Anda di halaman 1dari 7

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 8 Nomor 2 Mei 2019

STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN MALARIA DI INSTALASI RAWAT INAP


RSUD KABUPATEN MIMIKA

1) 1) 1)
Febryan L. Gultom , Weny I. Wiyono , Heedy M. Tjitrosantoso
1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Malaria is an infectious disease caused by the Plasmodium parasite (class of Sporozoa) that attacks red blood
cells. In indonesia, there are 4 (four) species of malaria parasites, namely Plasmodium falciparum as the cause
of tropical malaria which often causes brain malaria with death, Plasmodium vivax as the cause of malaria
tertiana, Plasmodium malariae as the cause of malaria quartana and Plasmodium ovale as the cause of ovale
malaria. This study aims to determine the patient characteristics and treatment patterns in malaria patients at
the inpatient installation of the Mimika District Hospital in period June – December 2018. This study was a
descriptive study with retrospective data collection against 68 medical records of malaria patients who were
hospitalized inclusion criteria. There were more men group than women, 41 patiensts (60,29%). Most of
malaria patients are in the 0 – 5 year age group with 30 patients (44,12%). The most common type of malaria is
uncomplicated vivax malaria 21 patients (33,82%). The most drug use of patients was Primaquin as many as 57
(83,82%) of 68 patients. The exact percentage of drug use for patients is 100%, right drug 89.71%, right dose
92.65%, timely 97.06% and right route 100%.

Keywords : Malaria, Drug Utilization Study, Hospitalization.

ABSTRAK

Malaria merupakan penyakit menular disebabkan oleh parasit Plasmodium (kelas Sporozoa) yang menyerang sel
darah merah. Di Indonesia dikenal 4 (empat) macam spesies parasit malaria yaitu Plasmodium falciparum
sebagai penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria otak dengan kematian, Plasmodium vivax
sebagai penyebab malaria tertiana, Plasmodium malariae sebagai penyebab malaria quartana dan Plasmodium
ovale sebagai penyebab malaria ovale. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien dan pola
pengobatan penyakit malaria pada pasien malaria di instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Mimika periode
bulan Juni – Desember 2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara
retrospektif terhadap 68 data rekam medik pasien malaria rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah
pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 41 pasien (60,29%). Pasien Malaria
kebanyakan berada pada kelompok usia 0-5 tahun sebanyak 30 pasien (44,12%). Jenis malaria yang paling
sering terjadi adalah Malaria vivax tanpa komplikasi sebanyak 23 pasien (33,82%). Penggunaan obat pasien
paling banyak yaitu Primakuin sebanyak 57 (83,82%) dari total 68 pasien. Persentase ketepatan penggunaan obat
yang tepat pasien 100%, tepat obat 89,71%, tepat dosis 92.65%, tepat waktu 97,06% dan tepat rute 100%.

Kata kunci : Malaria, Studi Penggunaan Obat, Rawat Inap.

498
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 2 Mei 2019

PENDAHULUAN 168/1.000 penduduk (Dinkes Kabupaten


Malaria merupakan penyakit menular Mimika, 2017).
disebabkan oleh parasit Plasmodium (kelas Dalam upaya menurunkan angka
Sporozoa) yang menyerang sel darah merah. Di kesakitan dan kematian, yang sangat penting
Indonesia dikenal 4 (empat) macam spesies adalah pencegahan dan pengobatan. Pengobatan
parasit malaria yaitu Plasmodium falciparum penyakit malaria dapat dilakukan dengan
sebagai penyebab malaria tropika yang sering penggunaan antimalaria. Untuk penggunaan obat
menyebabkan malaria otak dengan kematian, antimalaria, harus memilih obat antimalaria yang
Plasmodium vivax sebagai penyebab malaria ideal yaitu efektif terhadap semua jenis dan
tertiana, Plasmodium malariae sebagai penyebab stadium parasit, efek samping ringan dan
malaria quartana dan Plasmodium ovale sebagai toksisitas rendah (Rumagit et al., 2013).
penyebab malaria ovale yang sudah sangat Dengan demikian perlu dilakukan
jarang ditemukan (Natalia et al., 2016). Parasit penelitian mengenai pola penggunaan obat
Plasmodium ditularkan melalui gigitan nyamuk antimalaria untuk meningkatkan efektivitas
Anopheles betina. Parasit terebut akan hidup dan pengobatan malaria. Tingginya angka kejadian
dan berkembang biak pada sel darah manusia. malaria di Timika membuat peneliti tertarik
Penyakit malaria menyerang semua kelompok untuk melakukan studi mengenai penggunaan
umur baik laki-laki maupun perempuan obat antimalaria pada penderita yang menjalani
(Kemenkes RI, 2016). rawat inap di RSUD Kabupaten Mimika.
Provinsi Papua merupakan daerah
METODOLOGI PENELITIAN
endemis malaria, angka kesakitan menempati
urutan pertama dari 10 besar penyakit (Natalia et Tempat dan Waktu Penelitian
al., 2016). Pada tahun 2016, angka API (Annual Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam
Parasite Index) provinsi Papua menurun medik RSUD Kabupaten Mimika pada bulan
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Desember 2018 – April 2019.
49,43/1000 penduduk. Namun angka tersebut
Jenis Penelitian
masih terbilang tinggi dibandingkan dengan
Penelitian ini menggunakan metode
daerah-daerah lain di Indonesia (Dinkes Papua,
pendekatan retrospektif yaitu suatu penelitian
2017).
yang dilakukan dengan cara pendekatan
Penyakit malaria masih merupakan salah
observasi, pengumpulan data sekaligus pada satu
satu masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten
waktu dan menggunakan data yang diperoleh
Mimika. Beberapa tahun sebelumnya sampai
pada masa lampau (Notoatmodjo, 2010). Bahan
dengan saat ini penyakit tersebut masih selalu
dan sumber data dari penelitian ini diperoleh dari
masuk dalam urutan pertama dari 10 penyakit.
rekam medis pasien malaria yang berada di
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang
RSUD Kabupaten Mimika periode Juni 2018 –
Pengendalian Masalah Kesehatan jumlah
Desember 2018.
penderita berdasarkan pemeriksaan sediaan
darah pada tahun 2016, dari sebanyak 81.492 Alat dan Bahan
yang diperiksa terdapat 34.454 sediaan darah Alat dan bahan yang digunakan dalam
(42,28%) yang positif malaria dengan API penelitian ini yaitu Drug Information Handbook
(DIH), Buku Saku Penatalaksanaan Kasus
499
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 2 Mei 2019

Malaria, Guidelines for Treatment of Malaria, HASIL DAN PEMBAHASAN


Monthly Index of Medical Specialities (MIMS),
Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis
Informasi Spesialite Obat (ISO), data rekam
Kelamin
medik pasien malaria yang menjalani rawat inap Tabel 1. Karakteristik Pasien Malaria
di RSUD Kabupaten Mimika. Data rekam medik Berdasarkan Jenis Kelamin.
berisi deskripsi pasien (minimal mencakup Jumlah
Jenis Kelamin Persentase (%)
nama, umur, jenis kelamin, berat badan), Pasien (n)
keluhan utama (keluhan yang sering dirasakan Laki-laki 41 60,29
oleh pasien), diagnosis penyakit (diagnosis
Perempuan 27 39,71
primer dan sekunder), data penggunaan obat
Total 68 100
pasien selama rawat inap, data hasil pemeriksaan
fisik dan laboratorium serta literatur-literatur lain
Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia
yang terkait.
Tabel 2. Karakteristik Pasien Malaria
Subyek Penelitian Berdasarkan Usia.
Subyek dalam penelitian ini adalah pasien Jumlah Persenta
Usia
Pasien se (%)
rawat inap dengan diagnosa malaria di RSUD 0-5 (Masa Balita) 30 44,12
Kabupaten Mimika periode Juni 2018 – 5-11 (Masa Kanak-Kanak) 11 16,18
Desember 2018 yang memenuhi kriteria inklusi 12-16 (Masa Remaja Awal) 4 5,88
17-25 (Masa Remaja Akhir) 10 14,71
dan eksklusi. 26-35 (Masa Dewasa Awal) 1 1,47
36-45 (Masa Dewasa Akhir) 4 5,88
Besar Sampel 46-55 (Masa Lansia Awal) 5 7,35
Pengambilan sampel dilakukan dengan 56-65 (Masa Lansia Akhir) 3 4,41
>65 (Masa Manula) 0 0,00
metode consecutive sampling, yaitu subyek
Total 68 100
dalam penelitian yang memenuhi kriteria
pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai Jenis Malaria
jumlah subyek yang diinginkan terpenuhi. Tabel 3. Karakteristik Pasien Malaria
Berdasarkan Jenis Malaria.
Perhitungan jumlah sampel minimal yang sudah
Jumlah Persentase
diketahui populasinya dilakukan menurut rumus Jenis Malaria
Pasien (%)
Slovin. Minimal sampel yang dibutuhkan adalah Malaria vivax tanpa 23 33,82
sebanyak 67 pasien. Jumlah sampel yang diambil komplikasi
Malaria falciparum tanpa 20 29,41
dalam penelitian ini adalah sebanyak 68 pasien. komplikasi
Malaria vivax komplikasi 14 20,59
Analisis Data cerebral
Data yang telah dikumpulkan di Lembar Malaria falciparum 5 7,35
Pengumpulan Data (LPD) dilakukan analisis komplikasi cerebral
Malaria vivax komplikasi 2 2,94
deskriptif, yaitu dengan mengidentifikasi hiperparasitemia
karateristik pasien (nama, usia, jenis kelamin, Malaria falciparum 3 4.41
komplikasi
berat badan, jenis malaria, data pemeriksaan fisik hiperparasitemia
dan data laboratorium), dan menganalisa pola Malaria mix komplikasi 1 1,47
pengobatan yang diterima pasien lalu selanjutnya cerebral
Total 68 100
data akan disajikan dalam bentuk Tabel,
persentase dan diagram.
500
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 2 Mei 2019

sebanyak 11 pasien (16,18%), kelompok usia 17-


Pola Pengobatan 25 tahun sebanyak 10 pasien (14,71%), Pasien
Tabel 4. Pola Pengobatan Pasien Malaria pada kelompok usia 0-5 tahun menjadi pasien
Terapi Menerima Persentase (%) dengan jumlah terbanyak disusul dengan
Antimalaria Terapi kelompok usia 5-10 tahun. Hal ini dikarenakan
DHP 54 79,41
sistem imun anak-anak yang masih lemah
Inj. Artesunate 35 51,47
Primaquin 57 83,82 sehingga rentan terinfeksi malaria (Babba,
2007). Hasil ini juga menunjukkan bahwa pada
kelompok usia produktif yaitu kelompok usia
Kriteria Ketepatan Evaluasi Penggunaan Obat
Tepat Tidak
17-25 tahun juga merupakan kelompok usia
Tepat pasien yang cukup banyak. Hal ini sesuai dengan
n % n % penelitian Rumagit et al. (2013) dimana
Pasien 68 100,00 0 0 kelompok usia 21-60 tahun menjadi kelompok
Obat 61 89,71 7 10,29 usia dengan pasien terbanyak. Hal ini disebabkan
Dosis 63 92,65 5 7.35
karena kelompok usia produktif tersebut lebih
Waktu 66 97.06 2 2,94
Rute 68 100,00 0 0 sering melakukan aktivitas di sore hingga malam
Ketepatan Penggunaan Obat hari dimana nyamuk sebagai vektor malaria juga
Tabel 5. Ketepatan Penggunaan Obat aktif mencari darah manusia (Natalia et al.,
2016).
Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Jenis Malaria
Kelamin Berdasarkan data jenis malaria yang
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa ditunjukkan Tabel 3 Malaria vivax tanpa
pasien yang menderita malaria lebih banyak komplikasi sebanyak 23 pasien (33,82%), diikuti
terjadi pada pasien yang berjenis kelamin laki- dengan Malaria falciparum tanpa komplikasi
laki dengan 41 pasien (60,29%) dibandingkan sebanyak 20 pasien (29,41%). Malaria vivax
pasien yang berjenis kelamin perempuan 27 disebut juga malaria tertiana merupakan malaria
pasien (39,71%). Hasil ini sesuai dengan yang disebabkan oleh Plasmodium vivax
penelitian yang dilakukan oleh Natalia et al. sedangkan malaria falciparum disebut juga
(2016) dimana ditemukan bahwa pasien laki-laki malaria tropika yang disebabkan oleh parasit
sebanyak sebanyak 49 pasien (59,04 %) dan Plasmodium falciparum. Namun demikian
perempuan sebanyak 34 pasien (40,96 %). Hal perbedaan angka kejadian kedua jenis malaria
ini dapat disebabkan oleh perbedaan respon tanpa komplikasi tersebut tidak terlalu
imun. Respon imun yang dimiliki oleh signifikan.
perempuan lebih kuat dibandingkan respon imun Pola Pengobatan
laki-laki (Baratawidjaja, 2006). Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa
Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia pasien malaria yang dirawat inap di RSUD
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Mimika menerima terapi DHP
kelompok usia terbesar terdapat pada kelompok (Dihidroartemisinin-Piperakuin) sebanyak 54
usia 0-5 tahun sebanyak 30 pasien (44,12%), (79,41%) pasien dari total 68 pasien.
diikuti dengan kelompok usia 5-11 tahun Dihidroartemisinin adalah metabolit aktif utama
derivat artemisinin, tetapi dihidroartemisinin
501
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 2 Mei 2019

dapat juga diberikan langsung secara oral atau Tepat Obat


melalui rektal (Depkes RI, 2008). Berdasarkan diagnosis yang tepat maka
Dihidroartemisinin dikombinasikan bersama harus dilakukan pemilihan obat yang tepat.
dengan piperakuin yang terdiri atas 40 mg Ketepatan penggunaan obat kategori tepat obat
dihidroartemisinin dan 320 mg piperakuin dalam adalah ketepatan pemilihan obat yang
bentuk fixed dose (dosis tunggal) dan diminum mempertimbangkan ketepatan kelas terapi dan
satu kali sehari 3-4 tablet selama tiga hari. jenis obat, serta manfaat dan keamanan
Pasien yang menerima Injeksi Artesunate berdasarkan literatur dan pedoman.
sebanyak 35 (51,47%) dari total 68 pasien. Berdasarkan hasil evaluasi ketepatan
Penggunaan artesunat direkomendasikan karena penggunaan obat dalam penelitian ini diperoleh
artesunat merupakan derivat artemisinin yang sebesar 61 pasien (89,71%) tepat obat, dimana
larut dalam air dan paling luas digunakan terdapat 7 pasien (10,29%) tidak tepat obat.
sebagai terapi (Depkes RI, 2008). Pasien yang Ketidaktepatan pemberian obat pada penelitian
menerima ini terdapat pada kasus tidak diberikannya
Primaquin sebanyak 57 (83,82%) dari Primakuin pada pasien yang terdiagnosis
total 68 pasien. Primakuin adalah antimalaria menderita Malaria falciparum dan Malaria vivax.
esensial yang dikombinasikan dengan klorokuin Eliminasi parasit Plasmodium vivax dan
dalam pengobatan malaria. Obat ini efektif Plasmodium ovale lebih sulit untuk terjadi
terhadap gametosid dari semua Plasmodium kepada pasien malaria yang tidak menerima
sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit terapi Primakuin. Dengan demikian pengobatan
(Azlin, 2004). malaria menjadi tidak optimal sehingga dapat
Ketepatan Penggunaan Obat menyebabkan waktu perawatan lebih lama
Tepat Pasien (Briolant et al., 2017).
Menurut Depkes RI (2006) pemberian
Tepat Dosis
obat dikatakan tepat pasien bila dalam
Evaluasi ketepatan pemberian obat
pemberiannya dihubungkan dengan ketepatan
kategori tepat dosis bertujuan untuk menilai
dalam menilai kondisi pasien, dalam hal ini
ketepatan dosis pada pemberian obat antimalaria
pemberian obat harus sesuai dengan kondisi
pada pasien di RSUD Kabupaten Mimika
pasien malaria. Pemberian obat harus
dibandingkan dengan Pedoman Penatalaksaan
mempertimbangkan perbandingan efek terapi
Malaria di Indonesia. Pemberian dosis yang tepat
dan resiko.
dapat mempengaruhi efektivitas dari pengobatan
Pada penelitian ini evaluasi penggunaan
malaria (Natalia et al., 2016). Perhitungan dosis
obat terkait kondisi pasien dilakukan dengan
pemberian obat antimalaria dilakukan
melihat pengobatan yang diterima pasien selama
berdasarkan berat badan pasien (Kemenkes RI,
menjalani rawat inap. Selain itu, juga dilihat data
2018).
hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
Hasil dari penelitian yang dilakukan
laboratorium yang berpengaruh dalam menilai
menunjukkan bahwa ketepatan dosis dalam
ketepatan obat terkait kondisi pasien.
penelitian ini sebesar 63 pasien (92,65%),
Berdasarkan hasil evaluasi kategori tepat pasien
terdapat 5 pasien (7,35%) tidak tepat dosis. Pada
dalam penelitian ini diperoleh sebesar 68 pasien
penelitian ini, ditemukan bahwa pemberian dosis
(100%) tepat pasien.
yang diberikan pada pasien lebih dari dosis yang
502
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 2 Mei 2019

dianjurkan pada pedoman. Dosis injeksi dilakukan menunjukkan bahwa ketepatan rute
artesunat diberikan sebanyak 120 mg pada pemberian obat dalam penelitian ini sebesar 68
pasien dengan berat badan 46 kg. Dosis yang pasien (100%). Pemberian obat antimalaria baik
seharusnya diberikan yaitu 2,4 mg/kgbb secara oral maupun injeksi pada pasien Malaria
sehingga dosis yang seharusnya diterima pasien di RSUD Kabupaten Mimika dilakukan secara
adalah sebanyak 110,4 mg. tepat.
Kesalahan pemberian dosis merupakan
KESIMPULAN
salah satu penyebab resistensi obat antimalaria Berdasarkan hasil penelitian yang
yang dapat menyebabkan kegagalan dalam dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
pengobatan malaria (WHO, 2001). Pemberian
1. Karakteristik pasien Malaria yang
dosis obat yang tidak tepat juga dapat menjalani rawat inap di RSUD
memberikan dampak yang luas bagi pasien Kabupaten Mimika periode Juni –
diantaranya mengakibatkan pasien tersebut gagal
Desember 2018 jumlah pasien laki-laki
mendapatkan pengobatan yang benar terkait lebih banyak dibandingkan perempuan
penyakitnya, dapat menimbulkan komplikasi yaitu sebanyak 41 pasien (60,29%).
berkaitan dengan penyakitnya (Jawetz, 1984). Pasien Malaria kebanyakan berada pada
Tepat Waktu kelompok usia 0-5 tahun sebanyak 30
Ketepatan pemberian obat kategori tepat pasien (44,12%). Jenis malaria yang
waktu pemberian obat dinilai berdasarkan paling sering terjadi adalah Malaria vivax
interval waktu pemberian obat antimalaria. Hasil tanpa komplikasi sebanyak 23 pasien
dari penelitian yang dilakukan menunjukkan (33,82%).
bahwa ketepatan waktu dalam penelitian ini 2. Pola penggunaan obat malaria pada
sebesar 66 pasien (97.06%), terdapat 2 pasien pasien yang menerima terapi DHP
(2,94%) tidak tepat waktu. sebanyak 54 (79,41%) pasien dari total
Pemberian obat antimalaria yang tidak 68 pasien, pasien yang menerima Injeksi
tepat waktu didapat pada kasus pemberian DHP. Artesunat sebanyak 35 (51,47%) dan
DHP diberikan pada jam 01.00 WIT, kemudian pasien yang menerima Primaquin
pemberian kedua diberikan pada jam 22.00 WIT sebanyak 57 (83,82%). Persentase
dan pemberian ketiga pada jam 22.00 WIT. ketepatan penggunaan obat yang tepat
Pemberian DHP seharusnya diberikan setiap 24 pasien 100%, tepat obat 89,71%, tepat
jam, namun pada penelitian ini ditemukan bahwa dosis 92,65%, tepat waktu 97,06% dan
interval waktu pemberian DHP kurang dari 24 tepat rute 100%.
jam. Pemberian obat dengan interval waktu yang
SARAN
tidak tepat dapat merugikan pasien dan membuat Disarankan kepada RSUD Kabupaten
terapi menjadi tidak optimal (Taufiq, 2015). Mimika untuk meningkatkan kualitas pelayanan
Tepat Rute dan pengobatan bagi pasien malaria rawat inap
Ketepatan pemberian obat kategori tepat khususnya dalam pemilihan obat dan pemilihan
rute pemberian dikatakan tepat apabila sesuai dosis sehingga dapat membantu dalam
dengan kondisi pasien dan jenis sediaan obat menurunkan angka kejadian malaria di
yang akan diberikan. Hasil dari penelitian yang Kabupaten Mimika.

503
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 2 Mei 2019

DAFTAR PUSTAKA Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


2018. Buku Saku Penatalaksanaan
Azlin, E. 2004. Obat Anti Malaria. Sari
Kasus Malaria. Kementrian Kesehatan
Pediatri. 5(4) : 150 – 154.
Republik Indonesia, Jakarta.
Babba, Ikrayama. 2007. Faktor-Faktor Risiko
Natalia, D. S., D. Gunawan, R. D. Pratiwi.
yang Mempengaruhi Kejadian
2016. Evaluasi Penggunaan Obat
Malaria [tesis]. Program Pascasarjana
Antimalaria di Rumah Sakit Umum
UNDIP, Semarang.
Daerah (RSUD) Abepura, Jayapura
(Studi kasus bulan Juli - Desember tahun
Baratawidjaja, K. G .2006. Imunologi Dasar.
2014). Jurnal Biologi Papua. 8(2): 72 –
Edisi 8. Balai Penerbit Fakultas
78.
Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Edisi Revisi. PT. Rineka
Briolant, S., Pradines, B., Basco L. K. 2017.
Cipta, Jakarta.
Role Of Primaquine In Malaria
Control And Elimination In French-
Rumagit, N. A., H. M. Tjitrosantoso, W. I.
Speaking Africa. Bull Soc Pathol Exot.
Wiyono. Studi Penggunaan Antimalaria
110(3) : 198 - 206.
Pada Penderita Malaria Di Instalasi
Rawat Inap Blu RSUP Prof. Dr. R. D.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kandou Manado Periode Januari 2013
2006. Penggunaan Obat Rasional.
-Mei 2013. Pharmacon. 2(3) : 50 – 53.
Ditjen Bina kefarmasian dan Alat
Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
Taufiq, S. 2015. Prevalence and Causes of
Wrong Time Medication Administration
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Errors: Experience at a Tertiary Care
2008. Buku Saku Pelayanan
Hospital in Pakistan. Canadian
Kefarmasian untuk Penyakit Malaria.
Journal of Nursing Informatics. 10
Departemen Kesehatan Republik
(2015) : 1 – 13.
Indonesia, Jakarta.
World Health Organization. 2001. Drug
Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika. 2017.
Resistance in Malaria. Malaria
Profil Kesehatan Kabupaten Mimika
Epidemiology Branch Centers for
Tahun 2017. Dinas Kesehatan
Disease Control and Prevention,
Kabupaten Mimika, Timika.
Chamblee.
Jawetz, E. 1984. Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan, Edisi 16. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


2016. Infodatin Malaria 2016.
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

504

Anda mungkin juga menyukai