Anda di halaman 1dari 20

1.

Pengertian Orientasi
Secara umum, pengertian orientasi adalah upayapengenalan awal serta
memberi mereka informasi mengenai perusahaan/organisasi, jabatan, dan
kelompok kerja.1 Saksono menjelaskan orientasi merupakan proses yang
diprogramkan bagi pegawai baru terhadap kejelasan produk kerja dalam orientasi,
sehingga pegawai baru mendapatkan pengalaman pekerjaan yang realistik demi
keberhasilan hubungan kerja dimasa yang akan datang. Kegiatan orientasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan pegawai baru kepada situasi kerja dan
kelompok kerja yang baru. Jadi kegiatan orientasi merupakan bagian sosialisasi,
yaitu proses pemahaman sikap, standar, nilai dan pola perilaku yang baru.2
Orientasi menurut Hariandja mengatakan orientasi merupakan suatu
program untuk memperkenalkan pegawai baru pada peran-peran mereka,
organisasi, kebijaksanaan-kebijaksanaannya, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan
pada rekan kerja mereka.3
Orientasi adalah upaya pelatihan dan pengembangan awal bagi para
karyawan baru yang memberi mereka informasi mengenai perusahaan, jabatan,
dan kelompok kerja.4
Orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap, arah, tempat dan
sebagainya yang tepat dan benar atau pandangan yang mendasari pikiran,
perhatian atau kecenderungan.5
Orientasi adalah proses penggunaan indera yang masih berfungsi untuk
menetapkan posisi diri dalam hubungannya dengan obbjek lain di sekitarnya.
Orientasi adalah proses penggunaan indera-indera yang masih berfungsi
untuk menetapkan posisi diri dan hubungannya dengan objek-objek yang ada

1
Tatiek, Nurhayati, 2009, Orientasi entrepreneurship dan modal sosial : Strategi peningkatan
organisasi. Disertasi. Semarang, hal.43
2
Saksono, Slamet. 1997. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta : Kanisius, hal 33
3
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta : Grasindo
4
Mondy R Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga, hal.21
5
Henri HSimamora, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE, hal.33
dalam lingkungannya.6 Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau
tahu.7
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan oleh para ahli/pakar diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa Orientasi adalah penyediaan informasi dasar
berkenaan atau informasi yang diperlukan untuk melaksanakan sebuah
pembelajaran atau pekerjaan.
2. Pengertian Psikologi
Istilah psikologi berasal dari kata psychologie(bahasa belanda, di baca
psikholokhi) atau psycology (bahasa inggris, di baca saikoloji). Istilah psychologie
dan psycology berasal dari dua akar kata psyche (jiwa) dan logos (ilmu). Dari
pengertian ini orang lalu dengan mudah mendefinisikan psikologi itu sebagai ilmu
jiwa.8
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 dinyatakan bahwa Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat
dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. 9 Dakir
menyatakan bahwa psikologi membahas tingkah laku manusia dalam
hubungannya dengan lingkungannya.10
Muhibbin Syah menyimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku
individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah
laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku
tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.11
Menurut Walgito psikologis adalah ilmu tentang perilaku atau aktivitas-
aktivitas individu. Perilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian luas
yaitu perilaku yang tampak atau perilaku yang tidak tampak, demikian juga

6
Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat, hal. 37
7
Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka; Jakarta, hal.66
8
Uno B. Hamzah, 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, hal.44
9
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 11, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, Cet. 1, 1990, hal 78
10
Dakir. (1993). “Dasar-Dasar Psikologi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 53
11
Muhibbin Syag, 1999, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal.39

1
dengan aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas motorik juga termasuk
aktivitas emosional.12
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai
individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku
tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku
yang disadari maupun yang tidak disadari.
3. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara etimologi berasa dari bahasa Yunani yang terdiri dari
kata “Pais” artinya seseorang, dan “again” diterjemahkan membimbing. 13 Jadi
pendidikan (paedogogie) artinya bimbingan yang diberikan pada seseorang.
Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang
sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk
generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama. 14 Dan di dalam Islam,
sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep
pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan ta`dib. Namun istilah yang sekarang
berkembang di dunia Arab adalah tarbiyah.15
Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan
membentuk latihan. Dalam kamus besar Bahasa Indoneia (1991) Pendidikan
diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan
Poerbakawatja dan Harahap dalam Muhibbin Syah (2001) menyatakan
bahwa pendidikan merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk
meningkatkan kedewasaan yang selalu diartikan sebagai kemampuan untuk
bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya.
12
Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta. 2010,
Hlm.15
13
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,( Jakarta: Rineka Cipta: 1991), hlm. 69
14
hairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN Press, 2004), hlm.1
15
Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.3

2
Pendidikan adalah Proses Pembinaan Akal Yang Merupakan Potensi
Utama Dari Manusia Sebagai Makhluk Berpikir serta proses pelatihan
keterampilan setelah manusia memperoleh pengetahuan yang memadai dari hasil
olah pikirnya.16
Usaha- usaha yang berhubungan dengan mendidik, yakni mempengaruhi,
merangsang kreativitas anak didik, siswa atau mahasiswa dengan metode, media,
dan alat- alat pendidikan yang digunakan sebagai bagian dari sistem pendidikan
yang dimaksudkan.17
Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk
mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
4. Pendidikan Agama Islam
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar
generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa kepada
Allah.18
B. Zuhairini Mendefenisikan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar
untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara
sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga
terjadinya kebahagiaan dunia akhirat.19
Muhaimin yang mengutip GBPP PAI, bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami,
menghayati, mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran
dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

16
Herabudin. 2009. Administrasi dan Supervisi pendidikan. Bandung : Pustaka Setia, hal 22
17
Ibid. Hal.32
18
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004),hlm. 130
19
Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN Press, 2004), hal.
11.

3
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.20
Dengan demikian, maka pengertian Pendidikan Agama Islam berdasarkan
rumusan-rumusan di atas adalah pembentukan perubahan sikap dan tingkah laku
sesuai dengan petunjuk ajaran agama Islam. Sebagaimana yang pernah dilakukan
Nabi dalam usaha menyampaikan seruan agama dengan berdakwah,
menyampaikan jaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi
motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide
pembentukan pribadi muslim.
5. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidika Ialah Aplikasi Penerapan Prinsip-Prinsip Ilmiah
Tentang Tingkah Laku Manusia Yang Mempengaruhi Definisi Ini Membatasi Diri
Dengan Pengkhususan Pada Pendidikan Formal (Sekolah) 21 kemudian Uno juga
menjelaskan bahwa Psikologi Pendidikan Adalah Aplikasi/Penerapan Prinsip-
Prinsip Psikologi Dalam Dunia Pendidikan. 22 Psikologi pendidikan sebagai studi
sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
pendidikan manusia.23
Sumadi Suryabrata (1984) mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai
pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam situasi pendidikan. Elliot dkk.
(1999) menyatakan bahwa psikologi pendidikan merupakan penerapan teori-teori
psikologi untuk mempelajari perkembangan, belajar, motivasi, pengajaran dan
permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan.
Dari berbagai definisi tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa
psikologi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari penerapan teori-teori psikologi
dalam bidang pendidikan. Dalam psikologi pendidikan dibahas berbagai tingkah

20
Muhaimin, dkk. (2009). Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. Hal 67
21
Abdul Halim Mahmud. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press, hal 55
22
Uno, Op.Cit, hal 27
23
Witherington, H.C. ( 1978 ) Educational Psycology, terjemahan M Buchori Jakarta : Aksara
Baru, hal.74

4
laku yang muncul dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan.
6. Dinamika Psikologi
Dinamika psikologis dijelaskan oleh beberapa ahli sebagai keterkaitan
antara berbagai aspek psikologis dalam menjelaskan suatu fenomena atau konteks
tertentu.24 Walgito menjelasakan bahwa dinamika psikologis merupakan suatu
tenaga kekuatan yang terjadi pada diri manusia yang mempengaruhi mental atau
psikisnya untuk mengalami perkembangan dan perubahan dalam tingkah lakunya
sehari-hari baik itu dalam pikiranya, perasaannya maupun perbuatannya.25
Saptoto mendefenisikan dinamika psikologis sebagai keterkaitan antara
berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri seseorang dengan faktor-faktor dari
luar yang mempengaruhinya.26 Fathurrochman dan Djalaludin Ancok
menggunakan istilah dinamika psikologis untuk menjelaskan secara lebih lanjut
hubungan prosedur objektif dengan penilaian keadilan.27
Sedangkan menurut Halloway, dkk istilah dinamika psikologis digunakan
untuk menerangkan keterkaitan berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri
responden dalam hubungannya dengan kondisi masyarakat.28 Selanjutnya
Widiasari mengatakan bahwa dinamika psikologis merupakan aspek motivasi dan
dorongan yang bersumber dari dalam maupun luar individu, yang mempengaruhi
mental serta membantu individu menyesuaikan diri dengan keadaan dan
perubahan.29

24
L. Sandra, Dinamika Psikologis Interaksi, Konsep Diri, Dan Identitas Online, Disertasi (Tidak
Diterbitkan), Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2012, hal.44
25
7Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta. 2010, hal.
26
26
R. Saptoto, Jurnal Psikologi Indonesia, (Dinamika Psikologis Nrimo Dalam Bekerja: Nrimo
Sebagai Motivator Atau Demotivator, , hal. 131-137
27
Fathorrochman, & Djalaludin Ancok, Dinamika Psikologis Penilaian Keadilan, Jurnal Psikologi
Ugm, 20 12, Hlm. 41-60
28
0S. D. Holloway, S. Suzuki, Y. Yamamoto, & J. D. Mindrich, Relation Of Maternal Role
Concept To Parenting, Employment Choices, And Life Satisfaction Among Japanese Women (Sex
Roles, 2006, hal. 235-249
29
Widiasari. Y, Dinamika Psikologis Pencapaian Succesful Aging Pada Lansia Yang Mengikuti
Program Yantu Lansia, Tesis, Yogyakarta: Fakultas Psikologi Ugm, 2009, hal 57

5
Lebih lanjut, Chaplin mengatakan bahwa dinamika psikologis merupakan
sebuah sistem psikologi yang menekankan penelitian terhadap hubungan sebab
akibat dalam motif dan dorongan hingga munculnya sebuah perilaku.30
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa definisi
dinamika psikologi adalah gambaran perubahan kondisi psikologi seseorang
sebelum dan sesudah menghafal Al-Qur‟an yang bisa dilihat dari sebuah tingkah
laku. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi dinamika psikologis
milik Chaplin dimana untuk mengetahui dinamika psikologis yang di rasakan oleh
penghafal Al-Qur‟an. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan
sebab akibat dalam motif dan dorongan sehingga memunculkan sebuah perilaku
menghafalkan Al-Qur‟an
7. Pengertian Behavioristik
Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai
perkembangan dari psikologi pada umumnya.31 Behaviorisme merupakan teori
yang berasa dari salah satu tokoh behavior yaitu skinner. Behaviourisme
berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama dan tidak ada
perbedaan.32
Gerald Corey menjelaskan bahwa behavior adalah pendekatanpendekatan
terhadap konseling dan psikoterapi yang berkaitan dengan pengubahan tingkah
laku. Pendekatan, teknik dan prosedur yang dilakukan berakar pada berbagai teori
tentang belajar.33
Sedangkan Menurut Sofyan Willis, Terapi Behavior berasal dari dua arah
konsep yakni Pavlovia dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B. F. Skinner. Mula-
mula terapi ini di kembangkan oleh Wolpe untuk menanggulangi neurosis.
Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku yang tidak adaptif melalui
proses belajar. Dengan perkataan lain yang menyimpang bersumber dari hasil
belajar di lingkungan.34

30
Chaplin, J.P, Kamus Lengkap Psikologi (Penerjemah Kartini Kartono), (Jakarta: Raja Gravindo
Persada, 2006), Hlm. 78
31
Bimo Walgito, pengantar psikologi umum, (Yogyakarta : Andi Offset. 2002) hlm 53.
32
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Surabaya : PT. Bina Imu, 1982), hal. 28.
33
Gerald Corey, Konseling dan psikoterapi, (Bandung : Refika Aditama, 1997), hal. 196.
34
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2007),

6
Pendekatan, teknik, dan prosedur yang dilakukan berakar pada teori
belajar. Dalam menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori
belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Salah satunya adalah teori
belajar behavioristik, teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Dalam
pandangan behavior kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku,
perilaku tersebut dibentuk berdasarkan pengalamannya berupa interaksi individu
dengan lingkungannya.35
behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan
tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar
agar bisa bertindak dan bertingkah lebih efektif. Dalam Terapi Behaviour berpusat
pada perubahan pola perilaku manusia dengan cara belajar. Perubahan terjadi
melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah
lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi
penyebab belajar.
8. Pengertian Motif
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian motif. Motif, atau dalam
bahasa Inggris “motive” berasal dari kata movere atau motion, yang berarti
gerakan atau sesuatu yang bergerak. dalam psikologis, istilah motif erat
hubungannya dengan “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau
disebut juga perbuatan atau perilaku.36
Menurut Sherif & Sherif dalam Alex Sobur menyebut motif sebagai suatu
istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah pada berbagai
jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, seperti kebutuhan (needs)
yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi dan
selera sosial, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.37 Selain itu pendapat lain

35
Latipun, Psikologi Konseling (Malang: umm pres, 2006), hal. 129.
36
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),
hal.137
37
Alex Sobur, Psikologi Umum. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hal. 267

7
juga dikatakan oleh Giddens dalam Alex Sobur yang mengartikan motif sebagai
impuls atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang
lintasan kognitif/perilaku kearah pemuasan kebutuhan. Menurut Giddens dalam
Alex Sobur, motif tidak harus dipersepsikan secara sadar. Ia lebih merupakan
suatu “keadaan perasaan” Secara singkat, Nasution menjelaskan bahwa motif
adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.38
R. S. Woodworth dalam Alex Sobur mengartikan motif sebagai suatu set
yang dapat atau mudah menyebabkan individu untuk melakukan kegiatankegiatan
tertentu (berbuat sesuatu) dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.39
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motif itu adalah
dorongan yang menyebabkan individu untuk melakukan suatu gerakan atau
tingkah laku tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
9. Pengertian Motivasi
Sebenarnya, motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk
pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul
dalam diri individu, tingkah laku yang menimbulkannya, dan tujuan atau akhir
dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga dikatakan bahwa motivasi
berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau mengerakkan
seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu
kepuasan atau tujuan.40
Menurut M. Utsman Najati dalam Abdul Rahman Shaleh motivasi adalah
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu.41
Pendapat yang sama juga dikatan oleh Hoy dan Miskel dalam Abdul
Rahman Shaleh, dimana motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks,
dorongandorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, ketegangan

38
Ibid, hal 267
39
Ibid
40
Alex Sobur, Psikologi Umum. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hal. 268
41
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. (Jakarta : Prenada
Media, 2009), hal. 183

8
(tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga
kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.42
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata dalam Prof H. Djaali adalah
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.43 Sementara itu, Gates dkk
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis
yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara
tertentu.44
Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Greenberg dalam Djaali dalam
shaleh yang mengatakan bahwa motivasi adalah proses pembangkitan,
mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan. 45
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
adalah keadaan psikologis dan fisioligis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya melakukan suatu gerakan atau perbuatan untuk mencapai suatu
tujuan (kebutuhan).
10. Kepribadian
Menurut tinjauan buku-buku psikologi, kepribadian berasal dari kata
personare (Yunani), yang berarti menyuaraan melalui alat.Di zaman Yunani kuno
para pemain sandiwara bercakap-cakap atau berdialog menggunakan semacam
penutup muka (topeng) yang dinamakan persona.Dari kata ini kemudian
dipindahkan ke bahasa Inggris menjadi personality (kepribadian).46
Kepribadian bahas Inggrisnya “personality” bersal dari bahasa Yunani
“per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae”
yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut.47
Sehubungan dengan kedua asal kata tersebut, Ross Stagner (1961),
mengartikan kepribadian dalam dua macam.Pertama, kepribadian sebagai topeng

42
Ibid, hal.148
43
Djaali, Psikologi Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hal. 101
44
Ibid
45
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. (Jakarta : Prenada
Media, 2009), hal. 187-192
46
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 191
47
2 Nana Syaodin Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 136

9
(mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang
semu atau mengandung kepalsuan.Kedua, kepribadian sejati (real personality)
yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.48
William Stern Menurut beliau kepribadian adalah suatu kesatuan banyak
(unita multi complex) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan
mengandung sifatsifat khusus individu, yang bebas menentukan dirinya sendiri.49
H.J Eysenck Menurut beliau kepribadian adalah total bentuk tingkah laku
yang aktual atau potensial pada organisme sebagai suatu tingkah laku individu,
baik itu yang tampil atau yang berbentuk potensi, dipengaruhi oleh hereditas dan
lingkungan atau hasil belajar dan berkembang melalui interaksi fungsional antara
aspek-aspek pembentuknya, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan somatif.50
Witherintong Menurut beliau kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku
seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang tampak pada orang lain.
Kepribadian ini bukan hanya yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih
merupakan hasil daripada suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan
kultural.51
Dengan demikian pengertian kepribadian dapat disimpulkan bahwa
kepribadian adalah suatu totalitas psikologis yang meliputi sifat-sifat pribadi yang
khas dan unik dari individu yang melekat pada diri seseorang yang telah
bersangkutan karena berhadapan dengan lingkungan.
11. Perilaku
Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi
perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga
faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor
eksternal yaitu faktor lingkungan.
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain,
perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai
48
Ibid hal. 136-137
49
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2005 ), hal.175
50
Rafy Sapuri, Psikologi Islam:Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali, 2009), hal.
151
51
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, ( Yogyakarta :Pustaka Pustaka, 2009), hal. 37

10
tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh
individu yang bersangkutan.
Berikut merupakan definisi perilaku sebagai hasil dari konstruksi teori-
teori dan riset, sebagai berikut: • Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan
karena sesuatu hal • Perilaku ditunjukan ke arah sasaran tertentu • Perilaku yang
dapat diobservasi dapat diukur • Perilaku yang tidak langsung dapat di observasi
(contoh berpikir, melaksanakan persepsi) juga penting dalam rangka mencapai
tujuantujuan. Dari beberapa defenisis diatas dapat disimpulkan bahwa Perilaku
adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya.
12. Sikap
Sikap dalam arti yang sempit adalah pandangan atau kecenderungan
mental. Sikap (attitude) adalah suatu kecenderungan untuk mereaksi suatu hal,
orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh.52
Menurut Katz dan Stotland, memandang sikap sebagai kombinasi dari : 1)
reaksi atau respons kognitif (respons perceptual dan pernyataan mengenai apa
yang diyakini), 2) respon afektif (respons pernyataan perasaan yang menyangkut
aspek emosional), dan 3) respon konatif (respons berupa kecenderungan perilaku
tertentu sesuai dengan dorongan hati).53
Gable, mengemukakan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental atau
saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung
kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan
dengan objek itu. Sedangkan Harlen, mengemukakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu
objek atau situasi tertentu54
Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu
kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Kecenderungan
mereaksi atau sikap seseorang terhadap sesuatu hal, orang atau benda dengan

52
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta : Pedoman
Ilmu Raya, 2010), hlm. 83
53
Sutarjo Adi Susilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014) hlm.68
54
Ibid

11
demikian bisa tiga kemungkinan, yaitu suka (menerima atau senang),tidak suka
(menolak atau tidak senang) dan sikap acuh tak acuh
13. Motif
Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Motif
menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan
tertentu. Motif yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku
yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan.55
Ada beberapa definisi tentang motif: Sherif & Sherif (1956) : motif
sebagai suatu istilah generic yang meliputi semua faktor internal yang mengarah
pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, seperti
kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan
keinginan, aspirasi, dan selera social, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.
Giddens (1991:64) : motif sebagai impuls atau dorongan yang memberi energy
pada tindakan manusia sepenjang lintasan kognitif/perilaku kearah pemuasan
kebutuhan. Menurut Giddens, motif tak harus dipersepsikan secara sadar. Ia lebih
merupakan suatu “keadaan perasaan”. Harold Koontz dan kawan-kawan
(1980:632) : dalam buku Management, mengutip pendapat Berelson dan steiner,
mengemukakan bahwa motif adalah suatu keadaan dari dalam yang member
kekuatan, yang menggiatkan, yang menggerakkan atau menyalurkan perilaku ke
arah tujuan-tujuan.56
Dari berbagai macam pendapat dari para ahli di atas, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa motif adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk
mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan. Motif juga merupakan suatu
alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu, melakukan
tindakan, atau bersikap tertentu.motif merupakan suatu pengertian yang
mencukupi semua penggerak, alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya
mempunyai motif. Tingkah laku juga disebut tingkah laku secara refleks dan

55
M. Nur Ghufron Dan Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), Hal 83
56
4Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003) hal 267

12
berlangsung secara otomatis dan mempunyai maksudmaksud tertentu walaupun
maksud itu tidak senantiasa sadar bagi manusia.
14. Kognitif
Beberapa pengertian kognitif menurut para ahli diantaranya; Menurut
Drever yang dikutip oleh Yuliana Nurani dan Sujiono disebutkan bahwa “kognitif
adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi,
imajinasi, penangkapan makna, penilaian, dan penalaran”.57
Sedangkan menurut Piaget, menyebutkan bahwa “kognitif adalah
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
disekitarnya”.Piaget memandang bahwa anak memainkan peranan aktif didalam
menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima
informasi.58
Walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi. Pengertian lain juga tentang
kognitif menurut Chaplin yang di kutip oleh Winda Gunarti mengemukakan
bahwa “kognitif adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal,
menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai.59
Dari berbagai penilaian yang telah disebutkan diatas dapat dipahami
bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk
menjelaskan semua aktifitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,
ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua
proses psikogis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan
memikirkan lingkungannya.
15. Belajar
57
Yuliani Nurani dan Sujiono, Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta; Universitas Terbuka
2004, hal. 23
58
Ibid, hal.24
59
Winda Gunarti, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Usia Dini, Jakarta;
Universitas Terbuka 2008, hal 10

13
Menurut Purwanto hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik
akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan
atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut
lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik60
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.61
Durton mengartikan belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu
sebagai hasil interaksi lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan
menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungan secara memadai. “Learning
is a change the individual due to interaction of that individual and his
environments which fills a need and makes him capable of dealing adequality
with his environment”.62 Sedangkan menurut James O. Wittaker mengemukakan
bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. 63
Dari pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
16. Pembelajaran
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha
mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan
kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan
moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang

60
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011), hal.46
61
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2010),
hal.2
62
Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika (Semarang : Balai Diktat
Keagamaan Semarang, 2007), hal. 12
63
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 35

14
pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran
menggambarkan aktivitas peserta didik.64
Pembelajaran harus menghasilkan belajar pada peserta didik dan harus
dilakukan suatu perencanaan yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah
satu penerapan strategi pembelajaran diantara strategi-strategi pembelajaran yang
lain dengan tujuan utamanya menyampaikan informasi kepada peserta didik.
Kalau diperhatikan, perbedaan kedua istilah ini bukanlah hal yang sepele, tetapi
telah menggeser paradigma pendidikan, pendidikan yang semula lebih
berorientasi pada “mengajar” (guru yang lebih banyak berperan) telah berpindah
kepada konsep “pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan yang
orientasinya kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya).65
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak huru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh pihak peserta
didik atau murid. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreativitas peserta didik yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengentahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi pembelajaran.66
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar. Dengan cara demikian,
maka peserta didik bukan hanya diberikan ikan, melainkan diberikan alat dan cara
menggunakannya untuk menangkap ikan, bahkan diberikan juga kemampuan
untuk menciptakan alat untuk menangkap ikan tersebut.

17. Jiwa

64
A buddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), hal.85
65
Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
hal 14
66
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), hal.62

15
Pemahaman tentang jiwa manusia secara mitologis dan religius, yang
berfokus pada rohani manusia (yaitu hubungan dengan Tuhan), masih bertahan
hingga hari ini. Para filsuf cenderung lebih banyak memusatkan wawasan
psikologis mereka pada jiwa daripada rohani atau raga. “Jiwa” atau “soul”
biasanya merupakan sinonim bagi “pikiran “ atau “mind”, yang sering mencakup
aspek-aspek rohani juga.67
Dalam Islam sendiri An-Nafs diartikan sebagai jiwa atau diri. Padahal,
sesungguhnya An-Nafs berkaitan dengan derajat yang paling rendah dan yang
paling tinggi. Maka An-Nafs memiliki dua arah, yaitu menuju hawa nafsu dan
menuju hakikat manusia (diri manusia).68
Jiwa atau Jiva  berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya "benih
kehidupan". Dalam berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan
jasmaniah (immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran
dan kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri.69
Di beberapa budaya, benda-benda mati dikatakan memiliki jiwa,
kepercayaan ini disebut animisme. Penggunaan istilah jiwa dan roh seringkali
sama, meskipun kata yang pertama lebih sering berhubungan dengan keduniaan
dibandingkan kata yang kedua.70 Jiwa dan psyche bisa juga digunakan secara
sinonimous, meskipun psyche lebih berkonotasi fisik, sedangkan jiwa
berhubungan dekat dengan metafisik dan agama71 dari defenisis di atas dapat
dipahami jiwa adalah adalah bagian yang bukan jasmaniah dari seseoran.

18. Persepsi

67
Stephen Palmquist, Fondasi Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), hal.
59-60
68
Zulkifli bin Muhammad dan Sentot Budi santoso, Wujud, (Solo: CV. Mutiara Kertas, 2008), hal.
66
69
Encyclopædia Britannica. 2008. Retrieved November 12, 2008. Hal 90
70
Hillman J (T Moore, Ed.) (1989). A blue fire: Selected writings by James Hillman. New York,
NY, USA: HarperPerennial. Hal, 112-129
71
Ibid, hal.20

16
Persepsi merupakan suatu proses dimana individu melakukan
pengorganisasian terhadap stimulus yang diterima dan menginterpretasikan,
sehingga seseorang dapat menyadari dan mengerti apa yang diterima dan hal ini
juga dapat di pengaruhi oleh pengalamanpengalaman pada individu yang
bersangkutan.72
Menurut P. Robbins dan Timothy, dalam buku Perilaku Organisasi,
pengertian persepsi adalah proses di mana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka. Namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa
berbeda dari realitas objektif. Oleh karena itu, setiap individu mempunyai
stimulus yang saling berbeda mesikpun objeknya sama, Cara pandang melihat
situasi ini cenderung lebih penting daripada situasi itu sendiri.73
Sedangkan menurut Moskowitz dan Orgel mengatakan bahwa persepsi
adalah proses yang intergrated dalam diri individu terhadap stimulus yang
diterimanya.74
Hamner dan Organ menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses
dengan mana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan,
mengalami dan mengolah pertanda atau dalam segala sesuatu yang terjadi
disekitar lingkungannya. Bagaimana segala sesuatu tersebut yang mempengaruhi
persepsi, nantinya akan dapat pula mempengaruhi perilaku yang akan dipilihnya.75
Dari defenisis dia atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu
proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut juga proses
sensoris. Proses tersebut merupakan pemahaman terhadap suatu informasi yang
disampaikan oleh orang lainyang sedang saling berkomunikasi maupun bekerja
sama.
19. Pertumbuhan

72
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2007., hal 33
73
P.Robbins Stephen & A.Judge Timothy. Perilaku Organiasi. Jakarta : Penerbit Salemba Empat,
2008, hal 82
74
Walgito, Bimo. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andy, 2003, hal 21
75
ndrawijaya, A. I. Perilaku Organisasi. Bandung : Sinar Baru. 1989. Hal 55

17
 Kartini Kartono mendefinisikan pengertian pertumbuhan dan
perkembangan sebagai perubahan secara fisiologis, sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat, dalam passage (peredaran waktu) tertentu. Dan perkembangan didefinisikan
sebagai perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi psikid dan fisik pada anak.76
Whale dan Wong mengemukakan pertumbuhan seebagai suatu
peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat
yang paling tinggi dan kompleks melalui proses naturalisasi dan pembelajaran.
Jadi, pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada kuantitas yang maknanya
terjadi pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan dengan adanya
peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh.77
Marlow mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu ukuran peningkatan
ukuran tubuh yangdapat diukur dengan meter atau sentimeter untuk tinggi badan
dan klilogram ataui gram untuk berat badan. Pertumbuhan ini dihasilkan poleh
adanya pembelahan sel dan sintesis protein dan setiap anak mempunyai potensi
gen yang berbeda untuk tumbuh. Marlow mendefinisikan perkembangan sebagai
peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan
terus-menerus.78
 Berdasarkan defenisis di atas dapat disimpulkab bahwa pertumbuhan pada
umumnya terbatas pengertiannya pada perubahan-perubahan struktural dan
fifiologis. Sedangkan perkembangan bersangkutan erat dengan baik pertumbuhan
maupun potensi-potensi dari tingkah laku yang sensitif terhadap rangsangan-
rangsangan lingkungan.
20. Perkembangan

76
Kartono, Kartini, 2008 : Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal
32
77
Whaley’s dan Wong, (2001). Psikologi Pekembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
rosdakarya, hal.46
78
Marlow, L.M. 1988. Fiscal Decentralization and Government Size.Public Choice : hal.269

18
Menurut Kamus Lengkap Psikologi J.P. Chaplinperkembangan adalah
kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak
dipelajari.79
Menurut Kartini Kartono seperti yang dikutip oleh Alex Sobur (2003:128)
perkembangan adalah perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses
pematangan dari fungsi-fungsi psikis dan fisis pada diri anak yang ditunjang oleh
faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu, menuju
kedewasaan.80
Bijou dan Baer mengemukakan perkembangan adalah perubahan progresif
yang menemukan cara organisme bertingkah laku dan berinterkasi dengan
lingkungan.81
 
Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung
secara sistematis, progresif dan berkesinambungan menyangkut fisik maupun
psikis. (Syamsu Yusuf, 2002).

79
Chaplin, J. P. (1981). Dictionary of Psychology. Dalam Kartono Kartini (penyunting) Kamus
Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1993, hal 21
80
Kartini Kartono, Op.Cit, hal 59
81
Sunarto dan B. Agung Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta,
hal 20

19

Anda mungkin juga menyukai