memakan waktu yang sangat
lama.
Indonesia menyebabkan timbulnya b. Perubahan masyarakat secara
mendadak dan cepat
pluralisme hukum juga dalam (revolusioner). Tranformasi
masyarakat melalui cara ini
pelaksanaan hukum-hukum tertentu sering kali terjadi sebagai akibat
peristiwa berdarah yang
terutama hukum keperdataannya. bertujuan menggantikan
pimpinan Negara ataupun asas-
Selain itu, kodifikasi hukum juga asas pemerintahan secara tiba-
tiba. Kelemahan dari cara
diperlukan untuk beberapa hukum yang revousioner ini adalah bahwa
besar kemungkinannya
dapat dilakukan kodifikasi. Kodifikasi masyarakat akan mengalami set
back karena perubahan itu terjadi
adalah membukukan hukum sejenis, secara terlalu mendadak. Karena
itu, di abad ke-20 ini lebih
secara lengkap, sistematis menjadi satu banyak ditempuh cara yang lebih
evolusioner, yaitup erubahan
dalam satu kitab Undang-Undang, hal itu masyarakatyang direncanakan
dan diarahkan supaya perubahan
misalnya : Hukum Pidana dalam Kitab masyarakat terjadi secara
bertahap dan wajar ( evolusioner
Undang-Undang Hukum Pidana, hukum )12.

perdata dalam Kitab Undang-Undang Perubahan dan pembauran

Hukum Perdata, hukum dagang dalam masyarakat yang dibiarkan secara alami

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang11. mungkin mengakibatkan perkembangan

Selain itu, perlu diadakan masyarakat kea rah yang tidak diinginkan

transformasi masyarakat baik struktur dan atau bahkan mengakibatkan kemunduran

11 12
Ibid. Ibid, hal. 27.
120 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

dan kekacauan (anarki). Sedangkan untuk memahami sifat hakikatnya dan

perubahan dan pembauran yang dilakukan konsekuensi diterimanya konsep tersebut.

secara revolusioner dan dalam waktu yang Apabila hukum diberi peranan sebagai

singkat, kurang berakar dalam masyarakat perubahan dan pembangunan, pemikiran

sehingga mengacaukan struktur dan kultur ini membuktikan adanya kesadaran

masyarakat yang ada sebelumnya. terhadap pengaruh timbal balik antara

Sejak Revolusi Industri, hukum hukum dan masyarakat, dan bahwa

mulai berperan sebagai sarana untuk (karena salah satu sebab) memang

mentransformasikan masyarakat, dari diinginkan agar masyarakat yang

masyarakat agraris menjadi masyarakat bersangkutan berubah secara lebih cepat

industri dan dari masyarakat tradisional dan menuju suatu arah yang tertentu.

menjadi masyarakat modern-kapitalis. Kini menjelang berakhirnya abad

Namun demikian, setiap cara perubahan 20, perlu diusahakan untuk mengganti

masyarakat mengandung kekurangannya semua perangkat aturan hukum yang

sendiri. Jika dalam masyarakat tradisional berasal dari masa Hindia Belanda dengan

perubahan masyarakat terjadi dengan perundang-undangan nasional sambil

sangat lambat, dalam negeri yang memperbaiki dan meningkatkan mutu

menggunakan hukum sebagai sarana kehidupan hukum, termasuk praktek

pembaruan masyarakat, terdapat peradilannya. Terselenggaranya

kemungkinan bahwa aspirasi masyarakat kehidupan hukum yang bermutu akan

yang bersangkutan kurang diperhatikan. menciptakan kesempatan yang sama bagi

Karena itu, pemikiran terhadap peranan tiap warganegara untuk mengembangkan

hukum sebagai alat perubahan dan diri secara optimal yang akan lebih

pembangunan itu perlu ditempatkan pada mendorong kreativitas, dan

alur persepsi yang disepakati bersama memungkinkan semua fungsi hukum


Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 121

terlaksana, khususnya fungsi sebagai struktur maupun kultur yang difasilitasi

sarana pembaharuan masyarakat. oleh hukum juga perlu dilakukan untuk

mengubah cara pandang dan pemikiran


C. PENUTUP
masyarakat terhadap pembaharuan
Sejarah Hukum Indonesia setelah
hukum. Pembaharuan hukum sangat
kekalahan Hindia Belanda meninggalkan
diperlukan untuk membangun suatu
banyak aturan-aturan hukum yang plural
system hukum yang berdasarkan cita-cita
dan masih majemuk. Selain itu sistem
bangsa yaitu hukum berdasarkan
peradilanpun masih bersifat plural dan
Pancasila. Pembangunan Hukum yang
masih terdapat diskriminasi. Seiring
direncanakan secara cermat harus
berjalannya waktu, pada tahun 1950, telah
diarahkan untuk membangun tatanan
dilakukan unifikasi terhadap peradilan
hukum nasional yang modern dengan
yaitu pembentukan Pengadilan Negeri,
mengacu Cita Hukum Pancasila, yang
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung
mampu memberikan kerangka dan aturan-
dan pada tahun 1964, pengadilan swapraja
aturan hukum yang efisien dan responsif
tidak diberlakukan kembali dan semuanya
bagi penyelenggaraan kehidupan masa
menuju ke pengadilan Negara.
kini dan masa depan. Politik hukum
Perkembangan tatanan hukum
dalam bentuk penciptaan hukum yang
Indonesiapun masih bersifat represif.
diharapkan (ius constituendum) mengarah
Sedangkan, membangun Hukum
pada unifikasi hukum sangat sulit
Indonesia yang menciptakan suatu
terwujud karena respon masyarakat
unifikasi hukum masih sangat sulit
terhadap penyatuan hukum secara
diterapkan karena sifat pluralistik
nasional terutama hukum yang ternyata
masyarakat dan hukum yang ada.. Selain
konflik terhadap hukum kebiasaan
itu, transformasi terhadap masyarakat baik
menjadi hal yang tidak mudah untuk
122 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

dicarikan solusi karena peradaban bangsa Kusumadi Pudjosewojo, 2008, Pedoman


Pelajaran Tata Hukum Indonesia,
Indonesia sangat menghormati hukum Sinar Grafika, Jakarta.

kebiasaan yang berlaku di daerah. Oleh Mukthie Fadjar, 2005, Tipe Negara
Hukum, Banyumedia Publishing,
karena itu, para pembentuk kebijakan Malang.

harus berfikir lebih sistematis dan realistis Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan
Hukum Sebuah Pengantar,
ketika akan memberlakukan unifikasi Liberty, Yogyakarta.

terhadap aturan yang hanya bersifat Sunaryati Hartono, 2006, Bhineka


Tunggal Ika Sebagai Asas Hukum
pelengkap (komplementer) saja bukan bagi Pembangunan Hukum
Nasional, Citra Aditya Bakti,
aturan yang bersifat imperative, harus Bandung.

mampu bersikap fleksible dan tidak Umar Said, 2009, Pengantar Hukum
Indonesia Sejarah dan Dasar-
memaksakan pemberlakuan aturan Dasar Tata Hukum Serta Politik
Hukum Indonesia, Cetakan
tersebut jika bertentangan dengan hukum Pertama, Setara Press, Malang.

kebiasaan setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bernard Arief Sidharta, 2000, Refleksi


Tentang Struktur Ilmu Hukum
Sebuah Penelitian tentang fundasi
Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan
Ilmu Hukum sebagai Landasan
Pengembangan Ilmu Hukum
Nasional Indonesia, Mandar Maju,
Bandung.

Kansil, C.S.T., Christine S.T. Kansil,


2004, Ilmu Negara (Umum dan
Indonesia), Pradnya Paramita,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai