Anda di halaman 1dari 8

Peranan Kepala Laboratorium Sekolah Terhadap Karier Guru

Oleh:

Cece Sutia, M.Pd.

Universitas Pendidikan Indonesia


2020

1
A. Pendahuluan
Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasana
penting untuk penunjang proses pembelajaran di sekolah. Pada hakikatnya
pembelajaran teori dan praktikum di laboratorium merupakan kegiatan-kegiatan
yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar (PBM). Depdiknas (1995)
menyatakan bahwa laboratorium adalah tempat bekerja untuk mengadakan
percobaan atau penyelidikan dalam bidang ilmu tertentu seperti fisika, kimia,
biologi dan sebagainya. Dalam pengertian terbatas laboratorium adalah suatu
ruangan tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan, tempat ini dapat
merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka, misalnya
kebun (Rahmiyati, 2008).
Laboratorium IPA memegang peranan penting terhadap mutu
pembelajaran. Beberapa penelitian melaporkan bahwa laboratorium erat
kaitannya dengan motivasi belajar dan hasil belajar siswa, serta memegang
peranan penting dalam menunjang mutu proses pembelajaran (Nurhadi, 2018;
Novianti, 2011; Katili & Suma, 2013).
Namun demikian, tidak serta merta sekolah yang memiliki laboratorium
secara fisik akan terjamin kualitas pembelajarannya. Pengelolaan laboratorium
memegang peranan penting dalam mendukung proses pembelajaran.
Pengelolaan laboratorium ini meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi serta beberapa persyaratan tata letak, kelengkapan
sarana dan administrasi yang harus dipenuhi.
Peran guru sebagai pengelola tentu saja menentukan kualitas proses
pembelajaran yang terjadi di dalam sebuah laboratorium. Kemampuan atau
kompetensi guru yang diharapkan ada adalah kemampuan manajerial dan
kemampuan individual dalam merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengevaluasi segala kegiatan yang berhubungan dengan
pembelajaran di laboratorium (Rahmiyati, 2008).
Permendiknas No. 26 tahun 2008 menyatakan bahwa tidak semua guru
dapat menjadi kepala laboratorium. Guru berhak menjadi kepala laboratorium
jika memiliki persyaratan berpendidikan minimal sarjana (S1), berpengalaman
minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum, memiliki sertifikat kepala
laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang
ditetapkan oleh pemerintah. Jika semua persyaratan tersebut sudah terpenuhi
2
maka kepala sekolah/ madrasah dapat memberikan surat keputusan sebagai
kepala laboratorium di sekolah/ madrasah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hampir semua sekolah memiliki
laboratorium IPA secara fisik dan memiliki kepala laboratorium. Namun
demikian, pengelolaan laboratorium IPA belum optimal dan belum mendukung
sepenuhnya sebagai sarana yang dapat mendukung proses pembelajaran IPA.
Salah satu faktor yang yang menyebabkan hal tersebut adalah kualitas kepala
laboratorium IPA (Subamia, 2015). Masih banyak sekolah yang memiliki kepala
laboratorium yang tidak memenuhi persyaratan sesuai standar pengelolaan
laboratorium. Kepala sekolah menerbitkan surat keputusan untuk memenuhi
administrasi atau memenuhi jam pelajaran guru saja di sekolah. Oleh karena itu,
diharapkan program pendidikan dan latihan kepala laboratorium yang
dilaksanakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia dapat memberikan
pemahaman dan keterampilan bagi calon kepala laboratorium di Indonesia.

B. Standar Kepala Laboratorium Sekolah/ Madrasah


Dalam rangka memenuhi Standar Nasional Pendidikan, pemerintah telah
menerbitkan Permendiknas No. 26 tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Laboratorium. Dengan demikian tidak sembarangan orang dapat menjadi tenaga
laboratorium. Hanya orang yang memenuhi kualifikasi sesuai Permendiknas No.
26 Tahun 2008 saja yang dapat menjadi tenaga laboratorium.
Permendiknas No. 26 tahun 2008 menyatakan bahwa standar tenaga
laboratorium sekolah/ madrasah mencakup kepala laboratorium
sekolah/madrasah, teknisi laboratorium sekolah/madrasah, dan laboran
sekolah/madrasah. Untuk dapat diangkat sebagai tenaga laboratorium
sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar tenaga laboratorium
sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. Penyelenggara
sekolah/madrasah wajib menerapkan standar tenaga laboratorium
sekolah/madrasah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, selambat-
lambatnya 5 (lima) tahun setelah Peraturan Menteri ditetapkan.
Berdasarkan peraturan Menteri masih terdapat banyak miskonsepsi
tentang kepala laboratorium ini. Masih banyak kalangan menyebutkan bahwa
kepala laboratorium harus dari kalangan guru. Padahal terdapat dua jalur untuk
menempuh karier sebagai kepala laboratorium IPA di sekolah/ madrasah.
3
Berdasarkan Permendiknas No. 26 tahun 2008, standar kepala
laboratorium meliputi aspek kualifikasi dan aspek kompetensi. Berikut ini adalah
standar kepala laboratorium sekolah/ madrasah:
1. Kualifikasi Kepala Laboratorium Sekolah/ Madrasah
Kualifikasi kepala laboratorium Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
a. Jalur guru
1) Pendidikan minimal sarjana (S1);
2) Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum;
3) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
b. Jalur laboran/teknisi
1) Pendidikan minimal diploma tiga (D3);
2) Berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi;
3) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Kompetensi kepala Laboratorium Sekolah/ Madrasah


Dimensi Kompetensi Sub Kompetensi
Kompetensi
1. Kompetensi 1.1 Menampilkan diri a) Bertindak secara konsisten sesuai
Kepribadian sebagai pribadi yang dengan norma agama, hukum,
dewasa, mantap, dan sosial, dan budaya nasional
berakhlak mulia Indonesia
b) Berperilaku arif
c) Berperilaku jujur
d) Menunjukkan kemandirian
e) Menunjukkan rasa percaya diri
f) Berupaya meningkatkan
kemampuan diri
1.2 Menunjukkan komitmen a) Berperilaku disiplin
terhadap tugas b) Beretos kerja yang tinggi
c) Bertanggung jawab terhadap tugas
d) Tekun, teliti, dan hati-hati dalam
melaksanakan tugas
e) Kreatif dalam memecahkan
masalah yang berkaitan dengan
tugas profesinya
f) Berorientasi pada kualitas
2. Kompetensi 2.1 Bekerja sama dalam a) Menyadari kekuatan dan
Sosial pelaksanaan tugas kelemahan baik diri maupun
stafnya
b) Memiliki wawasan tentang pihak
lain yang dapat diajak kerja sama
c) Bekerjasama dengan berbagai
pihak secara efektif

4
Dimensi Kompetensi Sub Kompetensi
Kompetensi
2.2 Berkomunikasi secara a) Berkomunikasi dengan berbagai
lisan dan tulisan pihak secara santun, empatik, dan
efektif
b) Memanfaatkan berbagai peralatan
teknologi informasi dan komunikasi
(TIK)
3. Kompetensi 3.1 Merencanakan kegiatan a) Menyusun rencana pengembangan
Manajerial dan pengembangan laboratorium
laboratorium b) Merencanakan pengelolaan
sekolah/madrasah laboratorium
c) Mengembangkan sistem
administrasi laboratorium
d) Menyusun prosedur operasi
standar (POS) kerja laboratorium
3.2 Mengelola kegiatan a) Mengkoordinasikan kegiatan
laboratorium praktikum dengan guru
sekolah/madrasah b) Menyusun jadwal kegiatan
laboratorium
c) Memantau pelaksanaan kegiatan
laboratorium
d) Mengevaluasi kegiatan
laboratorium
e) Menyusun laporan kegiatan
laboratorium
3.3 Membagi tugas teknisi a) Merumuskan rincian tugas teknisi
dan laboran dan laboran
laboratorium sekolah/ b) Menentukan jadwal kerja teknisi
madrasah dan laboran
c) Mensupervisi teknisi dan laboran
d) Membuat laporan secara periodik
3.4 Memantau sarana dan a) Memantau kondisi dan keamanan
prasarana laboratorium bahan serta alat laboratorium
sekolah/madrasah b) Memantau kondisi dan keamanan
bangunan laboratorium
c) Membuat laporan bulanan dan
tahunan tentang kondisi dan
pemanfaatan laboratorium
3.5 Mengevaluasi kinerja a) Menilai kinerja teknisi dan laboran
teknisi dan laboran serta laboratorium
kegiatan laboratorium b) Menilai hasil kerja teknisi dan
sekolah/madrasah laboran
c) Menilai kegiatan laboratorium
d) Mengevaluasi program
laboratorium untuk perbaikan
selanjutnya
4. Kompetensi 4.1 Menerapkan gagasan, a) Mengikuti perkembangan
Profesional teori, dan prinsip pemikiran tentang pemanfaatan
kegiatan laboratorium kegiatan laboratorium sebagai
sekolah/madrasah wahana pendidikan
b) Menerapkan hasil inovasi atau
kajian laboratorium
4.2 Memanfaatkan a) Menyusun panduan/penuntun
laboratorium untuk (manual) praktikum
kepentingan pendidikan b) Merancang kegiatan laboratorium
dan penelitian di untuk pendidikan dan penelitian
sekolah/madrasah c) Melaksanakan kegiatan
laboratorium untuk kepentingan

5
Dimensi Kompetensi Sub Kompetensi
Kompetensi
pendidikan dan penelitian
d) Mempublikasikan karya tulis ilmiah
hasil kajian/inovasi
4.3 Menjaga kesehatan dan a) Menetapkan ketentuan mengenai
keselamatan kerja di kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium sekolah/ b) Menerapkan ketentuan mengenai
madrasah kesehatan dan keselamatan kerja
c) Menerapkan prosedur penanganan
bahan berbahaya dan beracun
d) Memantau bahan berbahaya dan
beracun, serta peralatan
keselamatan kerja
Sumber: Permendiknas No. 26 tahun 2008

Tugas:
1. Buatlah peta konsep/ bagan konsep tentang kualifikasi dan kompetensi
yang wajib dimiliki teknisi dan laboran laboratorium sekolah/ madrasah.
2. Analisislah kompotensi kepala laboratorium di sekolah anda. Apakah
sudah sesuai dengan kompetensi yang terdapat dalam Permendiknas No.
26 tahun 2008?

C. Peranan Kepala Laboratorium Sekolah/ Madrasah Terhadap Karier Guru


Kepala laboratorium memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas
pembelajaran IPA di sekolah/ madrasah. Namun demikian Sebagai seorang
manajerial di sebuah laboratorium tentu saja kemampuan ini bermanfaat dalam
karier seorang guru. Berikut beberapa peranan kepala laboratorium sekolah/
madrasah terhadap karier guru:
1. Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Beberapa penelitian melaporkan bahwa kepala laboratorium memegang
peranan penting dalam membantu menjaga dan meningkatkan mutu
pembelajaran. Peran seorang kepala laboratorium dapat berperan dalam
meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa, serta memegang peranan
penting dalam menunjang mutu proses pembelajaran (Nurhadi, 2018; Novianti,
2011; Katili & Suma, 2013; Yaman, 2016). Seorang kepala laboratorium yang
dengan kompetensi yang baik dapat mendukung lancarnya proses kegiatan
belajar mengajar. Hal ini dikarenakan seorang kepala laboratorium turut serta
dalam mengelola proses pembelajaran yang mendukung lancarnya standar
proses dan standar pengelolaan di sekolah/ madrasah.
2. Meningkatkan Profesionalisme Diri (Personal Branding)

6
Seorang kepala laboratorium yang baik secara manajerial dan dan
professional akan meningkatkan profesionalisme diri (Personal Branding) dirinya
sendiri. Secara manajerial seorang kepala laboratorium harus mampu
merencanakan, mengelola kegiatan, membagi tugas, memantau sarana dan
prasarana, dan mengevaluasi kinerja. Meskipun dalam skala kecil tentu saja ini
dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri dalam hal manajerial. Jika
berhasil dan tertib secara administrasi maka dapat bermanfaat bagi dirinya dan
pihak lain dapat melihat kinerja kita tergolong baik.
Secara profesional, kepala laboratorium dituntut untuk menerapkan
gagasan, teori, dan prinsip kegiatan laboratorium sekolah/madrasah,
memanfaatkan laboratorium untuk kepentingan pendidikan dan penelitian di
sekolah/madrasah. Bilamana kreatif maka segala bentuk aktivitas di dalam
laboratorium dapat dijadikan sebagai bahan publikasi ilmiah yang berkualitas.
Secara tidak langsung maka dapat mendukung personal branding diri sendiri.

3. Mempermudah Kenaikan Pangkat


Pendidikan dan pelatihan calon kepala laboratorium dapat digunakan untuk
mendukung kenaikan pangkat. Diklat merupakan salah satu unsur
pengembangan diri yang dapat digunakan untuk kenaikan pangkat. Guru PNS
khususnya, diwajibkan mengikuti pengembangan diri dengan minimal jam
sesuai golongannya. Diklat calon kepala laboratorium ini dapat dijadikan sebagai
syarat kenaikan pangkat jika memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh BKN
yaitu ada undangan, surat tugas, sertifikat kegiatan, dan laporan pengembangan
diri sesuai Buku 4.

4. Meningkatkan Keterampilan Manajerial Sebagai Syarat Bakal Calon Kepala


Sekolah/ Pengawas
Berdasarkan Permendikbud No. 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru
sebagai kepala sekolah menyatakan bahwa memiliki pengalaman manajerial
dengan tugas yang relevan dengan fungsi sekolah paling singkat 2 (dua) tahun.
Hal ini sangat relevan mengingat seorang kepala laboratorium dituntut mampu
merencanakan, mengelola kegiatan, membagi tugas, memantau sarana dan
prasarana, dan mengevaluasi kinerja. Salah satu bukti konkret adalah di Provinsi

7
Jawa Barat. Surat Keputusan sebagai kepala laboratorium dapat dijadikan
sebagai syarat untuk mengikuti seleksi bakal calon kepala sekolah di SMA.

5. Pemenuhan Jam di Dapodik


Seorang guru yang memiliki sertifikat diklat kepala laboratorium dan diberi
SK oleh kepala sekolah maka dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan jam
mengajar setara 12 jam pelajaran. Pemenuhan jam ini setara dengan tugas
manajerial lainnya di sekolah seperti wakil kepala sekolah. Secara beban kerja
memang tugas kepala laboratorium memanglah tidak ringan. Oleh karena itu,
pemerintah memberikan keringanan kepada guru yang bertugas sebagai kepala
laboratorium setara dengan 12 jam pelajaran.

D. Penutup
Kepala laboratorium tidak hanya bermanfaat untuk pemenuhan jam mengajar di
sekolah saja. Banyak manfaat yang didapatkan seorang kepala laboratorium IPA
dalam mendukung kariernya sebagai seorang guru.

E. Daftar Pustaka
Katili, N. S., Sadia, W., & Suma, K. (2013). Analisis Sarana dan Intensitas
Penggunaan Laboratorium Fisika Serta Kontribusinya Terhadap Hasil
Belajar Siswa SMA Negeri di Kabupaten Jembrana. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran IPA Indonesia, 3(2).
Novianti, N. R. (2011). Kontribusi pengelolaan laboratorium dan motivasi belajar
siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran. Jurnal Pendidikan MIPA.
Edisi khusus, 1, 158-166.
Nurhadi, A. (2018). Manajemen Laboratorium Dalam Upaya Meningkatkan Mutu
Pembelajaran. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 4(01),
1-12.
Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala
Sekolah.
Permendiknas No. 26 tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Laboraorium.
Rahmiyati, S. (2008). Keefektifan Pemanfaatan Laboratorium di Madrasah
Aliyah Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 11(1).
Subamia, I. D. P. (2015). Analisis kebutuhan tata kelola tata laksana
laboratorium IPA SMP di Kabupaten Buleleng. JPI (Jurnal Pendidikan
Indonesia), 3(2).
Yaman, E. (2016). Pengoptimalan Peran Kepala Labor dalam Menunjang
Pembelajaran IPA di SMPN 7 Kubung. JPGI (Jurnal Penelitian Guru
Indonesia), 1(1).

Anda mungkin juga menyukai