UTS - Metpen Kualitatif - Andini Riswanda Putri F02719223 PDF
UTS - Metpen Kualitatif - Andini Riswanda Putri F02719223 PDF
a. Judul Penelitian
Pola Komunikasi Pembinaan Rohani dan Mental Islam Dalam
Meningkatkan Pemahaman Dan Kesadaran Keagamaan Anggota Di Markas
Kepolisian Daerah Jawa Timur
b. Rumusan Masalah
1. Pola Komunikasi
Pola dapat juga diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap. Komunikasi
merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan atau berita yang disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan dengan maksud sama makna sehingga dapat
dipahami penyampaian yang diberikan tersebut. Pola Komunikasi adalah pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan
dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.1
2. Pembinaan Rohani Mental Islam
Disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa: “pembinaan berarti
membina, memperbaharui atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan,
dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik”.2 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer, pembinaan adalah “proses membina, membangun atau
menyempurnakan, upaya mendapat hasil yang lebih baik”. Kemudian menurut
3
1
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta: PT. Renaka Cipta,
2004), h. 1
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1993), cet.ke-II, h. 117.
3
Salim Peter dan Salim Yenny, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), h.
205
4
Soetopo H, Seoemanto W, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1988), cet.ke-2, h.
292
5
Samudra Azhari Aziz dan Setia Budi, Eksistensi Rohani Manusia, (Jakarta: Yayasan Majelis Ta’lim HDH, 2004),
bag. 2, h. 92
6
A F Jaelani, Pensucian Jiwa (Tazkiyat Al- Nafs) dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Amzah, 2000), h. 75.
3. Pemahaman Dan Kesadaran Keagamaan
Pemahaman dan kesadaran keagamaan terdiri dari tiga kata yaitu pemahaman,
kesadaran dan keagamaan. Pemahaman berkaitan dengan kognitif dan merupakan
tipe yang lebih tinggi dibandingkan pengetahuan. Menurut Anas Sudijono:
Kemudian kesadaran yaitu berasal dari kata sadar berkaitan dengan afektif,
dalam kamus ilmiah: “sadar adalah ingat akan dirinya, merasa dan insyaf akan
dirinya”.8 Jadi, kesadaran adalah ingat dan insyaf akan dirinya untuk melakukan
sesuatu yang lebih baik berdasarkan dorongan yang ada dari dalam jiwanya.
Sedangkan keagamaan berasal dari kata “agama” yang telah diberi awalan
“ke-” dan akhiran “an”. Menurut pendapat Harun Nasution yang dikutip oleh
Jalaluddin dalam bukunya yang berjudul Psikologi Agama, pengertian agama
berdasarkan asal kata yaitu:
“Al-Din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-Din (Semit) berarti undang-
undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti
menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata
religi (Latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian
religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri a = tidak; gam = pergi)
mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun- temurun”.
c. Urgensi Penelitian dengan Keilmuan KPI
7
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), cet.ke-11, h. 50.
8
Adi Satrio, Kamus Ilmiah Populer, 2005. h. 524
menghayati, serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam
kehidupan sehari-hari. Ia menganut agama karena menurut keyakinannya agama
yang dianut adalah yang terbaik karena itu ia berusaha menjadi penganut yang
baik, keyakinan itu ditampilkannya dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang
mencerminkan ketaatan terhadap agamanya.
2. Penelitian Kualitatif
a. Karakteristik penelitian kualitatif
Banyak diantarnya perbandingan karakteristik penelitian kualitatif dengan
kuantitatif. Berikut adalah karakteristik penelitian kualitatif :
1. Bogdan dan Taylor dalam penelitian kualitatif ini membagi karakteristiknya
menjado 5 yaitu naturalistic, descriptive, concern with process, inductive, dan
meaning. Didalam naturalistic, kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber
data langsung. Kajian utama didalam penelitian ini juga merupakan peristiwa-
peristiwa yang terjadi didalam kondisi dan situasi sosial, sehingga peneliti dapat
secara langsung berinteraksi ditempat kejadian sembari melakukan pengamatan,
mencatat, mencaritahu, serta menggali sumber yang berkaitan dengan peristiwa
yang dikaji dalam penelitian.
2) Paradigma Konstruktivisme
Pencetus pertama gagasan ini adalah Krl R.Popper. Paradigma ini
mengasumsikan bahwa objektivitas tidak dapat dicapai dalam dunia fisik.
Akan tetapi cukup dengan melalui pemikiran manusia. Gagasan dalam
paradigma ini lebih berfokus pada pengetahuan. Didalam paradigma
konstruktivisme, pengetahuan tidak merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka, tetapi merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu
untuk pengetahuan. Kemudian, pengetahuan juga dibentuk dalam struktur
konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi
itu berlaku dlm berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang atau
realitas bergantung pada konstruksi pikiran.
3) Paradigma Kritis
Tidak asing lagi bahwa paradigma ini dikembangkan oleh Mazhab
Franfurt. Didalam paradigma ini, fenomena sosial didefinisikan sebagai suatu
proses yang secara kritis berusaha mengungkap the real structure dibalik ilusi,
yang ditampakkan oleh dunia materi. Paradigma kritis membantu membentuk
kesadaran sosial agar dapat memperbaiki dan mengubah kondisi kehidupan
manusia. paradigma ini bertujuan untuk kritik sosial, transformasi,
emansipasi, dan social empowerment.