Anda di halaman 1dari 21

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA-SEMISOLIDA 2020/2021

No Nama NIM
1 Ai Siti Farihah Rahayu P17335119001
2 Alisa Arsilia P17335119002
3 Anisah Hasna Nur Maudi P17335119003
4 Aulia Laili Tsuroya P17335119004
5 Awanda Pramesti Ganesita P17335119005
6 Caldy Nur Anzaeni P17335119006
7 Dea Yuniar P17335119007
8 Dewi Anjani P17335119008
9 Dewi Ratna Juita P17335119009
Kelompok/Kelas 1/2A
Topik Pembuatan Sediaan Emulsi Oleum Olivarum 30%
Dosen Pembimbing apt. Lies Amelia Agustina, M.Si
Hari dan Tanggal Praktikum Senin, 23 November 2020

I. TUJUAN (Ai Siti Farihah Rahayu, P17335119001)


Melakukan preformulasi, pembuatan, dan evaluasi sediaan Emulsi Oleum Olivarum
30% secara teoritis

II. TUGAS (Ai Siti Farihah Rahayu, P17335119001)


Pembuatan sediaan : Emulsi Oleum Olivarum 30%

III. LATAR BELAKANG (Ai Siti Farihah Rahayu, P17335119001)


Penggunaan sediaan: Topikal

Efek farmakologi
Penggunaan, minyak zaitun/ oleum olivae berkhasiat sebagai demulcent
digunakan untuk melapisi dan menenangkan kulit yang rusak atau meradang atau
selaput lendir (metilselulosa) atau disebut juga sebagai agen mukoprotektif (Allen,
2014)

Halaman 1
Bisa juga diberikan secara rektal untuk melunakkan feses yang terkena dampak
sembelit. Penggunaan secara eksternal, minyak zaitun bersifat sebagai emolien dan
meredakan peradangan permukaan, dan digunakan untuk melembutkan kulit dan kerak
di eksim dan psoriasis), dan sebagai pelumas untuk pijat. Minyak zaitun ni juga bisa
digunakan untuk melembutkan kotoran telinga. Minyak zaitun digunakan dalam
pembuatan obat gosok, salep, plester, dan sabun; dan juga digunakan sebagai
pembawa untuk suspensi berminyak untuk injeksi. (Sheskey, dkk. 2020)

Mekanisme kerja minyak zaitun adalah sebagai pembawa berminyak atau


istilah lainnya adalah Oleaginous vehicle. (Sheskey, dkk. 2020) Oleaginous vehicle
juga disebut basis hidrokarbon. Pada saat aplikasikan pada kulit, dapat memberikan
efek emolien, melindungi dari hilangnya kelembaban kulit, efektif karena merupakan
pembalut oklusif, dapat bertahan di kulit untuk waktu yang lama tanpa mengering,
karena sifatnya yang tidak mudah dicuci oleh air. (Allen, 2014)

Sediaan akan dibuat berupa emulsi dengan bahan aktif Oleum Olivarum
dengan dosis oleskan dua kali sehari pada kulit yang kering (ISO Vol.50 tahun 2014
Halaman 345)

IV. PREFORMULASI BAHAN AKTIF (Dewi Anjani, P17335119008)

Bahan aktif Oleum Olivarum

Struktur kimia

(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Oleic-acid [diakses tanggal


21 November 2020]

Pemerian Minyak berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan terang; bau dan rasa
khas lemah dengan rasa ikutan agak pedas (Farmakope Indonesia Edisi VI
hlm. 1183, softcopy).

Kelarutan Sukar larut dalam etanol; bercampur dengan eter, dengan kloroform dan
dengan karbon disulfida (Farmakope Indonesia Edisi VI hlm. 1183,
softcopy).

Halaman 2
Stabilitas Panas: Ketika didinginkan mulai menjadi berawan pada 10 derajat dan
menjadi massa seperti mentega pada 0 derajat (Martindale 38 hlm. 2356).
 Panas
 Cahaya Cahaya: Minyak zaitun harus terlindung dari cahaya (Martindale 38 hlm.
 Air 2356).
 pH
Air: Tidak ditemukan dalam Martindale, Farmakope Indonesia, The
Pharmaceutical, Japanese Pharmacopeia, dan Jurnal-jurnal Internasional.

pH: Tidak ditemukan dalam Martindale, Farmakope Indonesia, The


Pharmaceutical, Japanese Pharmacopeia, dan Jurnal-jurnal Internasional.

Inkompatibilitas Minyak zaitun dapat disaponifikasi oleh alkali hidroksida. Karena


mengandung asam lemak tak jenuh dalam proporsi yang tinggi, minyak
zaitun rentan terhadap oksidasi dan tidak cocok dengan zat pengoksidasi
(Handbook of Pharmacetical Excipients 8th hlm. 644, softcopy)

Keterangan Lain -

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan dari panas berlebih (Farmakope
Indonesia Edisi VI hlm. 1184, softcopy).

V. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN (Dewi Anjani, P17335119008)

PERMASALAHAN PENYELESAIAN

Oleum Olivarum merupakan minyak lemak Sediaan dibuat emulsi


yang diperoleh dari buah masak Olea europaea
Linne, dan merupakan bahan aktif yang tidak
larut dalam air

Kadar oleum olivarum yang digunakan dalam Sediaan emulsi yang dibuat merupakan tipe
sediaan adalah 30%, sehingga fase air lebih emulsi m/a karena fase minyak lebih sedikit
banyak dari fase minyak. dibanding fase air.

Bahan aktif berupa minyak tidak stabil secara Pada formulasi ditambahkan emulsifying
termodinamika, sehingga cenderung untuk agent yang berfungsi untuk menjaga
memisah antara fase air dan fase minyak. surfaktan agar tetap terpusat pada antar muka.
Emulsifying agent yang digunakan yaitu span
80 dan tween 80 dengan nilai HLB 15 dan 4,3
dengan HLB olive oil yaitu 7. Rentang kadar
Span 80 yaitu 1-10% w/v, kadar yang
digunakan yaitu 5% w/v (HOPE Ed 8 hlm:
903, softcopy). Rentang kadar Tween 80 yaitu
1-15%, kadar yang digunakan yaitu 5% w/v
(HOPE Ed 8 hlm: 738, softcopy).

Emulsi yang dibuat menggunakan pembawa air. Pada formula ditambahkan Metil paraben
Air merupakan media yang baik untuk dengan kadar 0,02-0,3% sebagai pengawet

Halaman 3
pertumbuhan bakteri sehingga sediaan mudah topikal untuk meningkatkan aktivitas
ditumbuhi bakteri. antimikroba dengan rentang pH 4-8 sehingga
masuk dalam rentang pH stabilitas zat aktif.
Rentang kadar metyl paraben yaitu 0,02-0,3%
w/v, kadar yang digunakan yaitu 0,18%
(HOPE ed 8th 2020 hlm 604, softcopy)

Aktivitas metil paraben sebagai pengawet akan Dalam formulasi ditambahkan propyl paraben
meningkat jika ditambah dengan propyl dengan rentang kadar 0,01-0,6%, kadar yang
paraben. digunakan yaitu 0,02% (HOPE ed 8th 2020
hlm 604, softcopy)

Methylparaben larut dalam 400 bagian air, larut Digunakan propilen glikol untuk melarutkan
dalam 5 bagian propilen glikol, dan larut dalam metil paraben dan propyl paraben dengan
3 bagian etanol (95%) (HOPE ed 6th 2009 hlm rentang kadar 5%- 80%, kadar yang
606, softcopy). digunakan yaitu 5% (HOPE ed 8 th 2020 hlm
795, softcopy)

Pembuatan Oleum Olivarum digunakan untuk Digunakan gliserin sebagai emollient


penggunaan topikal sebagai emollient untuk dengan rentang kadar yaitu ≤ 30
melembutkan kulit yang pecah-pecah %, kadar yang digunakan yaitu 15
% w/v (HOPE Ed 8 hlm: 401, softcopy).

Sediaan terlalu encer sehingga perlu Ditambahkan CMC-Na untuk meningkatkan


ditambahkan zat untuk meningkatkan kekentalan. Rentang kadar CMC-Na yaitu
kekentalan 0,1-1% w/v, kadar yang digunakan adalah 2%
(HOPE Ed 8 hlm: 174, softcopy).

Oleum olivarum dapat disabunkan oleh Dalam formula ditambahkan antioksidan,


hidrolisis alkali karena mengandung proporsi yaitu Alpha-tocopherol dengan kadar
yang tinggi dari asam lemak tak jenuh, oleum 0,01% dari rentang kadar yaitu 0,001%-
olivarum cenderung terjadi oksidasi dan 0,05% w/v (HOPE Ed 8 hlm. 604, softcopy)
inkompatibel dengan agen pengoksidasi
(HOPE Ed. 8th hlm. 644, softcopy)

Oleum Olivarum memiliki bau khas lemah Untuk meningkatkan aseptabilitas digunakan
sehingga dianggap kurang acceptable pewangi mawar. Rentang kadar pewangi
(Farmakope Indonesia Edisi VI hlm. 1183, mawar yaitu 0,1-0,2 % w/v, kadar yang
softcopy). digunakan sebanyak 0,1% (Allen Ed 10 hlm:
138, softcopy)

Oleum Olivarum berwarna kuning pucat Untuk meningkatkan aseptabilitas digunakan


sehingga dianggap kurang acceptable pewarna merah. Rentang kadar pewarna
(Farmakope Indonesia Edisi VI hlm. 1183, merah yaitu 0,0005-0,1 % w/v, kadar yang
softcopy). digunakan sebanyak 0,2% (Allen Ed 10 hlm:
1160, softcopy)

pH tidak ditemukan dalam Martindale, Sediaan dibuat berdasarkan pH kulit, yaitu 5-


Farmakope Indonesia, The

Halaman 4
Pharmaceutical, Japanese Pharmacopeia, dan 10. pH target yang digunakan 5,5-6,5.
Jurnal-jurnal Internasional.

Oleum Olivarum harus terlindung dari cahaya Pada pengemasan digunakan wadah yaitu
matahari (Martindale 36 hlm. 2356). botol dengan warna coklat gelap.

Evaluasi volume terpindahkan dapat Pada pembuatan sediaan dilebihkan 3-10%


menyebabkan kehilangan volume sediaan untuk mencegah berkurangnya volume total
(Farmakope Indonesia ed V hlm 1264, softcopy) sediaan.

VI. PREFORMULASI EKSIPIEN (Alisa Arsilia/P17335119002, Awanda Pramesti


Ganesita/P17335119005)

Bahan Polysorbat 80

Pemerian Cairan seperti minyak, jernih, berwarna kuning muda hingga cokelat muda;
bau khas lemah; rasa pahit dan hangat.
Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2020 Hal 1412 (Softcopy)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan praktis tidak
berwarna; larut dalam etanol, dalam etil asetat; tidak larut dalam minyak
mineral.
Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2020 Hal 1412 (Softcopy)
Stabilitas Stabil pada elektrolit, asam lemah, dan basa lemah.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 737, softcopy)
Kegunaan Agen pendispersi, emulsifying agent, surfaktan non-ionik, pelarut, suspending
agent, wetting agent.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 737, softcopy)
Inkompatibilitas Perubahan warna dan / atau pengendapan terjadi dengan berbagai zat,
terutama fenol, tanin, tar, dan bahan seperti tar. Aktivitas antimikroba
pengawet paraben berkurang dengan adanya polisorbat.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 737, softcopy)

Bahan Span 80

Pemerian Cairan atau padatan berwarna krem hingga kuning dengan bau dan rasa yang
khas;
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 903, softcopy)

Halaman 5
Kelarutan Pada umumnya larut atau terdispersi dalam minyak dan dalam pelarut
organik; tidak larut dalam air.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 903, softcopy)
Stabilitas Pembentukan sabun bertahap terjadi dengan asam atau basa kuat; ester
sorbitan stabil dalam asam atau basa lemah..
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 905, softcopy)
Kegunaan Dispersing agent, emulsifying agent, surfaktan non-ionik, solubilizing agent,
suspending agent, vaccine adjuvant.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 903, softcopy)
Inkompatibilitas -

Bahan Propylene Glycol

Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau;
menyerap air pada udara lembab.
Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2020 Hal 1446 (Softcopy)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut
dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tidak dapat bercampur
dengan minyak lemak.
Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2020 Hal 1446 (Softcopy)
Stabilitas Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam keadaan tertutup, tetapi pada
suhu tinggi, di tempat terbuka cenderung teroksidasi pada senyawa seperti
propionaldehyde, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Saat dipanaskan
hingga terurai, propilenglikol mengeluarkan asap tajam dan beracundari CO
dan CO2.
Propilen glikol secara kimiawi stabil bila dicampur dengan etanol
(95%), gliserin, atau air. Propilen glikol bersifat higroskopis dan harus
disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk
dan kering.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 795, softcopy)
Kegunaan Pengawet antimikroba; humektan; plasticizing agent; pelarut
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 795, softcopy)
Inkompatibilitas Propilen glikol tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti
kalium permanganat.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 795, softcopy)

Halaman 6
Bahan Metil Paraben

Pemerian Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih: tidak berbau.
Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2020 Hal 1144 (Softcopy)
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah
larut dalam etanol dan dalam eter.
Farmakope Indonesia Edisi VI Tahun 2020 Hal 1144 (Softcopy)
Stabilitas Larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% penguraian) sampai
sekitar 4 tahun pada suhu kamar. Methylparaben harus disimpan dalam
wadah tertutup baik, sejuk, tempat kering.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 604, softcopy)
Kegunaan Antimicrobial preservative
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 604, softcopy)
Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba dari methylparaben dan paraben lainnya sangat
berkurang dengan adanya surtaktan nonionik, seperti polisorbat 80.
Ketidaksesuaian dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium trisilikat,
talkum, tragacanth, natrium alginat.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 604, softcopy)

Bahan Propil paraben

Pemerian Serbuk putih atau hablur kecil; tidak berwarna.


(Farmakope Indonesia Edisi VI tahun 2020 Hlm: 1450, softcopy)
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut dalam air mendidih; mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.
(Farmakope Indonesia Edisi VI tahun 2020 Hlm: 1450, softcopy)
Stabilitas Larutan propilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf, tanpa
dekomposisi. Pada pH 3-6 larutan stabil (kurang dari 10% dekomposisi),
sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sedagkan larutan pada pH 8 atau lebih
tergaantung pada hidrolisis (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari pada suhu
kamar).
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 804, softcopy)
Kegunaan Antimicrobial preservative
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 803, softcopy)
Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba propilparaben sangat berkurang dengan adanya
surfaktan nonionik sebagai akibat dari miselisasi. Absorpsi propilparaben

Halaman 7
oleh plastik telah dilaporkan, dengan jumlah yang diserap tergantung pada
jenis plastik dan pembawa. Magnesium alumunium silicat, magnesium
trisilicate, yellow iron oxide, dan ultramarine blue juga telah dilaporakn
menyerap propilparaben, sehingga mengurangi kekuatan pengawet.
Propilparaben berubah warna dengan adanya besi dan dapat terhidrolisis oleh
alkali lemah dan asam kuat.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 174, softcopy)

Bahan Alpha Tocopherol

Pemerian Praktis tidak berbau dan tidak berasa bentuk alfa tokofenol dan alfa
tokoferol asetat berupa minyak kental jernih, warna kuning atau kuning
kehijauan. d-Alfa tokoferol asetat dapat berbentuk padat pada suhu dingin.
Alfa tokoferol asam suksinat berupa serbuk warna putih; bentuk d-isomer
melebur pada suhu lebih kurang 75˚ dan bentuk dl- melebur pada suhu
lebih kurang 70˚. Golongan alfa tokoferol tidak stabil terhadap udara dan
cahaya. Bentuk ester stabil terhadap udara dan cahaya. Golongan alfa
tokoferol dan esternya tidak stabil dalam suasana alkalis. Senyawa dengan
asam suksinat juga tidak stabil bila dalam bentuk leburan.
(Farmakope Indonesia Ed V hal. 77. softcopy)
Kelarutan Alfa tokoferol asam suksinat tidak larut dalam air; sukar larut dalam
larutan alkali;larut dalam etanol, dalam eter, dalam aseton dan dalam
minyak nabati; sangta mudah larut dalam kloroform. Bentuk vitamin E lain
tidak larut dalam air; larut dalam etanol; dapat bercampur dengan eter,
dengan aseton, dengan minyak nabati dan dengan kloroform.
(Farmakope Indonesia Ed V hal. 77. softcopy)
Stabilitas Tochoperols akan teroksidasi perlahan oleh oksigen dan lebih cepat oleh
garam besi dan perak. Produk yang teroksidasi termasuk tocopheroxide,
tocopherylquinone, da tocopherylhydroquinone, serta dimer dan trimer.
Ester tocopherol lebih stabil terhadap oksidasi daripada tocopherol bebas
tetapi sebagai akibatnya merupakan antioksidan yang kurang efektif.
Harus disimpan di bawah gas inert, dalam wadah kedap udara di tempat
sejuk, kering dan terlindungi dari cahaya.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 58, softcopy)
Kegunaan Antioxidant
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 58, softcopy)

Halaman 8
Inkompatibilitas Tocopherol tidak cocok dengan peroksida dan ion lgam, terutama besi,
tembaga, dan perak.Tocopherol dapat diserap ke dalam plastik.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 58, softcopy)

Bahan Glicerol

Pemerian Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis;hanya boleh berbau
khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
(Farmakope Indonesia Ed V hal. 508. softcopy)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam minyak menguap.
(Farmakope Indonesia Ed V hal. 508. softcopy)
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi
oleh atmosfer dalam kondisi penyimpanan biasa, tetapi berkurang akibat
pemanasan dengan evolusi akrolein beracun. Campuran gliserin dengan
air, etanol (95%), dan propilen glikol stabil secara kimiawi.
Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu rendah.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 401, softcopy)
Kegunaan Emollient
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 401, softcopy)
Inkompatibilitas Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti
kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium permanganate. Dalam
larutan encer, reaksi berlangsung lebih lambat dengan beberapa produk
oksidasi saat sedang dibentuk. Perubahan warna hitam pada gliserin terjadi
dengan adanya cahaya, atau saat kontak dengan seng oksida atau bismut
nitrat dasar.
Kontaminan zat besi dalam gliserin bertanggung jawab atas penggelapan
warna campuran yang mengandung fenol, salisilat, dan tanin.
Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam gliseroborat, yang
merupakan asam lebih kuat dari asam borat.
(HOPE 8th Edition, 2017 hlm: 401, softcopy)

VII. SPESIFIKASI SEDIAAN (Alisa Arsilia P17335119002, Awanda Pramesti


P17335119005)
Bentuk Sediaan : Emulsi Oleum Olivarum 30%
Warna : Pink

Halaman 9
pH sediaan : 5,5 -6,5
Kadar Sediaan : 30%
Volume Sediaan : 500 mL
Viskositas Sediaan : 400-800 cPs

VIII. FORMULA (Caldy Nur Anzaeni, P17335119006)

Nama Zat Jumlah (%) Kegunaan & Rentang Kadar (Pustaka)

FASE DALAM (FASE MINYAK)


Oleum Olivarum 30 % w/v Bahan aktif
Emulsifying agent used in combination with
hydrophilic emulsifiers in o/w emulsions
Span 80 5 % w/v
(1-10%)
(HOPE Ed 8 hlm: 903, softcopy)
Antioksidan
Alpha tocopherol 0,01 % w/v (0,001-0,05 %)
(HOPE Ed 8 hlm: 58, softcopy)
FASE LUAR (FASE AIR)
Antimicrobial agent
Methyl paraben 0,18 % w/v (0,02-0,3 %)
(HOPE Ed 8 hlm: 604, softcopy)
Antimicrobial agent
Propyl paraben 0,02 % w/v (0,02 %)
(HOPE Ed 8 hlm: 803, softcopy)
Cosolvent topical
Propilenglikol 5 % w/v (5-80 %)
(HOPE Ed 8 hlm: 795, softcopy)
Pengental
CMC-Na 0,6 % w/v (0,1-1,0 %)
(HOPE Ed 8 hlm: 174, softcopy)
Emulsifying agent in o/w emulsions
Tween 80 5 % w/v (1-15%)
(HOPE Ed 8 hlm: 738, softcopy)
Emollient
Gliserin 15 % w/v
(≤ 30 %)

Halaman 10
(HOPE Ed 8 hlm: 401, softcopy)
Pewangi
Pewangi mawar 0,1 w/v (0,1-0,2 %)
(Allen Ed 10 hlm: 138, softcopy)
Pewarna
Pewarna merah 0,2 % w/v (0,0005-0,1 %)
(Allen Ed 10 hlm: 160, softcopy)
Aquadest ad 100 % v/v Pelarut

IX. PENIMBANGAN DAN PERHITUNGAN DAPAR (Aulia Laili Tsuroya,


P17335119004)

Penimbangan Skala Besar

Perhitungan Skala Besar (500 ml)

Dibuat sediaan 7 botol (@62 ml) = 434 ml ~ 500 ml

Jumlah volume sediaan = 434 ml + (10 % x 434 ml) = 477,4 ml ~ 500 ml

Perhitungan HLB
HLB Oleum Olivarum= 7
Tween dan span yang digunakan= 5%
HLB Tween= 15.0 (HOPE 8thEdition page 739)
HLB Span= 4.3 (HOPE 8thEdition page 905)
Tween 80 = 15 2,7 = x 5%= 1,26%

7
Span 80 = 4,3 8+ = x 5%= 3,73%

10,7

No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang


30 g
 500ml  150 g
1 Oleum olivarum 100ml

Halaman 11
1,26 g
 500ml  6,3g
2 Tween 80 100ml

3,73g
3 Span 80  500ml  18,65 g
100ml
0,18 g
4 Methyl Paraben  500ml  0,9 g ≈ 900mg
100ml
0,02 g
5 Propyl paraben  500ml  0,1g ≈ 100mg
100ml
5g
6 Propilen glikol  500ml  25 g
100ml
15 g
7 Gliserin  500ml  75 g
100ml
0,01g
8 Alpha tocoperol  500ml  0,05 g ≈ 50mg
100ml
0,6 g
9 CMC-Na  500ml  3g
100ml
0,2 g
10 Pewarna merah  500ml  1g
100ml
0,1g
11 Pewangi mawar  500ml  0,5 g ≈500mg
100ml
500ml-(150+6,3+18,65+0,9+0,1+25+75+0,05+3+1+
12 Aquadest
0,5 )g= 219,5ml=220 ml

Perhitungan Kelarutan
1. Metil paraben = Kelarutan dalam Propilenglikol (1:5) (HOPE Ed 8 hlm: 604)
Propilenglikol = 0,9 g x 5 = 4,5 ml ~ 5 ml
Air bilasan = 2x2 ml = 4 ml
2. Propil paraben= Kelarutan dalam Proilenglikol (1:5)
Propil paraben = 0,1 g x 5 = 0,5 ml~ 2ml
Air bilasan = 2x2 ml = 4 ml y

X. PERHITUNGAN FTU (FINGER TIP UNIT) (Anisah Hasna Nur Maudi,


P17335119003)
Dosis pengggunaan Oleum Olivarum : Dewasa= Dua kali sehari ( ISO Vol.50 tahun 2014
Halaman 345 )

Halaman 12
Pria Dewasa : 1 FTU= 0,5 gram
Wanita Dewasa : 1 FTU= 0,4 gram
Anak-anak : 1 FTU= atau × 1 FTU pria dewasa

 × 0,5 = 0,167

 × 0,5 = 0,125

FTU DEWASA
Area Kulit FTU
Tangan 1 FTU
Kaki Bawah 2 FTU
Wajah dan Leher 2,5 FTU
Lengan 3 FTU
Kaki atas 6 FTU
Tubuh depan dan belakang 14 FTU
Seluruh Tubuh 40 FTU
Sumber: Topical Preparations Counselling Guide for Pharmacist

A. FTU pemakaian 2 kali sehari


Area Kulit Laki-Laki Dewasa Sehari Perempuan Dewasa Sehari
Tangan 1 FTU× 0,5 g× 2 = 1 g 1 FTU× 0,4 g× 2= 0,8 g
Kaki Bawah 2 FTU× 0,5 g× 2 = 2 g 2 FTU× 0,4 g× 2= 1,6 g
Wajah dan Leher 2,5 FTU× 0,5 g× 2 = 2,5g 2,5 FTU× 0,4 g×2 = 2 g
Lengan 3 FTU× 0,5 g× 2 = 3 g 3 FTU× 0,4 g× 2 = 2,4 g
Kaki Atas 6 FTU× 0,5 g× 2 = 6 g 6 FTU× 0,4 g× 2 = 4,8 g
Tubuh depan dan belakang 14 FTU× 0,5 g× 2 = 14 g 14 FTU× 0,4 g× 2 = 11,2 g
Seluruh Tubuh 40 FTU× 0,5 g× 2 = 40 g 40 FTU× 0,4 g×2 = 32 g

FTU ANAK-ANAK
FTU
AREA KULIT
3-6 bulan 1-2 tahun 3-5 tahun 6-10 tahun
Lengan dan Tangan 1 FTU 1,5 FTU 2 FTU 2,5 FTU
Pergelangan Kaki dan Kaki 1,5 FTU 2 FTU 3 FTU 4 FTU
Wajah dan leher 1 FTU 1,5 FTU 1,5 FTU 2 FTU
Tubuh bagian depan 1 FTU 2 FTU 3 FTU 3,5 FTU
Tubuh bagian belakang dan
1,5 FTU 3 FTU 3,5 FTU 5 FTU
pantat
Sumber: The Fingertip Unit: A new practical measure

A. FTU pemakaian 2 kali sehari


AREA FTU
KULIT 3-6 bulan 1-2 tahun 3-5 tahun 6-10 tahun
Lengan 1 FTU× 0,167 g× 2 1,5 FTU× 0,167 g× 2 2 FTU× 0,167 g× 2 2,5 FTU× 0,167 g× 2

Halaman 13
dan = 0,334 g = 0,501 g = 0,668 g = 0,835 g
Tangan
1 FTU× 0,125 g× 2 1,5 FTU× 0,125 g× 2 2 FTU× 0,125 g× 2 2,5 FTU× 0,125 g× 2
= 0,25 g = 0,375 g = 0,5 g = 0,625 g
1,5 FTU× 0,167 g× 2 2 FTU× 0,167 g× 2 3 FTU× 0,167 g× 2 4 FTU× 0,167 g× 2
Pergelanga =0,501 g = 0,668 g =1,002 g = 1,336 g
n Kaki dan
1,5 FTU× 0,125 g× 2 2 FTU× 0,125 g× 2 3 FTU× 0,125 g× 2 4 FTU× 0,125 g× 2
Kaki
= 0,375 g = 0,5 g = 0,75 g =1g
1 FTU× 0,167 g× 2 1,5 FTU× 0,167 g× 2 1,5 FTU× 0,167 g× 2 2 FTU× 0,167 g× 2
Wajah dan =0,334 g =0,501 g = 0,501 g = 0,668 g
leher 1 FTU× 0,125 g× 2 1,5 FTU× 0,125 g× 2 1,5 FTU× 0,125 g× 2 2 FTU× 0,125 g× 2
=0,25 g = 0,375g =0,375g = 0,5 g
1 FTU× 0,167 g× 2 2 FTU× 0,167 g× 2 3 FTU× 0,167 g× 2 3,5 FTU× 0,167 g× 2
Tubuh = 0,334 g =0,668 g = 1,002 g = 1,169 g
bagian
1 FTU× 0,125 g× 2 2 FTU× 0,125 g× 2 3 FTU× 0,125 g× 2 3,5 FTU× 0,125 g× 2
depan
=0,25 g = 0,5 g = 0,75g =0,875 g
Tubuh 1,5 FTU× 0,167 g× 2 3 FTU× 0,167 g× 2 3,5 FTU× 0,167 g× 2 5 FTU× 0,167 g× 2
bagian = 0,501 g =1,002g = 1,169 g = 1,67 g
belakang 1,5 FTU× 0,125 g× 2 3 FTU× 0,125 g× 2 3,5 FTU× 0,125 g× 2 5 FTU× 0,125 g× 2
dan pantat = 0,375 g = 0,75 g = 0,875 g = 1,25 g

XI. PROSEDUR (Dea Yuniar, P17335119007)


A. Pembuatan aquadest bebas CO2
1. Sejumlah air dipanaskan hingga mendidih.
2. Air tersebut didiamkan selama 30 menit, tutup dan dinginkan
B. Alat dan bahan disiapkan
C. Botol sediaan dan beaker glass utama dikalibrasi
a. Kalibrasi botol optimasi 62mL
1. Air keran sebanyak 62 mL yang diukur menggunakan gelas ukur 100 mL
dimasukkan ke dalam botol optimasi.
2. Botol ditandai hingga mencapai batas air keran, lalu air keran dibuang.
3. Botol optimasi dibilas dengan aquadest sebanyak 4 mL, lalu air bilasan dibuang,
botol dikeringkan
4. Diulangi prosedur 1-3 pada 14 botol lainnya.
b. Kalibrasi beaker glass 60 mL
1. Air keran dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 48 mL, dimasukkan ke
dalam beaker glass 100 tandai sebagai 80% volume sediaan.
2. Air keran dimasukkan ke dalam geas ukur sebanyak 12 mL, dimasukkan ke
dalam beaker glass 100 mL tandai sebagai 100% volume sediaan, air keran
dibuang

Halaman 14
3. Beaker glass yang telah ditandai dibilas dengan ± 4 mL aquadest, air bilasan
dibuang
c. Kalibrasi beaker glass utama 500mL
1. Air keran dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 400 mL, dimasukkan ke
dalam beaker glass 1000 mL, ditandai sebagai 80% volume sediaan.
2. Air keran dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 100 mL dimasukkan ke
dalam beaker glass 1000 mL, ditandai sebagai 100% volume sediaan, air
keran dibuang.
3. Beaker glass yang telah ditandai dibilas dengan ± 10 mL aquadest, air bilasan
dibuang.
D. Penimbangan bahan skala besar
1. Ditimbang Oleum Olivarum 150 gram dengan cawan uap menggunakan
neraca analitik secara tidak langsung.
2. Ditimbang Span 80 18,65 gram dengan cawan uap menggunakan neraca
analitik secara tidak langsung.
3. Ditimbang Tween 80 6,3 gram dengan cawan uap menggunakan neraca
analitik secara tidak langsung.
4. Ditimbang Alpha Tocopherol 50 mg dengan cawan uap menggunakan neraca
analitik secara langsung.
5. Ditimbang Metil Paraben 900 mg dengan cawan uap menggunakan neraca
analitik secara tidak langsung.
6. Ditimbang Propil paraben 100 mg dengan cawan uap menggunakan neraca
analitik secara tidak langsung.
7. Ditimbang CMC-Na 3 gram dengan kertas perkamen menggunakan neraca
analitik secara langsung.
8. Ditimbang Propilenglikol 25 gram dengan beaker glass menggunakan neraca
analitik secara tidak langsung.
9. Ditimbang Gliserin 75 gram dengan beaker glass menggunakan neraca
analitik secara tidak langsung
10. Ditimbang Oleum Rosae 500 mg dengan cawan uap menggunakan neraca
analitik secara tidak langsung.
11. Ditimbang pewarna merah 1 gram dengan cawan uap menggunakan neraca
analitik secara tidak langsung

Halaman 15
12. Diukur aquadest sebanyak 500 mL dengan gelas ukur 1000 mL.
E. Pembuatan mucilago CMC Na
1. Dimasukkan aquadest bebas CO2 ke dalam mortir sebanyak 20 kali berat
CMC-Na yaitu 60 mL.
2. Ditaburkan CMC-Na seberat 3 gram ke dalam mortir yang telah berisi
aquadest, ditunggu hingga mengembang.
3. Digerus secara konstan hingga homogen dan membentuk mucilago.
F. Pembuatan fase dalam (fase minyak)
1. Dimasukkan Oleum Olivarum seberat 150 gram kedalam beaker glass.
2. Dimasukkan Span 80 seberat 18,65 gram kedalam beaker glass.
3. Dimasukkan Alpha-Tocopherol seberat 50 mg kedalam beaker glass.
4. Fase dalam dipanaskan diatas hotplate dengan suhu 60oC.
G. Pembuatan fase luar (fase air)
1. Tween 80 seberat 6,3 gram dicampur dengan sebagian air bebas CO2.
2. Dilarutkan Methyl paraben 900 mg dengan propilen glikol yang telah ditimbang
secukupnya sampai larut, dimasukkan ke dalam beaker glass, diaduk hingga
homogen..
3. Dilarutkan Propyl paraben 100 mg dengan propilen glikol yang telah ditimbang
secukupnya sampai larut, dimasukkan ke dalam beaker glass, diaduk hingga
homogen.
4. Dimasukkan Gliserin 75 gram ke dalam beaker glass, diaduk hingga homogen.
5. Dimasukkan sisa Propilen Glikol ke dalam beaker glass, diaduk hingga
homogen.
6. Larutan didalam beaker glass fase luar diaduk hingga homogen dan dipanaskan
diatas hotplate dengan suhu 70-80oC.
H. Pembuatan emulsi Oleum Olivarum
1. Fase luar yang telah dimasukkan kedalam beaker glass.
2. Fase dalam yang telah dipanaskan dimasukkan kedalam beaker glass.
3. Di mixer hingga membentuk corpus emulsi.
4. Emulsi dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir yang berisi mucilago
CMC-Na, diaduk dengan menggunakan stamper ad homogen.
5. Dimasukkan campuran tersebut ke dalam beaker glass utama. Diaduk dengan
menggunakan alat mixing ad homogen.

Halaman 16
6. Aquadest bebas CO2 dimasukkan kedalam beaker glass utama hingga batas
kalibrasi 80 % volume sediaan dan diaduk hingga homogen.
7. Dicek pH sediaan dengan pH meter pada rentang pH 5,5 -6,5. Jika larutan
terlalu asam ditambahkan Na-Sitrat, jika larutan terlalu basa ditambahkan Asam
Sitrat.
8. Oleum Rosae seberat 500 mg dimasukkan kedalam beaker glass utama dan
diaduk hingga homogen.
9. Pewarna merah sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam beaker glass utama dan
diaduk hingga homogan.
10. Aquadest bebas CO2 ditambahkan kedalam beaker glass utama dan diaduk
hingga homogen.
11. Dicek pH sediaan dengan pH meter pada rentang pH 5,5 -6,5. Jika larutan
terlalu asam ditambahkan Na-Sitrat, jika larutan terlalu basa ditambahkan Asam
Sitrat.
12. Dimasukkan ke dalam botol sebanyak 60 mL (hingga batas kalibrasi), lakukan
terhadap 14 botol lainnya.
13. Dilakukan evaluasi sediaan.

XII. EVALUASI SEDIAAN (Dewi Ratna Juita, P17335119009)

No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah Syarat


sampel
1. Organoleptik Metode Visual 1 Botol Warna : pink
(Farmakope 1. Warna dilihat dengan menggunakan Bau : mawar
Indonesia Edisi V indera penglihatan. Rasa : tidak berasa
Tahun 2014 Hal. 2. Bau dengan indra penciuman.
1521) 3. Rasa dengan indra pengecap.
(Evaluasi Fisika)
2. Penetapan bobot Didasarkan pada perbandingan bobot zat 1 Botol Digunakan hanya untuk
jenis (Farmakope di udara pada suhu 250C terhadap bobot cairan bila suhu 250C
Indonesia Edisi air dengan volume dan suhu yang sama. zat berbentuk padat,
VI Tahun 2020 Menggunakan piknometer bersih dan tetapan bobot jenis pada
Hal. 2054) kering yang telah dikalibrasi dengan suhu yang tertera pada
(Evaluasi Fisika) menetapkan bobot piknometer dan bobot masing-masing
air yang baru dididihkan hingga 25℃ monografi.Dan mengacu
pada air pada suhu 250C.
Lebih besar dari BJ air.
Bobot jenis emulsi
1,0418-1,0682 g/ml

Halaman 17
(Nurul Anisha H, 2017)
3. Penentuan Viskometer stormer diisi tabung dengan 2 Botol Mendekati viskositas
viskositas sejumlah cairan pada suhu 20℃ ± CMC-Na yaitu 400-800
(Farmakope 0,1℃. Atur meniscus cairan pada tabung cPs
Indonesia Edisi pengisi dan kapiler agar cairan mengalir
VI Tahun 2020 bebas melewati tekanan atmosfer. Catat
Hal. 2064) waktu dalam detik yang diperlukan
(Evaluasi Fisika) cairan untuk mengalir dari batas atasdan
batas bawah dalam tabung kapiler.
4. Volume 1. Keluarkan isi dari wadah ke wadah 3 Botol Tidak ≤ 10% untuk 3
terpindahkan yang sesuai dan telah ditara wadah dan untuk
(Farmakope (biarkan mengalir sampai tidak masing-masing botol
Indonesia Edisi lebih dari 5 detik) harus pada rentang 95-
VI Tahun 2020 2. Tentukan bobot isi dari wadah 100% (57-62 mL).
Hal. 2121) Hitung volume setelah penetapan bobot
(Evaluasi Fisika) jenis. Tuangkan perlahan- lahan isi dari
setiap wadah ke dalam gelas ukur yang
tidak lebih dari dua setengah kali
volume yang diukur dan telah dikalibrasi
dengan hati-hati untuk menghindari
pembentukan gelembung udara pada
waktu penuangan diamkan selama 5
menit kecuali dinyatakan lain dalam
monografi
5. Penetapan pH pH sediaan diuji dengan menggunakan 1 Botol Rentang pH mengikuti
(Farmakope pH meter yang sesuai dan yang mampu pH kulit dengan retang
Indonesia Edisi mengukur harga pH sampai 0,02 untuk 4,5 – 6,5 dan pH target
VI Tahun 2020 pH yang dilakukan pada suhu 250C±20C, sediaan 6
Hal. 2066) kecuali dinyatakan lain pada masing-
(Evaluasi Kimia) masing monografi.
6. Uji stabilitas Larutan uji disimpan pada suhu ruang 3 Botol Rentang yang dapat
(Farmakope dianalisis pada periode waktu yang diterima untuk stabilitas
Indonesia Edisi ditentukan, menggunakan responas larutan uji antara 98% -
VI Tahun 2020 larutan uji sebagai pembanding. Rentang 102%
Hal. 2166) yang dapat diterima apabila stabilitas
(Evaluasi Kimia) larutan uji antara 98% dan 102%
dibandingkan dengan analisis awal dari
larutan uji
7. Uji penentuan tipe Sejumlah kecil pewarna yang larut air 1 Botol Tipe O/W zat warna
emulsi (Martin’s seperti methylen blue atau brilliant blue Methylen blue tersebar
Physical CFC dicampurkan pada permukaan dalam sediaan, dan tipe
W
Pharmacy and emulsi /O jika partikel zat
pharmaceutical warna membentuk
sciences Ed Vl, gumpalan di permukaan
Hlm 641,
softcopy)
8. Identifikasi dan Lakukan penetapan dengan cara 3 Botol Kadar pada sediaan

Halaman 18
penetapan kadar kromatografi cair kinerja tinggi tidak kurang dari 99,5%
(Farmakope dan tidak lebih 100,%
Indonesia Edisi dari jumlah yang tertera
V Tahun 2014 pada etiket.
Hal. 295)
(Evaluasi Kimia)
9. Volume Volume uji yang diisikan merupakan 1 Botol Sama dengan atau
sedimentasi volume awal (V0) perubahan volume mendekati 1 (>0,5)
(Aultons (Vt) dicatat selama 3 hari tanpa dihitung range 0,5 ≤ x ≤ 1
pharmaceutics the fraksinya
design and
manufactur of
th
medicine 4 pdf
Hal. 426)
10. Homogenitas Dilihat ukuran partikel sebanyak 3 kali 1 Botol Emulsi dianggap
(Farmakope setelah diteteskan menggunakan pipet di homogen jika ukuran
Indonesia Edisi V atas kaca arloji globul terlihat sama.
Tahun 2014 Hal.
1163)
11. Volume creaming Emulsi dimasukkan ke dalam gelas ukur 3 Botol Creaming yang harus
(Aulton Ed 5th, 100 mL disimpan pada suhu kamar, lalu terbentuk harus mudah
2018, hlm 470, diamati panjang creaming selama 3 hari. terdispersi kembali. Tipe
softcopy) emulsi O/W creaming
mengarah ke atas dan
tipe emulsi W/O
creaming mengarah ke
bawah.
12. Uji ukuran globul Diameter globul emulsi diukur 1 Botol Ukuran globul emulsi
(jurnal formulasi menggunakan instrument particle size pada rentang 0,1-100
dan uji stabilitas analyzer. µm.
fisik sediaan
emulsi minyak
ikan lemuru)
13. Uji kandungan Pengujian dilakukan dengan metode 3 Botol Sediaan tidak ada
Pengawet penyaringan membran atau metode pertumbuhan bakteri.
(Farmakope angka lempeng total yang sesuai,
Indonesia Edisi pemilihan metode pengujian
VI, Hlm. 1815 berdasarkan beberapa faktor, antara lain
softcopy) jenis produk yang diuji dengan
(Evaluasi Biologi) memperkirakan kesesuaian secara
spesifik
14. Uji sensitivitas Pengujian dapat dilakukan dalam tiap 5 Botol Sediaan terhindar dari
pengawet lima wadah asli, lima wadah bak cemaran mikroba dan
(Farmakope teriologi, bertutup steril. Inokulasi tiap hanya berlaku pada
Indonesia Edisi wadah dengan satu inokula baku yang produk di dalam wadah
VI Tahun 2020 telah disiapkan. Tambahkan kadar asli yang belum
Hal. 1826) mikroba uji pada sediaan inkubasi diberikan

Halaman 19
(Evaluasi Biologi) wadah yang sudah di inokulasi 22,5 ±
2,5. ambil sampel pada setiap wadah,
tetapkan dengan prosedur angka
lempeng total

Halaman 20
XIII. DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V. dan H.C. Ansel. 2014. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
System. 10th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer
business
Aulton, Michael. M, dan Kevin M.G. Taylor. 2018. Pharmaceutics: The Science Of
Dosage From Design. 5th Ed. Churchihill Livingstone Elsevier.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2015 . ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume
50. Jakarta : Isfi Penerbitan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Long CC, Finlay AY.1991. The Fingertip unit: A New Practical Measure. Clin Exp
Dermatol. Wales: Cardiff University
Paul J Sheskey, Walter G and Collin G Cable. 2020. Handbook Of Pharmaceutical
Exipients. 8th Edition. UK and USA: Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation 2017.
Patrick J. Sinko. 2011. Martin’s Physicall Pharmacy and Pharmaveutical Science. 6th
Ed. London: Lippincontt Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Business
Patihul Husni, Yasarah Hispastin, dan Melinda Januarti. 2019. Formulasi dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Emulasi Minyak Ikan Lemuru dalam Jurnal Farmasi
Vol 11 No. 2. Bandung: Universitas Padjajaran
PubChem.2020.OliveOil (online),(https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Olive
Oil), diakses tanggal 23 November 2020.
Sani, Roshayati Mohamad. 2018. Topical Preparations Counselling Guide for
Pharmacist. 1st Edition. Malaysia: Pharmaceutical Services Programme
Ministry of Health, Malaysia.
Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Thirty Sixth Edition,
Pharmaceutical Press, New York

Halaman 21

Anda mungkin juga menyukai