Modul Survei Konsumsi PDF
Modul Survei Konsumsi PDF
Modul
Survei Konsumsi Makanan 2016
MK:GK001 (Penilaian Status Gizi)
Oleh:
Ni Wayan Arya Utami
Kata Pengantar
Modul ini disusun untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa di
dalam memahami konsep Survei Konsumsi Makanan. Kurikulum materi yang
dikembangkan atau yang diberikan kepada mahasiswa meliputi konsep metode
penilaian status gizi dalam mengidentifikasi, mengukur, dan menganalisis status
gizi individu, kelompok dan masyarakat; metode dan praktek antropometri,
metode biokimia, metode klinis dan metode diatary assessment; penggunaan
berbagai software dalam menganalisis data serta interprestasinya; serta
identifikasi kelemahan dan keuntungan masing-masing metode yang
dipergunakan. Buku ini dibuat sebagai pedoman mahasiswa dalam mengikuti
semua kegiatan pembelajaran dari mata kuliah ini. Pada akhir kata kami ucapkan
semoga buku ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Penyusun
Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mengetahui tujuan survei konsumsi makanan
2. Mahasiswa memahami macam-macam metode pengukuran konsumsi
makanan
3. Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pengukuran
konsumsi makanan
4. Mahasiswa mengetahui cara pemilihan metode pengukuran konsumsi
makanan
5. Mahasiswa memahami kesalahan dalam pengukuran konsumsi makanan
6. Mahasiswa mengetahui cara pengolahan data dan interpretasi hasil survey
konsumsi makanan
1. Pendahuluan
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang
digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Banyak
pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian konsumsi
makanan (survei dietetik) banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor, antara lain: ketidaksesuaian dalam
menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, intrumen
tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan, kemampuan
petugas pengumpulan data, daya ingat responden, daftar komposisi makanan
yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden, dan
interpretasi hasil yang kurang tepat. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman
yang baik tentang cara-cara melakukan survei konsumsi makanan, baik untuk
individu, kelompok maupun rumah tangga. Walaupun data konsumsi makanan
sering digunakan sebagai salah satu metode penentuan status gizi, sebenarnya
konsumsi makanan tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau
masyarakat secara langsung. Hasil survei hanya dapat digunakan sebagi bukti
awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang. Status gizi
adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk
ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan
zat gizi tersebut. Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak factor,
antara lain tingkat metabolism basal, tingkat pertumbuhan, aktifitas fisik, dan
factor yang bersifat relative, yaitu gangguan pencernaan (indigestion), perbedaan
daya serap (absorption), tingkat penggunaan (utilization), dan perbedaan
pengeluaran dan penghancuran (excretion dan destruction) dari zat gizi tersebut
dalam tubuh.
Data FBS tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari makanan
yang tersedia tersebut untuk berbagai daerah, apalagi gambaran ditribusi di
tingkat rumah tangga atau perorangan. Selain itu jugatidak menggambarkan
perkiraan konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan
ekologio, keadaan musim dan sebagainya. Oleh karena itu FBS tidak boleh
dipakai untuk menentukan status gizi masyarakat suatu Negara atau wilayah.
Berdasarkan kegunaan, data FBS dapat dipakai untuk:
1. Menentukan kebijaksanaan di bidang pertanian seperti produksi bahan
makanan dan distribusi
2. Memperkirakan pola konsumsi masyarakat
2. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf, bila pencatatan dilakukan
oleh responden
3. Memerlukan peralatan sehingga biaya relative mahal
4. Memerlukan waktu yang relative lebih lama
dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya,
atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke
belakang 24 jam penuh. Misalnya petugas datang pada pukul 07.00 ke rumah
responden maka konsumsi yang ditanyakan adalah mulai pukul 07.00 (saat itu)
munfur ke belakang sampai pukul 07.00, pagi hari sebelumnya. Wawancara
dilakukan oleh petugas yang tealah terlatih dengan menggunakan kuesioner
terstruktur.
Hal penting yang perludiketahui adalah bahwa dnegan racall 24 jam data
yang diperoleh cenderung ber sifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
data kuantitatif, makan jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara
teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, piring, gelas, dll) atau ukuran
lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang
diperoleh kurang representative untuk menggambarkan keiasaan makan individu.
Oleh karena itu recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya
tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall
24 jam berturut-turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal
dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu.
rumah tangga (piring, gelas, sendok, dll) atau model dari makanan (food
model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini
atau dengan menimbang langsung contoh makanan yang akan dimakan
berikut informasi tentang komposisi makanan jadi.
2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
(DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
Karena keberhasilan metode recall 24 jam ini snagat ditentukan oleh daya ingat
responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk
dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama beberapa kali
pada hari berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga
dari hari ke hari.
Perlu diperhatikan disini adalah bial terdapat sisa makanan setelah makan maka
perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya yang
dikonsumsi.
Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan
musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan,hari
Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan
musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan,hari
raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut harus
dikumpulkan.
7. PERENCANAAN DAN
PENGORGANISASIAN SURVEI
KONSUMSI MAKANAN
Untuk menjamin ketepatan dan kebenaran data hasil survey konsumsi makanan,
maka diperlukan suatu perencanaan dan pengorganisasian yang baik dalam
Apabila populasi cukup homogeny maka sampel yang diperlukan tidak terlalu
banyak. Sebaiknya makin tinggi variabilitas populasi, maka sampel yang diambil
harus lebih besar. Bila hasil data yang diperoleh dari survey konsumsi makanan
akan dihubungkan dengan data yang lain, maka sampel yang diambil harus
cukup besar agar dpaat diolah dan dianalisis secara statistik.
Daftar konversi mentah masak (DKMM) yang dibuat oleh Puslitbang Gizi Bogor
(1974) memuat faktor konversi untuk beberapa makanan olahan. Untuk menaksir
berat bahan makanan mentah dari makanan olahan (masak) atau sebaiknya
dapat digunakan rumus sebagai berikut:
BM = Fj x BOj digunakan untuk menaksir berat bahan makanan mentah dari
berat masak
Keterangan:
BKa = Berat minyak yang diserap bahan makanan a (gram)
Ma = Faktor konversi penyerapan minyak pada makanan a (%) (dapat dilihat
pada tabel DKPM)
BMa = Berat bahan makanan a dalam bentuk mentah BDD (gram)
Dalam penilaian konsumsi makanan dimana energi dan lemak menjadi perhatian
utama, maka jumlah penyerapan minyak ini sangat diperlukan.
Contoh perhitungan penyerapan minyak
Apabila diketahui responden mengkonsumsi 50 gram perkedel jagung (BDD)
maka untuk menghitung minyak yang diserap, pada tahap pertama terlebih
dahulu dihitung berat mentah jagung seperti berikut:
Diketahui faktor konversi mentah masak (pada tabel DKMM) untuk perkedel
jagung = 0,9
Jadi:
Berat mentah jagung = 0,9 x 50 gram
= 45 gram
Selanjutnya dapat dihitung banyak minyak yang diserap dari perkedel jagung
tersebut, yaitu: diketahui faktor konversi penyerapan minyak (M), untuk perkedel
jagung (pada tabel DKPM) adalah 16,7%.
Jadi:
= 7.5 gram
Apabila akan menghitung kandungan zat gizi suatu makanan jajanan yang
dikonsumsi responden, dengan menggunakan DKGJ, maka rumus yang
digunakan sebagai berikut:
KGij =
Keterangan:
KGij = Kandungan zat gizi i makanan jajanan j
Bj = Berat makanan jajanan j yang akan dianalisis (gram)
Bjd = Berat makanan jajanan j yang tercantum dalam DKGJ (gram)
Gij = Kandungan zat gizi i makanan jajanan j pada tabel DKGJ
Contoh perhitungan:
Misalnya seseorang mengkonsumsi kue kroket satu buah seberat 50 gram.
Untuk menghitung kandungan protein kroket tersebut:
Kadar protein kroket =
Catatan: bila diketahui berat kroket pada tabel DKGJ adalah 25 gram dan
kandungan protein kroket tersebut 1,2 gram
Sebagian besar makanan jajanan di Indonesia dihasilkan oleh berbagai industry
rumah tangga, sehingga terdapat variasi antar daerah, oleh karena itu dalam
menghitung kandungan gizi makanan jajanan dengan DKGJ perlu diperhitungkan
bahwa ukuran berat makanan jajanan tidaklah sama dan ukuran yang
dipergunakan adalah gram bukan URT.
Daftar Pustaka
1. Cameron, M.E., dan Steveren, W.A. 1988. Manual On Methodology For
Food Consumption Studies. Oxford University Press, hlm. 11-200.
2. Gibson, R. 1990. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford
University. Hlm 4-153.
3. Hardiansyah dan Dodik Briawan, 1990. Penilaian dan Perencanaan
Konsumsi Pangan, Bogor: Fakultas Petanian IPB, hlm 1-26 dan 103-117.
4. Karyadi, D., dan Muhilal. 1996. Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, hlm 7-10.
5. Sanjur, D., dan Rodriquez, M. 1997. Assessing Food Consumption –
Selected Issues In Data Collection And Analysis. Cornell University.
6. Setio, R.K., Toni, S., dan M. Sulchan. 1997. Komposisi Kimiawi Air Susu
Ibu Dalam Hubungannya Dengan Susu-Susu Lainnya, dalam kumpulan
naskah Simposium Peningkatan Penggunaan ASI Pada Pertumbuhan
Dan Perkembangan Bayi-Anak. Universitas Diponegoro, hlm 18-28.
DAFTAR PUSTAKA
Berdanier, Carolyn D., J. Dwyer & E.B. Feldman. 2008. Handbook of Nutritional
and Food. Second Edition. CRC Press, New York.
Gibson, Rosalinds S & Elaine L Ferguson. 2008. An Interactive 24-hours Recall for
Assesing the Adequacy of iron and Zink Intakes in Developing Countries. Harves
Plus, Washington.
Supariasa, I Dewa Nyoman., B. Bakri dan I. Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi.
EGC, Jakarta.